BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Terjadinya bencana non-alam pandemik COVID-19 yang dimulai dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019 telah mengakibatkan terjadi penularan lintas negara yang mengakibatkan banyak korban jiwa di seluruh dunia hingga awal tahun 2020.(1) Pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD).(2)
Virus corona ditemukan mulai menjangkit pada awal bulan Maret tahun 2020 dan pada bulan Januari 2021 ini telah ditemukan 1.012.350 kasus posif dengan kematian sebanyak 28.468 orang.(3) Hingga 24 November 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 4.254.443 orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan ada 143.766 kematian (CFR: 3,4%) terkait COVID-19 yang dilaporkan dan 4.102.700 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut. Hingga 21 April 2022, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 6.042.595 orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan ada 156.015 kematian terkait COVID- 19 yang dilaporkan dan 5.855.361 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut.(4)
Melihat kondisi persebaran virus yang cepat, pemerintah berupaya menekan penyebaran melalui imbauan untuk social distancing, mewajibkan pemakaian masker, hingga pembatasan social.(5) Pemerintah Indonesia mewajibkan pemakaian masker bagi masyarakat. Adanya kebijakan dan kewajiban menggunakan masker oleh semua masyarakat, tentu akan membuat sampah/limbah masker yang dihasilkan meningkat.(3) Walaupun sudah ada program vaksinasi, masyarakat Indonesia masih tetap wajib
mengikuti protokol kesehatan. Salah satu dari protokol kesehatan adalah masyarakat wajib menggunakan masker pada saat beraktivitas diluar rumah terutama untuk orang yang teridentifikasi memiliki penyakit COVID-19. Masker bedah atau masker tiga lapis merupakan salah satu masker yang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(6)
Penggunaan masker sekali pakai secara ekstensif akan menimbulkan kekhawatiran tentang pencemaran lingkungan melalui pembuangan masker wajah bekas yang tidak tepat setelah munculnya COVID-19.(7) Masker merupakan limbah infeksius rumah tangga domestic.(8) Penyumbang limbah infeksius tidak hanya dari lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan tetapi juga berasal dari lingkungan rumah tangga.(9) Diperkirakan limbah masker harian di berbagai negara dalam juta ton, dengan urutan menurun dari India (1,42) > Indonesia (0,45) > Nigeria (0,32) > Pakistan (0,23) >
Bangladesh (0,19) > Iran (0,19) > Prancis (0,16) > Filipina (15) > Afrika Selatan (0,12) > Ukraina (0,09) > Kazakhstan (0,03).(10) Kenaikan jumlah limbah infeksius ini tidak diimbangi dengan dengan kenaikan jumlah fasilitas pengelolaan limbah yang memadai.(9)
Terlepas dari kerusakan estetika visual di jalanan, masker wajah dapat membawa jejak patogen yang dapat menimbulkan potensi risiko bagi kesehatan manusia. Misalnya, SARS-Cov-22 dapat tetap menular selama seminggu di lapisan luar masker wajah sehingga merupakan ancaman potensial bagi keselamatan kerja pekerja limbah padat.(10) Masker yang dibuang dapat berkontribusi pada penyebaran virus.(11) Menurut Pollution Control Department (PCD), ada kasus infeksi COVID-19 di Thailand yang disebabkan oleh masker bekas pakai terkontaminasi yang dimasukkan ke dalam botol plastik.(10)
Kekhawatiran lain yaitu bahwa masker yang berserakan dapat didorong lebih jauh oleh sistem drainase, dan berakhir di lingkungan laut.
Masalah lain yang menjadi perhatian para petugas lingkungan adalah munculnya mikroplastik sekunder akibat hancurnya masker, yang sebagian
besar terbuat dari Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE). Daya larut dan kelarutan senyawa pewarna yang terkandung dalam masker sekali pakai meningkatkan kemungkinan mereka memasuki rantai makanan dan lingkungan perairan. Sampah masker yang terlihat mengambang di saluran air menyiratkan relokasi mereka dari darat ke saluran air oleh dorongan air hujan atau angin. Oleh karena itu, masalah masker wajah di lingkungan telah mendapat perhatian kritis.(10)
Pengelolaan limbah infeksius seperti limbah masker medis sekali pakai memerlukan penanganan khusus, tidak serta merta dibuang secara sembarangan. Hal ini selain mencemari juga dapat membahayakan lingkungan sekitar tempat masker tersebut dibuang. Karena limbah masker yang dibuang sembarangan dapat menjadi sarana penyebaran lokal virus corona, dimana vektor virus corona yang mampu bertahan di benda mati seperti masker hingga 7 hari.(9) Di Indonesia, pengelolaan limbah limbah infeksius di lingkungan rumah tangga mengacu pada surat edaran yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No.
SE/MENLHK/PSLB3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) yang diterbitkan pada tanggal 24 Maret 2020.(9)
Sebagai contoh untuk limbah masker medis, proses disinfeksi dilakukan dengan cara direndam dalam larutan disinfektan atau klorin atau pemutih kemudian dilakukan perubahan bentuk dengan cara merobek tali masker dan mengguning dan melipat masker hal ini dilakukan agar masker tidak dapat digunakan lagi. Limbah masker yang merupakan salah satu jenis limbah medis ini meningkat drastis, parahnya juga dapat menimbulkan berbagai dampak buruk terhadap lingkungan seperti yang dijelaskan melalui berbagai penelitian terdahulu. Limbah yang terus dihasilkan terutama limbah masker yang sering digunakan masyarakat, menyebabkan penumpukkan dimana berdampak mencemari dan merusak lingkungan.
Perlu adanya penanganan khusus untuk mencegah fenomena penumpukkan limbah tersebut.(12)
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.(8) Sikap dapat dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, yang mana sebuah respon akan muncul apabila seseorang atau individu diberi rangsangan atau stimulus yang menghendaki timbulnya sebuah reaksi.(13) Sikap merupakan respon yang ditimbulkan dari pengetahuan yang dihasilkan berdasarkan indera pendengaran dan penglihatan dalam kasus menangani penularan COVID-19 melaui pengelolaan limbah masker yang baik dan benar. Pengelolaan limbah masker di pengaruhi oleh informasi yang diterima, proses pembentukan sikap dan perilaku akan terjadi setelah individu mempelajari stimulan yang diberikan kepadanya, dalam hal ini stimulan berupa sajian informasi yang disampaikan. Melalui pengkondisian atau pengolahan informasi yang dilakukan, kemudian mendorong adanya motivasi dalam dirinya untuk mengambil sesuatu keputusan menyetujui, menolak atau netral.(8)
Pengetahuan masyarakat mengenai sampah masker medis sekali pakai masih sangatlah minim. Masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara penanganan sampah masker medis sekali pakai dengan baik dan benar.(14) Pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan limbah infeksius ini masih sangat minim. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia limbah infeksius ini harusnya sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah, melalui proses pemilahan terlebih dahulu dari sampah lainnya kemudian dilakukan treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah domestic.(15)
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di salah satu wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru menunjukan bahwa pendidikan seseorang yang masih rendah akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup sehat dan
kemampuan dalam menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari termasuk dalam hal pengelolaan limbah masker di masa pandemic.(8)
Berdasarkan laporan kesehatan lingkungan tahun 2021 di UPTD Puskesmas Griya Antapani ketika melakukan penilaian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat masih terdapat 16% masyarakat yang belum melakukan pengelolaan sampah dengan baik, masih ditemukan kurangnya sarana dan pra sarana tempat sampah untuk memisahkan antara sampah rumah tangga dan sampah masker, masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui cara pengelolaan limbah masker, dan masyarakat atau petugas sampah membuang limbah masker bekas pakai dalam satu plastic dengan sampah domestic rumah tangga. Hal itu ditunjukan dengan terdapatnya sampah masker yang dibuang sembarangan ke lingkungan.
Penjelasan di atas merupakan kenyataan yang berada di lapangan, meskipun tidak semua masyarakat memiliki permasalahan yang sama.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan penelitian dengan focus untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
B. Identifikasi Masalah
Pengetahuan masyarakat mengenai sampah masker medis sekali pakai masih sangatlah minim. Masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara pengelolaan sampah masker medis sekali pakai dengan baik dan benar. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan tempat sampah dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan tempat sampah dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan ketersediaan tempat sampah dalam pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
b. Menganalisis hubungan pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
c. Menganalisis hubungan sikap masyarakat dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
d. Menganalisis hubungan ketersediaan tempat sampah dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan referensi dalam mengembangkan wawasan yang lebih luas dalam memahami tentang hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan tempat sampah dengan pengelolaan limbah masker di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat di aplikasikan kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai pengetahuan, sikap dan ketersediaan tempat sampah dalam pengelolaan limbah masker. Sehingga hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam mengelola masker bekas pakai sesuai dengan pedoman dari kementerian kesehatan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan tempat sampah dengan pengelolaan limbah masker.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di RW 08 wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani. Waktu penyusunan skripsi dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juli tahun 2022. Jurnal yang digunakan untuk penelitian yaitu rentang tahun 2017-2022.