LUNTURNYA BUDAYA GOTONG ROYONG DI ERA GLOBALISASI DILIHAT DARI SUDUT PANDAN TEORI
GOTONG ROYONG SEBAGAI SARI PATI PANCASILA
Dosen Pengampu :
Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum Disusun Oleh :
Hana Priskila 12417004 / Semester 4
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN TAHUN 2019
ABSTRAK
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai para pendiri yang buah pikirannya sangat brilian. Para pendiri negara tersebut saling melontarkan gagasannya demi mencari dasar yang kuat bagi berdirinya bangsa ini pada saat mempersiapkan kemerdekaan. Salah satu tokoh yang gagasannya dipakai sebagai fondasi negara yaitu Soekarno. Soekarno pernah mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara (Notosusanto, 1977:17). Soekarno bahkan merangkum Pancasila dalam satu nilai: “gotong royong” atau yang disebutnya sebagai Ekasila” Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa indonesia derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecendrungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai- nilai pelestarian budaya dan gotong-royong pada masyarakat khusunya perkotaan.
Kata kunci : Gotong royong, Globalisasi, Budaya
GOTONG ROYONG SEBAGAI SARI PATI PANCASILA
Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai para pendiri yang buah pikirannya sangat brilian. Para pendiri negara tersebut saling melontarkan gagasannya demi mencari dasar yang kuat bagi berdirinya bangsa ini pada saat mempersiapkan kemerdekaan. Salah satu tokoh yang gagasannya dipakai sebagai fondasi negara yaitu Soekarno. Soekarno pernah mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara (Notosusanto, 1977:17). Soekarno bahkan merangkum Pancasila dalam satu nilai: “gotong royong” atau yang disebutnya sebagai Ekasila. ‘
“Pada saat sekarang ini, perilaku gotong royong mengalami banyak perubahan di Indonesia. Di daerah perkotaan perilaku gotong royong sudah semakin Jarang dilakukan Sebaliknya di daerah pedesaan, pinggiran kota. masih banyak ditemukan perilaku gotong royong yang ditampilkan oleh warganya, baik itu untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi. Di daerah pedesaan masih mudah ditemukan orang gotong royong pada acara “hajatan" pengantin atau lunalan. aelaln gotong royong untuk kepentingan umum masyarakat yang lain.
apalagi bila terjadi musibah atau bencana. sedangkan dl daerah perkotaan, tidak lagi bisa ditemukan orang gotong royong pada acara sunatan atau pernikahan, semuanya dikerjakan oleh panitia dan ada biayanya” (Rochmadi. 201 1:5).
Muhammad Hatta dibeberapa kesempatan mengungkapkan bahwa gotong royong adalah nilai yang dihidupi bangsa ini sejak dulu kala dan diejawantahkan dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu sosial, bUdaya.
Hatta berpendapat bahwa gotong royong sebagai nilai asli Indonesia dalam hal ekonomi, kini bercampur dengan sistem ekonomi lainnya. Hatta dalam tulisannya yang berjudul “Demokrasi Kita”, mengatakan bahwa gotong royong sebenarnya merupakan landasan sosial yang hebat bagi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia:“Dalam segiekonomi,semangat gotong royong yang merupakan
koperasi sosial adalah dasar yang sebaik-baiknya untuk membangun koperasi ekonomi sebagai dasar perekonomian rakyat. Keyakinan tertanam bahwa hanya dengan koperasi dapat membangun kemakmuran rakyat.”
Masyarakat Indonesia amat menunjung tinggi gotong royong, artinya tata hubungannya bukan hanya bersifat lahiriah karena lahir dari kodrat manusia Indonesia yang mengakui kebersamaan. Kerja sama masyarakat Indonesia yang terpupuk dengan demikian juga bukan didasarkan oleh kepentingan, melainkan karena sukarela.
Realitas ini sebenarnya tampak ketika bencana di aceh saat itu semua warga bangsa (bahkan dunia) tergerak untuk turun tangan dengan berbagai cara.
Semua wana, tan o a dikomando, seakan diikat oleh rasa an; sama bahwa yang sedang menderita adalah sesama warga bangsa juga.Inilah potret kebangsaan yang sesungguhnya dalam negara gotong royong Soekarno. Driyarkara menggarisbawahi perubahan pola gotong royong ini juga oi pedesaan, akan tetapi argumentasinya masih memberi harapan bahwa sebenarnya nilai ini masih amat mengakar:
Dalam contoh contoh yan sederhana dari kehidupan desa, kita bisa melihat sifat dan sikap ini. Desa sekarang sudah banyak kita bisa menyaksikan kehidupan gotong royong itu. Orang membuat jembatan, menggali selokan, menebang pohon, dan sebagainya dengan gotong royong.” (Driyarkara, 2006:950)
LUNTURNYA BUDAYA GOTONG ROYONG DI ERA GLOBALISASI Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa indonesia derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecendrungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Dahulu bangsa indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki budaya adiluhung budaya dimasyarakat yang sangat dibanggakan adlah budaya gotong royong.para leluhur dahulu sudah mewariskan semangat kegotongroyongan semangat yang menjadi warisan sangat berharga bagi generasi penerus bangsa sebagai salah satu sarana pemersatu bangsa.
Tape sepertinya saat ini semangat gotong royong mulai hilang, luntur bersama perkembangan jaman.di beberapa desa bahkan secara nyata uang menjadi perusak semangat gotong royong warga desa. Kehadiran dalm sebuah kebersamaanpun terkadang diwakili dengan uang.padahal indonesia merdeka karena adanya semangat gotong royong,kebersamaan dan bahu membahu menjadi kunci keberhasilan indonesia merdeka.
Dan juga faktor yang melunturkan semangat gotong royong dikarenakan banyaknya bantuan yang diberikan,membuat orang mulai hilang semangat gotong royongotong royong .kurangnya semangat gotong royong menimbulkan masyarakat kurang peka terhadap sesuatu yang terjadi dilingkungannya.padahal gotong royong mampu menjadi alat komunikasi yang efektif.
Yang masih diharapkan untuk terus menjaga kegotongroyongan Adalah masyarakat desa.semoga desa mampu menjadi penjaga pilar kejayaan pancasila dengan tetap menjaga semangat gotong royong didalam kehidupan bermasyarakat.
PEMBAHASAN
Gotong royong adalah bekerja bersama sama untuk mencapai hadil yang diinginkan. Istilah gotong-royong ini merupakan istilah asli indonesia. Gotong royong berasal dari “Gotong” yang artinya bekerja dan “Royong” yang artinya bersama-sama.
Berikut ini alasan mengapa gotong royong sudah mulai pudar :
Malas
Alasan ini merupakan alasan klasik, namun alasan inilah yang sering muncul di masyarakat. Rasa malas adalah perasaan yang dimiliki oleh hampir semua orang, oleh sebab itu saat orang merasa malas maka apapun kegiatannya dia merasa enggan untuk berperan aktif, tak terkecuali saat ada kegiatan gotong royong.
Kesibukan
Tak sedikit orang yang disibukkan dengan pekerjaan mereka, sehingga hampir tak ada waktu untuk kegiatan-kegitan yang bersifat sosial kemasyarakatan. Bahkan, ada orang yang rela mengeluarkan uang untuk membayar orang lain untuk mewakili mereka saat ada gotong royong.
Kecemburuan Sosial
Sering adanya bantuan langsung dari pemerintah membuat permasalahan tersendiri di masyarakat, hal ini tak lepas dari pembagian bantuan yang terkadang tidak tepat sasaran. Bahkan, berkembang asumsi di masyarakat terkait bantuan yang seharusnya dibagi rata. Nah, kecemburuan dan rasa iri inilah yang terkadang membuat orang jadi enggan untuk melakukan kegiatan seperti gotong royong.
Pemahaman Keliru Soal Bantuan
Bantuan untuk pembangunan dari pemerintah membuat orang terkadang keliru dalam memahami, banyak asumsi bahwa tak perlu ada gotong
di bayar dengan dana bantuan.
Memang tak sepenuhnya keliru, namun ada kalanya bantuan juga butuh swadaya dari masyarakat, karena ada juga bantuan yang sifatnya stimulan dan butuh partisipasi dari masyarakat. Dengan banyaknya bantuan yang turun di masyarakat sehingga tak sedikit masyarakat yang akhirnya
"ketergantungan" pada bantuan.
Kurang Bersosialisasi/ Egois
Ego orang yang besar terkadang membuat orang menjadi kurang bersosialisasi, enggan berbaur dan acuh tak acuh terhadap kegiatan- kegiatan kemasyarakatan.
Dapat kita ketahui pula pada saat ini jiwa gotong-royong pada diri manusia mulai luntur apalgai di daerah perkotaan jiwa semangat untuk saling bantu membantu juga memulai pudar.Hal ini sebenarnya akan berdampak buruk bagi para masyrakat karena masyarakat hanya mementignkan diri sendiri,keras kepala,egois dan acuh. Apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi tentunya akan membuat manusia malasa akan mengerjakan sesuatu karena semua pekerjaan sudah di kerjakan dengan teknologi mesin dan robotik. Kita sebagai generasi muda seharusnya tetap menjunjung tinggi nilai gotong- royong dimanapun kita berada karena itu merupakan warisan budaya dari leluhur kita yang harus tetap dilestarikan dan jangan sampai hilang karena terhalang oleh perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nafismadani/5816d2f5ec96731e1095e16 7/lunturnya-budaya-gotong-royong-di-era-globalisasi
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.