Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan berupa kekhawatiran atau ketegangan yang berupa perasaan khawatir, tegang dan emosi yang dialami seseorang. Kecemasan merupakan suatu kondisi tertentu (kecemasan keadaan), yaitu menghadapi suatu keadaan yang tidak menentu dan tidak menentu mengenai kemampuan seseorang dalam menghadapi suatu objek. Adler, dan Rodman dalam Ghufron, dan Risnawati (2017) mengatakan bahwa faktor penyebab kecemasan ada dua, yaitu pengalaman negatif di masa lalu dan pikiran yang tidak rasional.
Pengalaman tersebut merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan di masa lalu sehubungan dengan suatu peristiwa yang dapat terulang di masa depan, jika individu menghadapi situasi atau peristiwa yang serupa dan tidak menyenangkan, misalnya untuk melakukan sesuatu. Ellis dalam Adler dan Rodman (1991) mencantumkan keyakinan atau keyakinan kecemasan sebagai contoh pemikiran irasional yang disebut pemikiran salah, yaitu kegagalan katastropik, perfeksionisme, kesepakatan, dan generalisasi yang tidak tepat. Dukungan terhadap keyakinan yang salah didasarkan pada gagasan bahwa ada hal-hal virtual yang tidak hanya diinginkan, tetapi juga untuk mendapatkan persetujuan dari teman sebaya atau siswa.
Faktor internal antara lain rendahnya religiusitas, pesimisme, takut gagal, pengalaman masa lalu yang negatif, dan pemikiran yang tidak rasional. Ada kecenderungan untuk fokus pada sesuatu yang detail dan spesifik serta tidak mampu memikirkan hal lain. Merupakan sifat atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menafsirkan suatu keadaan tetap dalam diri individu (yang diwariskan) dan berkaitan dengan kepribadian tersebut. b) Menyatakan kecemasan.
Gejala fisiknya antara lain jari tangan dingin, detak jantung lebih cepat, keringat dingin, pusing, nafsu makan hilang, tidur gelisah, dada terasa sesak. Gejala jiwa antara lain takut akan bahaya, tidak mampu berkonsentrasi, tidak tenang, ingin lari dari kenyataan (Sundari, 2004).
Dampak Kecemasan
Kecemasan muncul dari perasaan-perasaan bawah sadar yang berada dalam kepribadian individu itu sendiri dan tidak berkaitan dengan objek atau situasi nyata yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala kecemasan, antara lain: 1) Ada hal-hal yang sangat mengkhawatirkan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Anda sering merasa mual dan muntah, badan sangat lelah, berkeringat banyak, gemetar, dan sering diare.
Ketakutan dan kecemasan dapat bertahan dan bahkan meningkat meskipun tidak ada situasi yang benar-benar mengancam, dan ketika emosi ini menjadi berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sebenarnya, maka emosi tersebut menjadi maladaptif. Individu yang mengalami kecemasan mempunyai perasaan ancaman hukuman dan kemalangan yang tidak diketahui sumbernya. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, sehingga mungkin mudah tersinggung.
Kecemasan dapat menyebabkan individu merasa khawatir dan khawatir terhadap hal-hal tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Orang yang mengalami kecemasan seringkali gelisah, gugup, aktivitas motorik menjadi tidak masuk akal dan tidak masuk akal, misalnya mengetuk-ngetukkan jari kaki, sangat terkejut dengan suara-suara yang tiba-tiba. Gejala motorik merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan upaya untuk melindungi diri dari segala sesuatu yang dianggap mengancam.
Konsep Ibu Primigravida Trimester III .1 Definisi Primigravida Trimester III
- Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
- Perubahan Psikologis Ibu Hamil
- Kecemasan pada Ibu Hamil Trimester III
- Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil a) Support Keluarga
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Kehamilan
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester pertama antara lain ambivalensi, ketakutan, fantasi, dan kekhawatiran. Pada trimester ketiga, perubahan yang terjadi antara lain perasaan aneh, sembrono, lebih tertutup, dan merenungkan pengalaman masa lalu (Saminem, 2009). Perubahan psikologis pada ibu hamil bukanlah suatu gangguan psikis atau kejiwaan, namun merupakan salah satu bentuk perubahan fisiologis pada ibu hamil.
Secara umum, emosi ibu hamil cukup labil, bisa menimbulkan reaksi ekstrim dan mood yang cepat berubah. Menurut Dhamayanti dan Sujianti (2012), ketakutan ibu hamil terhadap kondisi bayinya diperkuat oleh alasan konkrit lainnya, seperti ketakutan bayinya akan lahir cacat atau memiliki kondisi patologis. Namun kehamilan juga merupakan masa krisis bagi keluarga, yaitu perubahan identitas dan peran ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya.
Kehamilan menyebabkan perubahan yang signifikan bagi ibu, sehingga dapat dikatakan sebagai faktor stres yang juga mempengaruhi psikologi anggota keluarga lainnya. Ibu merupakan anggota keluarga yang sangat berpengaruh, sehingga setiap perubahan yang terjadi pada ibu akan berdampak pada keluarga. Faktor internal antara lain kecemasan yang dialami ibu hamil, misalnya kurang percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, persalinan dan kehilangan pekerjaan.
Sebab jika seorang ibu hamil pada usia tersebut, maka kehamilannya termasuk dalam kategori kehamilan risiko tinggi, dan ibu yang berusia lebih tua akan berpotensi tinggi melahirkan bayi dengan cacat lahir. Sedangkan pada multigravida, emosi ibu hamil terganggu karena rasa takut, tegang, bingung yang pada akhirnya ibu akan merasa cemas akibat gambaran rasa sakit yang dideritanya saat melahirkan. Pada masa kehamilan sebagian besar ibu hamil sering mengalami rasa cemas, khususnya ibu primigravida, kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama, sehingga trimester ketiga dirasakan semakin cemas karena mendekati proses persalinan.
Ibu hamil trimester III yang memiliki pendidikan rendah maupun tinggi sama-sama berpeluang mengalami kecemasan saat melahirkan, karena kecemasan yang terjadi tidak hanya bergantung pada pendidikan yang diterimanya, namun juga pada pengetahuan, hubungan interpersonal dan keluarga. Ibu hamil dengan tingkat sosial yang baik otomatis juga mempunyai kesejahteraan fisik dan psikis yang baik. Sedangkan ibu hamil dengan kondisi lemah akan menghadapi banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.
Keberadaan fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat bermanfaat bagi kualitas pelayanan terhadap ibu hamil dan akan sangat menentukan atau mempengaruhi upaya penurunan kesehatan ibu (MMR). Menurut Shodiqoh dan Syahrul (2014), informasi dari ahli kesehatan menyatakan faktor eksternal sangat penting bagi ibu hamil.
Konsep Persalinan .1 Definisi Persalinan
Perubahan Fisiologis Pada Ibu Bersalin
Banyak perubahan fisiologis yang akan terjadi selama proses persalinan, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dapat diamati secara klinis sehingga tanda-tanda, gejala-gejala tertentu serta perubahan fisik dan laboratorium dapat diinterpretasikan dengan cepat dan akurat, terlepas dari apakah perubahan-perubahan tersebut normal atau tidak selama proses persalinan. atau tidak. Saat rahim berkontraksi, tekanan darah akan turun sama seperti sebelum persalinan dan naik kembali saat kontraksi terjadi. Posisi tidur terlentang saat persalinan akan menimbulkan tekanan rahim pada pembuluh darah besar (aorta) sehingga menyebabkan terganggunya peredaran darah ibu dan janin, ibu dapat mengalami hipotensi, dan janin dapat mengalami asfiksia. posisi tidur ibu yang terbaik saat melahirkan adalah menghindari posisi tidur telentang 2) Perubahan metabolisme.
Suhu tubuh akan sedikit meningkat saat proses persalinan dan mencapai suhu tertinggi saat proses persalinan dan segera setelah kelahiran. Tidak ada penurunan yang signifikan pada puncak kontraksi uterus jika ibu dalam posisi tengkurap dibandingkan posisi terlentang. Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang disebabkan oleh peningkatan curah jantung dan akibat filtrasi glomerulus dan aliran plasma ke ginjal.
Berkurangnya kemampuan pergerakan lambung dan penyerapan makanan padat akan menyebabkan pencernaan hampir terhenti saat persalinan dan menyebabkan sembelit. Hemoglobin akan meningkat sebesar 1,2 gr/100 ml saat melahirkan dan kembali ke kadar sebelum melahirkan pada hari pertama setelah melahirkan jika tidak ada kehilangan darah saat melahirkan, waktu pembekuan berkurang dan tambahan plasma diterima saat melahirkan. Gula darah akan turun saat persalinan dan akan turun secara signifikan pada persalinan rumit atau persalinan lama, hal ini disebabkan oleh aktivitas rahim dan otot rangka tubuh.
Kontraksi rahim terjadi akibat adanya rangsangan pada otot polos rahim dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. Segmen Uterus Atas (SAR) terbentuk di bagian atas rahim dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktil. Segmen Rahim Bawah (SBR) memanjang ke bagian bawah rahim antara tanah genting dan leher rahim, dengan ciri-ciri otot melingkar dan memanjang.
Pada akhir kehamilan, SAR menarik otot-otot di sekitar lubang rahim internal (OUI), menyebabkan serviks memendek dan menjadi bagian dari SBR. Os luar (OUE) berbentuk lancip dan mengecil berbentuk 13) Pembukaan os dalam dan os luar. Penonjolan kantung ketuban terjadi akibat meregangnya SBR sehingga menyebabkan selaput korionik yang menempel pada rahim mengendur.Dengan tekanan, kita dapat melihat kantung berisi cairan menonjol ke dalam lubang rahim bagian dalam yang terbuka.
Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin
44. Mula-mula dari pembukaan muara rahim bagian dalam, kemudian dari muara luar pada waktu terjadinya persalinan. Keputihan tampak berupa sedikit lendir bercampur darah, lendir ini dihasilkan dari keluarnya lendir yang menyumbat saluran serviks pada masa kehamilan, dan darah berasal dari desidua verum yang lepas. Pada akhir kala satu, ketika pembukaan telah selesai dan tidak ada lagi perlawanan, disertai kontraksi yang kuat dan tekanan janin yang menyebabkan pecahnya kantung ketuban, maka lahirlah bayi.
45. Melahirkan merupakan hal yang wajar bagi setiap orang, namun wanita yang melahirkan memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan untuk dapat menerima dan memahami kondisi yang timbul pada saat melahirkan, sehingga dapat beradaptasi dengan perubahan yang menimpa dirinya. Perasaan positif tersebut berupa kelegaan, seolah-olah pada saat itulah realita “kewanitaan sejati” benar-benar terjadi. Pada masa persalinan khususnya kala I, ibu bersalin mengalami ketidaknyamanan akibat adanya histeria, sehingga seorang ibu bersalin memerlukan bidan dan penolong persalinan yang mengetahui secara pasti apa yang dibutuhkan ibu.