• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Bab Iii Memahami Islam Sebagai Sebuah Agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Bab Iii Memahami Islam Sebagai Sebuah Agama"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Penggunaan istilah “Islam” untuk merujuk kepada agama yang secara khusus disampaikan oleh Nabi Muhammad saw nampaknya berkait rapat dengan makna substantif dan mesej paling fundamental yang terkandung dalam agama Islam itu sendiri. Petikan di atas secara jelas menunjukkan bahawa agama Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad saw bukanlah Mohammedanisme, seperti yang sering disangkakan oleh kebanyakan Orientalis Barat. Sedangkan agama Islam tidak boleh disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, dan penamaan Islam itu sendiri bukanlah dari Nabi Muhammad saw, tetapi secara langsung dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran. .

Hal senada juga disampaikan oleh Harun Nasution bahwa “Islam adalah agama yang ajarannya diturunkan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada dasarnya membawa ajaran yang tidak hanya berbicara tentang satu aspek tetapi tentang berbagai aspek kehidupan manusia. life.24 Sementara itu Hossein Nasr mengatakan bahwa Islam “adalah agama yang diwahyukan dalam Al-Qur’an melalui Nabi. Dalam pengertian umum, Islam mencakup semua agama surgawi yang diajarkan oleh para nabi mulai dari Adam hingga Muhammad.

Fungsi Islam (Muhammad saw) sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya menunjukkan bahwa agama Islam yang diajarkan oleh Muhammad adalah agama yang sempurna, baik isi maupun bentuknya.

أمويل

Sedangkan agama Islam yang dihadirkan Muhammad menyintesis kedua dimensi agama ini secara seimbang, meskipun kedua dimensi tersebut diposisikan dalam model relasional kesatuan yang utuh. Terhadap agama Musa, Islam Muhammad melengkapinya dengan ajaran cinta (esoterisme), sedangkan terhadap agama Yesus, Islam Muhammad melengkapinya dengan doktrin hukum-formal (eksoterisisme).39 Inilah salah satu cirinya. dari agama Islam. dibawa oleh Muhammad sekaligus sebagai kesaksian akan keistimewaan kesempurnaannya, oleh karena itu wajar jika kemudian beliau juga berperan dalam menyempurnakan agama-agama yang telah diturunkan oleh para rasul sebelumnya. Oleh karena itu, Al-Qur'an telah secara tegas menyatakan bahwa Islam yang dibawa Muhammad adalah agama yang sempurna (Qs. al-Ma'ide/5:3).

دمكني

ىتمعنتيضرو

مكلملاسلإا

اني

Karakteristik Agama Islam (din al-Islam)

  • Islam bersifat rabbaniah
  • Islam bersifat universal
  • Islam bersifat waqi’iyah (realistik) atau Agama Fitrah
  • Islam bersifat syumuliah (komprehensif)
  • Islam bersifat wasathiah (moderasi)
  • Islam bersifat fleksibel (tetap dan dinamis)
  • Islam bersifat rasional

Agama Islam (din al-Islam), agama wahyu yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW, penutup semua nabi, mempunyai sejumlah keistimewaan atau ciri-ciri (perbedaan). Sebagai ciri khusus, keberadaan ciri-ciri agama Islam mengacu pada “keistimewaan” agama Islam yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW atas agama yang dibawa oleh para nabi dan/atau rasul sebelumnya, tentunya dengan agama lain juga. yang ada sebelumnya. Dalam upaya mendeskripsikan ciri-ciri akidah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, ditemukan adanya pandangan-pandangan yang sangat kompleks dan berbeda-beda.

Ada ciri-ciri melekat dalam agama Islam yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun penjelasan mengenai masing-masing ciri agama islam di atas, anda dapat menyimak uraian berikut ini. Yang dimaksud dengan rabbaniah adalah ajaran agama Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW merupakan wahyu Tuhan.

Sedangkan Nabi Muhammad, dengan agama Islam yang dibawanya, diutuskan kepada seluruh umat manusia, bukan hanya kepada sesuatu kaum atau bangsa. Pengertian agama Islam adalah waqi’iyah, yaitu ajaran Islam yang menitikberatkan pada penyerahan diri kepada kehendak Allah dan berfokus pada tauhid (keesaan Allah), sesuai dengan hakikat manusia. Dan sebaliknya, ajaran agama Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, bahkan semua nabi sejak Adam, semuanya membawa agama Islam dengan rasa tauhid, walaupun kemudian terjadi perbedaan bentuk atau syariat. agama Islam.

Ciri akidah Islam yang bersifat syumulia (komprehensif) ini merujuk pada “isi” ajaran Islam yang diungkapkan dalam Al-Qur’an (dan tentunya juga dalam hadits), yang ruang lingkupnya komprehensif dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Sifat keimanan Islam yang holistik setidaknya bertumpu pada sejumlah ayat Al-Qur'an sebagai legitimasinya, antara lain Qs. Istilah moderasi (wasathiah) sebagai salah satu ciri keimanan Islam terkadang diidentikkan dengan tawazun (keseimbangan).68 Ciri moderasi beragama Islam merujuk pada posisi “jalan tengah”.

Dengan kata lain, agama Islam yang dihadirkan Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang sempurna tidak hanya menekankan pada aspek eksoterik saja, tidak pula pada aspek esoteris saja, melainkan memadukan keduanya secara seimbang. Yang dimaksud dengan ciri-ciri agama Islam fleksibel mengacu pada sifat ajaran agama Islam yang dinamis dan dapat mengikuti dinamika masyarakat, terutama yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan atau yang petunjuknya masih dhanni. alam, selain itu ada juga yang ditentukan dari segi ayat - Ayat Alquran yang dibacakannya sudah qath'i.

Kerangka Dasar Agama Islam (Din al-Islam)

Mengingat pentingnya kedudukan akal dalam ajaran Islam, maka taklif atau beban kewajiban melaksanakan ajaran Islam hanya diberikan kepada orang yang berakal sehat, dan orang yang tidak waras, misalnya ketika mereka sedang mabuk. tidak dikenakan pengangkatan cabang ini. Chittick, The Vision of Islam, diterjemahkan Suharsono ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul yang sama.79 Tentu saja karya ini sangat penting dijadikan acuan untuk memahami konstruksi doktrin atau ajaran agama Islam (Selasa). al-Islam) lengkap dan komprehensif, terutama dengan tiga rukunnya: Islam, iman dan ihsan. 77 Penulis dalam hal ini menggunakan huruf kecil (bukan huruf kapital) untuk menyebut Islam (al-islam), yang dimaksudkan untuk membedakannya dengan Islam (yang ditulis dengan huruf kapital) sebagai agama atau din al-islam.

Dengan kata lain, karena Islam (al-Islam) dimaksudkan sebagai bagian dari din al-Islam (agama Islam), maka ditulis dengan huruf kecil, dan untuk membedakannya dengan agama Islam (ditulis dengan huruf “I”). sebagai Dinul Islam. Bahkan dalam karyanya ini, Murata dan Chittick secara intensif dan fokus mengeksplorasi tiga dimensi agama Islam (din al-Islam) di seluruh isi bukunya, dalam tiga bab. Masing-masing dimensi agama Islam – iman, Islam, ihsan – dibahas secara rinci per bab: Tentang Islam (al-islam) – ditulis dengan huruf kecil karena Islam yang dimaksud merupakan salah satu 'bagian' dari agama Islam (din al- Islam), dan bukan keseluruhan agama Islam (din al-Islam). -Islam) sendiri, dibahas pada bab pertama, dimulai dari halaman 3-49; tentang iman (al-iman) dibahas pada bab kedua halaman 49-396; dan terakhir mengenai ihsan (al-ihsan) diuraikan pada bab ketiga halaman 397-474. Kedua, perlu diperhatikan bahwa kata atau istilah 'Islam' pada artikel pokok teori pertama ini – 'Islam', iman dan ihsan – jelas tidak sepenuhnya mengacu pada totalitas agama Islam (din al-Islam). komprehensif, atau dengan kata lain tidak identik dengan agama Islam (din al-Islam) itu sendiri, melainkan merupakan “bagian” dari totalitas agama Islam (din al-Islam) yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. gergaji.

Oleh karena itu ditulis dengan huruf “i” kecil yaitu “Islam” (bukan dengan huruf kapital), untuk membedakan sekaligus membedakannya dengan Islam secara keseluruhan dari agama Islam (din al- Islam), yang disepakati ditulis dengan huruf kapital “I” (banyak). yaitu Islam (agama Islam). 80 Ketiga, teori kategorisasi yang menjelaskan kerangka dasar ajaran agama Islam (din al-Islam) dengan tiga rukunnya yaitu Islam, Iman dan Ihsan, mempunyai landasan teologis berupa hadits Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad biasa dikenal dengan hadis Jibril. malaikat Jibril tentang keimanan, Islam dan ihsan, lalu dia menjawab: Islam (al-Islam) adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, menunaikan shalat, menunaikan zakat, menunaikan puasa Ramadhan dan menunaikan ibadah. Dan ketika ditanya tentang iman (al-iman), beliau menjelaskan: “iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir” (al-iman iman an tu’mina billahi) wa mala'ikatih wa karetih wa rulush wa al-yaum al-akhir wa bi al-qadr khairih wa syarrih). Kemudian ketika ditanya tentang ihsan (al-ihsan), beliau menjelaskan, “ihsan adalah pengakuan beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihatmu”. al-ihsan an ta'buda Allah kaannaka tarahu fain lam takun tarahu fainnahu yaraka).

Teori yang mengelompokkan ajaran Islam ke dalam tiga aspek utama ini didasarkan pada hadis Nabi berikut ini:

ناكلوسر

ئلصالله

ازرابسانلل

هلجر

اقفل

لاق

وكئلم

واتك

ععلالب لخلأا

لالق

الله

نأديعت

ائيشو

لاصلاة

تكملاو

ةلضو فملاولصتو

منالضمر

اق

اللهسحلإام

نالاق

ا ته

SIYASAH (Politik &

Saling-Keterkaitan Iman, Islam dan Ihsan

Dan seseorang itu tidak akan pernah dihargai sebagai orang yang mulia jika dia tidak mempunyai aqidah yang betul. Itulah sebabnya Rasulullah s.a.w., selama 13 tahun di zaman Mekah memfokuskan dakwahnya untuk membina agama yang benar dan kukuh bagi umat Islam. Manakala hubungan integratif-fungsi antara akidah dan Syariah termasuk skop Islam dan Ihsan dikemukakan oleh Mahmud Syaltut di bawah.

Dalam hal ini, Mahmud Syaltut berpendapat bahawa kewujudan agama Islam sebagai yang utama (al-ashl) dan syariat sebagai cabang (al-far').111 Menurut Syaltut, agama Islam adalah perkara utama yang di atasnya. syariat dibina. Oleh itu, kewujudan akidah Islam disebut juga dengan istilah ushul ad-din,112 yang bermaksud dasar-dasar akidah Islam. Dengan kata lain, akidah Islam (iman) dinamakan ushul ad-din kerana akidah itu menempati kedudukan sebagai ajaran utama akidah Islam (din al-Islam).

Dan syariat itu sendiri merupakan buah yang lahir dari akidah Islam, sehingga tidak akan pernah ada syariat dalam Islam kecuali karena akidah Islam, karena syariat tidak akan pernah berkembang kecuali di bawah naungan akidah Islam. . Oleh karena itulah Islam menetapkan hubungan yang sangat erat antara keimanan dan syari’ah, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dengan keimanan menempati kedudukan yang paling penting, yang mendorong terwujudnya syari’ah, sedangkan syari’ah adalah pelaksanaannya. bagaikan tanda pengaruh keimanan di hati orang mukmin. Oleh karena itu, siapa pun yang beriman tetapi mengabaikan syariat atau mengamalkan syariat.

Meskipun keimanan atau aqidah menjadi landasan syariat dan akhlak, namun landasan yang paling mendasar adalah isi dari keimanan Islam itu sendiri, yaitu “tauhid” (keesaan Allah). Dengan kata lain, tauhid merupakan hakikat keimanan Islam, tidak hanya pada ajaran agama Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, namun juga pada ajaran yang diajarkan para nabi sejak Adam. Oleh karena itu, tauhid mendasari seluruh dimensi ajaran agama Islam. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap doktrin tauhid berupa kemusyrikan atau menyekutukan Allah dengan seluruh ciptaan-Nya dianggap dosa yang paling besar karena dianggap melanggar prinsip paling mendasar dalam agama Islam. 113.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya penerapan konsep efisiensi air pada bangunan dapat di terapkan dengan cara merancang sistem pengelolaan air hujan yang nantinya dapat digunakan sebagai air untuk maintenance