Management Studies and Entrepreneurship Journal
Vol 5(1) 2024 : 3087-3096
Copyright © 2024 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license, http://journal.yrpipku.com/index.php/msej
Community Participation In The Development Of Tourism Villages And Its Impact On The Economy Of Residents In Sukarare Village
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Serta Dampaknya Terhadap Prekonomian Warga Di Desa Sukarare
Mimi Cahayani1*, Ahmad Suhendri2, Muhamad Sayuti3, Urwatil Azdin4
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Al- Azhar1,2,3,4
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4
*Corresponding Author ABSTRACT
This research aims to analyze and observe how the role and participation of the village community in the development of Sukarare Tourism Village so that it has an impact on improving community welfare. In this research the research method used is qualitative with a descriptive approach. The results of this study are the form of community participation in the development of the tourism village of Sukarare, namely by providing ideas for the procurement of begawe nyensek events, promoting the village of Sukarare in collaboration with tour guides and artshop entrepreneurs, preserving nyensek culture so that it does not become extinct, and teaching nyensek skills to the younger generation from generation to generation. The activities to develop the tourism village of sukarara that have taken place so far have had a positive impact on the village and surrounding community. Increased tourist visits have an impact on increasing demand for woven fabrics and increasing community income, so that the community's economy has also increased.
Keywords: Community Participation, Welfare Improvement, Sukarara Tourism Village ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa serta mengamati bagaimana peran dan partisipasi dari masyarakat Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sukarare sehingga berdampat bagi peningktan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembanagn desa wisata sukarara yaitu dengan memberikan ide pengadaan even begawe nyensek, melakukan promosi desa sukarara yang bekerjasama dengan pihak tour guide dan pengusaha artshop, melestarikan budaya nyensek sehingga tidak punah, dan mengajarkan keahlian nyensek yang di miliki kepada generasi muda secara turun-temurun. Kegiatan pengembanagn desa wisata sukarara yang telah berlansung selama ini telah memberikan dampak positif bagi desa dan masyarakat sekitar.
Peningkatan kunjungan wisatawan berdampak pada peningkatan permintaan kain tenun dan peningkatan Penghasilan Masyarakat, Sehingga Perekonomian Masyarakat Juga Mengalami Peningkatan.
Kata Kunci: Partisispasi Masyarakat, Penigkatan Kesejahteraan, Desa Wisata Sukarara 1. Pendahuluan
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sangat diperlukan, hal ini bertujuan untuk memberikan masyarakat ikut memngambil peran dalam proses tersebut.
Dengan ikut sertanya masyrakat dalam peroses pembangunan tentunya akan memberikaan dampak terhadap mudahnya masyrakat dalam beradaptasi dalam proses pembangunan.
Pembangunan Kepariwisataan daerah merupakan rangkaian upaya pembangunan integrative dengan semua sector pendukung yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menambah pendapatan daerah. Pembangunan Pariwisata di Pulau Lombok dilaksanakan dalam
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3088
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pariwisata merupakan industri kunjungan yang memiliki dampak multiflier effect yang sangat tinggi.
Desa wisata yang kini mulai mampu membangun ekonomi pedesaan di Lombok yaitu Desa Sade, Desa Banyumulek dan Desa Sukarare. Sade merupakan desa wisata yang lebih dahulu telah terkenal daripada Sukarare. Desa Sukararae sendiri seperti halnya Desa Sade, memiliki masyarakat yang sadar untuk melestarikan warisan tenun tradisional khas Lombok.
Yakni Tenun Songket. Desa Sukarare sendiri berada di Kabupaten Lombok Tengah. Jaraknya dari kota mataram cukup jauh sekitar 25 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan. Lokasi tepatnya adalah di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Desa sukakara merupakan salah satu desa tenun yang sudah terkenal di lombok tengah. Sehingga desa ini seringkali dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah termasuk dari luar negeri untuk mencari oleh- oleh khas lombok ataupun untuk mencari songket, capuk, bebet dan sebagainya untuk dipergunakan untuk acara pada kegiatan-kegiatan tertentu. Terutama di lombok tengah sering ada acara adat yang menggunakan baju khas sasak. Berdasarkan kondisi ini maka tim peneliti tertarik melakukan analisa mengenai partisiapasi masyrakat terhadap perkembangan pariwisata
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Mulyan tahun 2022 dengan judul penelitian “Partisipasi Masyaarakat dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi di Desa Masmas Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif dengan Penedekatan Deskriftif. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap pengembangan wisata desa. Teori pendukung yaitu tentang tindakan sosial yaitu suatu tindakan individu, dimana tindakan tersebut dikaitkan dengan hubungan sosial dalam bentuk partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Desa Masmas tergolong bagus, dan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Afina Rahayu tahun 2022 dengan dengan judul penelitian
“Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Alam (Studi di Kampung Wisata Daleman Asri Kecamatan Turi Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Daleman dalam mengembangkan desa wisata dan berbagai macam hambatan serta dorongan dalam mengembangkan desa wisata. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori partisipasi sosial dari Arnstein. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan SWOT. Lokasi penelitian berada di Desa Daleman. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Pengambilan sample menggunakan teknik purposive sampling, dengan menggunakan beberapa kriteria. Uji validitas data melalui triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal partisipasi, penduduk Daleman terbagi menjadi beberapa golongan tingkat partisipasi yaitu masyarakat umum sebagai partnership dan tokoh agama sebagai placation. Adanya bentuk partisipasi tersebut memunculkan berbagai macam faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan desa wisata. Faktor pendorong yaitu potensi desa, aksebilitas, fasilitas umum (amenitas) dan promosi yang menarik. Sedangkan faktor penghambat pengembangan desa wisata yaitu terbatasnya sumber keuangan dan kurangnya kerjasama dengan pemerintah. Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat desa wisata ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, antara lain semakin berkembangnya desa wisata dan peningkatan usaha ekonomi masyarakat.
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3089
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mitha Saputriningsih tahun 2022 dengan judul penelitian
“Analisis Potensi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Karanganyar”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi wisata dan partisipasi masyarakat pada lokasi desa-desa wisata di Kabupaten Karanganyar sehingga strategi pengembangan yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa wisata di Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi sedang dan tinggi karena tiap desa wisata mempunyai keunikan atraksi sesuai dengan sumberdaya alam dan budaya pada masing-masing desa. Partisipasi masyarakat termasuk ke dalam derajat partisipasi semu yang berarti masyarakat telah di dengar dan ikut mengemukakan pendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan yang dikemukakan dapat diterima oleh pemegang kekuasaan dan sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Strategi pengembangan yang dapat diambil yaitu strategi strengths- threats dengan menjalankan kegiatan wisata sesuai dengan protokol kesehatan yang telah di anjurkan pemerintah dan mencantumkan bukti bahwa kawasan desa wisata merupakan zona hijau agar menghindari penyebaran covid-19.
Landasan Teori
Teori Partisipasi Masyarakat
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan.. Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya tingkat kepentinganya), dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien (Adisasmita, 2013: 35).
Masyarakat adalah pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sendiri dan kepariwisataan merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber ekonomi kreatif masyarakat (Muljadi, 2014:35) Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak sehingga harus ditegaskan dalam draf rencana.
Desa Wisata
Definisi dan konsep desa wisata dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada pada desa tersebut. Hadiwijoyo (2012:67) menyatakan bahwa pariwisata pedesaan dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan wisatawan dalam menikmati, mengenal, dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Pengertian desa wisata dari Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo (2012:68), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan desa wisata adalah : “suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan. Keaslian tersebut berupa: kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, kesehatan, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, kegiatan perekonomian yang unik, dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponenkepariwisataan.
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3090 Dampak Pariwisata Terhadap Prekonomian
Soebagyo (2012:154) mengungkapkan, pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan konstribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usahausaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalanraya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar. Pelibatan masyarakat diharapkan akan memberikan dampak baik yang akan kembali lagi kepada masyarakat sendiri serta dapat menstimulasi keinginan masyarakat untuk berpartisipasi lebih aktif pada sebuah pengembangan pariwisata.
3. Metode Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Sukarara dengan pertimbangan desa ini merupakan salah satu desa yang telah mampu memberdayakan masyarakatnya untuk melestarikan budaya tenun dan melibatkan masyarakat sehingga akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010:337) membagi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1. Data reduction (reduksi data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang dirasa kurang sesuai.
2. Data display (penyajian data) Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar atau skema, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan dan table yang dapat membantu satu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakukan.
3. Conclusion drawing / Verification Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal sampai proses pengumpulan data terakhir 4. Hasil Dan Pembahasan
Penetapan Desa Sukarara Sebagai Desa Wisata
Gubenur Nusa Tenggara Barat (NTB) membuat Surat Keputusan Nomor 050.13-366 Tahun 2019, tanggal 29 Aoril Tahun 2019 tentang penetapan 99 lokasi desa wisata di Daerah provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019 – 2023. Penetapan desa wisata ini dimaksudakn untuk menciptakan pelaksanaan yang efisien dan efektif dari program kegiatan perencanaan percepatan pembangunan secara holistic, integrative, tematik dan spasial. Tujaun lainnya adalah untuk mewujudkan sinergitas dan integrasi semua program kegiatan desa wisata yang dilaksanakan oleh stakeholder. Di putuskannya 99 lokasi desa wisata dimaksudkan untuk mebuat desa prioritas jika ketersediaan dana pemerintah terbatas.
Penetapan lokasi 99 desa wisata tersebar di seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat. Di Kabupaten Bima terdapat 10 Desa wisata. Di Kabupaten Dompu terdapat 9 desa wisata. Di Kota Bima terdapat 4 desa wisata. Di kota mataram di tetapkan ada 4 desa wisata. Do kabupaten Lombok Barat di tetapkan ada 13 Desa Wisata. Di kabupaten Lombok Tengah di tetapkan ada 16 desa wisata dan Desa Sukarara menjadi desa pertama yang tertuang dalam SK Gubenur NTB yang kemudian di ikuti oleh desa Marong dan desa lainnya. Di Kabupaten Lombok Timur di tetapkan 18 desa wisata. Pada Kabupaten Lombok Utara dan Sumbawa Barat masing-masing di tetapkan 8 desa wisata. Sedangkan di kabupaten Sumbawa di tetapkan 9
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3091
desa wisata. Berdasarkan Surat Keputusan Tersebut, maka Desa Sukarara resmi di nobatkan sebagai Desa Wisata di Kabupaten Lombok tengah, provinsi Nusa tenggara Barat dengan berbagai keunikan tradisi dan produk yang di hasilkan masyarakat setempat.
Dengan di tetapkannya Desa Sukarara sebagai salah satu desa wisata, ada banyak perencanaan yang di buat oleh desa Bersama dengan masyarakat dalam rencana pengembangan desa ke depannya. Ke depannya di rencakan desa sukerare bisa menawarkan paket wisata yang memberi kesempatan wisatawan bisa menginap di desa sukarara, tepatnya di homestay yang di buat oleh desa. Wisatawan akan di ajak berkeliling desa untuk melihat suasana desa dan aktifitas masyarat, mulai dari kegiatan memasak masakan tradisonal, menenun kain tenun dengan alat trdisional, melihat suasana persawahan yang menjadi sumber mata pencaharian lainnya masyarakat.
Partisipasi masyarakat Dalam Pengembangan desa Wisata
Desa Sukarara telah resmi di nobatkan sebagai desa wisata oleh pemerintah, namun dalam pengembangannya perlu partisipasi aktif dari masyarakat sekitar. Masyarakat merupakan orang yang berperan aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dan kepariwisataan merupakan perwujudan dari system ekonomi yang ada dan di jalankan oleh masyarakat di semua lapisan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara sebagai sumber ekonomi kreatif (Muljadi, 2014). Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan desa wisata sudah aktif dan sangat berdampak positif bagi desa. Masyarakat yang terlibat tidak hanya golongan tertentu, namun semua lapisan masyarakat. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari pihak Pemerintah Desa yang diwakili oleh Pak Darmawan (33 Tahun) yang mengatakan “semuanya terlibat, ada keterlibatan gender, tokoh adat, agama, semua dilibatkan sehingga tidak ada monopoli”.
Masyarakat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata sukarara tergabung dalam kelompok sadar wisata (POKDARWIS) Subah Nale. Kelompok sadar wisata ini demi mengembangkan desa Sukarara sebagai desa wisata, telah melaksanakan pertemuan secara rutin setiap satu bulan sekali, yang biasanya di laksanakan di hari minggu. Ketika akan di adakan sebuah acara desa separti begawe nyensek, maka kegiatan pertemuan bisa dilsanakan setiap malam untuk mendiskusikan kegiatan pelaksanaan begawe nyensek, pihak-pihak mana saja yang terlibat, apa saja tugas setiap anggota, dan bagaimana susunan acaranya.
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif yang bertujuan untuk meraih hasil pembangunan pada masyarakat pedesaan sesuai perencanaan (Adisasmita, 2013). Keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan desa wisata sukarara telah aktif dari awal pengembangan desa wisata sampai saat ini. Peran aktif masyarakat sudah membuahkan hasil bagi masyarakat, yakni dengan adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
a. Partisipasi dalam memberikan Ide/Gagasan
Partisipasi masyarakat dalam memberikan ide dan gagasan sangat penting untuk memperkaya ide pengembangan desa wisata. Hal ini juga yang peneliti temukan di desa wisata sukarara, adanya ide yang di sampaikan oleh masyakat dalam pengembangan desa Sukarara.
Masyarakat memiliki hak dalam pengambilan keputusan yang merupakan perwujudan bentuk partisipasinya. Keputusan tersebut berkaitan dengan tahapan proses pembangunan, mulai dari awal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pelestarian lingkungan (Dewi, dkk 2013). Penyampaikan ide oleh masyarakat desa Sukarara di sampaikan baik secara lansung maupun secara tidak lansung, hal ini di pertegas oleh pernyataan dari Pak Darmawan (33 Tahun) yang menyatakan "masyarakat berpartisipasi dari segi ide, gagasan menyampaikan ke kami baik melalui Badan Perwakilan Desa (BPD) maupun pemerintah Desa, baik melalui diskusi maupun lansung”. Ide yang di berikan oleh masyarakat bagi perkembangan desa sukarara
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3092
yaitu ide tentang di selenggarakannya kegiatan begawe nyensek yang di jadikan salah satu sumber pendapatan bagi desa dan masyarakat.
Gambar 1. Wawancara Bersama Pemerintah Desa Sukarara
Dalam kegiatan begawe nyensek, masyarakat akan berkolaborasi dengan desa mengadakan kegiatan begawe nyensek yang menghadirkan 1.500 penenun. 1.500 penenun yang hadir akan menghasilkan 1.500 kain tenun. Hasil kain tersebut kemudian di jual kepada desan sebagai pihak pengepul. Kemudian Art Shop akan membeli kain tenun dari desa untuk di jual di masing-masing Art Shop. Dengan demikian desa akan memiliki pendapatan desa dari pestival begawe nyensek yang di gelar setiap tahun tersebut.
b. Partisipasi dalam mempromosikan desa Sukarara
Sebagai desa wisata yang menghasilkan kain tenun dengan berbagai motif seperti subahnale, keker, nanas, kemalo, ragi genep, kembang komak, bulan, lepang dan motif lainnya yang selalu menarik pembeli baik dari wilayah Lombok maupun luar Lombok. Besarnya ketertarikan minat pembeli dari seluruh nusantara menjadi salah satu peluang bisnis bagi pengusaha songket di sukarara untuk mengikuti kegiatan pameran-pameran di luar daerah.
Kegiatan pameran tersebut juga di jadikan ajang untuk memperkenalkan dan mempromosikan kain tenun sukarara di nusantara. Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan dari salah satu pengusaha De’belong Songket, Pak Heriawan (33 Tahun) yang mengatakan kegiatannya
“mempromosikan desa Sukarara biar lebih terkenal. Promosi ke luar daerah membawa produk unggulan seperti kain tenun”. Dengan di perkenalkannya kain tenun ke luar daerah, di harapkan masyarakat yang belum pernah berkunjung ke Lombok pada umumnya dan desa sukarara khususnya akan tertarik untuk minimal membeli kain tenun dan lebih lagi berkunjung ke desa sukarara untuk melihat dan belajar proses pembuatan kain tenun tradisional.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam mempromosikan desa wisata sukarara juga dengan melaksanakan Kerjasama dengan pihak-pihak yang bisa membawa nama desa sukarara ke nusantara bahkan mancanegara. Salah satu pengusaha arthop Stagen di desa sukarara yaitu Pak Syamsul (35 Tahun) menyampaikan kegiatannya dalam mepromosikan desa dengan
“melakukan kolaborasi dengan travel agent guna mempromosikan desa ke luar daerah serta luar negeri”.
Promosi merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak penjuak dan pembeli yang berasal dari informasi yang benar yang tujuannya untuk memperkenalkan produk kepada pembeli yang belum mengenal produk sehingga mau membeli dan selalu mengingat produk tersebut (Alberto, 2019). Demikian juga dengan promosi yang di lakukan oleh pihak travel agent, yang memperkenalkan desa wisata sukarara ke nusantara bahkan mancanegara sehingga wisatawan tertarik untuk dating berkunjung dan membeli produk dari desa sukarara. Dalam kegiatan mempromosikan desa sukarara, masyarakat yang berprofesi
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3093
sebagai pengusaha memiliki satu persamaan, yaitu Bersatu dalam mepromosikan desa sukarara guna menjaring semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung.
c. Partisipasi dalam pelestarian Budaya Desa
Salah satu asset berharga dari sebuah tempat adalah budaya yang di miliki. Untuk menjaga keberlansungan budaya tersebut perlu ada komitmen dari semua pihak dalam melestarikan budaya. Pelestarian merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan tanpa henti dan berlanjut, terarah dan terpadu untuk mencapai tujaun yang menggambarkan adanya sesuatu yang tak mengalami perubahan, bersifat dinamis, luwes dan selektif (Ranjabar, 2006).
Budaya menenun dan rumah adat suku sasak yang menjadi asset desa wisata sukarara adalah bentuk asset desa yang terus di lestarikan dan menjadi sumber mata pencahasian masyarakat.
Hal tersebut di perkuat oleh pernyataan dari salah satu pemilik artshop Bintang Kemawe yaitu yanti Qomariyah (25 Tahun) yang mengatakan “ikut melestarikan budaya tenun di desa sukarara”. Masyarakat yang juga mendukung pelestarian budaya nyensek ialah Ratnasih (35 tahun) mengatakan bentuk dukungannya dengan “melestarikan tenun dan memperkenalkan hasil tenun”.
Kegiatan menenun songket yang di sebut kegiatan “Nyensek” menjadi salah satu daya Tarik yang di miliki desa sukarara. Nyensek merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari dan hampir di setiap artshop dan di rumah penduduk, sehingga Ketika wisatawan datang berkunjung dapat lansung belajar atau berfoto dengan alat sensek tradisonal yang ada.
d. Partisipasi Masyarakat dalam bentuk keahlian
Partisipasi dalam bentuk keahlian merupakan aktifitas yang dilaksanakan seseorang dalam bentuk keterampilan yang menjadi keahliannya guna membangun desa wisata.
Partisipasi ini sudah di laksanakan oleh masyarakat desa sukarara. Masyarakat salaing membantu dalam mengajarkan keahlian tenun dari generasi ke generasi supaya keahlian menenun tidak punah dari desa sukarara. Hal ini di pekuat oleh pernyataan dari Ibu Nurhayati (52 tahun) “saya belajar menenun dari ibu saya dulu, dari kecil sering lihat ibu saya dan orang- orang tua lainnya menenun. Sekarang anak saya juga saya ajarkan menenun supaya bisa buat songket”.
Hamper setiap anak gadis di ajarkan untuk menenun oleh orangtuanya, selain sebagai sumber mata pencaharian keluarga juga merupakan sebuah keahlian yang bisa di bawa sebagai bekal Ketika menikah nanti. Semakin banyak Wanita yang bisa menenun, akan semakin banyak kain yang di hasilkan. Hal ini menjadi penting mengingat semakin luasnya pasar dari produk kain tenun sukarara.
Dampak pengembangan Desa Wisata Terhadap Perekonomian Masyarakat
Terbentunya desa sukarara sebagai desa wisata memberi peluang kepada masyarakat untuk membuka usaha dan memiliki peningkatan penghasilan. Semakin terkenalnya kain tenun sukarara menyebabkan semakin banyaknya permintaan kain tenun, baik dari masyarakat lokal sebagi kain yang digunakan Ketika acara adat, kain yang di buat menjadi baju untuk dipakai bekerja atau pakaian sehari-hari, sebagi souvenir dan hadiah, maupun kain yang di beli oleh wisatawan yang penggunaannya hampir sama dengan masyarakat lokal.
Tingginya permintaan kain tenun menyebabkan semakin termotivasinya masyarakat untuk memproduksi kain tenun. Masyarakat yang dulunya menjadikan pekerjaan menenun sebagai pekerjaan sampingan kini menjadikan menenun sebagai pekerjaan utama. Setelah ibu- ibu rumah tangga menyelesaikan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah, ibu-ibu akan mulai kegiatan menenun songket. Semakin intensnya kegiatan menenun menyebabkan semakin tinggi pengasilan yang di peroleh. Hal ini di perkuat dengan pernyataan Bu Serni (51 Tahun) yang mengatakan “ada peningkatan penghasilan
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3094
sekarang, semakin banyak permintaan kain tenun, jadi sibuk saya. Saya mengurangi kegiatan pergi ambil upah kerja di sawah seperti dulu”. Tingginya akktifitas menenun masyarakat diikuti dengan semakin meningkatnya penghasilan dari masyarakat.
Semakin baiknya perekonomian masyarakat sekitar menyebkan semakin luas perekembangan usaha yang di jalankan masyarakat. Masyarakat melihat peluang usaha dari meningkatnya penghasilan. Saat ini usaha yang di jalankan masyarakat tidak hanya dengan menjual kain tenun, tetapi juga usaha kuliner, toko kelontong, usaha fotokopi dan penjualan obat-obatan (apotik).
Desa sukarara saat ini sudah berkembang pesat dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung dan membeli produk desa. Masyarakat mulai melirik usaha-usaha yang mendukung perkembangan desa dan berusaha untuk memenuhi Sebagian besar kebutuhan masyarakat di daerah sendiri. Bahkan Alfamaret juga membuka cabang di desa sukarara. Hal ini merupakan dampak postitif dari berkembangnya perekonomian desa sukarara.
a. Dampak dalam menciptakan lapangan pekerjaan
Lapangan kerja merupakan peluang kerja bagi masyarakat yang sedang mencari pekerjaan. Tenaga kerja adalah masyarakat yang berada dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah total penduduk suatu negara yang dapat menghasilkan barang dan jasa jika ada permintaan terhadap mereka dan jika mereka mau berpartisipasi (Mulyadi, 2006). Desa sukarara yang mulai di kenal masyarakat luas akan kain tenunnya yang khas membuka peluang pekerjaan bagi warga desanya yaitu sebagai penenun songket. Songket yang di hasilkan desa sukarara terkenal dengan motif yang lebih unik dan beragam, sehingga daearah penghasil tenun lainnya sulit untuk menirunya. Kain songket yang yang dihasilkan desa sukarara juga menggunakan kain yang menggunakan bahan pewarna alam. Hal tersebut menjadi point keunggulan desa sukarara sehingga bisa bersaing dengan daerah lain dalam menghasilkan kain tenun.
Dampak yang dirasakan masyarakat dari pengembangan desa wisata ini di sampaikan oleh Pak Heriawan (33 tahun), selaku pemilik artshop De’belong Songket yang mengatakan
“berdampak, seperti produk tenunannya, wisatawan yang datang bisa membeli dan belajar cara menenun”. Dari pernyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa wisatawan yang datang berbelanja sudah membuka peluang usaha bagi masyarakat. Adanya permintaan kain tenun merupakan sebuah peluang usaha. Pernyataan ini di perkuat dengan pernyataan dari pihak desa, pak dermawan (33 tahun) yang menyatakn “iya, menjadi desa wisata sukarara membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat, ketika desa terkenal berubah menjadi desa wisata semua masyarakat bisa mempromosikan desa dan mengambil peluang usaha”. Peluang usaha yang bisa di ambil masyarakat tidak hanya sebagai penenun, tetapi juga sebagai penjual kain tenun dengan mengikuti pameran-pameran di dalam daerah Lombok maupun di luar Lombok.
Gambar 2. Wawancara Bersama Pengusaha Artshop D’Belong Songket
Meningkatnya perekonomian masyarakat menarik masyarakat sekitar dan masyarakat luar untuk membuka usaha baru di desa sukarara. Alfamaret salah usaha yang muncul sebagai respon positif terhadap meningkatnya perekonomian masyarakat. Alfamaret bisa menyediakan peluang kerja bagi karyawan yang direkrut dari masyarakat sekitar. Usaha kuliner
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3095
yang juga muncul sebagai respon positif dari peningkatan perekonomian masyarakat adalah Rumah makan Lumbung Sasak. Rumah makan lumbung sasak bisa menyerap beberapa tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Hal tersebut sudah mengurangi jumlah pengangguran dan peningkatan penghasilan masyarakat sekitar.
b. Dampak Bagi Peningkatan Penghasilan Masyarakat
Tujuan setiap orang bekerja atau berusaha adalah untuk mendapatkan penghasilan, baik berupa gaji, upah ataupun hasil penjualan. Pendapatan merupakan penghasilan yang diproleh masyarakat atas hasil pekerjaannya dalam suatu kuron waktu tertentu, terhitung dalam periode satu hari, satu minggu, satu bulan atau satu tahun (Sukirno, 2006). Pendapatan yang di terima masyarakat di desa wisata sukarara berasal dari hasil upah menenun, hasil penjualan kain tenun, gaji sebagai karyawan di artshop, gaji sebagai karyawan di alfamaret, gaji sebagai karyawan di rumah makan Lumbung sasak, pendapatan sebagai tour guide dan pendapatan lainnya.
Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke desa sukarara dan semakin banyaknya kain tenun hasil produksi desa sukarara yang terjual menjadi sumber peningkatan pendapatan masyarakat. Adanya peningkatan pendapatan yang di alami masyarakat ini sesuai dengan hasil wawancara dari Pak Heriawan (33 Tahun) yang mengatakan “berdampak karena adanya tamu yang datang kesini. Setelah covid ada wisatawan asing dan wisatawan lokal yang datang kesini”. Pandemi covid-19 sempat membuat usaha masyarakat mengalami penurunan karena tidak ada wisatawan yang datang berkunjung, namun pasca covid-19 desa sukarara Kembali dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri. Hal tersebut berdampak pada peningkatan penjualan dan penghasilan masyarakat.
c. Dampak Bagi Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Kegiatan usaha yang di laksanakan oleh masyarakat Bersama-sama dengan pihak pemerintah dan swasta memiliki tujuan untuk menciptakan iklim perekonomian yang baik dan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemajuan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah mencerminkan keberhasilan pembangunan meskipun hal tersebut bukan merupakan satu-satunya indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006).
Desa wisata sukarara telah membuat perencanaan pemngembangan desa wisata dengan cara mengadakan even begwe nyensek, membuat spot foto yang bertuliskan
“welcome to sukarara village”, mengadakan promosi desa dan produk yang di hasilkan.
Pengembanagn desa yang dilakukann oleh semua pihak telah memberi dampak terhadap peningkatan penghasilan dan perbaikan perekonomian masyarakat. Dari hasil wawancara di ketahui bahwa masyarakat saat ini memiliki penghasilan yang lebih dari sebelumya sehingga bisa memenuhi kebuthan sehari-hari. Bahkan masyarakat sudah mulai menabung atau menggunakan penghasilan mereka untuk membeli barang-barang elektronik seperti kulkas, mesin cuci, kendaraan dan juga bisa membiayai Pendidikan anak-anak mereka. Tambahan penghasilan masyarakat berasal dari peningkatan jumlah produksi kain tenun yang di hasilkan.
Gambar 3. Spot Foto Yang Di Buat Oleh Desa
Cahayani dkk, (2024) MSEJ, 5(1) 2024: 3087-3096
3096 5. Penutup
Penetapan Desa Sukarara sebagai salah satu desa wisata di Kawasan berdasarkan SK Gubenur Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu motivasi bagi desa sukarara untuk mengembangakn potesnsi sumbedaya yang di miliki. Dalam peroses pemnegmbangan desa, tidak bisa lepas dari peran penting warga masyarakat yang secara aktif Bersama-sama dengan pemerintah membuat perencanaan program dan konsisten melaksanakan program tersebut.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembanagn desa wisata sukarara yaitu dengan memberikan ide pengadaan even begawe nyensek, melakukan promosi desa sukarara yang bekerjasama dengan pihak tour guide dan pengusaha artshop, melestarikan budaya nyensek sehingga tidak punah, dan mengajarkan keahlian nyensek yang di miliki kepada generasi muda secara turun-temurun. Kegiatan pengembanagn desa wisata sukarara yang telah berlansung selama ini telah memberikan dampak positif bagi desa dan masyarakat sekitar. Peningkatan kunjungan wisatawan berdampak pada peningkatan permintaan kain tenun dan peningkatan penghasilan masyarakat, sehingga perekonomian masyarakat juga mengalami peningkatan.
Pengambangan desa wisata merupakan usaha sadar dan Bersama dari semua pihak tanpa terkecuali untuk memberikan sumbangsih semaksimal yang bisa di berikan. Untuk kemajuan desa wisata sukarara, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pihak Desa Bersama POKDARWIS dan masyarakat membuat pemetaan desa untuk melihat dan memilih potensi tersembunyi yang bisa dijadikan objek wisata baru yang akan di tawarkan kepada wisatawan.
2. Pihak desa melakukan studi banding ke desa wisata yang telah berhasil untuk belajar bagaimana tips dan trik memaksimalkan potensi yang di miliki desa untuk mendatangkan wisatawan dari lokal dan mancanegara.
Daftar Pustaka
Adisasmita, Raharjo. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Adisasmita, Raharjo. (2013). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Alberto, K. (2019). Pengaruh Produk, Harga, Promosi Dan Lokasi Terhadap Keberhasilan Usaha. Jurnal Manajemen Start-Up Bisnis, 4. http://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/2744
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. (2012). Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Made Heny Urmila Dewi, Chafid Fandeli, dan M. Baiquni. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Parisipasi Masyarakat Lokal di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali.
Muljadi, dan Andri H Warman (2014). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muljadi, dan Andri H Warman (2014). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Mulyadi, (2006). Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada,
Mulyan, Andi, and Lalu Moh Yudha Isnaini. (2022). "Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi di Desa Masmas Kecamatan Batu Kaliang Utara Kabupaten Lombok Tengah)." Jurnal Ilmiah Mandala Education 8.3
Rahayu, Afina Septi. (2022). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Alam (Studi di Kampung Wisata Daleman Asri Kecamatan Turi Kabupaten Sleman). Diss. UNS (Sebelas Maret University),
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor :Ghalia Indonesia
Saputriningsih, Mitha, Mohammad Gamal Rindarjono, and Seno Budhi Ajar. "Analisis Potensi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Karanganyar." GEADIDAKTIKA 1.2: 104-119.
Soebagyo. (2012). Strategi Pengembangan, Pariwisata di Indonesia. Liquidity, 1(2) 153- 158.
Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan, Kencana, 2006
Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta