Buku ini didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat di bawah USAID Tuberculosis CARE I, Perjanjian Kerja Sama No. Buku ini tercipta berkat dukungan baik rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya berdampak pada perubahan pelaksanaan program pengendalian TBC di lapangan. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, dilakukan revisi pedoman pengendalian TBC sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan, antara lain perubahan definisi, terminologi, sistematika, dan kebijakan operasional.
Strategi nasional pengendalian TBC juga disesuaikan dengan strategi TBC nasional dan rencana aksi tahunan yang telah disepakati. Beberapa perubahan baru yang dituangkan dalam pedoman pengobatan yang diterbitkan WHO juga telah diakomodasi dengan mempertimbangkan situasi spesifik program TBC di Indonesia, seperti perubahan teknis dalam manajemen pasien, misalnya perubahan jadwal pemeriksaan dahak berulang dalam konteks pengawasan pasien.
Latar Belakang
Maksud dan Tujuan
Ruang Lingkup
Sasaran
PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
Tujuan Dan Target
Kebijakan
Pengendalian TBC di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan prinsip desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan kabupaten/kota menjadi fokus pengelolaan program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana). , personel, sarana dan prasarana). Deteksi dan pengobatan pengendalian TBC dilakukan oleh seluruh unit pelayanan kesehatan (UPK), baik puskesmas, rumah sakit pemerintah/klinik pengobatan, dokter swasta (DPS), dan fasilitas kesehatan lainnya. Pengendalian TBC dilaksanakan dengan menggalakkan kerja sama dan kemitraan antar pemerintah, non-pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam bentuk Gerakan Nasional Pengendalian TBC Terpadu (Gerdunas TB).
Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia 2010-2014
LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
Logistik Non OAT
Petugas instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota hendaknya memperhatikan dan memeriksa apakah logistik yang diterima sesuai dengan surat permohonan atau peruntukan yang diberikan. Petugas Instalasi Farmasi kabupaten/kota/provinsi memeriksa dan menghitung logistik yang akan diterima sesuai dengan laporan penerimaan barang. Penyaluran ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan surat permintaan logistik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan formulir permintaan yang telah ditentukan (lihat Lampiran 10).
Pengelolaan logistik program TBC dilakukan di seluruh tingkat pelaksanaan, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota dan fasilitas kesehatan (HCF). Jadwal logistik pelaporan MDR TB dari faskes ke rumah sakit rujukan MDR TB/RS subrujukan TB MDR, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota adalah sebagai berikut.
FUNGSI PENGELOLAAN LOGISTIK
Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan OAT
Berikut adalah bagan pembagian peran dan tanggung jawab pada masing-masing level dalam pengelolaan OAT.
Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan Non OAT
Hasil perencanaan kabupaten/kota diserahkan kepada dinas kesehatan provinsi untuk dianalisis dan direkapitulasi dengan menggunakan formulir rekapitulasi perencanaan OAT kabupaten/kota (contoh format pada Lampiran 7). Pendistribusian ke faskes didasarkan pada surat permintaan logistik dari dinas kesehatan kepada dinas kabupaten/kota dengan menggunakan formulir permintaan yang telah ditentukan (lihat lampiran 9). Dinas Kesehatan provinsi akan merangkum formulir TB 13 kabupaten/kota untuk kemudian diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
Dilakukan di fasilitas kesehatan, instalasi farmasi pusat, instalasi farmasi provinsi, dan instalasi farmasi kabupaten/kota. Pengisian formulir ini didasarkan pada data laporan TB.13 masing-masing kabupaten/kota di provinsi masing-masing.
PERENCANAAN
Pelaksanaan
Perencanaan logistik dihitung berdasarkan kebutuhan dan memperhitungkan sisa stok yang masih dapat digunakan sesuai dengan ketentuan program pengendalian TBC. Di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh tim perencanaan obat terpadu yang telah dibentuk di setiap Kabupaten/Kota. Kabupaten/kota/provinsi yang akan membeli obat dari sumber dana daerah agar memberitahukan kepada Subdit TBC agar tidak terjadi surplus.
Perencanaan buffer stock di tingkat Kabupaten/Kota sebesar 10%, Provinsi 10%, dan buffer stock di pusat sebesar 10–20%. Berikut contoh timeline proses perencanaan dan pengadaan OAT di tingkat Pusat berdasarkan usulan perencanaan dari Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Perhitungan Kebutuhan OAT dan Non OAT
Telah disediakan template penjadwalan untuk memudahkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam membuat perencanaan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 8. Pembelian logistik dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan Bantuan Luar Negeri. Apoteker atau tenaga kefarmasian yang bertanggung jawab di instalasi farmasi provinsi, kabupaten, dan kota wajib melakukan pengendalian mutu organoleptik (lihat Bab 2).
PENGADAAN
Tujuan Pengadaan
Kebijakan Mengenai Pengadaan
Langkah-Langkah Pengadaan
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengadaan Logistik
Metode Pengadaan
Penerimaan
Mutu obat yang diterima harus terjamin dan disimpan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Logistik yang telah diperiksa dicatat dalam buku penerimaan barang, kartu stok dan buku induk stok sehingga dapat dilacak (nomor jurnal selalu tercatat). Apabila spesifikasi logistik yang diterima sudah sesuai, namun jumlahnya tidak sesuai dengan Surat Penyerahan Barang, maka Berita Acara Penerimaan Barang dibuat berdasarkan kuantitas logistik yang memenuhi persyaratan.
Apabila nomor seri tidak sesuai dengan yang tercantum atau tidak tertulis pada Surat Pengiriman Barang, harap mencantumkan nomor seri sesuai barang yang diterima pada Catatan Penerimaan Barang. Pergudangan merupakan kegiatan penyimpanan logistik termasuk pemeliharaan yang mencakup aspek penyimpanan (fasilitas farmasi atau gudang), barang dan administrasi.
Syarat Tempat Penyimpanan/Gudang
Tata Ruang Tempat Penyimpanan/Gudang
Sarana Penunjang Tempat Penyimpanan/Gudang
Penataan Barang
Administrasi Tempat Penyimpanan/Gudang
DISTRIBUSI
Tata Cara dan FormulirYang Dibutuhkan Sebagai Dasar Distribusi Logistik
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Proses Distribusi
Formulir ini diisi oleh petugas tuberkulosis kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk memantau ketersediaan obat anti tuberkulosis (OAT) di tingkat kabupaten/kota. Apabila Kabupaten/Kota menerima OAT pada Agustus 2013 sebanyak 200 paket, maka penerimaan OAT tercatat pada Triwulan III (Juli-September 2013) sebanyak 200 paket.
PENGGUNAAN
Penggunaan Obat TB MDR
Pilihan kombinasi MDR OAT yang ada saat ini adalah kombinasi standar, yang mana pada awal pengobatan akan diberikan secara sama kepada seluruh pasien TB MDR (pengobatan terstandar). 1). Jika sejak awal terbukti resisten terhadap kanamisin dan kuinolon (TB XDR), maka standar campurannya adalah sebagai berikut. Fase awal adalah fase pemberian obat oral dan suntikan yang berlangsung minimal 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi kultur.
Setiap kombinasi obat MDR TB terdiri dari minimal 4 jenis obat dengan khasiat tertentu atau hampir pasti. Obat suntik (kanamycin atau capreomycin) digunakan setidaknya 6 bulan dan 4 bulan setelah konversi kultur. Pada pasien yang menerima sikloserin, sebaiknya ditambahkan piridoksin (vitamin B6) dengan dosis 50 mg untuk setiap 250 mg sikloserin.
Semua obat sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal, kecuali terjadi efek samping berat atau pada pasien MDR TB/HIV yang mendapat ART, maka berbagai jenis obat diberikan dalam dosis terbagi, seperti: PAS, sikloserin, dan ethionamide. Untuk mengurangi timbulnya efek samping obat, obat diberikan dalam dosis bertahap di awal selama maksimal satu minggu.
Penggunaan Non Obat TB dan TB MDR
DUKUNGAN MANAJEMEN
Pembiayaan
Pendanaan dapat diketahui dari berbagai sumber baik APBN maupun berbagai sumber lainnya, sehingga seluruh potensi sumber dana dapat dimobilisasi.
Sistim Informasi
- Indikator Pengelolaan Logistik
- Pencatatan Dan Pelaporan
Pendanaan ini dapat bersumber dari APBN, APBD atau sumber hukum lainnya sesuai kebutuhan. Perencanaan pendanaan harus disusun sesuai kebutuhan, dengan kata lain disebut programatik, bukan anggaran. Pada kedua sistem informasi tersebut, informasi obat terdapat pada formulir permohonan dan permintaan obat TBC (TB.13) dan TB MDR (TB.13.B.MDR).
Indikator digunakan untuk mengukur sejauh mana tujuan atau sasaran pengelolaan logistik telah berhasil dicapai. Aktiva tetap adalah aktiva yang tidak habis dipakai, sedangkan aktiva tidak tetap adalah aktiva yang habis dipakai. Aset tetap menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 adalah aset berwujud yang jangka waktunya lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau digunakan oleh masyarakat umum dengan batas minimum nilai perolehan adalah Rp.
Seluruh harta kekayaan wajib dicatat dan dilaporkan secara berkala dan bertahap, sesuai format Barang Milik Negara (BMN) yang berlaku. Jadwal logistik pelaporan MDR TB dari Rumah Sakit/Laboratorium Rujukan/Sub Rujukan ke Dinas Kesehatan Provinsi adalah sebagai berikut.
Sumber Daya Manusia
Pengawasan Mutu Logistik
Apabila obat yang diteliti tidak memenuhi persyaratan, maka harus ditandai, disimpan terpisah dan tidak digunakan. Salah satu kegiatan yang dapat menjamin mutu obat setelah dipasarkan atau diedarkan melalui saluran distribusi adalah pengambilan sampel dan pengujian obat. Penerapan fungsi pengendalian produk secara efektif dan efisien - Pemantauan obat yang digunakan untuk program.
Jumlah sampel yang diperlukan untuk setiap item obat dihitung untuk 3 kali pengujian (pengujian, pengujian ulang dan sisa sampel) dengan nomor batch yang sama. Pengambilan sampel dilakukan oleh Balai/Balai POM sesuai prosedur yang berlaku dan dibuat laporan pengambilan sampel yang ditandatangani oleh pengambil sampel dan fasilitas tempat pengambilan sampel. Hasil uji mutu OAT yang dilakukan oleh Balai/Balai POM harus diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Badan POM (Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapi dan PKRT) dan Subdirektorat TBC, Direktorat Jenderal. PP&PL.
Pengujian mutu logistik non OAT pada dasarnya sama dengan pengujian mutu OAT, hanya saja disesuaikan dengan jenis dan karakteristiknya. Dikumpulkan dan disimpan secara terpisah, pemisahannya didasarkan pada produk yang mempunyai nomor batch atau kode produksi yang sama. Memberitahukan kepada seluruh fasilitas kesehatan yang mempunyai jenis produk yang sama dengan nomor batch yang sama bahwa mereka tidak lagi menggunakannya.
Ia dipadam dan dimusnahkan mengikut peraturan yang berlaku, dan atau dikembalikan mengikut perjanjian yang berkenaan (Kontrak). Sekiranya daripada hasil ujian makmal, kualiti penyediaan yang diuji tidak memenuhi keperluan, maka perintah panggil balik akan dikeluarkan kepada industri farmaseutikal oleh Agensi POM.
Penghapusan Dan Pemusnahan Logistik
Masukkan jumlah dan tanggal kadaluarsa tergantung jenis OAT yang tersedia di apotek masyarakat/kota. Data yang dimasukkan merupakan data OAT yang masih dapat digunakan, data ini harus dievaluasi terlebih dahulu per kategori OAT, dengan ketentuan sebagai berikut: CAT 1 : 9 bulan sejak ED. Ada OAT Kat I masa kadaluarsa Juni 2009 total 20 bungkus. Ada OAT Cat I kadaluwarsa Desember 2010, total 10 bungkus. Jadi jumlah OAT yang masih bisa digunakan adalah 10 bungkus karena OAT dengan 20 bungkus mempunyai umur simpan kurang dari 9 bulan.
Masukkan jumlah OAT yang pasti diterima kabupaten pada periode perencanaan, baik OAT yang dikelola kabupaten maupun OAT yang dikirim dari pusat. Masukkan jumlah sisa OAT pada triwulan laporan yang diperoleh dari hasil penjumlahan 'persediaan hari pertama triwulan'. Instalasi Farmasi Provinsi: Mencatat stok akhir OAT yang masih dapat digunakan berdasarkan jenis, kategori OAT, dan tanggal kadaluarsa.
Instalasi Farmasi Pusat: Catat stok akhir OAT yang masih dapat digunakan berdasarkan jenis, kategori OAT dan tanggal kadaluarsa.