1
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kegiatan bermasyarakat dan berbangsa. Pendidikan pula merupakan pegangan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan diharapkan mampu mencapai tujuan yang sebenarnya, adapun tujuan pendidikan nasional terdapat dalam :
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional menyatakan : Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tergantung pada proses pembelajarannya karena pembelajaran sangat bepengaruh terhadap kelangsungan pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap peserta didik, keberhasilan peserta didik dilihat dari cara guru mengajar yang berkualitas, yang memberikan inspirasi bagi peserta didiknya, baik di sekolah maupun diluar sekolah.
1 Direktorat Jendral Pendidikan, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003,(Jakarta Eko Jaya,2003) cet. 1, h. 8
14
Pembelajaran ialah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Kondisi penyediaan dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (Guru) atau ditemukan sendiri oleh individu (belajar secara otodidak). Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu, individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.9 Jadi proses belajar dibutuhkan seseorang (murid), karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki individu tersebut, maka dibutuhkan bantuan orang lain yang lebih ahli atau pendidik (guru).10 Agar tercapainya perkembangan individu secara optimal.
Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa : pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.11
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interkassi antara peserta didik dan pendidik, dalam pembelajaran tersebut akan terjadi proses transfer ilmu antara guru dan murid, guru menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya dan arahan sesuai sumber-sumber belajar lainnya untuk tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan. Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral
9 Ridwan Abdulah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,2013), h. 40
10 Ahmad Abdul Khozim, Hadist Tarbawi, (Cirebon : tsania perss, 2014)
11 Direktorat Jendral Pendidikan, op. cit., h. 7
15
dalam proses belajar mengajar, sedangkan pendidik adalah salah komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.13
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik atau guru mempunyai peran penting dalam kelangsungan proses belajar mengajar, maka dari itu guru harus mempunyai standar kompetensi guru, sebagaimna kompetensi itu menunjukan kualitas guru yang sesungguhnya. Dalam pendidikan agama islam proses pembelajaran sebagai upaya membuat peserta didik lebih semangat belajar, terdorong untuk belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama islam secara menyeluruh, yang mengakibatkan perubahan tingkah laku peserta didik baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan keterampilan yang relatif tetap. Oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pembelajaran menjadi kebutuhan yang signifikan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia yang baik.
Kenyataannya dalam proses belajar mengajar masih ditemukannya kesulitan-kesulitan di dalam pembelajaran. Khususnya dalam pelajar PAI, karena masih banyak hasil belajar siswa yang rendah, rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari skor hasil belajar siswa pada materi sebelumnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil
12 Slameto, Belajar dan foktor-faktor yang mempengaruhinya,(Jakarta : Rineka Cipta. 2003), h.
109 13 Ibid., h. 123
16
belajar siswa yaitu rendahnya motivasi belajar peserta didik dan dukungan orang tua, faktor lain yang melatar belakangi rendahnya hasil belajar siswa yaitu kurangnya kualitas guru dalam proses pembelajaran.
Salah satu persoalan yang sering terjadi dalam masyarakat, banyaknya orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang diperhatikan, kurang kasih sayang dan kurangnya motivasi orang tua terhadap anaknya untuk belajar. Adapun faktor lainnya yaitu proses pembelajaran disekolah, masih banyak cara mengajar guru yang kurang efektif dan inovatif, khususnya bagi guru Pendidikan Agama islam. Guru banyak tidak memperhatikan keadaan siswa, adapun hal-hal yang perlu di perhatikan oleh guru yaitu minat, perhatian, dan kondisi jasmani peserta didik. Hal tersebut bahwa guru adalah subjek aktif yang tahu segalanya dan sebagai sumber ilmu pengetahuan, sedangkan peserta didik dianggap sebagai subjek yang penurut kepada gurunya dan tidak tahu apa-apa, hanya diam dan duduk di dalam kelas dengan kegiatan hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal. Namun tuntutan dunia dalam pendidikan sudah berubah. Pola dan cara pembelajaran seperti itu sudah tidak relevan karena siswa harus didorong lebih aktif, kreatif dan mampu memecahkan masalahnya sendiri yang dibimbing oleh seorang guru.
Dalam proses tersebut, guru dituntut untuk lebih inovatif dalam mengajar.
Berdasarkan pengalaman peneliti dari guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagian besar anak yang kurang paham tentang materi yang di ajarkan oleh guru, dikarenakan proses pembelajaran yang kurang
17
menarik perhatian siswa dan sangat monoton sehingga anak mudah merasa bosan dalam belajar. Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat ada keterkaitan antara proses belajar yang efektif dan hasil belajar yang dicapai anak dalam pembelajaran. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) perlu di perbaiki untuk meningkatkan motivasi, perhatian, pengarahan, dan pemahaman dari hasil belajar siswa.
Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib (1993) mengemukakan bahwa komponen-komponen dasar pendidikan islam adalah : pendidik, anak didik, metode, dan evaluasi.14 Dalam persoalan peroses pembelajaran guru harus memperhatikan komponen-komponen tersebut, dari beberapa komponen yang paling penting dalam proses pembelajaran adalah pemilihan penggunaan metode mengajar. Karena penggunaan metode yang tepat dapat menghasilkan output yang bagus, sedangkan penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam banyak sekali yang dapat digunakan oleh guru sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi.
Bahkan banyak pula ditemukan metode pembelajaran yang merangsang peserta didik lebih aktif, kreatif, dan bersemangat dalam belajar, baik belajar kelompok maupun belajar mandiri. Diantara metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
14 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 218.
18
memberi kesempatan pada siswa untuk belajar lebih mandiri, kreatif dan lebih aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Market Place Activity (MPA), dari beberapa metode peneliti memilih metode ini karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, disamping dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa. Dari hasil wawancara ada beberapa guru yang dalam pembelajaran PAI masih mengunakan metode ceramah atau konvensional, guru menjelaskan materinya dan siswa hanya mendengarkan sehingga siswa menjadi bosan dan tidak paham atas penjalasan yang telah diberikan, karena sistem penyampaian yang didominasi olah guru, sehingga proses komunikasi yang dilakukan hanya komunikasi satu arah, dinama guru aktif menerangkan materi, memberi contoh dan bertanya. Hal tersebut membuat siswa menerima informasi dan pengetahuan secara pasif yang diberikan oleh guru dan keterampilan siswa cenderung diam, kurang berani bertanya kurang berani menyatakan gagasan sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI cenderung rendah.
Dari hasil observasi, siswa SMK Al Hidayah Kota Cirebon dalam kegiatan pembalajaran sebelum penelitian masih menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah). Pada metode ini guru yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yang tidak diimbangi dengan keaktifan siswa maka akan berakibat pada ketergantungan siwa terhadap guru, tidak dapat mandiri dan potensi yang dimiliki siswa tidak berkembang dengan optimal. Hal tersebut dapat diketahui dari sedikitnya siswa yang aktif
19
menyampaikan pendapat atau kesulitan yang dihadapai siswa atas materi yang guru sampaikan. Dengan pembelajaran tersebut kurang terjalinnya interaksi antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, dan akan berdampak negatif pada hasil belajar siswa.
Langkah pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan ini, salah satunya dengan memberlakukan kurikulum-kurikulum yang baru diantaranya kurikulum 2013 (kurtilas). Pada kurikulum tersebut proses belajar mengajar dituntut tidak hanya guru yang yang berperan aktif tetapi siswa juga dituntut lebih aktif lagi dalam proses belajar mengajar.
meskipun kurikulum 2013 di SMK Al Hidayah Kota Cirebon sudah diberlakukan, tetapi pembelajaran yang berlangsung masih berorientasi pada guru, sedangkan pembelajaran yang berorientasi pada siswa belum maksimal, begitu pula dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga akan berdampak pada hasil pembelajaran PAI.
Mengatasi masalah tersebut diatas, guru memerlukan suatu metode pembelajaran yang memberi kesempatan pada setiap siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Agar siswa mampu bertangung jawab sendiri dalam mamahami materi. Berdasarkan kondisi siswa sebelum penelitian, maka peneliti menarik kesimpulan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dengan mengganti metode pembelajaran konvensional dengan metode Market Place Activity (MPA).
20
Dilihat dari permasalahan-permasalahan diatas, maka peneliti mencoba menggunakan metode yang tepat yaitu metode Market Place Activity (MPA). Metode Market Place Activy (MPA) dipilih karena dianggap bisa meningkatkan kreatifitas, keaktifan dan komunikasi siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran Market Place Activity MPA ketergantungan siswa terhadap guru dapat di minimalisir karena dalam pembelajaran Market Place Activity MPA siswa dituntut untuk menyiapkan materi belajar sendiri, menyampaikan materi sendiri dengan produk yang siswa buat, dan memecahkan masalah sendiri. Siswa yang tidak berani berani bertanya pada guru dapat bertanya pada teman sendiri hal ini dapat mengurangi rasa takut dan malu dalam bertanya.
Penerapan metode pembelajaran Market Place Activity (MPA) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat memberi peran aktif bagi siswa. Agar para siswa mempelajari pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh. Sehingga diharapkan dengan menggunakan metode Market Place Activiy (MPA) ini, siswa lebih mudah menyerap materi yang diberikan.
Berdasarkan uraian diatas tentang pentingnya suatu metode pembelajaran yang baik dan tepat terhadap hasil belajar siswa. Penulis memilih metode pembelajaran Market Place Activity (MPA) untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan mengambil judul
“EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MARKET
21
PLACE ACTIVITY (MPA) TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SISWA DI SMK AL HIDAYAH KOTA CIREBON “.
B. Identifikasi Masalah
Dari permasalahan yang diungkapkan di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
a. Rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
b. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
c. Kurangnya komunikasi siswa terhadap guru sehingga pengetahuan siswa pun berkurang.
d. Kurang bervariatifnya metode pembelajaran yang digunakan di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
e. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran yang tidak memperhatikan keadaan siswa dan bagaimana situasi kelasnya.
C. Pembatasan Masalah
Agar peneliti lebih terfokus dan terarah serta tepat sasaran dan tidak menyulitkan dalam pembahasannya, maka penulis membatasi permasalahan ini. Adapun pembatasan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini :
22
1. Penggunaan metode Market Place Activity (MPA) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya” siswa kelas X di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
2. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas X di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
D. Perumusan Masalah
Guna mempermudah dalam memahami metode Market Place Activity (MPA), maka penulis memfokuskan pada pertanyaan sebagai berikut.
1. Seberapa baik hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) topik
“Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya” siswa kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon dengan menggunakan metode Market Place Activity (MPA)?
2. Seberapa baik hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) topik
“Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya” siswa kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon dengan menggunakan metode konvensional?
3. Seberapa besar perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa yang belajar menggunakan metode Market Place Activity (MPA) dengan siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran konvensional di SMK Al Hidayah Kota Cirebon?
23 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya” siswa kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon dengan menggunakan metode Market Place Activity (MPA).
2. .Untuk mendeskripsikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya” siswa kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon dengan menggunakan metode konvensional.
3. Untuk mendeskripsikan perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang belajar menggunakan metode Market Place Activity (MPA) dengan siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran konvensional di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
F. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memiliki kegunaan antara lain:
a. Kegunaan teoritik
Adapun kegunaan penelitian ini yang hendak dicapai sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan dapat memperkaya pengetahuan yang ilmiah.
24
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat mengenai penerapan metode Market Place Activity (MPA) terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
b. Keguanaan praktis
Adapun kegunaan penelitian ini yang hendak dicapai sebagai berikut:
1. Bagi siswa, untuk mendapat pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang lebih menyenangkan karena metode tersebut diharap dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya dalam topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya”.
2. Bagi guru, agar para guru dapat memanfaatkan metode pembelajaran dalam setiap kegiatan belajar mengajar. terutama metode pembelajaran Market Place Activity (MPA) dalam mengajar.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar di SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
4. Bagi dinas pendidikan, untuk memberikan masukan dalam mengambil kebijakan terkait tentang kurikulum yang akan di sosialisasikan, terkait proses pembelajaran.
5. Bagi masyarakat umum, khususnya bagi orang tua, karena pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) sangat penting bagi
25
generasi sekarang untuk mengimbangi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.
26 BAB II
LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritik
1. Metode Market Place Activity (MPA)
a. Pengertian Metode Market Place Activity (MPA)
Metode menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
“pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan”.15 Metode juga dapat diartikan “Sekumpulan seperangkat tata cara melaksanakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk menjadwal kegiatan tersebut berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas”.16
Sedangkan pembelajaran bahan pelajaran yang akan disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran.17 Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta didik sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran juga mengandung arti setiap kegitan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.
Pengertian Metode Pembelajaran Market Place Activity (MPA) adalah sebuah metode yang berbasis active learning. Pembelajaran aktif. Cirinya peserta didik aktif dan mencari pengetahuan dari satu
15 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 673.
16 Moeslichatun, Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta,2001), h.
43. 17 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: Rasail Media group, 2008), Cet. 1, h. 7.
43
kelompok ke kelompok yang lain. Istilahnya saling belanja “jual- beli” pengetahuan. Dalam hal ini dibutuhkan pula kerjasama antara peserta didik, karenanya Market Place Activity (MPA) juga layak disebut cooperative learning.46
Market Place Activity (MPA) adalah suatu metode pembelajaran berupa kegiatan seperti yang terjadi di pasar, dimana peserta didik dapat melakukan aktivitas jual beli informasi pengetahuan baik berupa konsep ataupun karya sesuatu. Metode pembelajaran ini beberapa ahli mengatakan Widows Shoping (jendela belanja). Untuk masalah penamaan tergantung siapa pemberi nama terkaji secara teoritis, namun pada esensinya bagaimana pembelajaran yang terjadi dikelas seperti aktivitas pasar dimana ada barang yang diperjual-belikan. Ada penjual dan pembeli serta ada media komunikasi berupa pesan, terjadi Tanya jawab, mempertahankan, dan mempromosikan suatu konsep atau produk.
Teknisnya suatu konsep atau karya akan menggunakan Market Place Activity (MPA) maka dalam kelompok belajar peserta didik, setiap kelompok disepakati pembagian tugas ada yang menjadi kelompok penjual untuk mempromosikan atau kelompok peserta didik pemilik informasi untuk mempromosikan, menjual, dan mempertahankan karya kelompoknya kepada kelompok lain dan kelompok peserta didik yang membeli informasi. Informasi yang diperjual-belikan adalah materi. Yang
46 Melvin L Siberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung : Nusamedia,2006)
44
mana mereka sebagai pembeli akan melalukan dialog, tanya-jawab, bahkan mengevaluasi dan mengkritisi.47
Informasi yang diperjual-belikan dalam setiap kelompok adalah materi yang dipelajari pada hari itu. Bagaimana peserta didik memahami konsep dan karya dalam setiap kelompok dengan mencari sumber-sumber informasi yang dilakukan dengan diskusi kelompok, kemudian dituangkan dalam sebuah karya konsep atau media yang akan mudah difahami oleh calon pembeli yang akan berkujunng pada kelompok kelompok tersebut.
Metode pembelajaran dengan Market Place Activity (MPA) ini mengandung nurturan effect dalam pembentukan karakter secara direct atau langsung, seperti bertanggung jawab membuat karya dan mempertahankan karyanya, kerjasama dalam kelompok, terbuka dengan kritikan pembeli, usaha kerja keras untuk menjadi yang terbaik, terbiasa mengevaluasi dan dievaluasi, membangun kemandirian, kepercayaan diri, keterampilan kelompok, menerima umpan balik, dan melatih bertanggung jawab dalam membuat perencanaan dan desain terbaik, serta nilai-nilai yang tersimpan dalam pembelajaran tersebut.48
b. Langkah-langkah Metode Market Place Activity (MPA)
47Diakses dari internet:
https://jorjoran.wordpress.com/2016/11/10/implementasi-tehnik-market-place-activity-mpalearning/
pada tanggal 23 November 2018 pukul 22.13WIB
48Ibid
45
Ada beberapa tahahap yang digunakan dalam menggunakan metode Market Place Activity (MPA), yaitu:
1. Setiap kelompok mempersiapkan barang yang akan dijual (pokok/sub pokok bahasan ditentukan oleh guru, masing- masing kelompok berbeda kontennya). Pada tahap ini siswa mengamati, menanya dan mengeksplorasi pokok/sub pakok bahasan melalui referensi yang akurat antar sesama kelompok.
Satu konten lebih dari satu referensi.
2. Barang yang dijual haruslah menarik (dapat menggunakan mind map, peta konsep, desain gambar dll). Siswa mengasosiasi dan mengkomunikasikan hasil eksplornya melalui produk seperti mind map, peta konsep, desain gambar dll.
3. Dalam satu kelompok dibagi menjadi dua bagian (bagian yang menjual barang dan bagian yang mebeli barang). Kelompok penjual bertugas menjelaskan kehebatan produknya secara detail. Kelompok pembeli menilai dan mendengarkan penjelasan dan mencatatnya.
4. Pembeli akan berkunjung ke stan penjual (diberi kesempatan 5-6 menit) Pembeli mengunjungi penjual dan mencatat yang di jelaskan penjual, ini harus dicatat karena pembeli ini harus menjalaskan kepada penjual pada kelompoknya.
46
5. Pembeli menyampaikan laporan hasil kunjungannya kepada kelompoknya, pembeli menjelaskan hasil kunjungan kepada penjual di kelompoknya. Pembeli dan penjual menilai mana kelompok terbaik pada saat kunjungan dan di kunjungi.
6. Refleksi.49
c. kelemahan dan Kelebihan Metode Market Place Activity (MPA)
Sebagai guru ataupun calon guru harus biasa menerapkan metode- metode yang bervariasi kepada peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode market place. Dengan adanya metode pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan, jenuh, dan merasa ngantuk pada saat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Didalam metode pembelajaran market place terdapat pula kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelemahan :
1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2. Memerlukan waktu yang banyak.
3. Memerlukan kematangan dalam perencanaan atau persiapan.
4. Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan.
5. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan membuat bosan.
Kelebihan :
49Sulaiman, Merancang Pembelajaran Abad 21, (Cirebon: IAI BBC), h. 83.
47 1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya.
4. Materi atau isi lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
5. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan, dan kearifan.
6. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas.
7. Dengan adanya media pembelajaran bisa mengurangi rasa bosan, jenuh dan mengantuk yang terjadi pada peserta didik tersebut.
8. Menarik perhatian peserta didik dan menumbuhkan motivasi belajarnya.
9. Dapat menguatkan bacaan dan belajar peserta didik dari beberapa sumber lain.50
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah serankaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut, kognitif, afektif,
50Try, Achmad. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Market Place, (Online),
(http://forum.maxmonroe.com/threads/kelebihan-dan-kekurangan-market-place.1252/, diakses pada 23 November 2018 pukul 22.30 WIB
48
dan psikomotorik.51 Adapun pengertian belajar dari beberapa ahli sebagai berikut.
Menurut james O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku di timbulkan atu di ubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Cronbach berpendapat bahwa, learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagi suatu aktivitas yang ditunjukan sebagai tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dinama suatu organisasi berubah tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman.52
Dari beberapa pengertian belajar yang telah di kemukakan oleh para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh perubahan tingkah laku atau suatu proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman individu dalam dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perubahan perilaku yang dimaksud disini adalah sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu berupa hasil belajar yang telah di capai dari proses belajar, karena belajar
51 Syaiful Bahari Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 2, h. 13.
52 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Erlangga, 2011), h. 2.
49
adalah suatu proses, maka dari proses tersebut akan menghasilkan suatu hasil dan hasil dari proses belajar adalah berupa hasil belajar. Istilah hasil belajar itu sama dengan prestasi belajar, hal tersebut dapat diraih melalui proses belajar. Belajar itu tidak hanya mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan materi pelajaran dalam kelas, atau siswa membaca buku saja, melainkan aktivitas belajar lebih luas dibandingkan aktivitas yang dipaparkan diatas berikut adalah beberapa definisi tentang hasil belajar menurut para ahli antara lain:
Menurut Nana Sudjana, “hasil belajar adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar”,53 tujuan instruksional disini yaitu perubahan tingkah laku pada diri siswa yang telah terjadi melalui proses belajarnya. Untuk mengetahui hasil-hasil belajar perlu ada penilaian hasil belajar.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu, pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku disini sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada umumnya, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, ranah kognitif, ranah afektif, dan
53 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Sisw, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 21, h. 2.
50
ranah psikomotorik. Secara eksplisit ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.54
Berdasarkan pasal 15 Permendikbud No. 23 tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa dengan berlakunya peraturan menteri ini, Permendikbud Nomer 66 tahun 2013 tentang standar Pendidikan dan Permendikbud Nomer 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan pasal 1 dalam Permendikbud No 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan dinyatakan bahwa:
1. Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan manfaat, prinsip, makanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
3. Pembelajaran adalah proses interkasi antara peserta didik dan pendidik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
54 Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2015), cet. 1, h. 57.
51
4. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuknmengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar atau menyelasaikan dari suatu pendidikan.
6. Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh suatu pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakterisik mata pelajaran, dan kondisi suatu pendidikan.
Berdasarkan pasal 2 Permendikbud No 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan dinyatakan bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik.
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik.
3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Berdasarkan pasal 13 (1) Permendikbud No 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan dinyatakan bahwa prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
52
1. Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun.
2. Menyusun kisi-kisi penilaian.
3. Membuat insturmen penilaian dan pedoman penilaian.
4. Melakukan analisis instrumen.
5. Melakukan penilaian.
6. Mengolah, menganalisis, menginterprestasikan 10 hasil penilaian.
7. Melaporkan hasil penilaian.
8. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
1. Menetapkan KKM.
2. Menyusun kisi-kisi penilian mata pelajaran.
3. Menyusun instrumen penilaian dan pedomen penskoran.
4. Melakukan analisi kualitas instrumen.
5. Melakuaka penilaian.
6. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian.
7. Melaporkan hasil penilaian.
8. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Menurut M. Bukhori mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang telah di capai atau ditunjukan oleh murid sebagai hasil belajarnya,
53
baik itu berupa angka, huruf, atau tindakan mencerminkan hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing anak dalam periode tertentu.55
b. Alat Ukur Hasil Belajar
Salah satu cara untuk mengetahui hasil belajar dapat melalui sistem penilaian. Penilaian ini unutuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses belajar atau hasil belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan maka ada kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi belajar. Menurut Nana Sudjana, ada dua kriteria yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan hasil belajar yaitu:
1. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.
2. Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya.56
Penilaian digunakan sebagai alat mengukur perkembangan dan kemajuan anak yang dicapai olah peserta didik selama mengikuti pendidikan. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik oleh karena itu, peranan standar kompetensi dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam penilaian.
Dilihat dari jenis evaluasi penilaian pembelajaran dibedakan menjadi 2 jenis:
55 M. Bukhori, Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jammars, 1983), h. 178
56 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Cv Sinar Baru, 2001), h.49
54
1. Tes, yaitu alat penilaian dan mengukur hasil belajar siswa yang menggunakan soal. Berdasarkan bentuknya, tes dibagi menjadi: tes secara lisan, tes secara tertulis dan tes secara tindakan.
2. Non tes, yaitu alat evaluasi jenis non tes, antara lain observasi, wawancara, studi kasus, rating scale (skala penilaian), check list, dan inventory.57
Dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua teknik yaitu:
1. Teknik tes, menurut Suharsimi Arikunto (2011), ditinjau dari segi kegunaan, untuk mengukur siswa dapar menggunkan tiga macam tes, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Disamping itu terdapat dua jenis tes, yaitu tes uraian atau tes esai dan tes objektif.
2. Teknik non tes, teknik non tes dapat dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner.58
Menurut Nana Sudjana dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes dan bukan tes (non tes).
1. Tes ini ada yang diberikan tes secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tertulis), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes
57 Elis Ratnawulan dan Rusdiana, op. cit .,h. 199.
58 Ibid.,h.121-123.
55
ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga dalam bentuk tes esai atau uraian.
2. Sedangkan bukan tes (non tes), sebagai alat penilaian yang mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus dll.59
Dari paparan diatas hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes, dimana tes merupakan pertanyaan dalam bentuk soal atau latihan siswa dan sebagai alat pengukur pengetahuan, keterampilan siswa serta mengukur intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Tes juga dapat dijadikan sebagai pengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui proses belajar.
Secara sederhana tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa setelah mempelajari mata pelajaran yang sudah dipelajari. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa peneliti mengunakan tes, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya”.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yakni:
59 Sudjana., op. cit., h.5
56
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luas siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yan digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.60
Dari ketiga faktor-faktor tersebut diatas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Adapun penjabaraan dari ketiga faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:
1. Faktor internal siswa
Faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmani).
2) aspek psikologis (yang bersifat rohani).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Jika kondisi organ tubuh lemah dan sakit dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga
60 Bisri M. Djailani, Psikologi Pendidikan, (Sukamaju Depok: Cv Arya Duta, 2011), h. 91-92.
57
materi yang dipelajarinya pun kurang dan tidak berbekas dan sebaliknya.
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang temasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa.
Namun, dianatara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasa/intelegensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, 5) motivasi siswa.
1. Intelegensi siswa, intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau meyesuaikan diri dengan likungan dengan cara cepat yang tepat. Jadi, intelegenti bukan masalah kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
2. Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif yang berupa kecenderungan untukmereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.
3. Bakat siswa, secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap oarang pasti memiliki bakat dalam arti potensi untuk mencapai
58
prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
4. Minat siswa, secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5. Motivasi siswa, dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: 1) motivasi intrisik adalah hal dan keadaan yang berasal dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. 2) motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a. Lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, kepala sekolah dan wakil- wakilnya dan teman-teman dikelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa, lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajaran ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
59
b. Lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk nonsosial seperti gedung sekolahan dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letak, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa belajar. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.61
Jika pada sudut pandang lain diarahkan ada sudut pandang yang lainnya, maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 yakni: 1) faktor anak didik, 2) faktor sekolah, 3) faktor keluarga, 4) faktor masyarakat.
1. Faktor anak didik
Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik, maka akan dikemukakan sebagai berikut ini:
61 Ibid., h. 108-115
60
a. Intelegensi (IQ) yang kurang baik.
b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c. Faktor emosional yang kurang stabil.
d. Aktivitas belajar yang kurang.
e. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
f. Penyesuaian sosial yang sulit.
g. Latar belakang pengalaman yang pahit.
h. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan pelajaran yang dipelajari).
i. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial yang kegiatan belajar mengajar dikelas yang kurang baik.
j. Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajar.
k. Keadaan fisik yang kurang menunjang.
l. Kesehatan yang kurang baik.
m. Seks atau pernikahan yang tidak terkendali. Misalnya terlalu intim dengan lawan jenis, bepacaran dan sebagainya.
n. Pengetahuan dan keterampilan yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari.
o. Tidak ada motivasi dalam belajar.
2. Faktor sekolah
61
Faktor-faktor lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik adalah:
a. Pribadi guru yang kurang baik.
b. Guru tidak berkualitas, baik dalam penggunaka metode yang digunakan ataupun penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.
c. Hubungan guru dan anak didik yang kurang harmonis.
d. Guru-guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak.
e. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnostik kesuliatan belajar pada anak.
f. Cara guru mengajar yang kurang baik.
g. Alat/media yang kurang memadai.
h. Perpustakaan sekolah yang kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh peserta didik.
i. Fasilitas fisik sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak terpelihari dengan baik.
j. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
k. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
l. Kepemimpinan dan administrasi yang kurang baik.
m. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3. Faktor keluarga
Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anak didik sebagai berikut:
62
a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar anak dirumah.
b. Kurangnya biaya pendidikan terhadap orang tua kepada anaknya.
c. Anak tidak memiliki ruang atau tempat belajar yang khusus dirumah.
d. Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e. Perhatian orang tua yang tidak memadai.
f. Kesehatan keluarga yang kurang baik.
g. Kebiasaan keluarga yang kurang menunjang.
h. Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.
i. Anak yang terlalu banyak membantu orang tuanya.
4. Faktor masyarakat sekitar
Masyarakat adalah komunitas dalam kehidupan sosial yang besar. Anak anak akan berpengaruh terhadapa pergaulan masyarakatnya, jika anak begaul dengan masyarakat yang tidak baik maka anak tersebut akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, seperti tindakan kriminal, dan jika anak bergaul dengan masyarakat yang baik maka anak juga menjadi baik pula. Lingkungan masyarakat pun sangat berpengaruhterhadap kesulitan belajar bagi anak didik.62
Dari paparan diatas faktor-faktor atau penyebab yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu menjadi alasan yang penting bagi
62 Bahari Djamarah, op. cit., h. 237-244.
63
kelancaran dalam proses belajar mengajar yang baik dan efesien. Jadi sebagai pendidik atau guru hendaknya memperhatikan hal tersebut, agar tujuan pembelajaran yang di inginkan bisa tercapai secara optimal.
3. Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
pendidikan agama islam adlah uapaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalammengamalkan ajarana agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Serta dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI).63
Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami kandungan ajaran agama islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.64
63 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2014), Cet. 2, h. 11.
64 Ibid., h. 12
64
Tayar Yusuf (1986:35) mengartikan pendidikan agama islam sebagai usaha dasar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan, pada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepadaAllah Swt, berbudi peketi luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.65
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al Quran dan Al Hadits, Keimanan, Akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, mahkluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).
Jadi, Pendidikan Agma Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan
65 Ibid.
65
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan.66
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agan islam di sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan, dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembnag secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup dalam mencari kebahagian hidup didunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
66 Ibid., h. 13
66
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju mausia Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsional.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain.67
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,serta untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (Kurukulum PAI: 2002)
67 Ibid., h. 15.
67
Tujuan pendidikan agama islam diatas merupakan turunan, dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No.20 tahun 2003), berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber tanggung jawab.
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai- nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.68 B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bramiarto dengan judul “PENGARUH IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN MARKET PLACE ACTIVITY (MPA) TERHADAP PENGUASAAN MATERI PAI MAKANAN DAN MINUMAM HALAL-HARAM KELAS 8 DI SMP NEGERI 26 SURABAYA”. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajar Market Place Activity (MPA), berhasil meningkatkan
68 Ibid., h. 16
68
partisipasi belajar siswa dan penguasaan materi PAI tentang makanan dan minuman halal dan haram. Hal ini ditunjukan dari meningkatnya aktivitas siswa, siswa memiliki keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berdikusi, dan bekerjasama dengan sesama anggota kelompok unutk merancang item yang akan mereka jual atau presentasikan. Peningkatan penguasaan materi PAI ini juga dapat dilihat dari perolehan nilai siswa yakni rata-rata 83,26 menjadi 97,56. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa metode Market Place Activity (MPA) dapat meningkatkaan prestasi belajar siswa serta dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Persamaaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ialah pendekatan penelitian yang sama, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif, penelitian ini juga memiliki objek kajian yang sama tentang metode Market Place Activity (MPA).
Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada bentuk hipotesis pada penelitan ini berbentuk hipotesis asosiatif sedangkan peneliti berbentuk hipotesis komparatif, lokasi yang berbeda lokasi penelitian ini di Kota Surabaya, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan di Kota Cirebon. Perbedaan lainnya terletak pada jenjang pendidikan yang berdeda penelitian ini dilakukan di SMP, sedangkan peneliti di SMK.
C. Kerangka Berpikir
69
Metode-metode pembelajar sekarang banyak ragamnya misalnya:
metode pembelajran yang konvensiaonal, mind mapping, peer toturing, MPA dan masih banyak metode lainnya. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) peneliti menggunakan metode Market Place Activity (MPA) yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi untuk lebih aktif dan meningkatkan prestasi belajarnya. Dapat juga dikatakan metode-metode tersebut mengupayakan agar pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi berpusat pada siswa. Salah satu metode pembelajaran yan dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI adalah dengan mengunakan metode pembelajaran Market Place Activity (MPA)
Dengan metode Market Place Activity (MPA), peserta didik dituntut bekerja sama menyiapkan materi, menyampaikan materi, bertanya, dan menjawab pertanyaan, karena dalam metode ini peserta dijadikan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli. Interaksi yang dilakukan sesama teman ini membuat siswa lebih leluasa dalam bersikap dan berpikir. Maka dengan metode ini diharapkan siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna dan akan membekas, jika. dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang membuat siswa hanya duduk, mendengarkan, membaca buku, mencatat, kemudian pulang. Sebab kerja sama diantara pembelajaran melibatkan lebih banyak daya otak dan meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar. Ajaklah pembelajar untuk sesekali bergerak dari tempat duduk mereka dan berikan
70
kesempatan untuk melakukan gerakan dan aktifitas fisik sebagai bagian dari proses belajar yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar.69
Dalam penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) degan topik yang berjudul “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya”. Melalui metode Market Place Activity (MPA) diharapkan siswa lebih mudah dan leluasa dalam proses belajar tersebut, sehingga siswa yang bersangkutan akan terpacu semangat untuk mempelajari materi tersebut dengan baik, serta meningkatkan hasil belajarnya.
D. Hipotesi Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara, terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik pada data.70
Berdasarkan pengertian hipotesi diatas maka dapat disimpul hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian yang kebenarannya masih harus dibuktikan.
69 Humruni, Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), h. 192.
70 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016) , Cet. 24, h. 96
71
Dari pokok pembicaraan diatas dapat ditentukan hipotesis, yaitu:
Ho : Tidak terdapat perdedaan yang signifikan pada hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas X di SMK Al Hidayah Kota Cirebon, antara kelas yang menggunakan metode konvensional dengan kelas yang menggunakan metode Market Place Activity (MPA).
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas X di SMK Al Hidayah Kota Cirebon, antara kelas yang menggunakan metode konvensional dengan kelas yang menggunakan metode Market Place Activity (MPA).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, pendekatan kuantitatif, berdasarkan tingkat eksplangsinya komparatif.
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulan oleh peneliti dengan mengeliminasi faktor-faktor lain (non eksperimen) yang bisa mengganggu eksperimen, yang dimaksud untuk melihat akibat dari perlakuan, sedangkan kuantitatif, yakni penelitian dipergunakan berupa angka dan berbagai klasifikasi, antara lain
72
dalam bentuk rata-rata, persentase, nilai maksimum. Data tersebut merupakan bukti yang dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan nenunjukan perbedaan, perbandingan, hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pengolah data dilakukan secara matematis dengan menggunakan berbagai rumus statistika yang sesuai dengan sifat dan jenis data.71
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok percobaan (eksperimen), dan kelompok pembanding (kontrol). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang atau siswa tingkah lakunya di teliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding juga terdiri atas
71Tatang, op. cit., h. 205-206
60
objek yang jumlah karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi yang tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakuan seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan.37 Desain penelitian ini menggunakan the static group comparison.
Tujuan penelitian eksperimen adalah menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan membandingkan hasilnya antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Al hidayah Kota Cirebon yang beralamat Jl. Situgangga No. 165 Pelandakan Kota. Cirebon No.
Statistik : 322026302203 Telp. (0231) 484699 Cirebon 45143 E-Mail : [email protected] Website : smk-alhidayahcirebon.sch.id
Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:
a. Lokasi terjangkau.
b. Menurut para siswa, khususnya kelas X bahwa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kurang menarik sehingga banyak siswa yang kurang memahami materi dan hasil yang di peroleh menjadi kurang maksimal.
2. Waktu penelitian
37 Djaelani, op. cit, h. 21
61
Waktu penelitian selama enam bulan mulai dari penulisan proposal dan dilaksanakan eksperimen pada tanggal 15 januari s.d 23 maret 2018 penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah dan silabus pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas X semester genap tahun pelajaran 2017/2018
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Adapun populasi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Andi Supangat, populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama.38
Menurut Samsudin Sulaiman Kusherdyana populasi dapat diartikan sebagai wilayah generelisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas serta karakteriktik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dapat diartikan pula sebagai jumlah elemen atau individu secara lengkap.39
38 Andi Supangat, Statistik dalam Kajian Inferensi, dan Non Parametik, (Jakarta: Prenanda Media Gruop, 2007), Cet. 1, h. 3
39 Samsudin Sulaiman Kusherdyana, Pengantar Statistik Pariwisata, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.
1, h. 6
62
Menurut Eriyanto populasi adalah semua bagian atau semua anggota dari objek yang akan diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apapun yang menjadi objek dari survai kita.40
Menurut Pangestu dan Djarwanto populasi atau Universal adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Satuan-satuan/individu-individu ini disebut unit analisis. Unit analisis disini merupakan orang (siswa) yang dapat bisa disurvai. Unit analisi juga sering disebut elemen populasi.41
Jadi populasi ialah sekumpulan jumlah elemen atau individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda unutk menjadi objek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian atau cuplikan dari populasi atau wakil dari populais yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon, adapun jumlah seluruh siswanya sebanyak 270 Peserta didik.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah populasinya). Satuan-satuan yangakan diteliti dalam sampel dinamakan unit sampel. Unit sampel ini akan dipilih dari kerangka sampel.42 Adapun yang dimaksud dengan sampel yaitu bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh
40 Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LkiS, 2007), Cet. 1, h. 61
41 Pangestu Subagyo dan Djarwanto, Statistik Induktif, (Yogyakarta: Bpfe, 2014), Cet.6, h. 93.
42 Ibid., h. 93-94.
63
yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya.43
Sedangkan istilah sampling yaitu cara untuk melakukan pengambilan contoh dari populasi yang diketahui, baik dari cara penentunan jumlah sampel maupun dari model pengambilan sampel yang dimaksud, dengan harapan agar sampel yang digunakan dapat mewakili populasinya.44 Sampling adalah suatu cara atau teknik yang yang dipergunakan untuk mengambil sampel. Dalam penelitian ini tenik sampling yang digunakan adalah Purposif Sampling yaitu sampel pertimbangan.45
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 74 siswa. Dengan jumlah 37 siswa kelas X TKR 2 sebagai kelas eksperimen dan 37 siswa kelas X TKR 1 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya.46 Adapun perngertian lain data adalah suatu keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang suatau persoalan atau keadaan.47 Jadi tujuan pengumpulan data sebagai dasar untuk mengambil keputusan atau pemecahan persoalan. Teknik pengumpulan data tersebut
43 Supangat, op. cit., h. 4
44 Ibid., h. 4
45 Suprapto, Metode Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial, (Yogyakarta:
Caps (inter for academic publishing service), 2013), h. 71.
46 Supangat, op. cit., h. 2.
47 Kusherdyana, op. cit., h. 16
64
dapat memberikan deskriptif statistik, hubungan atau penjelasan apa yang sedang diteliti. Untuk memperoleh data tersebut dapat menggunakan teknik Tes.
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, secara lisan dan perbuatan.48 Teknik ini dilaksanakan untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI), topik “Gemar Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya”, siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan tujuan untuk mendapatkan data apakah terdapat perbedaan nilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes diberikan kepada dua kelas tersebut dengan alat tes yang sama. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
Soal tes dibuat oleh guru sesuai dengan topik yang sedang dibahas, bentuk tes yang digunakan penelitian ini adalah tes uraian terbatas.
E. Kontrol terhadap Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas yang berkaitan sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terkait, yang ditemukan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi (x) sedangkan variabel terkait adalah variabel yang dipengaruhi (y).
48 Nana Sudjana dan Ibrahim, penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, Algesindo, 2007), h. 100
65
a. Variabel bebas X (independent variabel), adalah variabel yag menjadi sebab timbulnya atau perubahnya variabel terkait. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu metode Market Place Acivity (MPA). Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni variabel X1 (kelas eksperimen) dan variabel X2 (kelas kontrol).
b. Variabel terkait Y (dependent variabel), adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terkait dalam penelitian ini adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas X SMK Al Hidayah Kota Cirebon.
Untuk melihat hasil belajar PAI siswa kelas X SMK AL Hidayah peneliti melakukan uji coba instrumen tes uraian/esai yang berjumlah 10 soal, sedangkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini diberikan pada kelas eksperimen (variabel X1) dan kelas kontrol (variabel X2). Tes yang dilakukan adalah tes akhir setelah melakukan eksperimen terhadap variabel X1 (kelas eksperimen) dengan memberi perlakuan khusus berupa penerapan metode pembelajaran Market Place Acivity (MPA), sedangkan variabel X2 (kelas kontrol) tidak mendapatkan perlakuan khusus tetapi sama- sama memperoleh materi pelajaran yang sama dengan menggunakan metode konvensional.
Untuk memperoleh data XI dan X2 dapat dilakukan dengan menyajikan kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator pembelajaran PAI sebagaimana tabel 3.1 di bawah ini
66 Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
No Kompetensi Dasar Indikator
Tingkat Ranah Kognitif
Tingkat kesukaran
Nomor Soal 1. 1.7Meyakini bahwa
menuntut ilmu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya
1. Siswa dapat memahami isi kandungan Q.S At Taubah : 122 2. Siswa dapat
memahami pentingya
menutut ilmu berdasar pada pemahaman Q.S. at-Taubah (9): 122 dan Hadis terkait
C 2
C 4
Sedang
Mudah
1
7
2. 2.7 Memiliki sikap semangat keilmuan sebagai
implementasi
pemahaman Q.S. at- Taubah (9): 122 dan Hadis terkait
1. Siswa dapat memahami sikap yang harus dimiliki sebagai cerminan semangat menuntut ilmu 2. Siswa dapat
menganalisis sikap yang muncul pada masyarakat terkait semangat menuntut ilmu
C 2
C 4
Sedang
Sedang
5
6
3. 3.7 menganalisis semangat menuntut ilmu, menerapkan, dan
1. Siswa dapat menjelaskan hukum menuntut
C 1 Mudah 2