1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 menyebabkan peningkatan jumlah penderita gangguan akomodasi terutama anak-anak sekolah. Sebuah studi di China memperlihatkan bahwa selama 2020 jumlah penderita gangguan akomodasi dan kelainan refraksi (terutama hipermetropia) pada anak-anak berusia 6-8 tahun meningkat 3 kali lipat.
Temuan tersebut menambah bukti pengaruh faktor-faktor non-genetik terhadap kejadian gangguan akomodasi, selain pengaruh dari faktor usia, jenis kelamin dan genetik (kelainan refraksi). Salah satu faktor non-genetik yang dipercaya turut mempengaruhi kejadian gangguan akomodasi adalah aktivitas dekat. Aktivitas dekat (near work) adalah istilah teknis yang digunakan para peneliti untuk merujuk pada aktivitas yang membuat mata secara intens dekat dengan objek yang menjadi fokus dari aktivitas tersebut (Simarmata et al., 2021).
Aktivitas dekat yang paling sering menjadi rujukan adalah membaca dan menulis yang membuat mata secara intens berada pada posisi dekat dengan objek.
Di tengah perkembangan pesat teknologi digital, aktivitas dekat juga merujuk pada kegiatan menonton televisi, bekerja dengan komputer, bemain game, aktivitas dunia maya melalui gadget atau smartphone. Dengan menyertakan kegiatan menonton dan bermain game, maka peneliti lebih setuju dengan istilah “aktivitas dekat” daripada “kerja dekat” yang sesungguhnya lebih sesuai secara leksikal dengan terjemahan dari “near work”. Dalam psikologi bahasa Indonesia, agak sulit
2
menerima kegiatan menonton dan bermain game sebagai bagian dari kerja. Dalam literatur berbahasa Indonesia, istilah “aktivitas dekat” juga lebih sering digunakan dibanding “kerja dekat” (Simarmata et al., 2021).
Di masa pandemi Covid-19, keadaan seakan memaksa setiap orang melakukan sebagian besar kegiatan di rumah, khususnya aktivitas dekat terutama kegiatan yang membutuhkan aktivitas penglihatan dengan durasi yang relatif lama.
Orang-orang membaca dan menulis di rumah, baik dengan peralatan manual (buku dan pulpen) maupun dengan peralatan-peralatan digital (komputer/gadget).
Meningkatnya aktivitas dekat selama pandemi dan berkurangnya aktivitas luar ruangan diprediksi menjadi faktor utama peningkatan kejadian gangguan akomodasi selama masa pandemi Covid-19 dan telah mendorong para pemerhati kesehatan mata menyampaikan peringatan (Simarmata et al., 2021).
Gejala pasien dengan gangguan akomodasi tidaklah spesifik, tapi beberapa keluhan pasien mungkin dapat membantu mendeteksi gangguan akomodasi.
Dampak yang sering ditemukan adalah gangguan saat melakukan aktivitas dengan penglihatan dekat. Pasien–pasien dengan penurunan kemampuan akomodasi biasanya mengeluhkan kabur saat melihat dekat, tetapi tidak saat melihat jauh.
Pasien yang paling sering mengeluhkan masalah akomodasi yaitu pasien presbiopia, biasanya pasien ini akan mengeluhkan harus menjauhkan objek yang ingin dilihatnya. Beberapa pasien dengan penurunan akomodasi kadang dapat mengeluhkan diplopia monokular, tidak nyaman saat membaca jarak dekat, lambat saat merubah fokus fiksasi dari jarak jauh ke dekat ataupun dari jarak dekat ke jauh.
Beberapa pasien dapat juga mengeluhkan sakit kepala, intoleransi terhadap cahaya,
3
ataupun gejala astenopia lainnya. Akomodasi yang berlebihan atau spasme akomodasi ditandai dengan penglihatan yang baik saat melihat dekat dan visualisasi yang jelek saat melihat jauh. Objek visual dapat juga terlihat lebih besar ataupun lebih kecil (makropsia atau mikropsia) dari orang normal, dan sakit kepala di bagian depan (Simarmata et al., 2021)(Wati, 2018).
Berdasarkan data yang dihimpun dalam Buku Panduan Praktik Klinik Optometri oleh American Optometric Association tahun 2012 ada beberapa klasifikasi yang membedakan gangguan akomodasi berdasarkan keadaan yang ditemukan, gangguan akomodasi tersebut meliputi, Acccommodative Dysfunction, Ill-sustained Accommodation, Accommodative Infacility, Paralysis of Accommodation, dan Spasm of Accommodation. Lalu ada juga gangguan konvergensi binokuler seperti, Convergence Insufficiency, Convergence Excess, Divergence Insufficiency, Divergence Excess, dan keadaan binokuler lainnya seperti strabismus (American Optometric Association, 2012).
Insufisiensi akomodatif atau accommodative insufficiency (AI) adalah anomali penglihatan binokular non-strabismik yang paling sering ditemukan.
Keadaan ini ditandai dengan ketidakmampuan untuk fokus atau mempertahankan fokus untuk penglihatan dekat (Hussaindeen & Murali, 2020).
Studi yang dilakukan oleh Hashemi et al., 2019 mengevaluasi AA (amplitudo akomodasi) dan konvergensi di populasi siswa usia muda hingga setengah baya di kota selatan Iran. Menurut temuan penelitian ini, dari 1.595 individu yang dipilih, total 1.357 individu dianalisis dalam penelitian,. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh (Hashemi et al., 2019) menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan NPC
4
(Near Point of Convergence) rata-rata untuk semua siswa adalah 7,25 (95% CI, 7,02 hingga 7,48 cm). Rata-rata NPC secara signifikan lebih tinggi pada siswa laki- laki dibandingkan pada siswa perempuan (𝑃 = 0,046). Demikian juga NPC rata- rata dalam kelompok emmetropia, miopia, dan hipermetropia adalah 7,29 (95% CI, 7,04 hingga 7,54), 7,21 (95% CI, 6,89 hingga 7,52), dan 7,16 (95% CI, 5,6 hingga 8,73 cm), masing-masing, tanpa adanya perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok dalam hal NPC (𝑃 = 0,322). Dari penelitian terjadi perbedaan konvergensi berdasarkan jenis kelamin (Hashemi et al., 2019).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ma dkk. Di tahun 2019 menunjukan pada 422 orang diZhongshan Ophthalmic Centre, China pada bulan November 2014 hingga bulan Maret 2015. Dalam studi tersebut, frekuensi konvergensi infacility ditemukan paling tinggi pada hipermetropia (12,9%), diikuti oleh emmetrop (4%) dan miopia (1,6%). Kemudian dalam studi ini, ditemukan frekuensi insufisiensi konvergensi adalah yang tertinggi di emmetrop (15,8%), diikuti oleh miopia rendah (12,1%), miopia tinggi (6,6%), dan miopia sedang (4,7%) (Ma et al., 2019)
Selain itu, pada literature review yang dilakukan oleh Cacho-Martínez et al.
di tahun 2010 melakukan tinjauan sistematis studi yang diterbitkan antara 1986 dan 2009, menganalisis database MEDLINE, CINAHL, FRANCIS dan PsycINFO pada populasi anak dan dewasa. mereka mengidentifikasi 660 artikel dan 10 makalah yang memenuhi kriteria inklusi. Studi tersebut menemukan bahwa ada berbagai prevalensi, terutama untuk insufisiensi akomodatif (2-61,7%) dan insufisiensi konvergensi (2,25-33%). Sebagian besar studi meneliti populasi klinis di sekolah dan universitas dengan sampel yang bervariasi berjumlah 65-2048 responden. Studi
5
ini menemukan hubungan antara jumlah tanda klinis yang digunakan dan nilai prevalensi untuk insufisiensi konvergensi meskipun hubungan ini tidak dapat dikonfirmasi untuk kondisi lain (Cacho-Martínez et al., 2010).
Data yang berhasil penulis himpun sebelumnya adalah hal yang melatarbelakangi penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik “Angka Kejadian Gangguan Akomodasi Dan Konvegernsi Selama Pandemi Pada Mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler STIKes DHB Tahun 2022”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat diuraikan sebagai berikut: “Bagaimana angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi pada mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler STIKes Dharma Husada Bandung?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi pada mahasiswa Program Studi D3 Optometri STIKes Dharma Husada Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi pada mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler berdasarkan jenis kelamin.
6
b. Mengetahui angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi pada mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler berdasarkan status refraksi.
c. Mengetahui angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi pada mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler berdasarkan aktivitas dekat dan durasi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan tentang gangguan akomodasi dan konvergensi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Untuk Peneliti
1) Untuk meningkatkan keilmuan peneliti mengenai angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi yang terjadi.
2) Untuk meningkatkan keterampilan penulis mengenai pemeriksaan akomodasi dan konvergensi.
3) Sebagai bahan informasi mengenai angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi yang terjadi.
b. Manfaat Untuk Institusi
1) Untuk memberikan informasi kepada institusi mengenai angka kejadian gangguan akomodasi dan konvergensi yang terjadi.
7
2) Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai angka kejadian gangguan akomadasi dan konvergensi.
c. Manfaat Untuk Profesi
1) Memberikan informasi kepada profesi mengenai gangguan akomodasi dan konvergensi.
2) Memberikan informasi kepada profesi mengenai penyebab dan dampak dari gangguan akomodasi dan konvergensi.
3) Memberikan informasi kepada profesi mengenai klasifikasi dari gangguan akomodasi dan konvergensi.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah “Angka Kejadian Gangguan Akomodasi dan Konvergensi Pada Mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler STIKes Dharma Husada Bandung”.
2. Lingkup Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cara pemeriksaan NPA (Near Point of Accommodation) dan NPC (Near Point of Convergence), serta kuesioner pada setiap mahasiswa Program Studi D3 Optometri mengenai aktivitas dekat.
3. Lingkup Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di lingkungan mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler STIKes Dharma Husada Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022.
8 4. Lingkup Keilmuan
Bidang keilmuan pada penelitian “Angka Kejadian Gangguan Akomodasi dan Konvergensi Pada Mahasiswa Program Studi D3 Optometri Reguler STIKes Dharma Husada Bandung” adalah Refraksi Klinik, Fisika Optik, dan Patologi Mata.