• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Evaluasi Kenyamanan Jalur Pedestrian Kota Makassar - Unibos

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Evaluasi Kenyamanan Jalur Pedestrian Kota Makassar - Unibos"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi jalur pejalan kaki di Kota Makassar dan persepsi masyarakat mengenai perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki di Kota Makassar khususnya di Jalan Somba Opu dan Jalan Penghibur digunakan analisis deskriptif. Pembangunan jalur pejalan kaki yang baik sesuai dengan perencanaan jalur pejalan kaki di jalan umum akan meningkatkan kenyamanan, kuantitas dan kualitas pejalan kaki.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat amenitas jalur pejalan kaki yang telah diselesaikan dan persepsi masyarakat terhadap tingkat amenitas jalur pejalan kaki. Bagaimana persepsi masyarakat terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan pejalan kaki di Kota Makassar. Memperoleh pendapat masyarakat tentang perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki di Kota Makassar.

Terkait dengan bidang akademik perencanaan wilayah dan kota, penelitian ini diharapkan dapat lebih memperdalam pemahaman aspek kenyamanan pada jalur pejalan kaki dan pengembangan pengetahuan sistem transportasi. 8 rekomendasi konsep kenyamanan pejalan kaki dengan mempertimbangkan keinginan masyarakat Kota Makassar terkait variabel tingkat kenyamanan pejalan kaki yang diberikan melalui kuesioner.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Sistematika Pembahasan

Penelitian ini lebih difokuskan pada evaluasi pengguna pejalan kaki terhadap kondisi dan tingkat kenyamanan pejalan kaki di kota Makassar.

TINJAUAN PUSTAKA

Pedestrian (Pejalan Kaki)

Trotoar yang baik harus mampu mengakomodir setiap aktivitas pejalan kaki dengan lancar dan aman. Jalan setapak yang terpelihara dengan baik (yaitu tidak ada atau sedikit penghalang) sangat penting untuk menciptakan lingkungan berjalan yang aman bagi pejalan kaki. 68, yang menjadikan jalur pejalan kaki sebagai tempat parkir dan dengan demikian mencegah pejalan kaki melewati jalur tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena pepohonan di area jalan setapak memberikan keteduhan atau keteduhan bagi pejalan kaki. Trotoar/trotoar adalah jalur utama bagi pejalan kaki atau terkadang digunakan bersamaan dengan jalur sepeda. Alih fungsi trotoar merupakan salah satu perampasan hak pejalan kaki yang merugikan pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan.

Menurut Anda bagaimana kondisi trotoar di Jalan Penghihibur dan Jalan Somba Opu.

Tabel 2.2 Standar lebar tambahan (n) jalur pedestrian
Tabel 2.2 Standar lebar tambahan (n) jalur pedestrian

Kriteria Teknik Jalur Pedestrian

Peran dan Fungsi Pedestrian Path (Jalur Pejalan Kaki)

Jalan setapak adalah area yang menarik untuk kegiatan sosial, pengembangan mental dan spiritual, misalnya untuk nostalgia, pertemuan tak terduga, rekreasi, salam, dll. Persyaratan ini harus diperhatikan saat merancang jalur pejalan kaki untuk menyediakan jalur pejalan kaki yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kegiatan tersebut, sehingga perancang harus mengetahui kategori perjalanan pejalan kaki dan menarik bagi pejalan kaki (Listianto 2006). . Jalur pejalan kaki adalah bagian dari kota di mana orang bergerak dengan berjalan kaki, biasanya di sepanjang sisi jalan.

Pejalan kaki mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang spesifik, unik dan dinamis di lingkungan pusat kota. Fungsi jalan setapak yang ramah pejalan kaki adalah jalan setapak dapat mendorong aktivitas yang sehat, mengurangi kerentanan terhadap kejahatan dan menghadirkan suasana dan kondisi lingkungan yang lebih baik. Jalur pejalan kaki merupakan elemen penting dalam perencanaan kota, penataan jalur dan jalur lalu lintas yang serasi akan mendukung potensi yang ada di pusat kota.

Penataan infrastruktur pejalan kaki yang strategis dengan standar pencapaian yang tinggi akan mampu mendukung sirkulasi keseluruhan di pusat kota.

Karakteristik Pedestrian Path

20 Faktor kecepatan berkurang jika jumlah pejalan kaki bertambah, ada persimpangan, dan ada tangga untuk naik atau turun. Kriteria fasilitas pejalan kaki (street furniture) didasarkan pada pedoman perencanaan jalur pejalan kaki pada jalur umum dari Departemen Bina Marga (1999) dan persyaratan teknis penyediaan fasilitas ruang pejalan kaki yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan tentang Sarana Penunjang Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (KM Angkutan) No. 65 Tahun 1993) adalah sebagai berikut. Marka, rambu dan papan informasi ditempatkan pada jalur rekreasi, pada jalur dengan arus pejalan kaki yang padat dengan ukuran sesuai kebutuhan dan menggunakan material yang terbuat dari bahan yang memiliki daya tahan tinggi dan tidak menimbulkan silau.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 1993, penerangan dipasang setiap sepuluh meter dengan tinggi maksimal empat meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang berdaya tahan tinggi seperti logam dan beton cetak. Menurut Harris dan Dines (1988), penerangan jalan dimaksudkan agar pejalan kaki dan kendaraan dapat bergerak dengan aman. Telepon umum dapat ditempatkan pada radius 300 meter atau pada titik-titik yang memungkinkan di area dengan dimensi yang diperlukan dan dengan bahan yang sangat tahan lama.

Jalur hijau terletak di jalur rekreasi selebar 150 cm, dan bahannya berupa tanaman peneduh. Pada titik-titik tertentu yang berbahaya dan memerlukan perlindungan dapat dibuat pagar pembatas dengan tinggi 90 cm, dan bahan yang digunakan adalah logam atau beton yang tahan terhadap cuaca, kerusakan dan murah perawatannya.

Indikator Penilaian Jalur Pedestrian

Analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki di Kota Makassar khususnya di Jalan Somba Opu dan Jalan Penghibur. Salah satu permasalahan yang terlihat di Kota Makassar, khususnya di lokasi penelitian Kecamatan Ujung Tanah pada jalan pelonggaran dan jalan Somba Opu adalah penggunaan jalur pejalan kaki yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lebar jalur pejalan kaki di lokasi penelitian adalah 4,3 meter pada jalan konsolidasi dan 2,70 meter pada jalan Sombaopu yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Dari gambar di atas lebar jalur pejalan kaki di jalan Penghibur sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

Gambar 2.2 kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 kerangka Pemikiran

Kenyamanan Jalur Pedestrian

Kebijakan Penyelenggaraan Pedestrian Path

Fungsi keberadaan jalan setapak cukup berpengaruh dalam proses aktivitas manusia, sehingga sarana dan prasarana jalan setapak harus benar-benar sesuai untuk mendukung kelancaran aktivitas pengguna secara umum. Berdasarkan laporan GIZ-SUTIP (Sustainable Urban Transport Improvement Project) kebijakan penyelenggaraan jalur pejalan kaki didasarkan pada aspek keselamatan, konektivitas, langsung dan tidak terputus, kenyamanan, keamanan, daya tarik dan kualitas yang baik. Faktor fisik sangat erat kaitannya dengan kesesuaian bentuk dan desain objek atau elemen binaan dengan lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu taman, trotoar, jalur pejalan kaki dan infrastruktur lainnya.

Faktor visual berkaitan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat dengan lingkungan melalui persepsi dan preferensi. Demikian juga dengan keberadaan keindahan di jalur jalan tol (termasuk jalur pejalan kaki) harus selalu dijaga dari bentuk, warna, atau aktivitas manusia yang tidak beraturan di dalamnya. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan manusia yang berhubungan dengan keselamatan atau keamanan, sehingga merasa terlindungi dari segala gangguan.

Sedangkan Hakim (2003) berpendapat bahwa keamanan merupakan masalah mendasar karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang dilakukan. Pengertian keselamatan dalam kajian ini bukan tentang aspek kriminalitas, melainkan tentang kejelasan fungsi sirkulasi, sehingga pejalan kaki terjamin atau terlindung dari resiko tertabrak kendaraan bermotor atau tertabrak kendaraan bermotor. Menurut Anggriani (2009), keamanan (keselamatan) pejalan kaki dan kendaraan bermotor sendiri dapat berkurang karena arus lalu lintas yang buruk, misalnya tidak adanya pembagian ruang untuk arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki serta penyalahgunaan fasilitas yang disediakan.

Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki dengan tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan merupakan ukuran yang umum digunakan yaitu 1,5 sampai 3,0 meter.

Peneliti Terdahulu

  • Kerangka Pikir

Banyaknya arus pejalan kaki baik menuju kawasan kampus maupun dari kawasan kampus menuju kawasan di luar kampus berdampak besar terhadap pemenuhan kebutuhan fasilitas pejalan kaki. Perencanaan konsep zona pejalan kaki di kawasan kampus merupakan solusi alternatif yang sangat cocok mengingat lalu lintas mobil di Jakarta yang terus meningkat. Pada tahun 2012 oleh Muhlas Hanif Wigananda, Anak Agung Gde Kartika, ST, M.Si judul penelitiannya adalah Analisis Kinerja Jalur Pejalan Kaki di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda).

Anak muda pada umumnya termasuk dalam kategori tipe A yaitu kurang dari 23 orang/meter/menit, dengan nilai arus pejalan kaki dari jalur pejalan kaki Jl. Faktor-faktor yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi antara lain kebersihan dan kelengkapan fasilitas pembersihan perkerasan jalan yang kurang memadai, penerangan fasilitas yang tidak merata, ketersediaan fasilitas yang kurang memadai untuk orang berkebutuhan khusus, penyediaan pagar pembatas dengan jalan dan aktivitas berhenti/parkir kendaraan di pinggir jalan. jalan setapak Jl. Sedangkan pada tahun 2021, peneliti mencoba mengevaluasi jalur pejalan kaki kota Makassar menurut tingkat kenyamanan penggunanya, yang diharapkan dapat menjadi fasilitas baik yang disediakan oleh instansi pemerintah maupun swasta sebagai fasilitas pejalan kaki.

Kebutuhan fasilitas pejalan kaki seperti ruang terbuka publik juga meningkat karena penyesuaian gaya hidup. Kawasan jalur pejalan kaki memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai fasilitas bagi pejalan kaki, serta sebagai ruang terbuka untuk berbagai kegiatan termasuk kegiatan sosial dan kegiatan lainnya. Kota Makassar memiliki posisi yang strategis karena terletak di persimpangan jalan raya dari selatan dan utara provinsi Sulawesi, dari wilayah barat ke wilayah timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia Di selain sebagai pusat kegiatan komersial yang intensitas penggunaannya cukup tinggi, sehingga diperlukan jalur pejalan kaki untuk menunjang aktivitas penduduk kota.

Pembangunan prasarana dan sarana pejalan kaki mengikuti spesifikasi teknis yang ditentukan dari aspek kenyamanan dan keamanan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Variabel Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Definisi Operasional

Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kota Makassar

Gambaran Umum Kecamatan Ujung Pandang

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kondisi Lokasi Penelitian

Analisis Kondisi Jalur Pedestrian Kota Makassar

Karakteristik Responden

Analisis Persepsi Masyarakat Terkait Dengan Tingkat

Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyelenggaraan dan penggunaan prasarana jaringan dan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Ibu/Ibu untuk menjawab kuesioner terlampir. Menurut Anda, apakah trotoar di Jalan Penghihibur dan Jalan Somba Opu aman untuk pejalan kaki?

Andi Siti Hajar Aswaty lahir di Parepare, 9 September 1998, merupakan putri pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Hartawan, SE dan Ismawaty Iskandar, ST., MSP. Menempuh pendidikan tinggi di perguruan tinggi swasta Universitas Bosowa Makassar melalui jalur reguler dan terdaftar sebagai Mahasiswa Alumni Program Studi Sarjana (S1) Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa ( UNIBOS ) Makassar, setelah berhasil menyelesaikan pendidikan selama 5 tahun pada tahun 2021.

Gambar

Tabel 2.2 Standar lebar tambahan (n) jalur pedestrian
Gambar 2.1 Lebar jalur pedestrian yang bersatu dengan jalur  sepeda di berbagai kondisi yang berbeda
Gambar 2.2 kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian  P
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanggapan/ Komentar Bapak/ Ibu Pimpinan instansi/ perusahaan dengan memberi tanda √ Jenis Kemampuan Sangat Baik Baik Cukup Kurang 1 2 3 4 5 Integritas etika dan moral