1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yang paling utama pada masa remaja adalah kesehatan reproduksi. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan terjadinya perubahan sangat cepat secara fisik, psikis, dan kognitif. Pada aspek fisik terjadi proses pematangan seksual dan pertumbuhan postur tubuh yang membuat remaja mulai memerhatikan penampilan fisik. Perubahan aspek psikis pada remaja yang menyebabkan mulai timbulnya keinginan untuk diakui dan menjadi yang terbaik diantara teman-temannya. Perubahan aspek kognitif pada remaja ditandai dengan dimulainya dominasi untuk berfikir secara konkret, egocentrisme, dan berperilaku impulsive.1
Anemia adalah dimana keadaan kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi.
Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi).
Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya
sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti melakukan diet vegetarian atau diet yang tidak sehat.2
Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15–21 tahun yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika, Amerika, Asia, Eropa, Mediteran Timur, dan wilayah Pasifik Barat sebesar 409 – 595 juta orang. Prevalensi di Asia, anemia pada wanita usia 15–45 tahun mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11 negara di Asia setelah Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada usia 10–19 tahun. Berdasarkan Riskesdas 2021 anemia di Indonesia mencapai 37,1% dan mengalami peningkatan menjadi 48,9%
pada kelompok usia 15-24 tahun pada tahun 2020.2
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Disamping itu juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu memenuhi zat–zat gizi pada dirinya dan janinnya sehingga dapat meningkatkan terjadinya risiko kematian maternal, prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), komplikasi pada saat persalinan dan kematian perinatal.2
Anemia pada remaja merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin dalam darah yaitu <12gr/dl. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarkan sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Hal ini merupakan salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi pada remaja putri Hemoglobin merupakan peranan penting yang bertugas mengikat oksigen dalam darah. 3
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri antara lain adalah sosial ekonomi orang tua, pendidikan orang tua, pengetahuan status gizi, pola nutrisi.4 Angka kejadian anemia pada kelompok remaja putri di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2021 mencapai 68,3%. Anemia pada remaja putri di Kabupaten Bandung Barat masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar, hal ini dikarenakan prevelansinya sebesar 12,9%.5
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Basith et al.2 Tingkat sosial ekonomi keluarga dengan kejadian anemia pada remaja putri menunjukan 52% remaja putri dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami anemia.
Pendidikan orang tua mempunyai dampak positif pada kesejahteraan anak termasuk status gizi. Pendidikan ibu memiliki pengaruh dua kali lebih besar dibandingkan dengan pendidikan ayah. Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan pendidikan ibu yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemampuan ibu untuk memahami dan menanggapi perubahan perilaku gizi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Basith et al pada remaja putri menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil penelitian tersebut menunjukan 42% remaja putri dengan tingkat pendidikan orangtua rendah mengalami anemia.2
Pengetahuan status gizi juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam kejadian anemia hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh sari, pada remaja putri menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil penelitian tersebut menunjukan 76,4% remaja putri dengan pengetahuan status gizi kurang mengalami anemia.2
Berdasar atau hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 2 Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada tanggal 23 Mei 2022 didapatkan informasi bahwa kelas X pada setiap bulannya selalu ada siswi yang tidak masuk sekolah karena sakit, serta terdapat siswi yang mengalami gejala pusing dan banyak yang mengalami pingsan pada saat upacara berkisaran 8 orang dari jumlah siswi remaja putri kelas X yaitu sebanyak 262.
Didapatkan hasil wawancara dengan salah satu guru kemahasiswaan SMAN 2 Padalarang bahwa disekolah tersebut tidak ada program pemeriksaan cek darah atau hemoglobin (hb) terhadap semua siswi remaja putri. Sehingga guru tersebut tidak mengetahui apakah siswi tersebut mengalami anemia. Didaptkan informasi bahwa di SMAN 2 Padalarang terdapat program pemberian obat tablet penambah darah yaitu
sebanyak 144 tablet Fe yang diberikan oleh pemerintah untuk meminimalisir angka kejadian anemia pada remaja putri.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran faktor yang memengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri kelas X di SMAN 2 Padalarang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas penulis merumuskan masalah mengenai Gambaran faktor yang memengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri kelas X di SMAN 2 Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran faktor yang memengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri kelas X di SMAN 2 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anemia pada remaja putri kelas X di SMAN 2 Padalarang.
b. Untuk mengetahui status sosial ekonomi orang tua sisiwi kelas X di SMAN 2 Padalarang.
c. Untuk mengetahui pola nutrisi terhadap siswi kelas X di SMAN 2 Padalarang.
d. Untuk mengetahui pendidikan terakhir yang ditempuh orang tua siswi kelas X di SMAN 2 Padalarang.
e. Untuk mengetahui pengetahuan status gizi terhadap siswi kelas X di SMAN 2 Padalarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran ataupun pengetahuan sesuai dengan kompetensi yang berguna untuk mahasiswa terutama kebidanan dalam meningkatkan wawasan lebih baik.
2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan kemampuan bagi penulis dalam menganalisis Laporan Tugas Akhir ini.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebidanan ini difokuskan terhadap remaja putri karena banyaknya angka kejadian anemia pada remaja putri di Kabupaten Bandung Barat. Maka penulis meneliti terkait gambaran faktor yang memengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri kelas X di SMAN 2 Padalarang.
F. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
SMAN 2 Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
2. Waktu
Pelaksanaan penelitian dari bulan April-Juni 2022.