• Tidak ada hasil yang ditemukan

215 466 1 PB

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "215 466 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

158

RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI

DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO

Dedy Febrianto Nadjamuddin1), Widandi Soetopo2), Moh. Sholichin2)

1Mahasiswa Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya,

2,Pengajar, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya

Abstrak: Ketersediaan air merupakan masalah utama yang dipertimbangkan dalam penentuan pola tanam pada daerah irigasi. Mengingat pentingnya kegiatan irigasi, maka perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan air secara optimal sehingga didapat keuntungan yang maksimum dari persediaan air yang ada sesuai dengan fungsinya. Daerah irigasi Paguyaman direncanakan dengan dua pintu penyadapan. Daerah Irigasi Paguyaman kanan, di rencanakan untuk mengairi lahan sebesar 4.176 ha dimana juga masih mempunyai potensi dalam perluasan areal irigasi. Potensi perluasan areal irigasi seluas 1500 ha. Daerah Irigasi Paguyaman masih dalam tahap pelaksanaan pembangunan fisik. Pendekatan yang digunakan sebagai dasar pengaturan distribusi air adalah pendekatan dari segi keseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air untuk tanaman.

Pengalokasian dan distribusi air diperlukan perhitungan secara terpadu yang dibantu dengan menggunakan Program Linier.

Kata kunci: Optimasi, Daerah Irigasi, Program Linier, Solver.

Abstract: Water availability is a major problem to be considered in determining cropping patterns in irrigated areas. Considering the importance of irrigation activities, there should be plan an optimal utili- zation of water in order to get maximum benefit from the existing water supply according to their function.

Irrigation area of paguyaman is planned with two doors intercepts. Irrigation Area Paguyaman on right side, is planned to irrigate 4,176 ha of land where still have potential in the irrigated area expansion.

Potential expansion of irrigated area is 1500 ha. Paguyaman Irrigation Area is still in the implementation stage of physical construction. The approach used as the basis arrangement for the water distribution is the approach in terms of a balance between the availability of water to the water requirements for crops.

Allocating and distribution of water required in an integrated calculation attended by using a Linear Program.

Key words: Optimization, Irrigation Area, Linear Program, Solver.

Sumber daya air (air, sumber air serta daya air yang terkandung di dalamnya) merupakan karunia Tuhan, yang mempunyai arti penting bagi kehidupan makh- luk hidup di bumi.

Namun persediaan air di bumi ini semakin ber- kurang, hal ini disebabkan oleh meningkatnya peng- gunaan air sebagai faktor pokok bagi kehidupan ma- nusia. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resource), tetapi masa depan air cukup terancam. Peningkatan jumlah penduduk serta peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat mengakibatkan peningkatan kebutuhan

air baku dalam jumlah yang sangat besar. Disamping itu pertumbuhan di sektor industri juga memerlukan tambahan penyediaan air baku dengan kualitas yang memadai.

Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dila- kukan usaha perbaikan jaringan irigasi. Namun cara ini membutuhkan waktu yang lama dan pendanaan yang besar. Alternatif lain yang dapat dilakukan di lapang adalah membuat pola tanam yang sesuai de- ngan kondisi daerah irigasi sehingga ketersediaan air di daerah irigasi mencukupi kebutuhan air irigasi pada daerah tersebut.

(2)

Sesuai dengan batasan masalah, dalam studi ini permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Berapa besar kebutuhan air irigasi untuk daerah Pa- guyaman kanan berdasarkan pola tanam terpilih? (2) Berapakah debit yang dialirkan di intake sehingga didapat keuntungan maksimum dari debit yang ada?

(3) Berapa luas lahan optimal yang dapat dimanfa- atkan untuk pertanian? (4) Berapa keuntungan dari debit yang dialirkan pada daerah Irigasi Paguyaman kanan pada tiap bangunan bagi?

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengefisienkan penjatahan air di daerah irigasi Paguyaman kanan yang paling optimal yang memperoleh air pada musim hujan dan musim kemarau dalam suatu periode musim tanam sesuai dengan pola tanam yang tertera pada RTTG, sehingga diperoleh keuntungan maksimum.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah air yang tersedia dapat mengairi luas lahan yang ada.

TINJAUAN PUSTAKA Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah gabungan dari dua ba- gian, yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap, sedangkan tarnspirasi adalah peristiwa penguapan air melalui permukaan tubuh tanaman. Evaporasi bisa diukur de- ngan cara langsung maka bisa digunakan alat Lysim- eter sedangkan cara tidak langsung dengan meng- gunakan data klimatologi.

Evaporasi Potensial

Evaporasi Potensial (Eto) adalah air yang me- nguap melalui permukaan tanah dimana besarnya adalah jumlah air yang akan digunakan tanaman un- tuk perkembangannya.

Besar kebutuhan air tanaman, berhubungan de- ngan besar evaporasi potensial yang besarnya dipe- ngaruhi iklim. Nilai evaporasi relatif tidak terlalu jauh berbeda di antara bulan yang satu dengan yang lain, dan besarnya sekitar 3 - 8 mm/hari.

Dalam studi ini perhitungan besarnya evaporasi dipakai rumus empiris Pennman Modifikasi sebagai berikut:

ET0* = W. (0,75 Rs - Rn1) + (1 - w). F(u) (ea – ed)

Analisa Curah Hujan

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan bumi selama satu periode tertentu yang bisa diukur dalam satuan mm. Apabila tidak terjadi penghilangan oleh evaporasi, pengaliran dan pere- sapan.

Curah Hujan Andalan

Curah hujan andalan ini digunakan untuk mem- peroleh curah hujan yang diharapkan selalu datang dengan peluang kejadian tertentu dan digunakan se- bagai data masukan.

R80 adalah urutan ke 5 n + 1

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif mempunyai arti sejumlah cu- rah hujan yang jatuh pada suatu daerah atau petak sawah semasa pertumbuhan tanaman dan dapat di- gunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Untuk keperluan perencanaan persa- wahan, curah hujan efektif yang digunakan adalah curah hujan efektif untuk tanaman padi dan untuk tanaman palawija.

Kebutuhan Air untuk Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan bumi (evaporasi) maupun melalui daun-daun tanam- an (transpirasi). Bila kedua proses penguapan ter- sebut terjadi bersama-sama, disebut proses evapo- transpirasi. Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi.

ET = k x Eto

Perkolasi

Perkolasi adalah pergerakan air sampai ke ba- wah dari zone tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke bawah permukaan air) ke dalam daerah jenuh (daerah yang berada di bawah permukaan air tanah).

Kebutuhan Air untuk Pengolahan Lahan

Cara pengolahan tanah untuk tanaman adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pengolahan tanah memerlukan air dari hujan dan irigasi. Peng- olahan tanah untuk tanaman padi di sawah membu- tuhkan lebih banyak dari pada pengolahan tanah un- tuk tanaman palawija

Pergantian Lapisan Air

Pergantian lapisan air erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Beberapa saat setelah penanaman, air yang digenangkan di permukaan sawah akan kotor dan mengandung zat-zat yang tidak lagi diperlukan tanaman, bahkan akan merusak. Air genangan ini

(3)

perlu dibuang agar tidak merusak tanaman di lahan.

Saat pembuangan lapisan genangan, sampah - sam- pah yang ada di permukaan air akan tertinggal, de- mikian pula lumpur yang terbawa dari saluran saat pengairan. Air genangan yang dibuang perlu diganti dengan air baru yang bersih.

Kebutuhan Air Irigasi

Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air tersebut dapat ber- asal dari air hujan maupun irigasi. Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan per- tanian.

Pola Tanam

Pola tanam merupakan cara yang terpenting da- lam perencanaan tata tanam. Maksud pola tata tanam adalah untuk pengaturan waktu, tempat, jenis dan luas tanaman pada daerah irigasi, tujuan tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefisien mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh baik.

Neraca Air

Kondisi kesetimbangan untuk mengetahui ke- butuhan air irigasi untuk tanaman dan debit andalan yang tersedia di intake maka dibuat neraca air untuk satu daerah irigasi. Neraca air menunjukkan defisit dan surplus air yang dapat dipantau atau dievaluasi pada perencanaan selanjutnya.

Optimasi dengan Program Linier

Optimasi adalah suatu rancangan dalam peme- cahan model-model perencanaan dengan mendasar- kan pada fungsi matematika yang membatasi.

Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dimulai dengan menentukan variabel-variabel keputusan yang hendak dicari nilai optimumnya, yang kemudian dibentuk fungsi tujuannya. Kemudian di- identifikasikan kendala-kendala yang dihadapi dan dinyatakan secarta fungsional, berupa persamaan atau pertidaksamaan. Sesudah pemodelan selesai ba- rulah dilakukan perhitungan atau iterasi untuk men- capai kondisi optimum.

METODOLOGI PENELITIAN

Data-data yang diperlukan dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran

atau pengamatan langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari mengutip berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebe- narannya.

Secara Geografis lokasi Daerah Irigasi Pagu- yaman kanan terletak antara 1220 1’ 00" - 1220 45' 00" BT dan 000 30' 00" - 000 55' 00" LU. Secara administratif daerah ini terletak di Kabupaten Boa- lemo Provinsi Gorontalo

Curah hujan tahunan = ± 1.546 mm (min = 783 mm dan max = 2.745 mm) yang tercatat di stasiun hujan Wonggahu. Luas catchment area (CA) sampai rencana bendung = 1.300 km², dengan panjang sungai dari hulu ke bendung = 62,5 km. Rencana luas Dae- rah Irigasi Paguyaman Kanan = 4.176 ha

Metode Pengumpulan Data

Dalam studi ini diperlukan data-data yang men- dukung yaitu data primer dan data sekunder, antara lain: Data Curah Hujan, Data Debit, Data Klimatologi, Data Irigasi, Data Jenis Tanah, Data Ekonomi

Langkah-langkah Pengolahan Data

Untuk memperlancar langkah-langkah perhi- tungan dalam studi ini maka diperlukan tahapan-ta- hapan sebagai berikut; Pengolahan data Curah Hujan, Pengolahan Data Debit Intake, Pengolahan data Kli- matologi, Perhitungan besarnya kebutuhan air tanam- an, Perhitungan besarnya kebutuhan air di sawah, Perhitungan besarnya kebutuhan air di intake, Per- hitungan neraca air.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Data Curah Hujan Uji Konsistensi Data

Uji konsistensi data dilakukan terhadap data curah hujan tahunan dengan tujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan data hujan. Metode yang digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa data hu- jan pada ketiga stasiun yang digunakan cukup kon- sisten dapat digunakan sepenuhnya. Dengan nilai Q/

n0.5 = 0,580 yang nilainya lebih kecil dari probabilitas dari tabel yaitu 1.060. dan R/n0.5 = 0,921 yang lebih kecil dari probabilitas 99% dari tabel 1 yaitu 1,424.

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif untuk tanaman padi diten- tukan berdasarkan 70% dari hujan andalan 80% de- ngan peluang kegagalan sebesar 20%. Curah hujan

(4)

efektif diperoleh dari 70% × R80 per periode peng- amatan, sehingga persamaannya adalah sebagai berikut:

Curah hujan efektif untuk tanaman palawija di- tentukan berdasarkan evapo-transpirasi potensial yang terjadi, curah hujan rata-rata dan ketersediaan air tanah yang siap dipakai (D) (pendekatan keda- laman perakaran). Pada daerah irigasi Paguyaman sebagian besar jenis palawija yang ditanam adalah jagung.

Adapun persamaannya adalah sebagai berikut:

Nilai faktor kedalaman air tanah yang bisa di- manfaatkan oleh tanaman jagung dan tebu adalah sebagai berikut:

- Djagung = 80 mm

- Dtebu = 90 mm

Debit yang Tersedia

Air yang tersedia diartikan sebagai air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan bercocok tanam di areal irigasi Paguyaman.

Debit yang tersedia di areal irigasi Paguyaman diartikan sebagai debit yang diharapkan tersedia di beberapa jaringan irigasi yang bisa disadap oleh pintu pengambilan. Untuk perhitungannya digunakan ana- lisa debit andalan metode basic mounth dengan Tabel 1. Uji Konsistensi Data.

Sumber: Hasil Perhitungan

Gambar 1. Curah Hujan Bulanan Stasiun Bongo I.

Gambar 2. Curah Hujan Bulanan Stasiun Wonggahu.

Gambar 3. Curah Hujan Bulanan Stasiun Sidodadi.

(5)

Sumber: Hasil Perhitungan

Evapotranspirasi

Perhitungan evapotranspirasi potensial menggu- nakan metode Penman Modifikasi. Data klimatologi diambil dari Stasiun Klimatologi Meteorologi Bongo I, Stasiun Sidodadi, dan Stasiun Bulia.

Perhitungan evapotranspirasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Evapotranspirasi.

besan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

Jenis tanah pada lokasi studi adalah sandy loam sehingga besar perkolasi yang terjadi adalah 3.00 mm/

hari.

Kebutuhan Air untuk Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan bersamaan dengan persemaian/pembibitan selama 20-30 hari sebelum masa tanam padi. Pekerjaan ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu membajak dan menggaru. Luas lahan persemaian memerlukan 5% luas total lahan yang akan ditanami padi. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan.

keandalan 80%. Artinya akan dihadapi kemungkinan resiko debit yang lebih kecil dari debit andalan sebesar 20%.

Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Debit Metode Weibull.

Sumber: Hasil Perhitungan

Perkolasi

Perkolasi terjadi pada saat lahan ditanami padi.

Lahan digenangi air terus-menerus sehingga kondisi tanah menjadi jenuh. Pada kondisi tanah jenuh per- gerakan air dalam lapisan tanah menuju arah vertikal dan horizontal. Pergerakan air arah vertikal disebut perkolasi dan arah horizontal disebut rembesan. Rem-

Sumber: Hasil Perhitungan

Penggantian Lapisan Air

Penggenangan air irigasi dapat dilakukan secara terus menerus dengan ketinggian yang sama sepan- jang pertumbuhan tanaman. Keadaan ini dapat dila- kukan apabila jumlah air yang tersedia dalam kondisi cukup. Tinggi genangan yang paling baik adalah ku- rang dari atau sama dengan 5 cm, karena akan di- peroleh produksi yang tinggi dan penggunaan air lebih efisien.

Penggantian lapisan air dilakukan satu kali, yaitu pada saat tanaman berumur 20-30 hari setelah pe- mindahan tanaman. Tinggi lapisan air yang direnca- nakan adalah 50 mm selama 30 hari.

Kebutuhan Air irigasi

Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Kebutuhan air untuk irigasi pada studi ini menggunakan metode PU.

(6)

Neraca Air

Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan peng- ambilan yang dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan un- tuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang diairi.

Apabila debit melimpah, maka sistem pemberian airnya akan menerus.

Analisa neraca air pada studi ini akan memban- dingkan kebutuhan dengan berbagai alternatif awal tanam dengan ketersediaan air dengan keandalan 80% yang kemudian akan dipilih kebutuhan air ta- naman yang lebih tepat atau mempunyai selisih se- dikit terhadap ketersedian air.

Kekurangan debit pada setiap alternatif tanam awal, kebutuhan air pada awal tanam periode Okto- ber I mempunyai hasil kekurangan debit yang paling kecil jika dibandingkan dengan yang lainnya. Sehingga periode Oktober I merupakan alternatif yang tepat dan pada nantinya akan dipergunakan pada analisa selanjutnya.

Akan tetapi awal tanam tersebut masih belum tercukupi pada periode November I sebesar 2.728 m3/dtk, periode Desember I sebesar 0.757 m3/dtk dan periode Januari I sebesar 2.068 m3/dtk, sehingga perlu dilakukan optimasi irigasi yang kemudian dila- kukan pola pemberian air yang tepat, sehingga seluruh lahan pada periode tersebut dapat terpenuhi semua.

Sumber: Hasil Analisis

Analisis Model Matematika

Fungsi Sasaran

Dalam studi ini sasaran yang akan dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar- besarnya dalam kaitanya dengan usaha pertanian un- tuk setiap periode musim tanam. Fungsi sasaran ini merupakan persamaan yang berisi variabel bebas yang akan dioptimumkan dan bentuk fungsinya adalah memaksimumkan keuntungan.

Persamaan untuk fungsi sasaran adalah sebagai berikut :

Fungsi sasaran untuk periode I

Fungsi sasaran untuk periode II

Fungsi sasaran untuk periode III

Fungsi Kendala

Dalam suatu analisa optimasi, sumber daya yang akan dianalisa harus dalam keadaan terbatas. Ke- terbatasan sumber daya tersebut dinamakan sebagai Gambar 4. Neraca Air Irigasi Paguyaman.

Optimasi Irigasi

Optimasi irigasi pada studi ini digunakan untuk memberikan gambaran pada pola pemberian air se- cara terus menerus di daerah irigasi Paguyaman. De- ngan mempertimbangkan lahan pertanian yang tidak dapat diperluas kembali dan konstruksi bangunan telah ter install di lapangan, maka hal yang dapat dilaksanakan adalah dengan merubah luasan tanam- an yang diharapkan mendapatkan hasil keuntungan pertahunnya maksimum.

Analisis Manfaat Irigasi

Manfaat bersih dari hasil produksi pertanian ada- lah harga jual produksi pertanian dikurangi total biaya yang diperlukan untuk memproduksinya

Tabel 5. Biaya Produksi Padi, Polowijo, Tebu.

(7)

syarat ikatan atau kendala. Fungsi kendala ini meru- pakan persamaan yang membatasi kegunaan utama dan bentuk fungsi kendala ini adalah besar debit dan luas lahan.

Fungsi kendala untuk periode I

Fungsi kendala untuk periode II

Fungsi kendala untuk periode III

Pada saluran Paguyaman eksisting, menyebab- kan terbatasnya debit yang melewati tiap-tiap saluran.

Karena saluran yang sudah ter-install di lapangan diharapkan tidak sampai dirubah. Karena dengan merubah saluran sangat besar pengaruhnya terhadap nilai investasi yang harus diperhitungkan.

Analisa Hasil Optimasi

Proses analisa optimasi dalam studi ini menggu- nakan program linier dengan bantuan fasilitas solver dalam Microsoft Exel. Dengan memasukkan nilai- nilai parameter fungsi sasaran dan fungsi kendala akan diperoleh hasil atau keluaran dari komponen- komponen variabel serta harga dari fungsi sasaran.

Berdasarkan hasil optimasi dengan menggunakan fa- silitas solver didapat pola tata tanam tanam optimum dan keuntungan maksimum untuk tiap musim tanam Tabel 6. Rekapitulasi Luas Hasil Optimasi Tiap-Tiap

Jenis Tanaman.

Sumber: Hasil Analisis

Dengan pola pembagian air irigasi yang diperhi- tungkan maka akan didapatkan luasan yang optimum pula. Dimana luasan tersebut terpetakkan menjali luasan irigasi yang berbeda-beda pada setiap petak sawah. Sehingga, luasan tersebut jika dikalikan de- ngan harga keuntungan setiap hasil panen tanaman akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Dengan hasil optimasi tersebut, menyebabkan pola tata tanam yang berubah dari rekomendasi dari pemerintah kabupaten Gorontalo dengan kondisi hasil simulasi optimasi. Hasil optimasi pada jenis tanaman palawija lebih mempunyai luas yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman padi dan tebu pada tiap musim tanamnya. Pola tanam hasil optimasi bisa dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pola Tata Tanam Hasil Optimasi.

Dari hasil optimasi tersebut bisa dibuat grafik sensitivitas antara luas tanam dengan keuntungan.

Dimana untuk grafik sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 6.

Jika dilihat dari grafik sensitivitas diatas bisa di- ketahui bahwa dengan semakin besar luas tanam ma- ka keuntungan yang didapatkan juga semakin besar.

Untuk tanaman padi keuntungan optimal yang didapat adalah sebesar Rp. 1,474.78 miliar, sedangkan ke- untungan optimal untuk tanaman tebu adalah sebesar Rp. 6,054.85 miliar dan keuntungan optimal untuk tanaman polowijo adalah sebesar Rp. 9,498.0 miliar.

KESIMPULAN

Dari hasil analisa dan perhitungan bisa ditarik kesimpulan.

Besarnya kebutuhan air irigasi sesuai dengan pola tanam terpilih adalah untuk musim tanam I, padi sebesar 7,151,945 m3/ha, palawija 204,399 m3/ha, tebu 1,198,313 m3/ha, untuk musim tanam II padi sebesar 5,740,411 m3/ha, palawija 136,308 m3/ha, tebu 1,206,802 m3/ha, untuk musim tanam III padi

(8)

sebesar 6,697,705 m3/ha, palawija 187,495 m3/ha dan tebu 1,413,895 m3/ha.

Debit yang dialirkan di intake agar didapatkan keuntungan maksimum adalah sebesar 6.682 m3/dtk.

Gambar 6. Grafik Sensitivitas.

Luas lahan optimal yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian adalah untuk musim tanam I padi 450.8 ha, palawija 3206.9 ha, tebu 2018.3 ha, untuk musim tanam II padi 600.2 ha, palawija 3057.5 ha, tebu 2018.3 ha, untuk musim tanam III padi 423.7 ha, palawija 3234.0 ha, tebu 2018.3 ha.

Keuntungan yang didapatkan untuk tiap musim tanam adalah untuk musim tanam I sebesar Rp.

27,376,014,609.05, untuk musim tanam II sebesar Rp.

28,192,455,460.46, dan untuk musim tanam III se- besar Rp. 27,228,221,330.50

DAFTAR PUSTAKA

DPU. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Pe- rencanaan. 01). Bandung : CV. Galang Persada.

DPU. 1998. Pedoman Pengalokasian Air. Direktorat Jen- deral Pengairan : Departemen Pekerjaan Umum.

Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Sriwidjajanto, S. 2002. Analisis Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Berdasarkan Rencana

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga yang terjadi di Perumnas Made setiap musim hujan sering terjadi genangan air untuk mencegahnya dan sekaligus dapat menjaga cadangan air maka dibutuhkan sumur