• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif

N/A
N/A
Nayla Venus

Academic year: 2023

Membagikan "Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Panduan ini merupakan acuan yang dapat digunakan untuk menerapkan kurikulum mandiri bagi siswa berkebutuhan khusus pada satuan pendidikan umum. Tujuan penyusunan panduan ini adalah untuk memandu para pemangku kepentingan dalam memahami pendidikan inklusif sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat kepada siswa berkebutuhan khusus. Keberhasilan pendidikan inklusif akan tercapai apabila faktor lingkungan yang menghambat belajar anak dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus.

Untuk membantu satuan pendidikan mengelola dan melaksanakan pendidikan inklusif, diperlukan pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus pada satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan umum. Belajar menyusun pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif sehingga dapat membantu satuan pendidikan untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi perkembangan peserta didik sesuai potensi, kondisi dan karakteristiknya. Ruang lingkup panduan ini membahas tentang kebijakan pendidikan inklusif, peserta didik berkebutuhan khusus dan karakteristiknya, serta cara penyelenggaraan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Prinsip umum lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah kehadiran peserta didik berkebutuhan khusus di dalam kelas agar dapat berpartisipasi dan diterima di lingkungan satuan pendidikan. Model ini terutama diterapkan pada siswa yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat khusus serta mempunyai kecepatan belajar yang luar biasa.

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)

Peserta didik dengan hambatan penglihatan/

Seseorang dikatakan mengalami gangguan penglihatan apabila setelah diukur dengan alat ukur ketajaman penglihatan menghasilkan skor 20/200 kaki atau kurang, dan/atau mempunyai lapang pandang kurang dari 20 derajat. Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan khusus dalam pendidikan dan kehidupannya.

Peserta didik

Karakteristik peserta didik dengan gangguan penglihatan secara fisik

KLASIFIKASI

Peserta didik dengan hambatan pendengaran/

Karakteristik berdasarkan aspek sosial-emosional

Karakteristik berdasarkan aspek fisik/kesehatan

Klasifikasi

Peserta didik dengan hambatan intelektual/

Siswa penyandang disabilitas intelektual adalah anak yang justru mengalami hambatan atau keterlambatan intelektual sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan tugas akademik dan sosial. Dampak yang dialami siswa tunagrahita adalah terganggunya komunikasi, kemandirian dan penyesuaian sosial. Tidak mungkin anak penyandang disabilitas intelektual, termasuk Down Syndrome, dapat mengikuti persyaratan kurikulum standar sesuai kelompok umurnya sehingga diperlukan kurikulum khusus.

Peserta didik dengan hambatan intelektual

Berat

Peserta didik dengan hambatan fisik motorik/

Siswa penyandang disabilitas fisik motorik adalah anak yang mengalami cacat permanen pada anggota tubuhnya (tulang, sendi, otot). Mereka mengalami gangguan gerak akibat kelemahan otot atau gangguan fungsi saraf otak (cerebral palsy) dan/atau kelumpuhan anggota tubuh (polio). Polio: Kelumpuhan bagian tubuh akibat suatu penyakit atau virus pada masa kehamilan atau masa kanak-kanak yang menyebabkan gangguan perkembangan.

Amputasi: hilangnya satu atau lebih anggota tubuh akibat amputasi dan (biasanya) penggantian dengan anggota tubuh palsu. Distrofi otot progresif: Gangguan pergerakan yang disebabkan oleh kondisi otot yang bersifat progresif (semakin memburuk seiring berjalannya waktu).

Apa yang menyebabkan cacat intelektual?

Ciri - ciri

  • Peserta didik dengan hambatan emosi dan perilaku
  • Peserta didik lamban belajar (slow learner)
  • Peserta didik berkesulitan belajar spesifik (specific learning disability)
  • Peserta didik cerdas istimewa dan bakat istimewa
  • Peserta didik autistic spectrum disorders (ASD)

Siswa dengan hambatan emosional dan perilaku umumnya tidak mengalami hambatan intelektual, sehingga dimungkinkan untuk mengikuti kurikulum standar meskipun memerlukan adaptasi atau adaptasi. Seseorang dikatakan mengalami ketidakmampuan belajar apabila setelah diukur dengan tes kecerdasan menghasilkan nilai IQ rata-rata atau di atas rata-rata, namun menunjukkan hasil belajar (dalam bidang tertentu) jauh di bawah perkembangan usia dan kemampuan mentalnya. . Menurut Anak Berbakat dan Berbakat Renzulli, siswa yang mempunyai kelebihan pada tiga komponen tersebut adalah mereka yang mempunyai kemampuan intelektual di atas rata-rata yang ditunjukkan dengan IQ (skala Weschler) di atas 130, mempunyai motivasi dan komitmen tugas yang tinggi, serta mempunyai kreativitas yang tinggi. .

Selain itu, siswa berbakat juga cenderung lebih rapuh secara emosional, merasa terasing karena berbeda dengan siswa lain di lingkungan sosialnya. Siswa berbakat juga mempunyai selera humor yang tinggi, bahkan terkadang mengolok-olok diri sendiri. Berbagai perbedaan yang dimiliki siswa berbakat memerlukan perlakuan khusus oleh guru di sekolah dan lingkungan yang mendukung yang memahami perbedaan mereka.

Atau dengan kata lain pelajaran yang diberikan tidak perlu diulang-ulang, hal ini diperlukan sebagai latihan bagi siswa normal; dan c. Jika siswa berbakat memerlukan kegiatan yang menantang untuk memenuhi kebutuhan berbakatnya, dia dapat melakukannya untuk sementara. Autisme merupakan suatu kelainan perkembangan yang dialami seseorang pada masa pertumbuhan dan perkembangan, dimana penderitanya mempunyai ciri-ciri utama yaitu hambatan dalam berinteraksi, berkomunikasi dan berperilaku.

Implikasi dari hambatan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku tersebut mengakibatkan perilaku yang tidak sesuai dengan situasi sosial saat ini, kurangnya kontak mata, kesulitan memusatkan perhatian, kurangnya gerak tubuh untuk menjembatani komunikasi, dan kesulitan menafsirkan gerak tubuh orang lain. .

Peserta didik autistic spectrum

Peserta didik attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)

Istilah ini mengacu pada anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku yang biasanya ditandai dengan satu atau lebih dari tiga ciri berikut: a. Hiperaktif dapat ditandai dengan perilaku gelisah, bangun dari posisi duduk, sulit berdiam diri, kesulitan mengendalikan diri. , berbicara berlebihan, berlari, keluar dari tempatnya dan pada waktu yang salah.

ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVITY DISORDER

ADHD HIPERAKTIVITAS

Lingkungan

Neurologis

INATENTIF

HIPERAKTIVITAS

Inklusif

Alur Pelaksanaan

PPDB IDENTIFIKASI ASESMEN PROFIL ANAK

  • Masa Transisi
  • Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
  • Identifikasi dan Asesmen
  • Penyusunan Profil Belajar Peserta Didik
  • Perencanaan Pembelajaran
  • Proses Pelaksanaan Pembelajaran
  • Program Pendidikan Individual (PPI)

Masa transisi ini sangat penting karena masa ini merupakan masa pembelajaran bagi siswa untuk mempelajari tempat baru, sistem baru dan cara belajar baru… akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa pada jenjang selanjutnya. Namun jika siswa kurang berhasil dalam beradaptasi maka akan mempengaruhi mental siswa dalam belajar. Penyelenggaraan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif diawali dengan kegiatan PPDB.

Kebijakan mengenai PPDB bagi siswa berkebutuhan khusus diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi Layak Bagi Siswa Penyandang Disabilitas Pasal 11 (b), yaitu memberikan kepastian seleksi masuk ke lembaga pendidikan sesuai dengan kondisi fisik siswa berkebutuhan khusus. kecacatan. kebutuhan khusus berdasarkan keterangan dokter dan/atau dokter spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila ternyata terdapat siswa yang mempunyai karakteristik kategori berat, maka hanya ada satu siswa yang berkebutuhan khusus dalam kelompok belajar tersebut. Prinsip identifikasi hanya sebatas mengidentifikasi orang-orang yang diduga mengalami hambatan, sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan potensi apa saja yang dimiliki siswa.

Hasil penilaian ini juga digunakan untuk menentukan jenis dan bentuk intervensi yang tepat bagi siswa. Profil pembelajaran siswa juga digunakan untuk menentukan metode pembelajaran dan mengevaluasi siswa berkebutuhan khusus. Satuan pendidikan dapat menggunakan aplikasi Profil Pembelajaran Siswa (PBS) yang terdapat di Dapodik dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pengembangan Profesi Berkelanjutan (SIMPKB).

Perencanaan pembelajaran merupakan suatu langkah untuk menciptakan program dan proses pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Siswa mengetahui cara melakukan kegiatan pra-membaca (cara memegang buku, jarak mata dengan buku, cara membalik buku dan memilih lampu untuk membaca). Isi mengacu pada fakta, konsep, prosedur, dan metakognisi yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.

Soal-soal tersebut disesuaikan dengan materi yang dipelajari pada PDBK dan diberikan tugas yang berbeda dengan siswa lainnya.

Tabel 3.1 Format Rencana Kerja
Tabel 3.1 Format Rencana Kerja

PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PPI

Penilaian (Asesmen) Pelaksanaan Pembelajaran

Penilaian adalah mengukur dan mengambil keputusan mengenai tingkat kemajuan yang dicapai siswa, apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan menentukan program selanjutnya yang akan dilaksanakan.

Laporan Hasil Belajar

Manajemen Kelas

  • Faktor mobilitas
  • Faktor interaksi teman sekelas

Guru hendaknya mendorong dan menstimulasi teman sebaya lainnya untuk mendukung siswa berkebutuhan khusus di kelas untuk berpartisipasi aktif di kelas, bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan kelas yang lebih hidup, guru hendaknya mengembangkan interaksi teman sebaya, diskusi.

Faktor mobilitas

Evaluasi Pelaksanaan

Evaluasi penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan evaluasi terhadap pelayanan pendidikan dan kinerja satuan pendidikan sehubungan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan merupakan efektivitas satuan pendidikan dalam pengembangan kompetensi GDPK. Evaluasi konteks penyelenggaraan pendidikan inklusif mencakup unsur penilaian terhadap latar belakang, tujuan pendidikan inklusif, kerjasama dengan instansi lain dan penerimaan siswa.

Penilaian masukan bagi penyelenggaraan pendidikan inklusif meliputi sarana prasarana, kurikulum dan sumber daya manusia. Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan pendidikan inklusif meliputi pembelajaran, layanan PKB, pendanaan dan monitoring. Evaluasi produk pelaksanaan pendidikan inklusif dengan menilai dampak prestasi siswa dan hambatan pelaksanaannya.

Setelah implementasi pendidikan inklusif dievaluasi, maka dilakukan tindak lanjut untuk memaksimalkan layanan terhadap GDPK.

Pelaksanaan Pendidikan Inklusif

  • Peran Pemerintah
  • Peran Masyarakat
  • Peran Orang Tua
  • Peran Satuan Pendidikan
    • Kepala Satuan Pendidikan
    • Guru Pembimbing Khusus dan Guru Umum
    • Teman Sebaya
    • OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)

Partisipasi orang tua dalam proses pengambilan keputusan pendidikan pada anak sangatlah penting dan memegang kunci keberhasilan anak. Hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah terlibat dan berperan aktif sebagai anggota tim Individual Education Program (IEP) yang menentukan jalur siswa. Orang tua juga dapat mendukung kebijakan sekolah, termasuk menyediakan GPK dan infrastruktur yang mudah diakses.

Kegiatan tersebut dipantau dan dievaluasi oleh pengawas sekolah/Madrasah untuk menjamin peningkatan mutu satuan pendidikan. Partisipasi aktif kepala satuan pendidikan merupakan faktor penting dalam keberhasilan pelaksanaan perubahan, peningkatan pelayanan, atau penetapan kebijakan. Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru yang bertugas membimbing peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah, baik berasal dari satuan pendidikan maupun dari sekolah luar biasa terdekat.

Lingkungan pembelajaran inklusif memberikan banyak kesempatan kepada siswa umum dan siswa berkebutuhan khusus untuk membangun hubungan dengan teman sebaya, baik dalam hubungan dalam proses pembelajaran maupun persahabatan. Teman sebaya berkontribusi paling besar terhadap keberhasilan penerapan pendidikan inklusif bagi seluruh siswa. Keberadaan organisasi pada satuan pendidikan harus melibatkan dan mengikutsertakan GDPK dalam setiap acara atau kegiatan yang diadakan di satuan pendidikan tersebut.

Sistem inklusi yang ideal adalah sistem pendidikan umum itu sendiri menjadikan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dimulai dengan keyakinan bahwa setiap siswa mempunyai kekuatan untuk dikembangkan, minat untuk berbagi, dan pengalaman untuk dihormati.

Pembelajaran yang Dimodifikasi

Geometri Pada akhir kelas 4, siswa akan mampu mengidentifikasi ciri-ciri bangun datar (sisi dan sudut) yang berbeda-beda dari poligon dan lingkaran, serta kombinasinya, mendeskripsikan hubungannya berdasarkan ciri-cirinya, dan mengidentifikasi ciri-ciri yang berbeda. bentuk geometris (sisi, tepi dan sudut) prisma dan tabung. Melakukan kegiatan apersepsi kepada siswa dengan permainan tebak-tebakan dimana bangun datar disusun berbentuk rumah, mobil, dan lain-lain (sesuai imajinasi siswa). Guru mengatakan bahwa hari ini siswa akan belajar tentang banyak bangun datar yang ada disekitar kita.

Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai manfaat mengenali benda datar yang banyak disekitar kita.

Gambar

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
Tabel 3.1 Format Rencana Kerja
Tabel 3.2 Penyesuaian Tujuan Pembelajaran
Gambar 3.2 Tata ruang kelas untuk peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah umum

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah yang sama tanpa diskriminasi, ramah dan humanis untuk

(1) Peserta didik berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), mendapat layanan pembelajaran inklusif yang diselenggarakan pada satuan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada kepala sekolah di tiga sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di kecamatan Junrejo bahwa pelaksanaan

Hal itu dapat dicermati dari Pasal 41 (1) PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa: ”Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan

Pembangunan Ruang Pusat Sumber Pendidikan Inklusif pada.. Direktorat

Untuk laporan hasil belajar yang dipakai dalam pendidikan inklusif yang menggunakan kurikulum modifikasi, maka raport yang digunakan dikedua sekolah tersebut sebagai

Dengan telah tersusunnya Panduan Pelaksanaan Pendidikan Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi Tahun 2016 yang telah dilakukan perbaikan dari Panduan Pendidikan maka diharapkan akan

Panduan Teknis Pelaksanaan Monev Pengembangan Pusat Unggulan Iptek 2016 ini dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam menyusun bahan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan