Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6414); Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 269); Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 270);
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN KREATIF. Secara keseluruhan, total kontribusi kegiatan ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja tumbuh cukup baik. Panduan ini memberikan penjelasan bagaimana tahapan pengembangan Desa Kreatif dilaksanakan secara teoritis dan praktis.
Konsep ini menawarkan acuan baru dalam pelaksanaan pemberdayaan dan pembangunan kota sebagai town development yang ditujukan pada pertumbuhan sektor ekonomi kreatif. Pelaku ekonomi kreatif di Desa Kreatif juga dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada desa lain, terutama desa yang mempunyai potensi ekonomi kreatif yang sama.
DESA KREATIF
- Pengertian dan Konsep Dasar
- Orientasi Desa Kreatif
- Indikator dan Tipologi
- Ekosistem Desa Kreatif
- Pihak-pihak yang Terlibat
- Luaran dan Dampak
- Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Pada contoh di atas, pengembangan Desa Kreatif bersinggungan dengan beberapa bidang secara bersamaan; fashion, kerajinan tangan dan masakan. Program Pengembangan Desa Kreatif merupakan wujud kreativitas para pelaku ekonomi kreatif dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi desa untuk menghasilkan nilai tambah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaku kreatif juga dapat mengajukan pelatihan dan pengembangan kapasitas kepada Pemerintah Daerah/Pusat sesuai dengan kebutuhan pengembangan Desa Kreatif.
Pada tahap penciptaan produk kreatif unggulan, para pelaku kreatif dapat berkonsultasi dengan Asosiasi Desa Kreatif Indonesia (ADKI), Badan Pariwisata Daerah Ekonomi Kreatif, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lain untuk meningkatkan infrastruktur usaha dari hulu hingga hilir. pada produk kreatif. rantai nilai (proses produksi, operasi hingga pemasaran). Dalam konteks pengembangan Desa Kreatif, akademisi berperan dalam memberikan konsep dan teori yang relevan dalam pengembangan Desa Kreatif, berdasarkan penelitian yang dilakukan. 5 Yuke Sri Rahayu, “DESA KREATIF SEBAGAI TUJUAN PARIWISATA PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”, Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II.
Masyarakat lokal atau dalam hal ini Kelompok Kreatif merupakan pelaksana dan pemrakarsa di tingkat lokal dimana konsep Desa Kreatif diterapkan. Pemerintah sebagai regulator memberikan kebijakan dan peraturan yang mempercepat dan mendorong terwujudnya Desa Kreatif di berbagai daerah di Indonesia.
PENYIAPAN DUKUNGAN DAN KEBIJAKAN DESA KREATIF
Faktor-Faktor Utama Pengembangan Desa Kreatif
- Pemetaan kondisi sosial secara rinci, mencakup
- Pemetaan potensi lokal secara rinci, mencakup
- Membangun kepemimpinan lokal yang militan dan kompeten
- Penguatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia dari aspek manajemen operasional, manajemen keuangan, dan
- Pengembangan usaha kreatif dengan membidik tren dan selera pasar yang bisa menjadi peluang untuk menjual produk atau karya lokal
- Menggarap narasi dan aset visual (logo, packaging, dan lain-lain) produk- produk Desa Kreatif dengan baik
- Penguatan kelembagaan yang dipimpin oleh local champion atau penggerak komunitas desa
- Penguatan infrastruktur fisik dan kompetensi digital untuk meningkatkan discoverability dan mempromosikan produk lokal
- Perancangan sistem guna menyokong sustainability (keberlanjutan sesuai tren masa depan dan sejalan dengan local wisdom)
Kebijakan Pengembangan Desa Kreatif
- Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic partnership) (Arah Kebijakan II)
Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada Kawasan Ekonomi Kreatif dan Kelompok Penguatan Ekonomi Kreatif (Strategi I). Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (Manajemen Kebijakan II). kemitraan) (Arah Kebijakan II). Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 sektor usaha pariwisata dan 17 subsektor ekonomi kreatif) (Strategi VIII).
Merangsang lebih banyak investasi, pembiayaan dan akses yang adil terhadap keuangan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi X). Pengelolaan sumber daya manusia dan kelembagaan pariwisata serta ekonomi kreatif dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing (Arah Kebijakan IV).
Dukungan Program Antar Kementerian/ Lembaga
Mengembangkan dan memberikan insentif kepada lembaga publik daerah yang menjalankan program Desa Kreatif dengan baik. 10 Trukan Sri, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, “Desa Kreatif Sebagai Alternatif Pencapaian Kinerja Sektor Ekonomi Kreatif”, 2021. 12 Fikri El Aziz, Asosiasi Desa Kreatif Indonesia, “Profil Asosiasi 1000 Desa Wisata dan Desa Wirausaha ", 2021.
TAHAPAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA KREATIF
- Pemetaan Kondisi Sosial dan Potensi Desa
- Deskripsi Kondisi Umum Desa
- Pemetaan Aktor Pemangku Kepentingan Desa
- Penguatan Kapasitas Masyarakat
- Pengembangan Usaha Kreatif dan Inovasi Produk 1. Pengembangan Usaha Kreatif
- Inovasi Produk Kreatif
- Penguatan Aspek Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
- Penguatan Kelembagaan
- Penguatan Infrastruktur 1. Infrastruktur Fisik
- Infrastruktur Digital
- Sistem Pengembangan Berkelanjutan
- Pengembangan menjadi desa wisata kreatif
- Menjalin mitra strategis
Oleh karena itu, para pengembang desa kreatif harus mengetahui forum tersebut dan berpartisipasi di dalamnya untuk membahas pengembangan desa kreatif. Dalam hal ini focus group Discussion (FGD) harus melibatkan seluruh aktor di desa secara aktif, agar proses pembangunan desa kreatif bersifat partisipatif dan pemangku kepentingan tidak hanya menjadi objek pembangunan saja, namun menjadi subyek yang memiliki rasa kepemilikan terhadap pembangunan desa kreatif. program. . Karakteristik pemangku kepentingan yang terdiri dari kategori Promoter, Latent, Protector, dan Aphatic sebagaimana dijelaskan di atas, diklasifikasikan berdasarkan kepentingannya dan kekuatan pengaruhnya terhadap program desa kreatif.
Penyandang dana dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat menunjuk pihak yang berkompeten dalam program pengembangan Desa Kreatif, seperti akademisi dari perguruan tinggi, lembaga pengembangan masyarakat, atau asosiasi Desa Kreatif, dalam proses pemetaan dan pendampingan sosial. Pengembangan usaha kreatif dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun dan diharapkan produk kreatif dapat memenuhi karakteristik produk minimal di desa kreatif pada tingkat produktivitas. Jika desa kreatif sudah memasuki fase produktif, maka pengembangan produk tidak lagi dimulai dari awal, melainkan memberikan inovasi pada produk kreatif yang sudah ada.
Misalnya saja desa wisata film kreatif di Gamplong, Sleman, Yogyakarta yang merupakan sebuah penemuan jasa yang bisa dikatakan baru di Indonesia. Dari sisi penciptaan, perlindungan dan komersialisasi/eksploitasi, kegiatan penguatan HKI merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sebagai bagian integral dari penguatan dan pengembangan usaha kreatif di desa kreatif. Lembaga Desa Kreatif harus dipimpin oleh seorang master lokal yang sekaligus menjadi penggerak komunitas kreatif di desa.
Kelembagaan Desa Kreatif dapat berkembang dari lembaga informal seperti masyarakat menjadi lembaga semi formal seperti kelompok tani (gapoktan), hingga lembaga formal seperti BUMDes atau koperasi, dan lembaga formal bertaraf internasional seperti perseroan terbatas (PT). Fasilitas umum lainnya seperti toilet umum, penginapan, restoran menjadi tak kalah penting ketika Desa Kreatif ramai dikunjungi dan dijadikan desa wisata. Oleh karena itu, Desa Kreatif harus merencanakan exit strategi dimana Desa Kreatif dapat terus berkelanjutan dan berkembang tanpa memerlukan bantuan tambahan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau kementerian lain, pemerintah daerah atau tanggung jawab sosial perusahaan swasta dan BUMN.
Dengan menggunakan konsep ini berarti pengurus Desa Kreatif hanya dapat memperoleh keuntungan pribadi secukupnya, dan sebagian besar keuntungan tersebut digunakan untuk pembangunan Desa Kreatif yang berkelanjutan. Desa wisata membuka peluang pendapatan dari sektor pariwisata selain sektor produk atau jasa kreatif yang menjadi sumber pendapatan utama bagi Desa Kreatif. Jika Desa Kreatif sudah berkembang menjadi desa wisata diharapkan bisa mandiri secara finansial.
Tidak semua desa kreatif harus menjadi desa wisata, namun dengan adanya pengunjung yang datang pasti akan meningkatkan pemasaran dan pendapatan dari desa kreatif itu sendiri. Di sinilah tugas lembaga dan kementerian pendamping serta CSR perusahaan untuk membuka jaringan dan menghubungkan Den Kreative Landsby dengan mitra tersebut.
- Manfaat
- Ketaatan (compliance), monitoring dan evaluasi secara langsung menentukan ketaatan pihak administrasi yang terlibat mengikuti prosedur yang telah
- Pemeriksaan (auditing), monitoring dan evaluasi melihat bagaimana ketepatan sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu telah sesuai dan
- Laporan (accounting), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi yang dapat membantu menghitung perubahan sosial sebagai hasil dari
- Penjelasan (explanation), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa
- Publikasi (publication), monitoring dan evaluasi menghasilkan data dan informasi yang nantinya dapat dibagikan kepada khalayak umum. Hal ini
- Prinsip
- Transparansi dalam proses pelaksanaan
- Kesetaraan dan inklusivitas untuk berpartisipasi
- Akuntabilitas kepada seluruh stakeholder/ pemangku kepentingan
- Aktivitas didasarkan pada aturan/kerangka hukum
- Memiliki visi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata kelola yang menjamin keberlanjutan kegiatan dan dampak positif dari
- Berorientasi manfaat dan penguatan dampak ekonomi
- Kreatif
- Inklusivitas
- Instrumen
- Perencanaan dan Analisa
- Tujuan
- Sasaran/ Indikator
- Program atau Inisiatif (menjelaskan mengenai aktivitas yang dilakukan)
- Hasil atau Luaran
- Proses
- Pemberian Penghargaan
- Desa kreatif aplikasi 2. Desa kreatif arsitektur
- Desa kreatif desain komunikasi (DKV) 5. Desa kreatif desain produk
- Desa kreatif fashion
- Desa kreatif film animasi dan video 8. Desa kreatif fotografi
- Desa kreatif kerajinan tangan (kriya) 10. Desa kreatif kuliner
- Desa kreatif musik 12. Desa kreatif penerbitan
- Desa kreatif pengembangan permainan 14. Desa kreatif perikanan
- Desa kreatif seni pertunjukkan 16. Desa kreatif seni rupa
- Desa kreatif TV dan Radio
- Gold 2. Silver
- Studi Kasus Desa Gamplong, Sleman, Yogyakarta
- Studi Kasus Desa Mustika, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Deskripsi kondisi umum desa
Kegiatan monitoring dan evaluasi pengembangan desa ekonomi kreatif mempunyai beberapa indikator dalam pelaksanaannya yang dapat memberikan fungsi. Laporan (akuntansi), monitoring dan evaluasi menghasilkan informasi yang dapat membantu menghitung perubahan sosial akibat pengembangan desa kreatif secara berkala. Desa Kreatif Penanggulangan Kemiskinan harus sejalan dengan tujuan awal yaitu menciptakan lapangan kerja dan kemandirian masyarakat, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kemiskinan.
Dalam proses pengembangan Desa Kreatif, jelas bahwa kreativitas masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan atau implementasi program tersebut. Hal ini berkaitan dengan Desa Kreatif adalah suatu komunitas atau masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah administratif yang saling berinteraksi dan melakukan kegiatan kreatif untuk menciptakan produk/karya/jasa kreatif. Sebagaimana kita ketahui, Desa Kreatif terdiri dari beberapa komponen yang menyatu dan saling berhubungan.
Alat evaluasi dan monitoring merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas secara efektif dan efisien19 dalam program Pengembangan Desa Kreatif. Penyusunan instrumen evaluasi Desa Kreatif dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik Desa Kreatif yang ada dan mendeskripsikan indikator-indikator yang ada. Monitoring dilakukan paling lambat setiap 6 bulan selama program pengembangan berlangsung, sedangkan evaluasi dapat dilakukan pada akhir masa pendampingan dan paling lambat 2 tahun setelah pendampingan selesai untuk mengevaluasi keberlanjutan Desa Kreatif pasca pendampingan.
Hasil evaluasi ini juga akan menjadi dasar untuk mengkategorikan tipologi Desa Kreatif, dimana rata-rata indeks < 1,5 dikategorikan Desa Kreatif inisiatif, rata-rata indeks 1,5 – 2,5 dikategorikan desa produktif, rata-rata indeks 2,5 – 3,5 dikategorikan desa inovatif dan rata-rata indeks > 3,5 dikategorikan desa berkelanjutan. Pada akhirnya, hasil proses monitoring dan evaluasi ini menjadi data yang akan digunakan untuk keberlanjutan program selanjutnya. Untuk mendorong kemajuan pengembangan desa kreatif di Indonesia, pemerintah mempunyai berbagai cara.
Oleh karena itu, kami berharap penghargaan ini dapat disesuaikan dengan pengembangan Desa Kreatif guna mendorong lebih banyak produktivitas dan efisiensi pengembangan Desa Kreatif di Indonesia agar lebih maju. Sejak zaman dahulu masyarakat desa Gamplong telah memiliki ketrampilan menenun dari berbagai bahan seperti akar alam, ijuk padi, rotan dan lain-lain. Pengembangan destinasi kreatif lainnya adalah Gamplong Studio Alam yang dirintis oleh Pak Bagor, penduduk asli desa Gamplong.
Peresmian lokasi syuting dan sosialisasi destinasi wisata kreatif Desa Gamplong oleh Presiden Joko Widodo. Merekomendasikan desa Gamplong sebagai tujuan wisata di pesawat dalam perjalanan ke Yogyakarta. tidak terlibat langsung dalam industri pariwisata).
Peran Pemangku Kepentingan
Materi Presentasi
Sugeng Santoso, “Studi Ekosistem Kemampuan Inovasi Daerah Kota Inovatif (Wisatawan/Kota Kreatif/Inovatif), Kemenko Maritim dan Investasi, 2021. Trukan Sri, “Kota Kreatif Sebagai Alternatif Pencapaian Kinerja Sektor Ekonomi Kreatif”, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2021.
Tautan Website