• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Definisi Kepatuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Definisi Kepatuhan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Kepatuhan dapat diartikan sebagai perilaku pasien dalam mengikuti segala nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis. Pasien yang patuh dipandang sebagai orang yang memperhatikan kesehatannya, dan masalah ini dianggap sebagai “masalah kontrol” (Smet, 1994). Penderita tuberkulosis paru yang patuh berobat adalah mereka yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa henti selama minimal enam sampai delapan bulan, sedangkan pasien yang tidak patuh datang berobat dan minum obat bila frekuensi minum obat tidak terjaga. sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Drennan.V, Graw.C, 2000 Kepatuhan dalam berobat dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang menaati segala nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis. Dari segi kepatuhan, faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat memberikan dampak positif sehingga pasien tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhan, hingga menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan seseorang dan juga dapat menentukan program pengobatan yang mungkin mereka terima.

Pasien yang berpegang teguh pada keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah menyerah serta mampu menerima keadaannya serta perilakunya akan lebih baik. Dukungan sosial berupa dukungan emosional dari anggota keluarga lainnya merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap program kesehatan. Demikian pula mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan menyampaikan antusiasmenya terhadap tindakan tertentu pasien, dan dengan terus menerus memberikan penghargaan positif kepada pasien yang mampu beradaptasi dengan program pengobatan.

Dukungan Keluarga

  • Defenisi Dukungan Keluarga
  • Fungsi Keluarga
  • Jenis-jenis Dukungan Keluarga
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Hal inilah yang mendasari bahwa dukungan keluarga dianggap sebagai faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan seseorang serta dalam menentukan program pengobatan yang akan diterimanya. Citra diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan terhubung dengan keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, saling menghormati dan kehangatan dalam keluarga. Sejauh mana keluarga memberikan makanan, perlindungan, dan perawatan kepada anggotanya yang sakit, sejauh mana pengetahuan tentang masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam melakukan tugas-tugas kesehatan dalam keluarga, dan kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatannya. menghadapi untuk menang.

Yang menunjang suatu keluarga adalah anggota keluarga yang sehat, mempunyai fasilitas penunjang kesehatan keluarga, antara lain: fasilitas fisik, fasilitas psikis atau dukungan dari masyarakat setempat. Dukungan informasi dapat membantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga, termasuk memberikan nasihat, ide dan informasi yang diperlukan. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan terjadinya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat memberikan kontribusi terhadap tindakan sugestif tertentu pada individu.

Aspek dukungan emosional meliputi dukungan yang diungkapkan dalam bentuk kasih sayang, kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Peran keluarga dalam dukungan penyidikan adalah keluarga membimbing dan memediasi pemecahan masalah sebagai sumber jati diri anggota keluarga, antara lain dengan memberikan dukungan, penghargaan dan perhatian. Menurut Ahmadi (2004), faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Emosi berkaitan dengan keadaan psikologis seseorang, dalam hal ini berkaitan dengan dua jenis dukungan sosial, yaitu dukungan emosional dan penilaian. Menurut Friedman (1998), faktor lain yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi di sini mencakup tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua.

Selain itu, orang tua dari kelas menengah mempunyai tingkat dukungan, kasih sayang dan keterlibatan yang lebih tinggi dibandingkan orang tua dari kelas sosial bawah. Dalam penelitian ini jenis dukungan keluarga meliputi dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian, dan dukungan instrumental dari keluarga.

Self-Efficacy

  • Defenisi Self -Efficacy
  • Fungsi Self-Efficacy
  • Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy
  • Karakteristik Individu yang Memiliki Self-Efficacy Tinggi
  • Dimensi Self Efficacy

Sedangkan orang yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri membimbing kita untuk menetapkan tujuan yang menantang dan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Lebih dari seratus penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri memprediksi produktivitas pekerja. Ketika masalah muncul, perasaan efikasi diri yang kuat mendorong pekerja untuk tetap tenang dan mencari solusi daripada terus memikirkan ketidakmampuan mereka.

Judge et al., meyakini bahwa efikasi diri merupakan indikator positif dari evaluasi diri inti untuk melakukan evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri sendiri (Judge dan Bono, 2001). Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan diri atau self-knowledge yang paling besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi diri yang dimiliki juga mempengaruhinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-efisiensi secara umum merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dalam mengatasi berbagai situasi yang muncul dalam hidupnya.

Sedangkan individu yang mempunyai efikasi diri yang rendah meskipun kemampuannya sebanding mengatasi kekurangan kemampuan tersebut sebagai konsekuensi dari kegagalan yang dialaminya (Collins dalam Bandura, 1997). Menurut Bandura (1997) ada empat proses terpenting dalam efikasi diri yang dapat mengatur fungsi seseorang. Keyakinan terhadap efikasi diri cenderung menjadi pola pikir bahwa kinerja seseorang bisa meningkat atau menurun.

Selain itu, empat proses yang berperan dalam membentuk efikasi diri antara lain kognisi, afek, motivasi, dan proses seleksi. Apabila tidak ada hambatan berarti yang harus diatasi dalam suatu tugas atau kegiatan, maka tugas tersebut akan sangat mudah dilaksanakan dan setiap orang pasti akan memiliki self efikasi yang tinggi terhadap permasalahan tersebut. Semakin banyak efikasi diri yang dapat digunakan dalam berbagai situasi, maka efikasi diri seseorang akan semakin tinggi.

Dimensi ini berkaitan dengan kuatnya efikasi diri seseorang ketika dihadapkan pada tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Efikasi diri yang buruk dapat dengan mudah dihilangkan dengan pengalaman menyedihkan ketika menghadapi suatu tugas. Jika individu mengurutkan permasalahan yang dihadapinya dari yang paling mudah hingga yang tersulit, maka efikasi diri akan mampu menggerakkan keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan tingkat kesulitan permasalahan tersebut.

Aspek ini berkaitan dengan evaluasi efikasi diri, yaitu berkaitan dengan keyakinan individu terhadap satu atau lebih perilaku yang dapat dilakukan.

Tuberkulosis Paru

  • Defenisi Tuberkulosis Paru
  • Cara Penularan
  • Gejala-gejala Tuberkulosis
  • Penemuan PasienTuberkulosis Paru
  • Diagnosis Tuberkulosis Paru
  • Tipe Pasien Tuberkulosis Paru
  • Pengobatan Tuberkulosis Paru
    • Prinsip Pengobatan Tuberkulosis Paru
    • Hasil Pengobatan

Leukosit polimorfonuklear muncul di tempat ini dan ciri lain dari kuman ini adalah merupakan kuman aerob, ciri ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyukai jaringan dengan kandungan oksigen lebih tinggi. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak maka penderitanya semakin menular. Kemungkinan seseorang terpapar bakteri tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet di udara dan berapa lama mereka menghirup udara tersebut (Kementerian Kesehatan, 2008). Keluhan yang dirasakan penderita TBC paru bisa bermacam-macam atau bahkan tidak ada keluhan sama sekali.

Batuk yang berkepanjangan dan mengeluarkan dahak selama 3 minggu atau lebih terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuknya mungkin kering (non produktif) kemudian setelah terjadi peradangan menjadi produktif (menghasilkan dahak). Kondisi lainnya adalah batuk rejan. dengan darah karena ada pembuluh darah yang pecah, hal ini terjadi pada gigi berlubang atau borok dan dinding bronkus. Menurut Departemen Kesehatan (2008), deteksi pasien merupakan langkah awal dalam kegiatan program pengendalian TB paru, yang terdiri dari skrining kecurigaan, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan jenis pasien. Deteksi penderita tuberkulosis paru dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.Pencarian penderita suspek dilakukan di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang didukung dengan penyuluhan aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan suspek TBC. pasien. .

Selain itu, semua kontak dengan penderita tuberkulosis paru positif dengan gejala yang sama harus diperiksakan dahaknya. Hasil wawancara mengenai keluhan pasien dan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien disebut anamnesis. Hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya BTA pada sampel pasien dengan pemeriksaan 3 spesimen air liur dalam dua hari berturut-turut yaitu pada setiap pagi hari (SPS).

Selain ketiga ukuran kinerja tersebut, terkadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari hasil pemeriksaan darah atau pemeriksaan tambahan lainnya (Aditama, 2002). Baru adalah pasien yang belum pernah berobat dengan obat anti tuberkulosis (OAT) atau pernah mengonsumsi OAT kurang dari satu bulan (4 minggu. Kambuh) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah berobat tuberkulosis dan dinyatakan sembuh, kemudian mereka didiagnosis ulang BTA positif.

Pengobatan setelah penghentian (default) adalah pasien yang mendapat pengobatan dan menghentikan pengobatan selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. Gagal adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif selama lima bulan atau lebih selama pengobatan. Kelompok ini termasuk kasus kronis, yaitu pasien yang hasil BTA-nya masih positif setelah selesai menjalani pengobatan ulang.

Yaitu pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap, namun tidak dilakukan pemeriksaan dahak terutama pada akhir pengobatan sehingga tidak diketahui apakah sembuh atau gagal.

Pasien

Hubungan Dukungan Keluarga dan Self Efficacy dengan Kepatuhan

Pengobatan yang teratur terhadap pasien tuberkulosis paru dapat membawa kesembuhan total apabila pasien sendiri bersedia mengikuti aturan mengenai pengobatan tuberkulosis paru. Sangat penting bagi pasien untuk tidak menghentikan pengobatan dan jika pasien menghentikan pengobatan maka tuberkulosis paru akan mulai berkembang biak lagi yang berarti pasien mengulangi pengobatan intensif pada 2 bulan pertama (WHO, 2013). Tingginya angka ketidakpatuhan akan mempengaruhi tingginya angka kegagalan pengobatan TB paru dan mengakibatkan semakin banyak pasien TB paru yang resisten terhadap BTA+ terhadap pengobatan standar.

Untuk dapat melaksanakan pengobatan secara rutin diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dari seorang penderita tuberkulosis paru. Untuk meningkatkan kepatuhan, diperlukan kolaborasi sinergis dari berbagai pihak, antara lain: pasien, faktor terapeutik, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor sosial ekonomi. Semua faktor di atas merupakan faktor yang penting untuk mempengaruhi kepatuhan sehingga tidak ada pengaruh yang lebih kuat dari faktor-faktor tersebut, oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah ketidakpatuhan pasien, tidak semua kesalahan adalah milik pasien sehingga intervensi tidak dapat dilakukan hanya oleh pasien. sabar. , Namun.

Oleh karena itu diperlukan strategi yang berlaku khusus pada pasien penyakit TBC paru dan untuk mengantisipasi perburukan yang semakin parah, diperlukan dukungan yang tinggi dari keluarga dan lingkungan sosial agar kepercayaan diri terhadap kesembuhan penyakit yang diderita semakin meningkat ( Departemen Kesehatan, 2002). Dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan diterima (Friedman, 1992), dengan kata lain semakin kuat dukungan keluarga maka semakin tinggi 'a efikasi diri seseorang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai dukungan keluarga yang tinggi akan mampu meningkatkan efikasi diri seseorang, peningkatan efikasi diri juga akan mempengaruhi kepatuhan seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Desi. Fitri Maulida, 2014, bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepercayaan terhadap kepatuhan pengobatan pada pasien TB paru.

Dukungan keluarga dapat diartikan sebagai bantuan atau dukungan yang diterima dari individu lain seperti orang terdekat di antara anggota keluarga (Marliyah dkk, 2004).

Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Mampu menjelaskan Model praktik dalam konteks nasional dan global pengukuran kualitas dan mutu asuhan Evidence terkait asuhan kebidanan Role Model dalam asuhan kebidananC2  Ketepatan