• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Indonesia Sehat (PIS) 2017 fokus pada tiga hal yaitu standar pelayanan minimal, pendekatan keluarga, dan gerakan masyarakat hidup sehat.

Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.1 Untuk mewujudkan hal tersebut, peran medis dan tenaga kesehatan sangat penting khususnya peran seorang bidan.

Upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan diperlukan penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) yaitu dengan adanya dukungan dari tenaga kesehatan dalam upaya promotif dan preventif yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi, melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak. Hal ini dapat terwujud jika dilakukan upaya peningkatan pelayanan maternal dan neonatal yang berkesinambungan di fasilitas kesehatan.2

Salah satu indikator Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif.3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).4

(2)

2

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, yang terdiri dari kolostrum yang kaya akan antibodi karena terdapat protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk membunuh kuman dalam jumlah tinggi. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum dihasilkan pada hari pertama sampai dengan hari ketiga, warnanya kekuningan.5

Pada hari keempat sampai hari kesepuluh warna ASI tampak lebih putih dan jumlah immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan dengan kolostrum tetapi lemak dan kalorinya lebih tinggi.6 Selain itu, ASI juga mengandung enzim tertentu yang berfungsi sebagai zat penyerap yang tidak akan mengganggu enzim lain yang berada di usus, berbeda dengan susu formula yang tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan sepenuhnya bergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.

Hal tersebut membuktikan bahwa manfaat ASI sangatlah baik untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi. Untuk itu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk setiap bayi yang baru lahir. Program ini sudah terlaksana dengan baik, namun pada kenyataannya masih ada beberapa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan bahwa ASI tidak keluar atau masih sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

Pada hari-hari pertama postpartum biasanya terjadi tingkat pembengkakan antara 20% sampai dengan 85%. Sebanyak 10% wanita mengalami nyeri berat hingga 14 hari postpartum dan seperempat sampai setengah dari wanita

(3)

3

tersebut mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri payudara. Kejadian Pembengkakan payudara 43,4% dari 145 ibu nifas dan pembengkakan terjadi 253 kali (48%) lebih tinggi pada primipara.7

Berdasarkan data terbaru dari WHO pada tahun 2016 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata mencapai 66,34%atau sebanyak 8.242 ibu nifas dari 12.765 orang (WHO, 2017).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2016 disimpulkan bahwa persentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 76.543 (71,10%) dan berdasar atas data yang diperoleh dari Depkes RI, Indonesia menduduki angka tertinggi terjadi 37,12%, serta menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyatakan bahwa ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %).8

Bidan mempunyai peran penting dalam memberikan asuhan kepada ibu postpartum khususnya dalam mencegah terjadinya bendungan ASI. Perawatan payudara masa nifas dapat membantu meningkatkan produksi ASI dan memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara juga dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani masalah pemberian ASI secara dini seperti produksi dan pengeluaran ASI yang kurang, serta pembengkakan payudara. Berdasarkan pengalaman peneliti dilapangan kendala tersebut terjadi pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusu.9

(4)

4

Selain itu, komitmen ibu untuk menyusui bayinya, teknik menyusui yang baik dan benar, menyusui secara on demand (sesuai permintaan bayi) dan secara ekslusif, juga kondisi kejiwaan, kesehatan, dan kontrasepsi yang digunakan oleh ibu postpartum juga turut memengaruhi kelancaran proses laktasi 10 & 11

Breast care (perawatan payudara) merupakan salah satu metode stimulasi untuk membantu produksi dan pengeluaran ASI.12 Pemijatan pada payudara dapat memberikan rangsangan pada otot buah dada sehingga sirkulasi darah lancar dan tersumbatnya saluran susu dapat dicegah.Selain itu, pemijatan payudara juga dapat merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI dan juga memicu peningkatan hormon oksitosin sehingga ASI dapat keluar.13 Selain dari pada manfaatnya, dalam melakukan perawatan payudara dibutuhkan persiapan dan peralatan serta ibu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengompresan dan pengurutan atau pemijatan setiap tahapnya.14

Menurut Kemkes RI (2015) perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya pembengkakan dan kesulitan menyusui.

Perawatan payudara dapat dilakukan oleh pasien maupun dibantu orang lain mulai dari hari pertama atau kedua setelah melahirkan dengan tujuan untuk memperlancar ASI, menghindari terjadinya pembengkakan dan kesulitan menyusui.15

Adapun perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan sebanyak dua kali sehari sebelum ibu mandi.16

(5)

5

Namun, untuk melakukan perawatan payudara terkadang bidan atau tenaga kesehatan menghadapi kendala. Misalnya dari faktor ibu & faktor tenaga kesehatan.

Faktor ibu seperti kurangnya pengetahuan ibu nifas mengenai perawatan payudara yang disebabkan karena status pendidikan ibu yang rendah, status pekerjaan ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga biasa serta kurangnya pengetahuan atau informasi yang ibu dapatkan mengenai perawatan payudara dan kurangnya rasa ketertarikan ibu atau minta untuk mencari tahu tentang perawatan payudara, tujuan berserta langkah-langkah perawatan payudara yang benar. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan ibu saat diberikan asuhan perawatan payudara.

Selain faktor ibu, faktor dari tenaga kesehatan juga ikut memengaruhi perawatan payudara (breast care). Misalnya dari sikap, pengetahuan, pendidikan, keterampilan yang berbeda satu sama lain membuat tidak semua tenaga kesehatan khususnya bidan terampil dalam melakukan perawatan payudara (breast care). Hal ini dapat menjadi faktor pendukung ibu nifas tidak menerima asuhan yang akan diberikan. Selain itu, pemilihan metode perawatan payudara yang tepat untuk ibu nifas juga perlu dipertimbangkan.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia untuk membantu memperlancar produksi dan pengeluaran ASI pasca melahirkan terdapat beberapa metode yang digunakan diantaranya adalah metode Pijat Oksitosin, Teknik Marmet, Kompres Hangat, Massase Rolling (punggung), breast care, dan metode SPEOS, tetapi karena keterbatasan informasi tentang prosedur pelaksanaan di layanan kesehatan maka metode-metode ini hanya dikenal saja tetapi jarang

(6)

6

diberikan oleh bidan atau perawat sebagai care giver kepada pasien. Selain itu, metode yang berbeda-beda dapat menimbulkan keraguan pada ibu sehingga dapat menolak untuk menerima asuhan perawatan payudara. Akibatnya tujuan utama dalam memperlancar produksi dan kelancaran pengeluaran ASI melalui perawatan payudara (breast care) dapat tidak tercapai.

Breast care vibration bra merupakan suatu inovasi dalam perawatan payudara yang dibuat oleh penulis. Bra ini terdiri dari unit control yang berguna untuk mengontrol bra selama melakukan breast care, spons yang didalamnya terdapat motor penggetar yang dapat bergetar, pada bagian luar spons bra terdapat silikon berbentuk bulat pipih yang ketika motor penggerak bergetar akan memberikan efek masage atau pijat pada payudara, bra ini juga dilengkapi dengan wire temperature yang dapat mengompres hangat payudara secara mandiri.

Pijatan lembut dari bra ini menimbulkan suatu rangsangan pada otot-otot dipayudara sehingga dapat relaksasi. Hal ini membuat saluran ASI yang tadinya tersumbat dapat terbuka dan ASI dapat keluar.17 Alat ini berfungsi melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran ASI sehingga pengeluaran ASI dapat lancar dan bendungan ASI dapat dicegah, bra ini juga bermanfaat untuk mengencangkan payudara.

Keunggulan breast care vibration bra ini yaitu ibu/klien dapat melakukan perawatan payudara tanpa bantuan orang lain, sehingga ibu/klien merasa nyaman karena privasinya terjaga. Memudahkan bidan atau tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan asuhan perawatan payudara.

(7)

7

Selain dari keunggulan dari breast care vibration bra, alat ini juga memiliki kelemahan, di antaranya tombol kontrol bentuknya kurang menarik, cup bra masih terbuat dari kain sehingga apabila ASI ibu keluar bra dapat basah. Hal tersebut dapat membuat ibu tidak nyaman, karena alat bersentuhan langsung dengan payudara ibu.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiana Estiwidani pada tahun 2017 menyatakan proporsi kejadian pembengkakan payudara pada kelompok intervensi (pemakaian mengkok getar tanpa adanya kompres hangat) lebih sedikit yaitu 25% dibanding dengan proporsi pada kelompok kontrol (pijat oksitosin) yaitu 62,5%. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian mangkok getar dapat mencegah atau mengurangi kejadian pembengkakan payudara.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Siti Saidah, dkk pada tahun 2018 menyatakan bahwa penggunaan alat DC motor vibrator stimulus (DMV) dapat meningkatkan dan mempercepat proses menyusui bagi ibu postpartum secara signifikan p = <0,05 (p = 0,000).

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi tema sentral penelitian ini adalah:

Bendungan ASI merupakan masalah yang dialami ibu nifas dan dapat terjadi karena peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi, maka dari itu sebagai tenaga kesehatan secara khusus bidan dalam penanganannya perlu melakukan perawatan payudara pada ibu postpartum. Selain bendungan ASI masalah lain yang dialami oleh ibu nifas adalah produksi dan pengeluaran ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Hal ini merupakan kendala dalam pemberian ASI secara dini.

Berdasarkan pengalaman peneliti, ketika memberikan asuhan perawatan payudara terkadang ibu merasa tidak nyaman karena harus melalui beberapa tahapan pemijatan, selain itu perawatannya berlangsung lama. Maka dari itu, diperlukan

(8)

8

suatu pengembangan metode atau suatu alat untuk menangani permasalahan tersebut. Breast care vibration bra yang telah dibuat oleh peneliti merupakan suatu alat yang dapat membantu bidan dalam memberikan asuhan perawatan payudara tanpa melakukan intervensi secara langsung (sentuhan ke pasien) yang tujuannya untuk meningkatkan produksi ASI dan melancarkan pengeluaran ASI sehingga bendungan ASI dapat dicegah.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang peningkatan jumlah produksi ASI dan kelancaran pengeluaran ASI dengan metode breast care vibration bra pada ibu postpartum perlu dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pengaruh breast care vibration bra terhadap peningkatan jumlah produksi ASI pada ibu postpartum?

2. Bagaimana pengaruh breast care vibration bra terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu postpartum?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis pengaruh breast care vibration bra terhadap peningkatan jumlah produksi ASI pada ibu postpartum.

2. Menganalisis pengaruh breast care vibration bra terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu postpartum.

(9)

9

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang ilmiah bagi pendidikan khususnya bidang kebidanan mengenai pengembangan atau inovasi terbaru dalam kebidanan untuk peningkatan jumlah produksi ASI dan kelancaran pengeluaran ASI dengan metode breast care vibration bra.

1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Menambah referensi mengenai perawatan payudara pada ibu postpartum dengan menggunakan breast care vibration bra.

2. Bagi Ibu Post partum

Diharapkan setelah menggunakan breast care vibration bra ibu post partum memperoleh manfaat langsung yaitu meningkatnya jumlah produksi dan pengeluaran ASI menjadi lancar.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan breast care vibration bra dapat menjadi salah satu alternatif dalam memberikan asuhan perawatan payudara yang lebih praktis, yaitu membantu bidan dalam pelaksanaan asuhan perawatan payudara tanpa melakukan intervensi secara langsung karena telah digantikan oleh breast care vibration bra yang dapat memijat (massage) payudara, serta memudahkan tenaga kesehatan untuk mendukung Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

(10)

10

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memberikan asuhan pada hari ke 6 sesuai yang dibutuhkan bayi yaitu menganjurakan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, memeriksa adanya tanda bahaya bayi baru lahir, menyusui