• Tidak ada hasil yang ditemukan

PATOLOGI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANYA

N/A
N/A
Enggrita Enggi

Academic year: 2023

Membagikan "PATOLOGI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANYA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PATOLOGI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANYA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

1. Ratna Gumilar

2. Enggrita Kriswahningtias (P1337424520033) 3. Cindy Mayla

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas berkat limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalan yang berjudul

“Deteksi Patologi Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaanya Trimester III”

ini tepat pada waktunya. Penulis memhami bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai masukan yang dapat membangun agar penulisan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Magelang, Agustus 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan keadaan dari derajat kesehatan di suatu masyarakat, diantaranya pelayanan kesehatan ibu dan bayi (profil kesehatan Jateng, 2019).Berdasarkan data SDKI, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2007 adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup (KH) menjadi 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), namun pada tahun 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian mengalami penurunan lagi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yaitu dari 346 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) menjadi 305 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH).(Profil Kesehatan Indonesia, 2020) Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar 513 kasus. Angka ini menunjukkan kenaikan dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah tahun 2019 yaitu sebesar 406 kasus. Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain-lain atau penyebab kematian ibu secara tidak langsung juga berperan cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu.Kehamilan merupakan masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laiki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh didalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin. Kehamilan normal lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak melebihi 43 minggu.(Profil kesehatan Jawa Tengah, 2019)Kehamilan adalah anugerah yang sangat didambakan oleh pasangan suami istri dengan harapan mendapatkan

2keturunan yang sehat dan cerdas. Pasangan suami istri harus mempersiapkan mental, fisik dan ekonomi agar didapatkan kehamilan yang sehat, persalinan aman, sehat dan selamat.(Kemenkes RI, 2015)Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis. Patologi pada kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil.

Gangguan komplikasi atau penyulit tersebut dapat terjadi secara

(5)

mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya.Tujuannya, agar mereka dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke Rumah Sakit, untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya.(Kemenkes RI, 2015)Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko termasuk tanda bahaya dalam kehamilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat termasuk kader dan ibu hamil tentang adanya faktor risiko dan komplikasi serta penanganannya yang adekuat sedini mungkin merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.(Kemenkes RI, 2015)Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda / gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya. Bila ada tanda bahaya, ibu hatus mendapat pertolongan segera di fasilitas kesehatan terdekat. Kebanyakan kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang normal. Namun, 15-20 diantara 100 ibu hamil mengalami gangguanpada kehamilan, persalinan dana nifas.(Kemenkes RI, 2015) Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanyabahayayangdapatterjadiselamakehamilanatauperiodeantenatal,yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisamenyebabkan kematian ibu. Tanda bahaya kehamilan perlu diketahui oleh ibu hamil karena apabila tidak diketahui secara dini dapat mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ini perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. (Kemenkes RI, 2015) Ibu hamil selama kehamilannya memerlukan pengetahuan tentang perawatan, pencegahan komplikasi atau penyulit pada masa kehamilan serta kehamilan risiko tinggi.

Pengenalan tanda bahaya kehamilan merupakan upaya kesiapsiagaan ibu dan keluarga dalam menghadapi kejadian komplikasi sehingga dapat mencegah kasus kematian ibu dan bayi. Salah satu upaya untuk dapat memberikan pengetahuan yang cukup kepada ibu hamil dan keluarga adalah melalui kelas ibu hamil. Kelasibu hamil merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui sarana belajar kelompok tentang kesehatan ibu hamil dengan memanfaatkan buku KIA. Dengan kegiatan kelas ibu hamil ini suami dan keluarga akan dilibatkan sehingga dapat memahami kondisi ibu hamilsampai dengan melahirkan dan merawat bayi.(Kemenkes RI, 2014)

B. Rumusan Masalah C. Tujuan

D. Manfaat

(6)
(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehamilan Trimester II

1. Pengertian Kehamilan Trimester III

Kehamilan adalah urutan peristiwa yang terjadi secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, embrio, janin, serta berakhir padamasa

kehamilan yaitu persalinan. Lama masa kehamilan yang normal yaitu dimana usia kehamilan berumur 280hari atau 9 bulan 7 hari

yangdihitung dari hari pertama haid terakhir (Yulaikhah, 2019).

Kehamilan Trimester III dimulai dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9 (28- 40 minggu). Pada trimester ketiga sering disebut masa tunggu dan waspada karena merupakan masa di mana ibu tidak bisa menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan perut buncit adalah duahal yang mengingatkan ibu pada bayinya. (Hatijar et al., 2020).

2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III

Menurut (Marmi, 2017) perubahan fisiologis yang dialami ibu hamil pada trimester III antara lain :

a. Sistem pernapasan

Pernafasan ibu menjadi lebih pendek. Hal ini dikarenakan semakin tuanya kehamilan, pernapasan dada menggantikan pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

b. Sistempencernaan

Terjadinya hemoroid dikarenakan selama masa hamil nafsu makan meningkat,sekresiusus berkurang, aktivitas peristaltic menurun, sehingga bising usus menghilang. Selain itu, ibu juga

merasakan nyeri ulu hati. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi progesteronmenyebabkan tonus dan motilitas otot menurun, sehingga terjadi regurgitasi esophagus, peningkatan waktu pengosongan lambung, dan peristaltik balik sehingga ibu hamil tidak mencerna asam.

c. Sistem traktus uranus

Pada trimester III kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan sering buang air kecil akan timbul karena kandung kemih mulai tertekan lagi.

d. Sistem musculoskeletal

Pada ligamen dan otot tengah dan bawah spina yang tertekan menyebabkan keluhan nyeri punggung pada trimester III, karena terjadi peningkatan hormon progesterone dan estrogen yang bekerja melemahkan ligamen dan otot untuk persiapan pelvis. Peningkatan hormon juga menyebabkan melonggarnya semua sendi, sehingga meningkatkan curva normal yang ada di punggung, yang dapat mengakibatkan sakit punggung bawah, apabila sendi-sendi yang

(8)

longgar di panggul bergerak lebih banyak seiring dengan bertambahnya berat bayi, sehingga tubuh condong ke belakang yang mengakibatkan tubuh menjadi lordosis, jadi timbul keluhannyeri pada bagian punggung.

e. Sistem DarahJumlah sel darah lebih banyak pertumbuhan yang menyebabkan volume darah meningkat hingga terjadi

pengenceran darah (hemodilusi), terutama saat usia kehamilan 32 minggu. Volume darah meningkat sebanyak 25% hingga 30%

sedangkan sel darah meningkat sebanyak 20%.

3. Ketidaknyamanan Trimester III

Trimester III atau yang sering disebut dengan trimester akhir dalam kehamilan merupakan fase trimester yang mendapatkan perhatian lebih karena tumbung kembangjanin yang semakin besar dan meningkat karena terjadi perubahan-perubahan fisiologis pada ibu sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan (Yulaikhah, 2019). Menurut (Dartiwen

& Nurhayati, 2019) beberapa keluhan yang dirasakan pada saat ibu hamil antara lain:

a. Sering berkemih

Frekuensi buang air kecil meningkat disebabkan rahim yang membesar dan mendesak bagian perut akibatnya kandung kemih terasa cepat penuh. Untuk mengatasi hal tersebut ibu disarankan tidak menahan pada saat membuang air kecil agar terhindar dari infeksi. Cara mengatasi atau mengantisipasinya dengan cara yaitu Batasi minuman yang mengandung banyak kafein (kopi, teh, cola, dll), Saat terasa ingin berkemih segera mengosongkan kandung kemih.

b. Kesulitan buang air besar atau konstipasi

Buang air besar menjadi sulit dikarenakan perubahan hormon steroidyang menyebabkan menurunnya tonus otot dan gerakan peristaltik usus terhambat. Untuk mengatasi hal tersebut ibu disarankan banyak mengkonsumsi sayur, buah dan minum air putih.

Cara mengatasi ketidaknyaman dengan cara yaitu makan-makanan berserat, mengkonsumsi buah, asupan air yangadekuat (minimal 8 gelas perhari), istirahat yang cukup.

c. Payudara membesar dan terasa tegang

Pengaruh hormon estrogen, progesterondan somatotropinyang dapat menimbulkan depositlemak, air dan garam pada payudara.

Payudara terasa nyeri karena adanya tekanan pada ujung saraf untuk menangani hal tersebut ibu disarankan menggunakan bra yang aman.

d. Nyeri punggung bawah

Adanya peregangan pada daerah tulang belakang (curva lumbalyang berlebihan)akibat dari kehamilan yang semakin

(9)

besar sehingga biasanya akan muncul sakit pada bagian punggung.

Untuk mengatasi hal tersebut, ibu disarankan untuk istirahat, kompres hangat, massage, olahraga dan menggunakan body mekanik.

e. Pigmentasi Kulit

Terjadinya perubahan hormon estrogen ini bisa mempengaruhi pembentukan enzim tirosinasesehingga dapat menyebabkan pigmentasi kulit meningkat dan menimbulkan flek hitam di sekitar pipi (chloasma gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea albamakin hitam), dan sekitar payudara. Untuk mengatasi hal tersebut ibu disarankan untuk selalu merawat kulit dan menjaga kebersihan.

f. Varises

Varises terjadi akibat dari pembuluh darah vena yang melebar akibat perubahan hormon dan biasanya dijumpai pada bagianbetis, kaki, payudara, dan daerah kelamin. Untuk mengatasinya ibu disarankan tidak duduk terlalu lama

4. Komplikasi Kehamilan Trimester III a. Plasenta previa

Prasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostinum Uteri Internum) dan bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau dapat menimbulkan kelainan janin dalam lahir.

Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak kearah fundus uteri (Putri dan Hastina, 2020).

b. Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasi yang normalnya (uterus) sebelum janin dilahirkan. Terjadi pada masa gestasi di atas 22 minggu atau berat badan janin diatas 500 gram.

Pelepasan sebagian atau seluruh seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan, baik ibu maupun janin (Hutahaean, 2013).

c. Persalinan prematuritas

Persalinan prematuritas (premature) adalah persalinan yang terjadi di antara umur kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg dan alat-alat vital belum sempurna (Hutahaean 2013).

d. Preeklamsia

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan dan dapat terjadi

(10)

pada waktu antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan (Syaiful dan Fatmawati, 2019).

e. Anemia kehamilan

Anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglobin <11 gr/dL pada trimester 1 dan III, atau jika kadar hemoglobin <10,5 gr/dL pada trimester II. Adapun klasifikasi anemia yaitu anemia ringan 9-10 gr/dL, anemia sedang 7-8 gr/dL, dan anemia berat <7gr/dL (Syaiful dan Fatmawati, 2019).

B. Screening/ Penapisan awal kasus-kasus patologis dan komplikasi pada kehamilan TM III

1. Skor Poedji Rochjati

Penapisan Ibu Hamil Trimester III menurut Poedji Rochjati (Buku KIA,2015) dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

a. Kehamilan Resiko Rendah (KRR) skor 2 hijau

Kehamilan normal tanpa masalah/faktor resiko. Kemungkinan besar:

persalinan normal, tetap waspada komplikasi persalinan Ibu dan Bayi baru lahir Hidup Sehat.

b. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) skor 6 – 10 kuning

Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu dan atau janin dapar menyebabkan komplikasi persalinan. Dampak kematian / kesakitan / kecacatan pada ibu dan atau bayi baru lahir.

c. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor ≥12 merah

Kehamilan dengan faktor resiko ganda 2 lebih baik dari ibu dan atau janinnya yang dapat menyebabkan

1) Lebih besar resiko/ bahaya komplikasi persalinan 2) Lebih besar dampak kematian ibu dan atau bayi

(11)

2. Pengukuran Fundus dan Telapak Kaki Kanan

Pengukuran di lakukan pada ibu hamil aterm (≥38 minggu), janin tunggal, presentasi kepala tanpa kelainan yang berpengaruh terhadap pengukuran misalnya hidrosefalus (kepala busung), plasenta previa

(12)

dll. Pengukuran dengan teori Soedarto ini di lakukan untuk mendeteksi adanya cephalo pelvic disproportion

3. Skrining Pre Eklampsia (PEDANG)

Skrining Pre Eklamsia di lakukan pada kehamilan mulai 12-28 minggu dengan cara ROT, MAP dan IMT.Skrining Pre Eklamsia ini di lakukan untuk mendeteksi adanya kejang pada ibu yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janinnya.

(13)

C. Stabilisasi Pada Kasus Patologis dan Komplikasi Kehamilan Kasus

Ny. G 20 tahun G1P0A0 hamil aterm mau melahirkan disertai kejang kurang lebih 10 jam SMRS yang diawali dengan sakit kepala, kejang berlangsung selama sekitar 15 menit, 5 kali sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, semakin lama semakin sering dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dapat dirasakan. Kesadaran delirium, TD: 170/110 mmHg, edema pretibial pada kedua tungkai, FUT 2 jari dibawah processus xiphoideus (30 cm), memanjang, punggung kanan, his (+) 2x/10’/25”, kepala, penurunan 4/5, DJJ 190 x/menit, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185 x/menit, TBJ: ± 2635 gram. Ø 1 cm H1, Proteinuria +3, IG: 8. Pada pasien diberikan tatalaksana berupa informed consent terkait keadaan ibu dan rencana penanganannya, dilakukan stabilisasi selama 6 jam, oksigenasi 5 liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20%

4gram intravena diikuti 6gram dalam infus, nifedipin per oral 3x10 mg dan dilakukan terminasi kehamilan dengan seksio sesaria.

Pembahasan

Penegakkan diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. Didapatkan dari

(14)

alloanamnesis dengan suami pasien, kurang lebih 10 jam SMRS, pasien kejang-kejang yang diawali sakit kepala, kejang berlangsung selama ±15 menit, ±5 kali dari pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore. Pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, semakin lama semakin sering dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang lalu. Suami pasien mengaku pasien tidak pernah memeriksakan kandungan ke bidan/dokter, suami pasien mengatakan pasien tidak punya riwayat darah tinggi sebelum hamil. Pasien mengatakan hamil cukup bulan karena terakhir periksa di bidan pasien sudah masuk 9 bulan namun pasien lupa tanggal HPHT.

Gerakan anak masih dapat dirasakan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat dengan kesadaran delirium, gelisah. Tekanan darah pasien tinggi 170/110 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,40 C. Edema pretibial (+), status obstetri didapatkan dari Pemeriksaan luar FUT 2 jari dibawah processus xiphoideus (30 cm), memanjang, punggung kanan, his (+) 2x/10’/25”, kepala, penurunan 4/5, DJJ 190x/mnt, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185 x/menit, TBJ: ± 2635 gram. Dari Pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher: Portio lunak, posisi posterior, eff 30%, Ø 1 cm, ketuban (+), terbawah kepala, HI, penunjuk belum bisa dinilai. Pemeriksaan penunjang didapatkan darah rutin dan kimia darah: Hb: 11,2 gr/dl, Leukosit: 23000/ul, Trombosit:

321.000/mm3, SGOT: 35U/L, SGPT: 16U/L, LDH: 574, Ureum: 19mg/dl, Kreatinin: 0,8 mg/dl, USG konfirnasi didapatkan kesan hamil 37 minggu jth preskep. Proteinuria +3 dengan hasil indeks gestosis berjumlah 8.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. FIC mengarah pada diagnosis eklampsia (+) gawat janin jadi diagnosis Ny. FIC ini sudah tepat yaitu G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten dengan eklampsia antepartum JTH preskep + gawat janin. Pasien merupakan seorang wanita muda yang masih berusia 20 tahun yang datang dengan eklampsia antepartum. Eklampsia antepartum sering kali terjadi pada wanita muda yang baru pertama kali hamil. Berhan dan Endeshaw telah mendemonstrasikan analisis yang menunjukkan bahwa eklampsia prepartum atau yang dalam artikel ini disebut eklampsia antepartum lebih sering terkena pada wanita nulipara dan wanita muda. Sedangkan pada wanita dewasa dan multipara lebih sering terjadi eklampsia postpartum.

Pada kasus pasien diberikan tatalaksanan berupa informed consent terkait keadaan ibu dan rencana penanganannya, dilakukan stabilisasi selama 6 jam, oksigenasi 5 liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20% 4 gram intravena diikuti 6g dalam infus, nifedipin per oral 3x10 mg dan dilakukan terminasi kehamilan dengan seksio sesaria. Prinsip dasar dalam pengelolaan eklampsia antara lain terapi suportif untuk stabilisasi penderita, selalu diingat masalah airway, breathing, circulation,

(15)

monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan “Glasgow-Pittsburg Coma Scale”. Kontrol kejang dengan pemberian magnesium sulfat intravena dipilih karena kerjanya di perifer tidak menimbulkan depresi pusat pernapasan diberikan sampai 24 jam paska persalinan atau 24 jam bebas kejang. Dilakukan pemberian obat antihipertensi secara intermitten, sebagai obat pilihan adalah nifedipin. Pada pasien eklampsia juga dilakukan koreksi hipoksemia dan asidosis, hindari penggunaan diuretik kecuali jika ada edema paru, gagal jantung kongestif dan edema anasarka, batasi pemberian cairan intravena kecuali pada kasus kehilangan cairan berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan, hindari penggunaan cairan hiperosmotik, dan segera dilakukan terminasi kehamilan.

Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat sesuai dengan tahapan diatas yaitu diberikan magnesium sulfat 20% sebanyak 4gram melalui intravena dan diikuti dengan 6gram dalam infus. Diberikan antihipertensi berupa nifedipin 3x10 mg per oral. Antihipertensi yang dipilih adalah nifedipin, karena nifedipin merupakan obat antihipertensi yang paling aman untuk janin dan tidak menyebabkan penurunan aliran darah dalam rahim. Tidak diberikan diuretik karena tidak ada edema paru, gagal jantung kongestif dan edema ansarka, serta diberikan cairan Ringer laktat dengan tetesan 25 tetes/menit untuk menghindari pemberian cairan yang berlebih.

Terminasi kehamilan merupakan satusatunya terapi definitif untuk eklampsia. Terminasi kehamilan dilakukan bila telah dilakukan stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam setelah satu atau lebih keadaan setelah pemeberian obat anti kejang terakhir, setelah kejang terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir dan penderita mulai sadar (responsif dan orientasi), cara terminasi kehamilan disesuaikan dengan keadaan ibu saat masuk. Seksio sesaria dapat dipertimbangkan bila anak hidup atau bila ada indikasi. Beberapa organisasi telah mengembangkan skrining, pengobatan, dan pedoman pencegahan preeklamsia dan eklamsia. The American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) dan Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM) terus mendukung penggunaan jangka pendek (biasanya

<48 jam) magnesium sulfat dalam perawatan obstetrik untuk kondisi dan jangka waktu pengobatan yang mencakup sebagai berikut:

1. Untuk pencegahan dan pengobatan kejang pada wanita dengan preeklamsia atau eklamsia. Rekomendasi baru-baru ini menunjukkan bahwa magnesium sulfat yang dimanfaatkan untuk profilaksis kejang pada preeklamsia berat dan untuk mengendalikan kejang pada eklampsia, meskipun magnesium sulfat tidak diperlukan untuk preeklamsia ringansedang.

2. Untuk neuroproteksi janin sebelum kelahiran prematur yang diantisipasi (<32 minggu kehamilan).

(16)

3. Untuk mempertahankan kehamilan jangka pendek (≤48 jam) diizinkan pemberian kortikosteroid antenatal pada wanita hamil yang berisiko kelahiran prematur dalam waktu 7 hari.

Pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan dengan cara seksio sesaria karena pasien dalam keadaan penurunan kesadaran sedangkan pada kasus eklampsia terminasi kehamilan harus dilakukan dengan segera, terutama karena bayi masih dalam keadaan hidup.

D. Kewenangan Bidan, Kolaborasi dan Rujukan dalam penanganan kasus patologi dan komplikasi selama kehamilan

Pada saat ini pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada UU No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, dimana menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak yang

dilaksanakan oleh bidan masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan. Wewenang bidan diatur dalam pasal 18 Permenkes No 28 Tahun 2017. Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan :

1) Pelayanan kesehatan ibu.

2) Pelayanan kesehatan anak.

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana E. Identifikasi kasus patologi dan komplikasi kehamilan

Referensi

Dokumen terkait

Keterlambatan dan komplikasi yang menjadi penyebab langsung dan tidak langsung kematian ibu dapat dicegah melalui deteksi dini ibu hamil berisiko oleh tenaga

Tidak semua ibu hamil akan memiliki komplikasi kehamilan yang berisiko tinggi tetapi mengetahui komplikasi atau risiko selama hamil dapat membantu menangani

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Komplikasi Kehamilan dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap Komplikasi Kehamilan dan Deteksi Dininya di Puskesmas Seyegan Sleman

Judul Tesis : HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA IBU HAMIL PEKERJA TENUN DI DESA LUMBAN SIAGIAN JULU KECAMATAN SIATAS

hamil dan hubungan status gizi dengan komplikasi kehamilan pada ibu hamil di desa. Lumban Siagian Kecamatan Siatas Barita

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Resiko Komplikasi Perdarahan Pada Ibu Hamil dan Pengaruh Status Gizi Ibu Hamil Terhadap Resiko Komplikasi Perdarahan Pada Ibu Hamil.. KEK pada batas

Antenatal Care dengan Upaya Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan pada Ibu Hamil di Puskesmas Jetis 2 Bantul Tahun 2011.. METODE PENELITIAN

Nutrisi sangat penting bagi ibu hamil, karena seorang ibu hamil sangat membutuhkan gizi untuk pertumbuhan janin dalam kandungannya?. Maka sedini mungkin ibu