1 A. Latar Belakang
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together). Bagi para ahli yang meneliti, istilah inteligensi memberikan bermacam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan sebuah konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini terjadi karena inteligensi tergantung pada konteks atau lingkungannya.
Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping) seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang. 1
Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut Ikatan Dokter Anak Inonesia (IDAI) untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat, orangtua perlu memenuhi kebutuhan nutrisi, stimulasi, imunisasi, aktifitas bermain, dan cukup tidur. Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dua hal yang
berbeda, tetapi selalu berkaitan. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif atau dapat diukur. Pertumbuhan biasanya menyangkut ukuran stuktur biologis pada tubuh anak. Sementara yang dimaksud dengan perkembangan (development) adalah perubahan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi bertambahnya kemampuan (skill) struktur tubuh dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan terjadi dalam pola yang teratur seiring dengan proses pematangan / maturitas anak.2
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mencakup berbagai aspek yang dalam hal ini penulis membaginya menjadi dua yaitu aspek fisik dan non-fisik. Perkembangan pada aspek fisik manusia terdiri dari perkembangan tinggi badan, berat badan, motorik (otot dan syaraf) dan perkembangan otak, sedangkan perkembangan non-fisik manusia terdiri dari perkembangan kognitif, sosio- emosional, dan perkembangan bahasa.
Perkembangan fisik dan non-fisik manusia memiliki perbedaan disetiap individunya. Pekembangan salah satu individu bisa saja lebih cepat dan lebih baik dari pada perkembangan individu lainnya. 3
Menurut Puspitasari, dkk, anak berusia 3-6 tahun yang mengalami malnutrisi memiliki risiko 1,9 kali lebih besar untuk mengalami hambatan pertumbuhan dibandingkan anak yang status gizinya normal karena malnutrisi pada anak akan mengganggu sistim informasi di dalam otak.
Georgief menyatakan bahwa kekurangan gizi tertentu akan menyebabkan disfungsi neuroanatomical, neurokimia, dan neurofisiologis pada manusia sehingga akan memiliki efek pada perkembangan saraf. Pengaruh dari
setiap kekurangan gizi pada perkembangan otak akan diatur oleh prinsip waktu, dosis, dan durasi. Untuk setiap wilayah tertentu, pemenuhan gizi awal memiliki efek lebih besar pada proliferasi sel, sehingga mempengaruhi jumlah sel. 4
Para ahli psikologi menyatakan bahwa tahun-tahun awal kehidupan adalah masa yang paling penting dalam hidup dari seluruh tahapan perkembangan. Banyak faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif diantaranya faktor lingkungan, seperti status soial ekonomi, dan faktor ekologi, seperti kesehatan, asupan zat gizi, seta tingkat pendidikan ibu. 5
Peran lingkungan keluarga bagia anak merupakan faktor yang paling pmemulai hidupnya dengan identitas yang melekat pada seorang anak.
Sehingga dapat juga di katakan anak merupakan cerminan dari keluarganya.
Anak menyerap semua hal yang direkamnya melalui penglihatan, dari tahap ini anak dapat dibentuk dan darahkan melalui hasil pengamatannya menjadi kebiasaan dan kesehariannya. 6
Peran orangtua dalam membina dan membimbing anak dalam belajar sangat dibutuhkan di masa-masa usia sekolah. Pendidikan dan bimbingan bukan tergantung sekolah tetapi juga tergantung pada kondisi dan situasi lingkungan sekitar anak. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu dukungan dari semua pihak dimana kita ketahui bersama adanya tripusat pendidikan yaitu : pendidikan berlangsung di sekolah sebagai pendiidkan formal, dalam keluarga dan dalam masyarakat sebagai pendidikan non-formal. Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh
besar pada pendidikan anak disekolah, karena dengan pola asuh, perhatian, kepedulian, dan kesejahteraan anak dalam keluarga menimbulkan motivasi dan perilaku belajar yang benar. Dengan perilaku belajar tersebut dapat terciptaprestasi belajar yang maksimal.
Anak usia dasar adalah anak yang berada dalam bentang usia 7-12 tahun ke atas atau dalam sistem pendidikan dapat disebut anak yang berada pada usia sekolah dasar. Memahami perkembangan anak usia dasar menjadi suatu keharusan bagi orang tua, guru dan orang yang lebih dewasa. seperti yang dikemukakan Hurlock bahwa “orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru, dan teman sebaya (peer group). Melalui merekalah anak mengenal sesuatu positif dan negatif”. Baik atau buruknya perkembangan anak sangat bergantung terhadap pemenuhan kebutuhan yang ia peroleh dari orang lain, baik dari orang tua, anggota keluarga, guru dan individu lainnya. Mengingat, anak usia dasar belum memiliki kematangan dalam berfikir, anak memiliki keterbatasan dalam memilah dan memilih sesuatu yang positif atau negatif dan mana yang berdampak baik atau buruk. 7
Salah satu aspek yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami dari perkembangan anak usia dasar adalah aspek kogntif. Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang sangat komprehensif yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan masalah-masalah nyata, beride dan kreatifi tas. Perkembangan kognitif memberikan pengaruh terhadap
perkembangan mental dan emosional anak serta kemampuan berbahasa.
Sikap dan tindakan anak juga berkaitan dengan kemampuan berfi kir anak.
Sehingga, perkembangan kognitif dapat dikatakan sebagai kunci dari pada perkembangan-perkembangan yang bersifat non-fisik.8
Anak sebagai aset dan generasi penerus perlu diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Selain untuk kebutuhan energi, asupan makanan yang bergizi juga mempengaruhi perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme otak. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, pertumbuhan badan akan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam batang otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak.
Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. 7 Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah, dapat dipergunakan sebagai tolak ukur kecerdasan. Menurut para ahli, nutrisi merupakan satu- satunya faktor paling penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Gangguan kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai oleh daya ingat terganggu dan sukar berpikir logis. Gangguan kognitif
erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan seseorang untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak 8
Penelitian ini diperoleh dari IFLS5 (Indonesian Family Life Survei) tahun 2014. IFLS merupakan lembaga penelitian non-pemerintah yang didirkan pada tahun 2002. IFLS bekerjasama dengan lembaga penelitian dalam dan luar negeri (university-based dan non-univerity based, lembaga donor, dan pengambilan kebijakan). IFLS adalah survei ilmiah yang instrument penelitiannya disusun untuk menjawab pertanyaan riset tertentu.
IFLS melakukan survei terhadap rumah tangga, individu, dan komunitas yang multi-topik berskala besar, dan longitudinal. 10
B. Identifikasi Masalah
Perkembangan kognitif anak memiliki perbedaan disetiap tingkatan usianya yang sangat penting untuk dipahami, perbedaan tersebut dapat terjadi dipengaruhi berbagai faktor diantaranya asupan gizi, lingkungan keluarga, dan sosial ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas oleh karena itu peneliti mengangkat topik ini untuk mengetahui adakah hubungan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran antara indeks massa tubuh anak dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
b. Mengetahui gambaran antara pendapatan keluarga dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
c. Mengetahui gambaran antara anemia pada anak dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
d. Mengetahui gambaran antara jenis kelamin anak dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
e. Mengetahui gambaran antara tempat tinggal anak dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
D. Manfaat Penelitian a. Teoritis
Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dan sebagai data untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
b. Praktis
Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dan sebagai program untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif pada anak usia 7-14 tahun.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kemampuan kognitif pada anak.
Adapun menjadi sasaran penelitian ini yaitu anak usia 7-14 tahun.penelitian ini menggunakan data sekunder dari IFLS (Indonesian Family Life Survey). Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2019. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.