• Tidak ada hasil yang ditemukan

pandangan tokoh agama terhadap praktik bunga

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pandangan tokoh agama terhadap praktik bunga"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Praktek bunga pinjaman merupakan hal yang sah dalam praktek peminjaman dan hutang dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Mengenai praktek pinjam meminjam yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Montong Dao Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah masyarakat setempat melakukan pinjaman kepada lembaga non perbankan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak yaitu Kelompok Tahlilan yang memiliki kas tetap.

Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan praktik bunga pinjaman tunai kelompok tahlilan di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Bagaimana sikap tokoh agama terhadap praktik bunga pinjaman tunai oleh kelompok tahlilan di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Keunggulan bagi prodi Muamalah fakultas Syari'ah UIN Mataram adalah dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah di bidang Muamalah dan menjadi referensi bagi mahasiswa prodi Muamalah yang ingin melakukan penelitian terkait penelitian ini. . .

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membangkitkan minat dalam praktik pinjam meminjam. Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah keduanya mengangkat praktik pinjam meminjam.

Kerangka Teori

Tentunya setiap barang yang tidak terukur atau jarang ditemukan karena akan sulit mengembalikan barang sejenis. Jika seseorang berutang makanan kepada pasangan yang tidak dikenal, maka tidak boleh, karena qardh menuntut pengembalian barang yang sepadan. Oleh karena itu, kedua belah pihak diharapkan mengetahui kadar dan sifat barang yang dipinjam.

Jika yang dipinjamkan itu berupa barang yang bernilai, maka balasan yang sepatutnya menurut kebanyakan pengikut mazhab Syafi'i, termasuk salah satu pendapat Zhahiriyah, adalah barang yang serupa bentuknya. Sedangkan unta kecil itu masih remaja." Jika tidak dapat mengembalikan barang yang sama, menurut Zhahiriyah, sila pulangkan dengan nilai yang sama dan cuba pulangkan tepat pada hari yang dijanjikan. Seperti yang kita ketahui, menurut kepada fiqh pemberian pinjaman berbentuk barang yang berpotensi menjadi riba atau tidak.

Hal ini karena akad qardh merupakan akad yang mensyaratkan pengembalian harta yang sejenis dengan barang mitsliyat, sehingga memerlukan penggantian pada saat jatuh tempo, seperti kewajiban mengganti barang yang rusak.

Metode Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik, artinya penulis memaparkan secara lengkap bagaimana pandangan tokoh agama terhadap praktik bunga pinjaman dana tunai kelompok tahlilan (studi kasus di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah). ) Kabupaten) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teori fikih. mu'amalah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang diperoleh dari lapangan merupakan informasi yang bersifat informasi yang diperoleh dari informan yang berhubungan langsung dengan penelitian ini karena penelitian ini didasarkan pada studi kasus praktek peminjaman dana tunai tahlilan. kelompok yang dilakukan oleh masyarakat Desa Teratak, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah. Peneliti merupakan “key tool” atau alat utama penelitian sehingga diharapkan data yang diperoleh dari lapangan valid dan mudah untuk dianalisis.

Data primer terdiri dari data responden/informan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Melalui proses observasi dan pencatatan informasi tentang praktik bunga pinjaman tunai kelompok tahlilan di desa Teratak, diharapkan dapat diperoleh data yang akurat dan komprehensif. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data terkait data praktik bunga pinjaman tunai kelompok tahlilan di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah.

Singkatnya, makna yang muncul dari data lain harus diuji validitas, konsistensi, dan kesesuaiannya.

Sistematika Pembahasan

Dengan kata lain, jika partisipasi yang diperluas memberikan ruang lingkup, maka kegigihan pengamatan memastikan kedalaman data yang diperoleh.47 Ini berarti bahwa penelitian harus melakukan pengamatan yang hati-hati dan terperinci atas keseimbangan faktor-faktor yang menonjol. Mendiskusikan temuan dengan rekan kerja sangat membantu peneliti dalam memperoleh informasi atau data yang dapat membantu menuju validasi data. Bagian isi ini terdiri dari empat bab yaitu; bab I pendahuluan, bab II penyajian data dan temuan, bab III berisi pembahasan dan analisis, bab IV penutup.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan literatur, kerangka teori, metode penelitian dan sistem pembahasan. Bab ketiga membahas analisis praktik bunga pinjaman tunai kelompok tahlilan di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Bagian ini ditulis sebagai penguatan analisis pandangan tokoh agama terhadap praktik bunga pinjaman tunai kelompok tahlilan di Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah.

Pada bagian terakhir ini, penulis menyertakan daftar pustaka dan beberapa lampiran berupa izin penelitian, dokumentasi penelitian, dll.

PRAKTIK BUNGA PINJAMAN DANA KAS KELOMPOK

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Letak Geografis Desa Teratak
  • Keadaan Penduduk
  • Keadaan Penduduk Per Dusun
  • Keadaan Sosial Keagamaan

Mayoritas penduduk Desa Teratak beragama Islam dengan 4854 laki-laki dan 5125 perempuan. Dan juga ada beberapa orang dari Desa Teratak yang memeluk agama Hindu dengan 4 laki-laki dan 1 perempuan. Penduduk Desa Teratak yang menganut agama Islam memiliki latar belakang dari berbagai organisasi keagamaan.

Terdapat dua organisasi keagamaan di Desa Teratak, yaitu Nahdhatul Ulama (NU) dan Nahdhatul Wathan (NW). Masyarakat Desa Teratak selalu memperingati hari besar Islam seperti Maulidan, Isra` Mi`raj, Idul Fitri dan Idul Adha. Warga desa Teratak melakukan kegiatan Tahlilan dan Yasianan/HIzib saat salah satu warga hadir.

Namun demikian, bukan berarti warga Desa Teratak memiliki pemahaman yang mendalam tentang syariat Islam.

Praktik Bunga Pinjaman Kas Kelompok Tahlilan

  • Model Pengembangan Kas Kelompok Tahlilan di
  • Praktik Bunga Pinjaman Kas Kelompok Tahlilan
  • Pandangan Tokoh Agama Praktik Bunga Pinjaman

Berdasarkan hasil wawancara dan paparan kepada bendahara kelompok tahlilan yaitu Amaq Andi, masyarakat yang melakukan transaksi pinjaman tunai kelompok tahlilan berasal dari masyarakat sekitar kampung. NOK 5.000 per anggota, pengurus kelompok tahlian juga melakukan transaksi pinjam meminjam untuk mengembangkan kas kelompok tahlilan. Dengan adanya pemberian pinjaman tunai dari kelompok tahlilan, respon masyarakat terhadap hal tersebut sangat baik.

Menanggapi praktik bunga pinjam meminjam dari kas kelompok tahlilan di dusun Montong Dao, melalui wawancara dengan H. Namun, dalam praktik khususnya di dusun Montong Dao, banyak masyarakat yang melakukan praktik pinjam meminjam, termasuk pinjaman kepada kelompok tahlilan. Di sisi lain, masyarakat sangat membutuhkan pinjaman tersebut, sehingga masyarakat Dusun Montong Dao yang memberikan pinjaman ke kas kelompok tahlilan merasa sangat terbantu, sehingga sebagai bentuk rasa syukur.

Nahharudin, membawa pandangan yang sedikit berbeda tentang praktik bunga pinjaman uang kelompok Tahlilan.

Analisis Praktik Bunga Pinjaman Kelompok Tahlilan di

Praktek pinjam meminjam ini tidak hanya melibatkan satu atau dua orang saja, melainkan seluruh masyarakat Dusun Montong Dao karena melihat keadaan masyarakatnya yang masih tergolong ekonomi kelas menengah, hal ini yang membuat masyarakat Dusun Montong Dao masih bertahan. banyak transaksi pinjam meminjam. Praktik pinjam meminjam yang terjadi di Dusun Montong Dao antara masyarakat dengan bendahara kelompok tahlilan tidak jauh berbeda dengan transaksi pinjam meminjam pada umumnya. Namun dalam hal ini sistem pinjam meminjam yang timbul antara masyarakat dengan bendahara kelompok tahlilan, berdasarkan hasil penelitian, bendahara kelompok tahlilan akan memberikan rangkaian pinjaman kepada masyarakat dengan syarat yaitu adanya "bunga pinjaman.

Pinjam meminjam didasarkan pada gotong royong tanpa membebani siapapun dan tanpa syarat apapun. Seperti yang terjadi pada masyarakat Dusun Montong Dao yang meminjam uang kepada kelompok tahlilan, dimana dalam transaksi pinjam meminjam terdapat syarat-syarat yang memberatkan peminjam, yang diajukan oleh bendahara kelompok tahlilan di awal akad. Praktik pinjam meminjam ini sudah berlangsung lama sejak tahun 2018 dan masih berlangsung sebagai cara pengembangan kas kelompok tahlilan di Dusun Montong Dao Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara.

Analisis pandangan tokoh agama terhadap praktik bunga pinjam meminjam uang dari perspektif pinjam meminjam Kelompok Tahlilan.

Analisis Terhadap Pandangan Tokoh Agama dalam

Dalam praktek pinjam meminjam yang terjadi pada masyarakat Dusun Montong Dao terdapat syarat-syarat yang harus disepakati oleh peminjam (debitur) dengan pemberi pinjaman (kreditur), dimana masyarakat yang akan meminjam harus melebihi 0,01%-1% dari pembayaran pinjaman dari pokok yang ditentukan pada awal akad. Pada saat akad, masyarakat dan bendahara kelompok tahlilan sepakat untuk melakukan transaksi pinjaman dengan kelebihan pembayaran atau bunga sebesar 0,01%-1% tergantung dari nominal uang yang dipinjam. Setelah menganalisis praktik yang terjadi pada masyarakat Dusun Montong Dao, peneliti berpendapat bahwa praktik pinjam meminjam antara masyarakat dengan bendahara kelompok tahlilan meskipun dilakukan atas dasar gotong royong, belum sepenuhnya sejalan dengan apa yang ada dalam teori pinjam meminjam dalam Islam.

Karena praktek pinjam meminjam yang dilakukan dengan syarat melebihi pembayaran pokok yang ditetapkan di awal akad adalah riba. Pinjam meminjam pada prinsipnya diperbolehkan dalam Islam selama praktiknya tidak bertentangan dengan apa yang diatur dalam Islam. Karena meminjam dimaksudkan untuk saling tolong-menolong dengan yang membutuhkan tanpa merugikan salah satu pihak dan tanpa bentuk riba sedikitpun.

Dari penjelasan di atas, maka praktik pinjam meminjam harus dilandasi rasa gotong royong tanpa mempersulit atau mempersulit.

PENUTUP

Kesimpulan

Pandangan tokoh agama di dusun mengenai praktik pinjam meminjam uang pada kelompok tahlilan hanya sebatas memberikan pendapat pribadi terhadap praktik tersebut dengan menyatakan bahwa praktik tersebut merupakan praktik yang diharamkan dalam Islam karena merupakan unsur syariat. riba. Namun, para pemuka agama di Dusun Montong Dao cenderung membiarkan praktik pinjam meminjam ini dengan alasan masyarakat sangat membutuhkan pinjaman tersebut untuk kelangsungan ekonomi.

Saran

Baiq Elbadriati, “Membangun Sistem Ekonomi Bebas Riba (Suatu Upaya Reformulasi Konsep Ekonomi Dalam Islam)”, Jurnal Ekonomi Islam 6:107, Fakultas Syariah IAIN Mataram, 1 desember 2008. Ermawati, “Kajian Utang Ekonomi Islam Praktek di Desa Lebangkar Kecamatan Ropang Kabupaten Sumbawa” Tesis, IAIN Mataram, Mataram, 2016. Gustiawan, “Analisis Persepsi Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Tentang Isu Riba Terhadap Kepentingan Masyarakat Menabung di Perbankan Syariah Kotabumi (Studi di Syariah Mandiri Banken en Kotabumi BPRS)".

Imam Mustofa, Fikih Mu'amalah Kontemporer, Depok: Rajawali Press, 2018 Imamudin Yuliadi, Pengantar Ekonomi Islam, Jakarta 2010. Laila Fitriani, “Penerapan pinjam meminjam uang menurut perspektif ekonomi Islam di masyarakat (Nurs Studery Farms ) di Kecamatan Tambang Kampar), Tesis, UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2010). Nurhidayanti, Praktek Perjanjian Hutang Dengan Sistem Pengembalian Bertahap (Studi kasus pada koperasi “Semangat” di Desa Sakra Kecamatan Sakra) , Skripsi, IAIN Mataram, Mataram 2015.

Keterangan : wawancara dengan salah satu peminjam dalam kelompok tahlilan, di rumah peminjam pada Selasa, 8 Februari 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Meanwhile, Modung, Labang, and Kwanyar sub-districts are in Cluster 4 with indicators that trigger stunting, namely parental understanding regarding stunting,