• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Penghasilan Umum

N/A
N/A
Aliya Zafira Putri

Academic year: 2025

Membagikan "Pajak Penghasilan Umum "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL JAWAB PPh Umum

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF Assadiyah Dwika Sifi/3.41.23.2.04

1. Jelaskan pengertian pajak subjektif dan bedakan dengan pajak objektif!

Jawaban: Pajak subjektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan subjek pajak (individu atau badan usaha), terlepas dari objek pajaknya. Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan atas penghasilan, baik itu dari usaha, gaji, atau sumber lainnya. Sementara itu, pajak objektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan objek pajak (barang atau jasa), tanpa mempertimbangkan subjek pajaknya. Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan atas barang atau jasa yang diperdagangkan.

2. Apa yang dimaksud dengan kewajiban pajak subjektif? Jelaskan kapan mulai dan berakhirnya sebagai subjek pajak dalam negeri maupun subjek pajak luar negeri!

Jawaban: Kewajiban pajak subjektif adalah kewajiban perpajakan yang melekat pada subjek pajak (individu atau badan usaha). Kewajiban ini dimulai ketika seseorang atau badan usaha mulai melakukan kegiatan yang menimbulkan objek pajak, seperti memperoleh penghasilan atau melakukan kegiatan usaha. Kewajiban pajak subjektif berakhir ketika subjek pajak tersebut tidak lagi melakukan kegiatan yang menimbulkan objek pajak atau telah memenuhi semua kewajiban perpajakannya.

MULAI BERAKHIR

Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi:

● Saat dilahirkan.

● Saat berada di Indonesia atau berniat bertempat tinggal di Indonesia.

Subjek Pajak Dalam Negeri Badan:

● Saat didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi:

● Saat meninggal.

● Saat meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Subjek Pajak Dalam Negeri Badan:

● Saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:

● Saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT:

● Saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui BUT:

● Saat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui BUT:

● Saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

(2)

Warisan Belum Terbagi:

● Saat timbulnya warisan yang belum terbagi.

Warisan Belum Terbagi:

● Saat warisan telah selesai dibagikan.

3. Bagaimana hubungan antara kewajiban pajak subjektif dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)? Jelaskan pentingnya juga mengapa NPWP dalam sistem perpajakan!

Jawaban: NPWP adalah identitas wajib pajak yang menunjukkan bahwa seseorang atau badan usaha telah terdaftar sebagai wajib pajak. Kewajiban pajak subjektif muncul setelah seseorang atau badan usaha memiliki NPWP. NPWP sangat penting dalam sistem

perpajakan karena:

★ NPWP digunakan untuk mengidentifikasi wajib pajak dalam administrasi perpajakan.

★ NPWP seringkali menjadi syarat untuk melakukan berbagai transaksi, seperti transaksi jual beli properti atau membuka rekening bank.

★ NPWP digunakan sebagai dasar untuk menghitung dan memungut pajak.

SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK Aliya Zafira Putri (02)

1. Apa yang dimaksud dengan Subjek Pajak dan siapa saja yang menjadi Subjek Pajak dalam Perpajakan ?

Jawaban :

Subjek pajak adalah orang atau badan yang ditetapkan oleh undang-undang perpajakan sebagai pihak yang berkewajiban untuk membayar pajak. Sederhananya, subjek pajak adalah pihak yang menjadi target penerimaan pajak oleh negara. Yang menjadi Subjek Pajak yaitu meliputi

1. a. Orang pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, , persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak invenstasi kolektif.

3. Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang kantor pusatnya berada di luar negeri sedangkan yag di Indonesia hanya agen, cabang, atau perwakilannya.

(3)

2. Sebutkan dan jelaskan ada berapa pembagian Subjek Pajak dan syarat-syarat subjek pajak menjadi wajib pajak dalam Perpajakan !

Jawaban :

Dalam perpajakan, subjek pajak dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri. Berikut adalah penjelasan mengenai kategori dan syarat Subjek pajak menjadi wajib pajak:

1. Subjek Pajak Dalam Negeri, terdiri dari :

a. Orang Pribadi Dalam Negeri: Individu yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Juga termasuk individu yang memiliki niat untuk tinggal di Indonesia.

b. Badan Dalam Negeri: Entitas seperti perusahaan, perseroan terbatas, perseroan komanditer, firma, kongsi, koperasi, yayasan, organisasi sosial politik, lembaga dana pensiun, dan badan usaha lainnya yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia serta menjalankan kegiatan usaha di Indonesia.

2. Subjek Pajak Luar Negeri, terdiri dari:

a. Orang Pribadi Luar Negeri: Individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tetapi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Misalnya, seorang pekerja asing yang bekerja di Indonesia selama beberapa bulan.

b. Badan Luar Negeri: Badan yang didirikan atau berkedudukan di luar Indonesia, tetapi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Contohnya adalah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.

Pembagian ini penting untuk menentukan bagaimana pajak dikenakan serta hak dan kewajiban perpajakan dari masing-masing subjek pajak.

3. Jelaskan perbedaan antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri ! Jawaban :

Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri, antara lain:

1. Wajib Pajak Dalam Negeri

(4)

● Dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia.

● Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto.

● Tarif pajak yang digunakan adalah tarif umum (Tarif UU PPh Pasal 17).

● Wajib menyampaikan SPT.

2. Wajib Pajak Luar Negeri

● Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

● Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto.

● Tarif pajak yang digunakan adalah tarif sepadan (Tarif UU PPh Pasal 26).

● Tidak wajib menyampaikan SPT.

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK Nama : Tri Farah Shofiani

No Absen : 26

1. Jelaskan jenis-jenis penghasilan atau harta yang tidak termasuk sebagai objek pajak di Indonesia, beserta alasan pengecualiannya!.

Jawaban:

Beberapa jenis penghasilan atau harta yang tidak termasuk objek pajak di Indonesia antara lain:

● Warisan

Merupakan harta yang diterima seseorang dari anggota keluarga yang telah meninggal.Dikecualikan karena harta tersebut bukan hasil penghasilan aktif, melainkan pemindahan kepemilikan.

● Hibah

Penghasilan berupa hibah yang diterima dari keluarga atau organisasi

tertentu yang telah ditunjuk pemerintah.Pengecualian diberikan untuk hibah non-komersial, sehingga tidak membebani penerima jika harta digunakan untuk tujuan sosial atau pribadi.

● Zakat, Infak, dan Sedekah

(5)

Sumbangan yang diberikan kepada lembaga zakat yang diakui oleh

pemerintah.Dikecualikan untuk mendukung kegiatan keagamaan dan sosial, serta membantu masyarakat yang membutuhkan.

● Bunga Koperasi untuk Anggota Tertentu

Bunga simpanan di koperasi yang diterima anggota yang memenuhi

kriteria.Pengecualian ini diberikan untuk membantu koperasi dan usaha kecil menengah (UMKM) berkembang tanpa terbebani pajak berlebih.

● Sumbangan untuk Kegiatan Sosial dan Keagamaan

Sumbangan atau donasi yang digunakan untuk kegiatan amal atau

keagamaan.Tidak dikenakan pajak karena tujuannya adalah untuk kegiatan sosial dan bukan untuk komersial atau bisnis.

2. Mengapa warisan dan hibah termasuk dalam kategori penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, dan bagaimana syarat-syarat yang membuatnya tetap bebas pajak?

Jawaban:

Warisan dan hibah tidak termasuk dalam objek pajak karena dianggap sebagai bentuk transfer harta yang bukan berasal dari aktivitas penghasilan atau usaha aktif yang dilakukan oleh penerima. Warisan, misalnya, adalah harta yang diturunkan oleh orang tua atau keluarga setelah meninggal dunia, sehingga dianggap sudah pernah dikenakan pajak saat dimiliki oleh pemilik sebelumnya. Namun, agar hibah bebas pajak, hibah harus diterima dari pihak tertentu, seperti keluarga atau lembaga yang memiliki hubungan tertentu dengan penerima, sesuai ketentuan dari pemerintah.

Selain itu, hibah ini tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial atau mendapatkan keuntungan. Jika hibah dipakai untuk keperluan bisnis, pajak mungkin tetap akan dikenakan. Dengan adanya pengecualian ini, beban pajak pada masyarakat dapat ditekan, khususnya bagi mereka yang menerima harta untuk tujuan sosial atau keluarga, bukan sebagai sarana pendapatan.

3. Mengapa hasil kegiatan usaha di bidang pendidikan tidak termasuk sebagai objek pajak? Jelaskan alasan di balik kebijakan ini.

Jawaban:

Usaha di bidang pendidikan, seperti sekolah dan universitas, tidak termasuk sebagai objek pajak karena sektor ini merupakan kebutuhan dasar dan mendukung

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengecualian pajak pada pendidikan

(6)

bertujuan untuk mendorong aksesibilitas pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat dan menjaga biaya pendidikan tetap terjangkau.

CARA MENGHITUNG PAJAK

Nama: Nico Widyan Saputra P.Y No: 20

Soal 1:

Pertanyaan: Jelaskan langkah-langkah menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi berdasarkan ketentuan tarif pajak progresif di Indonesia.

Jawaban:

Langkah-langkah menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi adalah sebagai berikut:

1. Hitung Penghasilan Kena Pajak (PKP): Penghasilan Kena Pajak diperoleh dengan mengurangkan Penghasilan Bruto dengan biaya-biaya yang diizinkan (seperti biaya jabatan, iuran pensiun, dan lainnya) serta Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Gunakan Tarif Progresif PPh: Berdasarkan peraturan di Indonesia, tarif PPh bersifat progresif, yaitu:

● 5% untuk PKP sampai dengan Rp50.000.000

● 15% untuk PKP Rp50.000.001 – Rp250.000.000

● 25% untuk PKP Rp250.000.001 – Rp500.000.000

● 30% untuk PKP lebih dari Rp500.000.000

3. Hitung PPh Terutang: Kalikan PKP dengan tarif pajak sesuai jenjang yang berlaku, lalu jumlahkan hasil perhitungan di setiap jenjang untuk

mendapatkan total PPh terutang.

Soal 2:

Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan bagaimana cara menghitung besaran PPN yang harus dibayar?

Jawaban:

(7)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri. PPN bersifat tidak langsung dan dibebankan kepada konsumen akhir. Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Dasar Pengenaan Pajak (DPP): DPP merupakan harga jual atau nilai transaksi dari barang atau jasa yang dikenakan PPN.

2. Hitung PPN Terutang: Besaran tarif PPN di Indonesia adalah 11%. Untuk menghitung PPN terutang, kalikan DPP dengan tarif PPN:

● PPN = DPP x 11%

3. Contoh Perhitungan: Misalnya, jika DPP sebuah barang adalah Rp100.000, maka PPN yang terutang adalah Rp100.000 × 11% = Rp11.000.

Soal 3:

Pertanyaan: Bagaimana cara menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk suatu properti, dan faktor apa saja yang mempengaruhi besaran PBB?

Jawaban:

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan bangunan. Cara menghitung PBB adalah sebagai berikut:

1. Tentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP): NJOP adalah nilai yang ditetapkan pemerintah sebagai dasar perhitungan PBB. NJOP dihitung berdasarkan nilai pasar tanah dan bangunan yang bersangkutan.

2. Hitung Nilai Jual Kena Pajak (NJKP): NJKP adalah persentase dari NJOP yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan PBB. Biasanya, NJKP ditetapkan sebesar 20% dari NJOP untuk objek pajak di bawah batas tertentu dan 40% untuk objek pajak di atas batas tertentu.

3. Kalkulasi PBB Terutang: Tarif PBB di Indonesia adalah 0,5% dari NJKP. Maka, PBB terutang dihitung dengan rumus:

● PBB= NJKP x 0,5%

Contoh: Jika NJOP sebuah tanah adalah Rp1.000.000.000 dan NJKP ditetapkan sebesar 20%, maka NJKP adalah Rp200.000.000, dan PBB terutang adalah Rp200.000.000 × 0,5% = Rp1.000.000.

Ketiga soal ini mencakup berbagai jenis pajak, yaitu PPh, PPN, dan PBB, dengan langkah-langkah perhitungan yang jelas dan faktor-faktor yang mempengaruhi besaran pajak.

(8)

Dasar Pengenaan Pajak Dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak Fadhel Muhammad Zulkarnaen (09)

1. Apa itu dasar pengenaan pajak Jawaban :

Menurut peraturan perundangan-undangan perpajakan, dasar pengenaan pajak atau DPP adalah jumlah harga jual, nilai impor, nilai ekspor, penggantian, atau nilai lain yang digunakan sebagai rujukan dalam menghitung nilai pajak terutang. Nilai pajak terutang tersebut berbentuk PPN atau PPh 22, PPh 23, dan juga PPh pasal 4 ayat 2.

Jadi, DPP adalah angka yang menjadi dasar dalam menentukan berapa pajak yang harus kita bayar ke negara. Adapun DPP dibedakan menjadi dua jenis, yaitu DPP PPh dan DPP PPN.

2. Jenis dan cara menghitung DPP PPh Jawaban :

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang masing-masing jenis DPP PPh dan cara menghitungnya

- DPP PPh 21 adalah jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh oleh pegawai atau pekerja, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dikenakan PPh Pasal 21. Cara menghitung DPP PPh 21 adalah dengan menjumlahkan semua penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh pegawai atau pekerja, seperti gaji, tunjangan, bonus, honorarium, uang lembur, uang pensiun, dan sebagainya. Dari jumlah tersebut, dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan biaya jabatan.

- DPP PPh 22 adalah jumlah harga jual, nilai impor, atau nilai lain yang dikenakan PPh Pasal 22. Nilai impor merupakan nilai uang yang menjadi dasar

(9)

untuk penghitungan bea masuk, ditambah pungutan lain yang dikenakan pajak sesuai Undang-Undang Pabean untuk impor Barang Kena Pajak. Nilai impor ini tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN.

- DPP PPh 23 adalah nilai atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang dipotong dari jumlah bruto tidak termasuk PPN

3. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Penghasilan?

Jawaban :

PPh terutang = tariff pajak x penghasilan kena pajak (PKP)

1. Tariff PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dijelaskan dalam UU PPh Pasal 17 ayat (1).

a. Sampai dengan Rp. 60.000.000.00 tarif pajak 5%

b. Di atas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000.00 tarif pajak 15%

c. Di atas Rp. 250.000.000.00 sampai dengan Rp. 500.000.000.00 tarif pajak 25%

d. Di atas Rp. 500.000.000.00 sampai dengan 5.000.000.000 tarif pajak 30%

e. Di atas Rp. 5.000.000.000 tarif pajak 35%

2. Tariff Wajib Pajak Dalam Negeri Badan dan Bentuk Usaha Tetap.

a. Dalam UU PPh Pasal 17 ayat (2a) tahun 2010 menyatakan tariff pajak Dalam Negeri Badan dan Bentuk Usaha tetap 25%. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan:

b. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000.000.00 mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar 50%

dari tariff seagaimana dijelaskan pada nomor 2 paragraf pertama pasal 17 ayat (1b) dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.00.

(10)

c. Adapun fasilitas atas pengutangan tersebut berdasarkan pemungutan pajak self assessment pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, artinya tidak perlu melayangkan surat permohonan untuk memperoleh fasilitas tersebut.

OBJEK PAJAK

Nova Kharisma Khoiru (21)

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan objek pajak dalam PPh Umum!

Jawaban :

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomiskepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkann menjadi 4 macam, sebutkan!

Jawaban :

a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas b. Penghasilan darin usaha atau kegiatan

c. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta d. Penghasilan lain-lain

3. Sebutkan macam macam keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta yang termasuk dalam objek pajak PPh Umum!

Jawab :

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun

(11)

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecualian diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hat penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau

permodalan dalam perusahaan pertambangan

TARIF PAJAK Nama : Maya Anggraeni

No : 16

1. Bagaimana pengaruh penerapan tarif pajak progresif bagi Wajib Pajak orang pribadi terhadap distribusi pendapatan di Indonesia?

Jawaban :

Penerapan tarif pajak progresif bagi Wajib Pajak orang pribadi bertujuan untuk mendorong distribusi pendapatan yang lebih merata. Dengan menerapkan tarif yang lebih tinggi pada kelompok berpenghasilan tinggi, pemerintah dapat mengumpulkan pendapatan pajak lebih besar dari golongan ini. Pendapatan tersebut dapat

dialokasikan kembali untuk program kesejahteraan sosial, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, yang mendukung kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Dengan cara ini, kebijakan pajak progresif dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi. Namun, efektivitas kebijakan ini juga tergantung pada transparansi dan efisiensi alokasi anggaran oleh pemerintah. Jika dana tersebut tidak digunakan secara optimal, dampaknya terhadap distribusi pendapatan mungkin akan terbatas.

2. Apa saja dampak dari pengurangan tarif pajak sebesar 3% bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka?

Jawaban :

Pengurangan tarif pajak sebesar 3% untuk perusahaan yang go public (memiliki 40%

saham yang diperdagangkan di bursa) bertujuan untuk meningkatkan daya tarik perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di bursa. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat pasar modal Indonesia dengan meningkatkan jumlah emiten, likuiditas pasar, dan akses publik untuk berinvestasi. Selain itu, perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa cenderung memiliki manajemen yang lebih transparan dan profesional, yang juga baik untuk tata kelola perusahaan secara keseluruhan.

(12)

Kebijakan ini berpotensi meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong aliran modal ke dalam negeri. Namun, perusahaan kecil mungkin belum mampu memenuhi persyaratan ini, sehingga dampak utamanya akan lebih terasa pada perusahaan menengah dan besar.

3. Apa keuntungan dan tantangan dari penerapan tarif tertinggi pajak penghasilan 35%

bagi orang pribadi di atas Rp5 miliar?

Jawaban :

Keuntungannya adalah peningkatan penerimaan negara dan pengurangan kesenjangan ekonomi. Tantangannya adalah potensi penghindaran pajak oleh kalangan berpenghasilan tinggi dan aliran keluar modal jika mereka memilih berinvestasi di luar negeri.

Nama : Siti Fatimatu Sahroh No : 25

1. Bagaimana tarif pajak yang berbeda-beda untuk berbagai jenis penghasilan (seperti gaji, bunga, dan dividen) dapat mempengaruhi keputusan investasi individu atau perusahaan?

Jawaban: Tarif pajak yang berbeda untuk berbagai jenis penghasilan dapat mempengaruhi keputusan investasi dengan cara berikut:

- Preferensi Investasi: Individu atau perusahaan mungkin lebih memilih untuk berinvestasi di aset yang dikenakan pajak lebih rendah (seperti dividen) untuk memaksimalkan pengembalian bersih.

- Perencanaan Keuangan: Perusahaan mungkin akan merestrukturisasi

pembagian laba (dividen vs. reinvestasi) untuk mengoptimalkan beban pajak.

- Pilih Jenis Penghasilan: Individu mungkin lebih memilih bentuk penghasilan yang dikenakan pajak lebih rendah, seperti real estate atau investasi yang memberikan keuntungan capital gain, dibandingkan dengan penghasilan biasa.

2. Analisis dampak perpajakan terhadap investasi di dalam negeri, dengan fokus pada pengaruh tarif pajak terhadap keputusan wajib pajak badan dan BUT

Jawaban: Dampak perpajakan terhadap investasi di dalam negeri antara lain:

(13)

- Keputusan Investasi: Tarif pajak yang tinggi dapat mengurangi insentif untuk berinvestasi, sedangkan tarif yang kompetitif dapat menarik lebih banyak investasi.

- Kepastian Hukum: Kejelasan dan kepastian dalam peraturan pajak dapat memengaruhi keputusan wajib pajak badan dan BUT untuk melakukan investasi jangka panjang.

- Perbandingan Internasional: Tarif pajak yang lebih tinggi dibandingkan negara lain dapat mendorong pengusaha untuk berinvestasi di luar negeri,

mengurangi aliran modal ke dalam negeri.

3. Jelaskan implikasi tarif pajak 22% terhadap penghasilan yang diterima oleh wajib pajak badan dalam negeri dalam konteks kebijakan fiskal pemerintah.

Jawaban: Implikasi tarif pajak 22% terhadap penghasilan yang diterima oleh wajib pajak badan dalam negeri mencakup:

- Pendapatan Negara: Tarif ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara dari pajak, yang dapat digunakan untuk membiayai program-program pemerintah.

- Pengaruh terhadap Ekonomi: Dengan tarif yang lebih rendah, diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dan konsumsi.

- Kepatuhan Pajak: Penetapan tarif yang jelas dan kompetitif dapat meningkatkan kepatuhan pajak, mengurangi penghindaran pajak dan meningkatkan basis pajak.

CARA MELUNASI PAJAK Nama : Meilana Alya Desta

No : 17

1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 25 dan bagaimana peranannya dalam pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan?

Jawaban:

(14)

PPh Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dibayar secara angsuran bulanan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. Angsuran ini merupakan bagian dari pelunasan PPh terutang untuk tahun pajak berjalan. Tujuan utama dari PPh Pasal 25 adalah untuk meringankan beban pajak yang harus dilunasi pada akhir tahun. PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan PPh terutang dari SPT Tahunan tahun sebelumnya, yang kemudian dibagi menjadi angsuran bulanan. Pembayaran PPh Pasal 25 dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan bayar pada saat pelaporan SPT Tahunan.

2.Jelaskan proses pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang memiliki kewajiban pembayaran PPh Pasal 25 dan bagaimana perhitungannya diatur sesuai ketentuan

perpajakan yang berlaku?

Jawaban:

Pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak dengan kewajiban pembayaran PPh Pasal 25 dilakukan melalui sistem angsuran bulanan. Angsuran ini bertujuan untuk mengurangi beban pajak di akhir tahun pajak dan menghindari pembayaran pajak sekaligus dalam jumlah besar. Ketentuan untuk menghitung angsuran PPh Pasal 25 diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan pajak yang terutang dari SPT Tahunan tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan jumlah angsuran, PPh terutang tahun lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga, kemudian dibagi dalam 12 bulan.

Jumlah ini menjadi besaran angsuran bulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak

sepanjang tahun berjalan. Pembayaran angsuran dilakukan melalui e-billing atau lembaga persepsi yang ditunjuk DJP. Jika terjadi kelebihan bayar pada saat pelaporan SPT Tahunan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) atau meminta agar kelebihan tersebut dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya.

3.Jelaskan proses pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang memiliki kewajiban pembayaran PPh Pasal 25 dan bagaimana perhitungannya diatur sesuai ketentuan

perpajakan yang berlaku?

Jawaban :

Pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak dengan kewajiban pembayaran PPh Pasal 25 dilakukan melalui sistem angsuran bulanan. Angsuran ini bertujuan untuk mengurangi beban pajak di akhir tahun pajak dan menghindari pembayaran pajak sekaligus dalam jumlah besar. Ketentuan untuk menghitung angsuran PPh Pasal 25 diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan pajak yang terutang dari SPT Tahunan tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan jumlah angsuran, PPh terutang tahun lalu dikurangi

(15)

dengan PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga, kemudian dibagi dalam 12 bulan.

Jumlah ini menjadi besaran angsuran bulanan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak

sepanjang tahun berjalan. Pembayaran angsuran dilakukan melalui e-billing atau lembaga persepsi yang ditunjuk DJP. Jika terjadi kelebihan bayar pada saat pelaporan SPT Tahunan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) atau meminta agar kelebihan tersebut dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya.

Nama : Bagus Satria Kuncoro No : 06

1. Sebutkan beberapa cara yang bisa dilakukan wajib pajak untuk melunasi pajak yang terutang!

Jawaban:

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melunasi pajak yang terutang antara lain:

1. Pembayaran melalui bank yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

2. Pembayaran online melalui situs resmi DJP atau aplikasi pajak seperti e-Billing.

3. Pembayaran melalui Kantor Pos yang telah ditunjuk sebagai tempat pembayaran pajak.

4. Pembayaran melalui ATM atau mobile banking yang mendukung layanan pembayaran pajak.

2. Bagaimana jika wajib pajak tidak dapat melunasi pajak tepat waktu?

Jawaban:

Jika wajib pajak tidak dapat melunasi pajak tepat waktu, maka wajib pajak akan dikenakan *sanksi administrasi* berupa bunga keterlambatan sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang belum dilunasi, dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran hingga tanggal pembayaran. Wajib pajak juga disarankan untuk segera menghubungi kantor pajak terdekat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai mekanisme pelunasan dan sanksi yang berlaku.

3.Apa itu EFIN dan bagaimana cara mendapatkannya?

Jawaban :

(16)

EFIN (Electronic Filing Identification Number) adalah nomor identifikasi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memfasilitasi wajib pajak dalam mengakses layanan elektronik, termasuk DJP Online. Cara mendapatkan EFIN adalah dengan mengunjungi kantor pajak terdekat, mengisi formulir permohonan, dan menunjukkan identitas seperti NPWP dan KTP. EFIN kemudian akan diberikan langsung oleh petugas pajak atau dikirim melalui email.

TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK Karimatul Rahma M./15

1. Mengapa pemerintah dan lembaga pemerintahan tidak termasuk subjek pajak di Indonesia?

Jawaban: Pemerintah dan lembaga pemerintahan tidak termasuk subjek pajak karena dana yang mereka miliki digunakan untuk kepentingan publik, bukan untuk memperoleh keuntungan. Hal ini diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh).

2. Mengapa organisasi internasional tertentu yang beroperasi di Indonesia tidak dianggap sebagai subjek pajak? Berikan contohnya!

Jawaban: Organisasi internasional tertentu, seperti PBB dan UNICEF, tidak dianggap sebagai subjek pajak karena ada perjanjian internasional yang memberikan status bebas pajak. Tujuannya adalah untuk memudahkan operasional mereka di berbagai negara.

3. Sebutkan jenis badan sosial yang tidak termasuk subjek pajak dan alasannya!

Jawaban: Badan sosial seperti yayasan amal atau organisasi nirlaba dikecualikan sebagai subjek pajak karena kegiatan mereka bertujuan untuk pelayanan sosial, bukan untuk keuntungan. Ini membantu mereka fokus pada kegiatan kemanusiaan tanpa terbebani pajak.

Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang Bersifat Final Anindya umu salva/03

(17)

1. Pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final dilakukan oleh siapa? dan mengapa pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final dilakukan oleh pihak tersebut?

jawaban : pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan oleh pihak ketiga (seperti bank, perusahaan, atau penyelenggara undian) untuk memastikan bahwa pajak tersebut dapat dipungut dan disetorkan ke negara dengan lebih efisien dan akurat.

beberapa alasan mengapa pemungutan atau pemotongan pajak bersifat final dilakukan oleh pihak ketiga :

Menyederhanakan Administrasi Pajak

Dengan melibatkan pihak ketiga, wajib pajak tidak perlu menghitung atau melaporkan pajak ini sendiri. Pihak ketiga langsung memotong pajak sebelum penghasilan diterima oleh wajib pajak, sehingga mengurangi beban

administratif baik bagi wajib pajak maupun bagi otoritas pajak.

Memastikan Kepatuhan Pajak

Pemotongan oleh pihak ketiga meningkatkan kepatuhan wajib pajak karena pajak dipungut di sumbernya. Misalnya, pajak bunga deposito dipotong langsung oleh bank, sehingga nasabah tidak bisa menghindari kewajiban pajak.

Efisiensi dalam Pengumpulan Pajak

Pajak final langsung dipotong oleh pihak ketiga saat transaksi dilakukan, sehingga pajak dapat dikumpulkan lebih cepat dan efisien.

Mengurangi Risiko Penghindaran Pajak

Dengan memotong pajak di sumber penghasilan, pemerintah dapat mencegah wajib pajak untuk menyembunyikan atau tidak melaporkan penghasilannya.

Kemudahan Bagi Wajib Pajak

Bagi wajib pajak, pemotongan oleh pihak ketiga menghilangkan kewajiban untuk melaporkan atau menghitung pajak ini dalam SPT Tahunan, karena pajak sudah dianggap lunas. Hal ini mempermudah wajib pajak, terutama bagi mereka yang mungkin tidak familiar dengan prosedur perpajakan yang kompleks.

Mengurangi Beban Pengawasan oleh Otoritas Pajak

(18)

Dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetorkan pajak, otoritas pajak tidak perlu melakukan pengawasan langsung kepada setiap wajib pajak untuk memastikan bahwa pajak final dibayar. Sebaliknya, otoritas cukup mengawasi pihak ketiga yang bertindak sebagai pemotong atau pemungut pajak.

2. Sebutkan langkah langkah pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final!

jawaban :

langkah-langkah umum dalam pemotongan atau pemungutan pajak final:

Identifikasi Penghasilan yang Kena Pajak Final: Pihak ketiga (misalnya bank atau pemberi hadiah) harus mengetahui apakah penghasilan yang diberikan kepada wajib pajak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak final.

Pemotongan/Pemungutan Pajak: Pajak langsung dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga sesuai dengan tarif pajak final yang berlaku.

Pelaporan dan Pembayaran: Pihak ketiga kemudian melaporkan dan menyetorkan pajak yang telah dipotong/pungut kepada negara.

Penyelesaian Kewajiban Pajak: penghasilan yang dikenakan pemotongan atau pemungutan PPh bersifat final tetap dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT)

3. Tidak semua objek pajak dapat dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final,mengapa objek pajak tersebut tidak bisa dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final serta sebutkan objek pajak apa saja yang dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final!

jawaban :

Tidak semua objek pajak dapat dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan bersifat final karena ada perbedaan sifat beberapa jenis penghasilan bersifat fluktuatif atau tidak tetap selain itu juga perbedaan karakteristik dari masing-masing jenis penghasilan.

Objek pajak yang termasuk dalam pemotongan atau pemungutan pajak bersifat final

● Bunga deposito dan tabungan

● Deviden

● Penjualan tanah dan bangunan

(19)

● Hadiah dari undian

● Sewa atas tanah dan bangunan

● penjualan saham di bursa efek

● penghasilan jasa kontruksi

Penghasilan Tidak Kena Pajak Nanda Oktavia Ramadhani (19)

1. Jelaskan pengertian PTKP dan fungsinya dalam sistem perpajakan

PTKP atau Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah batas penghasilan minimum yang tidak dikenakan pajak penghasilan (PPh) bagi wajib pajak orang pribadi.

Sederhananya, jika penghasilan Anda di bawah PTKP, maka Anda tidak perlu membayar pajak penghasilan.

Fungsi PTKP:

* Keringanan Pajak: Memberikan keringanan pajak bagi wajib pajak dengan penghasilan rendah atau menengah.

* Merangsang Konsumsi: Dengan mengurangi beban pajak, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan daya belinya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

* Keadilan Sosial: Menciptakan keadilan sosial dengan membebaskan kelompok masyarakat tertentu dari beban pajak.

2. jelaskan kelompok wajib pajak yang berhak mendapat ptkp dan faktor yang mempengaruhi besaran PTKP

Secara umum, semua Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) berhak mendapatkan PTKP.

Namun, besaran PTKP yang diberikan akan berbeda-beda tergantung pada status perkawinan dan jumlah tanggungan.

kelompok WP OP yang berhak atas PTKP:

● Wajib Pajak Belum Menikah:

Wajib pajak tunggal berhak atas PTKP dasar. Besarannya biasanya lebih kecil dibandingkan dengan wajib pajak yang sudah menikah.

● Wajib Pajak Menikah:

(20)

*Wajib pajak menikah yang tidak memiliki penghasilan sendiri atau penghasilannya digabung dengan penghasilan suami/istri. Mereka berhak atas PTKP yang lebih besar dibandingkan dengan wajib pajak single.

*Wajib pajak menikah dengan status pisah harta atau memilih terpisah. Mereka juga berhak atas PTKP yang lebih besar, namun perhitungannya sedikit berbeda.

● Wajib Pajak dengan Tanggungan:

Anak: Wajib pajak yang memiliki anak kandung, anak angkat, atau anak tiri yang menjadi tanggungannya berhak atas tambahan PTKP untuk setiap anak.

Orang Tua: Wajib pajak yang memiliki orang tua yang menjadi tanggungannya juga berhak atas tambahan PTKP.

3. Jelaskan faktor-faktor yang Mempengaruhi Besaran PTKP:

* Status Perkawinan: Seperti yang telah disebutkan, status kawin atau belum kawin akan mempengaruhi besaran PTKP.

* Jumlah Tanggungan: Semakin banyak tanggungan, maka semakin besar pula PTKP yang dapat diklaim.

* Penghasilan Pasangan: Jika pasangan memiliki penghasilan sendiri, maka perhitungan PTKP akan sedikit berbeda.

* Peraturan Perpajakan: Besaran PTKP dan syarat-syarat untuk mendapatkannya dapat berubah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia

Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari dalam negeri

36 Tahun 2008 yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari dalam negeri

Objek dari pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesaia maupun dari

Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari dalam negeri

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah: setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang