• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Nanda Syatria Utama - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Nanda Syatria Utama - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

OLEH:

Nanda Syatria Utama NIM 131 613 0205

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

BENGKULU 2017 M/1438 H

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v







































“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka Sesungguhnya ia

bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”

(Luqman: 12)

“When action is equivalent to success”

Kesuksesan berbanding lurus pada tindakan yang dilakukan (Nanda Syatria Utama)

(6)

vi

doa serta cinta disetiap langkahku. Segala cinta dan ketulusan kupersembahkan ...

Kedua orang tua saya ayahanda Sulihan dan ibunda Emierti yang senantiasa memberikan doa, semangat, nasehat, dukungan, kasih sayang, serta pengorbanan yang luar biasa. Tiada kata yang dapat saya gambarkan kepada ayah dan ibu.

Adik ku sayang Titin Agustin terima kasih telah menjadi adik yang selalu memberikan saya semangat untuk berjuang demi keberhasilan saya.

Datuk Inul dan Nenek Wati terima kasih telah menyayangi saya dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan tak pernah henti mendukung saya untuk mencapai keberhasilan saya.

Keluarga besar dari pihak ayahanda dan keluarga besar ibunda saya, ( Asmidi Hadi, Eflan Suhadi, Zondri, Tiawan) dan seluruh keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih telah menyayangi saya dan dengan penuh semangat memberiku motivasi dan dukungan untuk terus maju tanpa lelah demi keberhasilan saya.

Teman Istimewa saya Oci Kurnia Wati yang selalu mendampingi, menemani saya dalam berjuang, terima kasih telah memberikan dukungan dalam kesusahan saya, perhatian, dan semangat penuh kasih sayang sehingga dapat mencapai gelar Sarjana Ekonomi sampai seperti ini.

Gusmian dan Ruwaida terimah kasih telah menyayangiku dengan penuh kasih sayang dan tak pernah henti mendukung untuk mencapai keberhasilan saya.

(7)

vii

selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk keberhasilan saya.

Seluruh teman-teman seperjuanganku EKIS A,B,dan D di IAIN Bengkulu, serta mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah yang telah menemani, suka dan duka selama menimba ilmu dan tidak akan pernah ku lupakan atas kenang-kenangan kita lewati bersama.

Alumni SMAN 09 Bengkulu Selatan Jurusan IPA 1 Tahun 2013 yang selalu memberikan keceriaan dan semangat untuk keberhasilan saya.

Agama, Bangsa, Kampus IAIN Bengkulu, Fakultas FEBI, serta Almamater kebanggaan yang menempahku.

(8)

viii

(Studi Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur) oleh Nanda Syatria Utama, NIM 1316130205.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktek penjual produk makanan kemasan kadaluwarsa di pasar tradisonal sore Kel Pematang Gubernur, mengetahui faktor yang melatar belakangi perilaku pedagang menjual produk makanan kadaluwarsa dan pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan kemasan kadaluwarsa. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder berupa wawancara kepada penjual dan pembeli sebanyak 8 orang responden yang terdiri dari 6 orang penjual dan 2 pembeli.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik random sampling. Kemudian data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan (pengkajian) data dalam bentuk uraian singkat, dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 6 orang pedagang yang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur, sedangkan latar belakang para pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa karena dapat mengurangi risiko kerugian, permintaan pembeli dan ketidak tahuan tentang kadaluwarsa. Berdasarkan pandangan etika bisnis Islam perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa adalah perbuatan yang dilarang karena di dalam etika bisnis Islam telah diajarkan dalam berdagang hendaklah berlaku jujur, amanah, adil, dan tidak boleh ada yang dirugikan antara penjual dan pembeli.

Kata Kunci: Perilaku Pedagang, Kadaluwarsa, Etika Bisnis Islam

(9)

ix

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Pedagang Menjual Produk Makanan Kemasan yang Kadaluwarsa Ditinjau dari Etika Bisnis Islam (Studi Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur)”. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi uswatun hasanah bagi kita semua. Amin.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E) pada Program Studi Ekonomi Syariah, Jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih teriring doa semoga menjadi amal ibadah dan mendapat balasan dari Allah SWT, kepada:

1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag. M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu yang telah memberikan fasilitas kepada penulis.

2. Dr. Asnaini, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

3. Desi Isnaini, MA, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, yang telah memberikan masukan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Khairuddin Wahid, M. Ag selaku pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Desi Isnaini, MA selaku selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh kesabaran.

(10)

x keiklasan.

8. Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah memberi pelayanan dengan baik dalam hal adminitrasi.

9. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi. Oleh karena ini, penulis mohan maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulis ke depan.

Bengkulu 2017 M

1438 H

Nanda Syatria Utama NIM 131 613 0205

(11)

xi

SURAT PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... ix

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Metode Penelitian... 12

G. Sistematika Penuisan ... 16

BAB II KAJIAN TEORI A. Jual Beli dalam Islam 1. Pengertian Jual Beli... 18

(12)

xii

5. Praktek Jual Beli dalam Islam ... 29

B. Etika Bisnis dalam Islam 1. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam ... 30

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam ... 34

3. Etika Bisnis Rasullulah ... 36

4. Prinsip Etika Bisnis Islam ... 42

C. Kadaluwarsa 1. Pengertian Kadaluwarsa ... 44

2. Fatwa MUI Tentang Kadaluwarsa ... 48

3. Zat kimia yang Terkandung Serta Efek Negatif ... 49

BAB III GAMBAAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis Pasar ... 52

B. Sejarah Singkat Pasar ... 52

C. Keadaan Padagang ... 55

D. Pedagang Makanan Kemasan di Pasar ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Praktek Penjual Makanan Kadaluwarsa yang Dilakukan Oleh Pedagang di Pasar Tradisional Sore Kelurahan Pematang Gubernur ... 58

(13)

xiii

Kadaluwarsa ... 63 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

Tebel 2: Jumlah Pedagang di Pasar ... 55

(15)

xv Lampiran 2 : Bukti Menghadiri Seminar Proposal Lampiran 3 : Catatan Perbaikan Proposal Skripsi Lampiran 4 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 5 : Halaman Pengesahan

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Rekomendasi DPM_PTSP Provinsi Bengkulu Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian DPM_PTSP Kota Bengkulu Lampiran 10 : Surat Keterangan Izin Penelitian Pasar

Lampiran 11 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Pasar Lampiran 12 : Catatan Perbaikan Bimbingan Skripsi

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan jual-beli, banyak masalah yang kadang-kadang muncul begitu saja.1 Jual dalam bahasa Arab (al-bai) sedangkan beli (asy-syira).

definisi lain yang dikemukakan ulama Malikiyah, syafiiyah, dan Hanabilah jual beli merupakan saling tukar menukar harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.2 Persaingan dalam kegiatan usaha senapas dengan kegiatan usaha itu sendiri. Pada prinsipnya, setiap orang berhak menjual atau membeli barang atau jasa ‘apa’, ‘dengan siapa’, ‘berapa banyak’ serta

bagaimana cara” produksi, inilah apa yang disebut dengan ekonomi pasar.

Sejalan dengan itu, perilaku dan struktur pasar terkadang tidak dapat diprediksi, sehingga tidak jarang menimbulkan kecurangan.3

Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia, seperti juga yang dialami konsumen di negara-negara berkembang lainnya, tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yaitu menyangkut kesadaran semua pihak, baik itu pengusaha, pemerintah, maupun konsumen sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen.4

1 Zaeni Asyadie, Hukum Bisnis (Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia), (Jakarta:

RajaGrafindo, 2005), h. 103

2 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 111

3 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di indonesia), (RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2010), h. 1

4 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaiaan Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 6

(17)

Salah satu bentuk kejahatan bisnis yang dilakukan oleh sebagian pengusaha yang tidak bertanggung jawab adalah memproduksi, mengedarkan, menawarkan produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan manusia tanpa memperhatikan akibat bagi konsumen tersebut telah menelan banyak korban.

Persaingan global yang terjadi membuat produsen menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan. Akibatnya, berbagai cara dilakukan untuk mengelabui konsumen.

Beberapa jenis produk pangan pada dasarnya bukan produk yang membahayakan, tetapi mudah tercemar atau mengandung racun, yang apabila lalai atau tidak berhati-hati pembuatannya, atau memang lalai untuk tetap mengedarkan, atau sengaja tidak menarik produk pangan yang sudah kadaluwarsa. Kelalaian tersebut erat kaitannya dengan kemajuan dibidang industri yang menggunakan proses produksi dan distribusi barang yang semakin kompleks. Dalam sistem mekanisme yang demikian, produk yang bukan tergolong produk berbahaya, dapat saja membahayakan keselamatan dan kesehatan konsumen, sehingga diperlukan instrumen yang membuat standar perlindungan hukum yang tinggi dalam proses dan distribusi produk.5

Kebanyakan orang sekarang ini tidak begitu peduli dengan tanda expired atau tanggal kadaluarsa dari produk-produk yang akan dibeli atau yang telah dibeli, baik itu berupa produk yang bersifat primer atau pun sekunder. Padahal dengan kita memperhatikan tanda expired atau tanggal kadaluwarsa tersebut kita akan terhindar dari berbagai kerugian, baik itu

5 Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen, (Jakarta:Pelangi Cendika 2007), h. 69

(18)

kerugian material ataupun kerugian batin, seperti daya tahan tubuh kita menjadi menurun dikarenakan keracunan makanan yang sudah kadaluwarsa atau expired, karena kita tidak mengamati dengan jelas kapan produk dari makanan ini sudah tidak layak kita konsumsi lagi atau sudah kadaluwarsa atau expired. Adapun, ciri-ciri dari produk makanany ang sudah kadaluwarsa atau expired itu terlihat dari bentuk kemasan yang sudah berubah seperti:6 1. Kalengnya sudah mengembung.

2. Makanan sudah berubah warna dikarenakan sudah berjamur.

3. Rasanya tidak seperti yang dipromosikan di kaleng.

4. Menimbulkan bau yang tidak sedap ketika di buka.

5. Terus bisa jadi kemasan produknya bukan kemasan terbaru tapi masih dengan kemasan model yang lama.

6. Kemasan produk tidak berdebu itu bukanlah suatu jaminan bahwa produk tersebut masih layak atau tidak untuk dikonsumsi.

Dalam upaya penyelesaian kasus-kasus konsumen tersebut, sering kali YLKI berhadapan dengan tidak adanya peraturan atau tidak diawasinya pelaksanaan suatu peraturan sehingga pengusaha dapat bersikap masa bodoh.

Perlindungan konsumen di Indonesia berdasar pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang dianggap dapat memperjuangkan hak-hak konsumen dalam Undang-Undang No. 8 Tahun.

6 Adela Melista Putri, Ciri-Ciri Produk Produk Bahan Kadaluwarsa, dikutif dari http://mediaindo.co.id/default.asp?page=371. Pada Tanggal 07 Februari 2017 Jam 01:51 WIB

(19)

Terkait persoalan perilaku pedagang yang menjual produk makanan kadaluwarsa, Islam telah mengatur jual beli yang benar, hal ini dijelaskan dalam (QS Al-Baqarah/2:188) Allah berfirman:





































Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui” (QS Al-Baqarah/2: 88).7

Adapun dalam (QS Al-An'am/6:152) Allah berfirman :













































































Artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.

Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat” (QS Al-An'am/6:152).8

Persoalan perilaku pedagang yang menjual produk makanan kadaluwarsa dijelaskan juga oleh (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).

ُعاَدِْلْاَو ُرْكَمْلاَو ،اَّنِم َسْيَلَ ف اَنَّشَغ ْنَم

ِراَّنلا ِفِ

7Anggota IKAPI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2014), h. 29

8 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h.149

(20)

Artinya: Barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka”

(HR. Ibnu Hibban).9

Beban konsumen bertambah berat di masa krisis ekonomi ini, dengan harga-harga yang tinggi, walaupun kualitasnya masih dipertanyakan, adanya penipuan ukuran, berat kg, penggantian tanggal kadaluwarsa, pemalsuan, serta beredarnya produk-produk luar negeri ilegal di pasaran.

Peredaran makanan yang telah memasuki tanggal kadaluwarsa ini juga dapat ditemui peredarannya di pasar-pasar tradisional, modern seperti supermarket atau swalayan serta warung-warung kios produk bahan, seperti yang ditemukannya kasus peredaran makanan kemasan yang telah memasuki tanggal kadaluwarsa ini beredar di pasar tradisonal sore yang terdapat di kelurahan pematang Gubernur oleh seorang pembeli bernama Desi menemukan beberapa makanan kemasan yakni mie instan yang kadaluwarsa.

Pedagang kios tersebut berkilah, mengaku tidak mengetahui jika ada barang- barang yang tak layak jual.

Dengan adanya pedagang yang belum sesuai dengan etika bisnis Islam, maka penulis tertarik untuk membahas dan menjadikan skripsi dengan Judul

Perilaku Pedagang Menjual Produk Makanan Kemasan Yang Kadaluwarsa Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam” (Studi Pasar Tradisional Sore Kel Pematang Gubernur).

9Lidwa Pusaka I-Software, Syaikh Al Albani Dalam Ash Shahihah, (www.lidwapusaka) No 1058

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana praktek penjualan makanan kemasan kadaluwarsa dilakukan oleh pedagang di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur ?

2. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa ?

3. Bagaimana pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan kemasan kadaluwarsa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui praktek penjualan makanan kemasan kadaluwarsa dilakukan oleh pedagang di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku pedagang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa.

3. Untuk mengetahui pandangan etika bisnis Islam terhadap produk makanan kemasan kadaluwarsa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi para penulis (pencari ilmu), serta para pedagang yang selama ini telah melakukan praktek menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa tinjauan etika bisnis Islam.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi hukum pada umumnya guna memahami dasar dari pada peraturan

(22)

perundang-undangan yang ada di Indonesia. Dan diharapkan dapat memberi masukan pada para pihak pedagang yang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa, agar para pihak mengetahui, memahami dan mengerti akan bahayanya mengkonsumsi produk makanan yang telah kadaluwarsa bagi kesehatan konsumen.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian mengenai perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa. Namun sebelumnya sudah ada penulis yang melakukan penelitian berkaitan dengan perlindungan konsumen dalam Islam maupun hukum positif yang berupa jurnal maupun skripsi dan berikut beberapa penelitian tersebut.

1). Sevila Apriolem, 2013 Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dalam skripsinya yang berjudul

“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadauwarsa dikota PekanBaru (Studi di Kel.

Sukaramai Kec. Pekanbaru Kota)”.10

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Permasalahan pokok penelitian ini yaitu pertama apa bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa di kota Pekanbaru, kedua Bagaimanakah tanggung jawab pelaku usaha dan upaya penyelesaian

10 Sevila Apriolem, “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadauwarsa dikota Pekan Baru (Studi di Kel. Sukaramai Kec. Pekanbaru Kota)”. ( UIN Sultan Syarid Karim PekanBaru: Skripsi Sarjana, FEBI. 2013)

(23)

hukumnya jika terjadi perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha terhadap makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa, serta ketiga apakah penanganannya sudah terlaksana dengan baik oleh pihak-pihak penegak hukum terhadap pelaku usaha yang nakal. Adapun metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan sudut pandang yuridis empiris, sedangkan dalam menetapkan sampel menggunakan teknik random sampling yang mana respondennya ditetapkan secara acak, sementara pengambilan data dilakukan dengan cara menelitian langsung kemudian menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait serta dari buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pendapat para ahli.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, pelaksanaan perlindungan terhadap konsumen atas makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa yang dijual pedagang di kota Pekanbaru adalah dilakukan pedagang dengan memberikan pengganti rugian dan agar pelaksanaan perlindungan konsumen itu dapat terlaksana dengan baik dilakukan pengawasan oleh pemerintah.

Perbedaan pembahasan Sevila Apriolem dengan penulis adalah penulis lebih menjelaskan dan fokus pada perilaku pedangan yang melakukan kecurangan pada penjualan produk makanan kemasan yang kadaluwarsa sedangkan penulis menjelaskan perilaku konsumen dalam menghadapi perilaku pedagang yang melakukan kecurangan berdagang produk kemasan kedaluwarsa.

(24)

Persamaannya pembahasan Sevila Apriolem dengan penulis adalah sama-sama mengkaji hukum perilaku bagi para pedagang yang melakukan kecurangan dalam menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa di tinjau dari hukum etika bisnis Islam.

2). Irsyad Santoso, 2014 mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi Islama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul

Perlindungan Konsumen Terhadap Produk makanan dan Minuman Menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Persefektif Bisnis Islam”.11

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menganalisis mengenai bentuk perlindungan konsumen terhadap produk makanan dan minuman menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 serta dampak apabila tidak ada perlindungan konsumen terhadapmakanandan minuman.

Hasil dari penelitian tersebut adalah pemberian sanksi sebagai akibat hukum dari pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Selain itu, menurut MUI bentuk perlindungan konsumen mengeluarkan fatwa tentang pedoman produk halal dengan penekanan pada produk-produk yang terkandung pada produk makanan dan diberlakukannya sanksi perdata, pidana, dan administratif.

11 Isyad Santoso, “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk produk bahan dan Minuman Menurut MUI dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Persefektif Bisnis Islam”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi Sarjana, FEBI.

2014)

(25)

Perbedaan pembahasan Irsyad Santoso dengan penulis adalah penulis lebih mengkaji perlindungan konsumen terhadap produk makanan dan minuman MUI dan UUN.

Persamaannya pembahasan Irsyad Santoso dengan penulis adalah sama- sama mengkaji produk yang dijual dengan keadaan sudah tidak layak atau kadaluwarsa dalam tinjauan persefektif bisnis Islam.

3). Nurhayati tahun, 2015 mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul

Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Produsen makanan ringan Kepada Konsumen di Dukuh Karangnongko Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”.12

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menganalisis tanggung jawab produsen makanan ringan kepada konsumen di Dukuh Karangnongko dan pandangan hukum Islam mengenai tanggung jawab produsen makanan ringan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 telah mengatur mengenai tanggung jawab produsen kepada konsumen, sehingga produsen harus mematuhi aturan tersebut, serta dalam Islam tanggung jawab produsen terletak pada sifat makanan tersebut harus membawa kemaslahatan bagi konsumen

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 83% para pedagang di Dukuh Karangnongko sudah menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam

12 Nurhayati, “Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Produsenproduk bahan ringan Kepada Konsumen di Dukuh Karangnongko Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten “ ,(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi Sarjana, FEBI. 2015)

(26)

menjalankan usahanya. Di dalam kegiatan produksi hampir seluruh pedagang di Dukuh Karangnongko, yakni sebesar 96% Untuk sistem harga, sebanyak 78% pedagang di Dukuh Karangnongko sudah menerapkan sistem harga sesuai yang disyariahkan sudah menjalankan sesuai syariat Islam serta tidak ditemukan persaingan yang tidak sehat antar pedagang. Selain itu, manajemen secara syariah Islam sudah diimplementasikan oleh sekitar 80% dari para pedagang di Dukun Karangnongko.

Perbedaan pembahasan Nurhayati dengan penulis adalah penulis lebih fokus pada prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam menjalankan usahanya seperti prinsip etika sistem harga dan barang yang dijual sebagai permasalahannya.

Persamaannya pembahasan Nurhayati dengan penulis saya adalah sama-sama mengunakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagai pedoman dalam mengkaji dari setiap perilaku para pedagang dalam berjualan.

Kesimpulan skripsi ini menganalisis mengenai perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang kadaluwarsa oleh pemilik kios-kios warung di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur. Penelitian menggunakan metode field research (penelitian lapangan) dengan teknik observasi dan wawancara. Fokus penelitian ada pada praktek jual beli makanan kemasan di pasar tradisonal sore kel pematang gubernur, Kec Muara Bangkahulu, kota Bengkulu.

(27)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), di mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung . Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan mengamati secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tentang mereka, sejarah hidup mereka, kebiasaan mereka, harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas baru, mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal ini sering dianggap menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan juga memakan waktu, menguras emosional, dan kadang-kadang secara fisik berbahaya. Penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, fungsi kajian teori adalah sebagai pedoman atau kerangka acuan, yaitu dengan cara memaparkan data tentang suatu masalah yang berhubungan dengan praktek perilaku pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa.

(28)

2. Waktu dan lokasi Penelitian a. Waktu

Waktu penelitian dimulai dari tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 10 Agustus 2017

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di pasar tradisional sore kel Pematang Gubernur Kec Muara Bangkahulu Kota Bengkulu karena di pasar tersebut masih banyak ditemukan para pedagang yang menjual produk makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa tanpa memperhatikan bahaya dari produk yang dijual.

3. Subjek/Informan penelitian

Subjek penelitian ini adalah Para pelaku pedagang pasar tradisonal sore kel pematang gubernur yang menjual produk makanan kemasan kadaluwarsa sebanyak 6 (enam) pedagang dan diambil secara acak 2 (dua) pembeli produk makanan kemasan kadaluwarsa.

4. Sumber Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber data penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Sumber data primer ialah data yang diperoleh dari penelitian langsung melalui wawancara serta menanyakan langsung terhadap para pedagang yang menjual produk makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa.

(29)

2. Sumber data sekunder ialah data yang diperoleh dari buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pendapat para ahli.

b. Teknik pengumpulan data:

Untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat dalam memberikan jawaban permasalahan dalam penelitian ini maka teknikpengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan cara melihat dan mengamati langsung objek penelitian.

Dari observasi masih banyak ditemukan pedagang menjual produk makanan kemasan yang kadaluawarsa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan sumber data.

Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait seperti pemilik kios yang kedapatan menjual produk makanan kadaluwarsa di kel Pematang Gubernur.

3. Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara memperdalam berbagai literatur yang terkait dengan perlindungan konsumen seperti peraturan

(30)

perundang-undangan, dan teori-teori sebagai tambahan dalam penulisan skripsi.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik analisis data interaktif Miles dan Huberman. Yaitu menganalisis data dengan cara reduksi data, penyajian data dan kemudian penarikan kesimpulan dan verifikasi.13

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.14

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data. Menyajikan data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman menyatakan:

“The most form of display data for qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya yang paling sering digunakan untuk

13 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas FEBI IAIN Bengkulu, (Bengkulu, IAIN, 2016), h. 19

14 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi ..., h. 20

(31)

menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, jejaring kerja.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah kesimpulan awal yang dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible (dapat dipercaya).15

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian merupakan salah satu syarat dalam penulisan karya ilmiah, untuk memudahkan penelitian dalam penulisan skripsi ini maka penulis menyatakan penulisan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan, kegunaan, penelitian terdahulu, kajian teori, metode penelitian, dan sisitematika penulisan.

Bab kedua kajian teori jual beli meliputi pengertian jual beli dalam Islam, dasar hukum jual beli dalam Islam, macam-macam jual beli dalam Islam, syarat dan rukun jual beli dalam Islam, praktek jual beli dalam Islam.

Teori etika bisnis Islam pengertian etika bisnis dan etika bisnis Islam, dasar

15 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi..., h. 21

(32)

hukum etika bisnis Islam, etika bisnis Rasullulah, prinsip etika bisnis Islam dan Teori kadaluwarsa meliputi pengertian kadaluwarsa, zat kimia yang terkandung serta efek yang ditimbulkan, dan penanganan dan tips aman membeli produk makanan.

Bab ketiga gambaran umum objek penelitian yang meliputi letak geografis pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur, sejarah singkat pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur.

Bab keempat hasil penelitian dan pembahasan meliputi:

1) Praktek pedagang pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur,

2) Latar belakang praktek perilaku pedagang pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur yang menjual produk makanan kemasan yang kadaluwarsa,

3) Pandangan etika bisnis Islam terhadap praktek pedagang pasar tradisional sore Kel Pematang Gubernur yang menjual produk makanan kemasan yang kadaluwarsa.

Bab kelima adalah penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

(33)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Jual Beli dalam Islam 1. Pengertian Jual beli

Jual beli atau perdagangan dalam etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba.i dalam Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-Syira (beli).

Dengan demikian, kata al-ba’I berarti jual, tetapi sekalius juga berarti beli.1

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang masing definisi sama.

Sebagian ulama lain memberi pengertian : a. Sayyid Sabiq

Ia mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat dibenarkan.Yang dimaksud harta harta dalam definisi diatas yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat.Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian),

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed.IV, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.

418

(34)

sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.

b. Ulama hanafiyah

Ia mendefinisikan bahwa jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain melalui Cara yang khusus. Yang dimaksud ulama hanafiyah dengan kata-kata tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.

c. Ibnu Qudamah

Menurutnya jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak haus dimiliki seperti sewa menyewa.2

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan mengandung hal-hal antara lain : a. Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar

menukar.

b. Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.

2 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 112

(35)

c. Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya tidak sah untuk diperjualbelikan.

d. Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual beli dengan kepemilikan abadi.

2. Dasar hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-quran dan sunah Rasulullah saw. Terdapat beberapa ayat al-quran dan sunah Rasulullah saw, yang berbicara tentang jual beli, antara lain :

a. Al-Quran

1) Allah berfirman (QS Al-Baqarah/2:275) Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba































































































Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah

(36)

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah/2:275).3

2) Allah berfirman (QS Al-Baqarah/2:198) Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.

























































Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam.

dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat” (Al- Baqarah/2:198).4

3) Allah berfirman (QS An-Nisa/4:29) “…kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…”

















































3 Anggota IKAPI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2014), h.47

4 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h. 31

(37)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”(QS An-Nisa/4:29).5 b. Hadist

Abu Hurairah radhiallahu‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

ِةَكَرَ بحلِل ٌةَقِححُمُ ِةَعحلِّسلِل ٌةَقِّفَ نُم ُفِلَحلْا

Artinya: “Sumpah itu (memang biasanya) melariskan dagangan jual beli namun bisa menghilangkan berkahnya” (HR. Al-Bukhari no. 1945 dan Muslim no. 1606).6

Dari kandungan ayat-ayat Al-quran dan sabda-sabda Rasul di atas, para ulama fiqh mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli yaitu mubah (boleh). Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu. Menurut Imam Al- Syathibi, pakar Fiqh Maliki, hukumnya boleh berubah menjadi wajib.

Imam Al-Syathibi memberi contoh ketika terjadi praktik ihtikar (penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik). Apabila seorang melakukan ihtikar dan mengakibatkan melonjaknya harga barang yang ditimbun dan disimpan itu, maka menurutnya, pihak pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan harga. Dalam hal ini menurutnya, pedagang itu wajib menjual barangnya sesuai dengan

5 Anggota IKAPI, Al-Qur’an ..., h. 83

6 Lidwa Pusaka I-Software, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, (www.lidwapusaka) No.

1945 dan No. 1606

(38)

ketentuan pemerintah. Hal ini sama prinsipnya dengan Al-Syathibi bahwa yang mubah itu apabila ditinggalkan secara total , maka hukumnya boleh menjadi wajib. Apabila sekelompok pedagang besar melakukan boikot tidak mau menjual beras lagi, pihak pemerintah boleh memaksa mereka untuk berdagang beras dan pedagang ini wajib melaksanakannya .demikian pula, pada kondisi-kondisi lainnya.7

3. Macam-macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

a. Ditinjau dari segi bendanya dapat dibedakan menjadi:

1) Jual beli benda yang kelihatan, yaitu jual beli yang pada waktu akad, barangnya ada di hadapan penjual dan pembeli.

2) Jual beli salam, atau bisa juga disebut dengan pesanan. Dalam jual beli ini harus disebutkan sifat-sifat barang dan harga harus dipegang ditempat akad berlangsung.

3) Jual beli benda yang tidak ada, Jual beli seperti ini tidak diperbolehkan dalam agama Islam.

b. Ditinjau dari segi pelaku atau subjek jual beli:

1) Dengan lisan, akad yang dilakukan dengan lisan atau perkataan.

Bagi orang bisu dapat diganti dengan isyarat.

2) Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat.

Jual beli ini dilakukan oleh penjual dan pembeli, tidak dalam satu majlis akad, dan ini dibolehkan menurut syara’.

7 Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah,. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 26.

(39)

3) Jual beli dengan perbuatan, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab kabul. Misalnya seseorang mengambil mie instan yang sudah bertuliskan label harganya. Menurut sebagian ulama syafiiyah hal ini dilarang karena ijab kabul adalah rukun dan syarat jual beli, namun sebagian syafiiyah lainnya seperti Imam Nawawi membolehkannya.

c. Dinjau dari segi hukumnya

Jual beli dinyatakan sah atau tidak sah bergantung pada pemenuhan syarat dan rukun jual beli yang telah dijelaskan di atas.

Dari sudut pandang ini, jumhur ulama membaginya menjadi dua, yaitu:

1) Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya.

2) Ghairu Shahih, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukunnya.

Sedangkan fuqaha atau ulama Hanafiyah membedakan jual beli menjadi tiga, yaitu:

1) Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya

2) Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli, dan ini tidak diperkenankan oleh syara’. Misalnya:

a) Jual beli atas barang yang tidak ada (bai’ al-ma’dum), seperti jual beli janin di dalam perut ibu dan jual beli buah yang tidak tampak.

(40)

b) Jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi, bangkai dan khamar.

c) Jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli.

d) Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli patung, salib atau buku-buku bacaan porno.

e) Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram, seperti menjual anak binatang yang masih bergantung pada induknya.8

3) Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya. Misalnya :

a) jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika berlangsungnya akad.

b) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya dengan harga murah

c) Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.

d) Jual beli barang rampasan atau curian.

8 Thauam Marufah, Jual Beli dan Khiyar, di kutip pada situs: http://bolo- kiyai.blogspot.com/2011/11/makalah-jual-beli-dan-khiyar.html. Diunduh pada tanggal 01 Agustus 2017, 20.38 WIB.

(41)

e) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.9 4. Rukun dan Syarat Jual Beli

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dpat dikatakan sah oleh syara’.Dalam menentukan rukun jual beli terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab qabul, ijab adalah ungkapan membeli dari pembeli, dan qabul adalah ungkapan menjual dari penjual. Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.10

Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu :

a. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).

b. Ada sighat (lafal ijab qabul).

c. Ada barang yang dibeli (ma’qud alaih) d. Ada nilai tukar pengganti barang.

9 Mardana, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012). h. 102

10 Nasrun Haroen, fiqh muamalah, h. 7

(42)

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.

Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur ulama diatas sebagai berikut :

a. Syarat-syarat orang yang berakad

Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat, yaitu :

1) Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus memiliki akal yang sehat agar dapat meakukan transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.

2) Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak dipaksa pihak manapun.

3) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya seorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.

b. Syarat yang terkait dalam ijab qabul

1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.

2) Qabul sesuai dengan ijab. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli tidak sah.

(43)

3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.11

4) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan

Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan sebagai berikut :

1) Suci, dalam islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang najis, seperti bangkai, babi, anjing, dan sebagainya.

2) Barang yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri atau diberi kuasa orang lain yang memilikinya.

3) Barang yang diperjualbelikan ada manfaatnya. Contoh barang yang tidak bermanfaat adalah lalat, nyamauk, dan sebagainya. Barang- barang seperti ini tidak sah diperjualbelikan. Akan tetapi, jika dikemudian hari barang ini bermanfaat akibat perkembangan tekhnologi atau yang lainnya, maka barang-barang itu sah diperjualbelikan.

4) Barang yang diperjualbelikan jelas dan dapat dikuasai.

5) Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya, sifat, dan harganya.

6) Boleh diserahkan saat akad berlangsung .12

11 Nasrun Haroen, fiqh ..., h. 9

12 MS. Wawan Djunaedi, Fiqih, (Jakarta : PT. Listafariska Putra, 2008), h. 98

(44)

c. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)

Nilai tukar barang yang dijual (untuk zaman sekarang adalah uang) tukar ini para ulama fiqh membedakan Al-tsaman dengan Al-si’r.

Menurut mareka, Al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah masyarakat secara actual, sedangkan Al-si’r adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen (pemakai). Dengan demikian, harga barang itu ada dua, yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan konsumen (harga dipasar).

Syarat-syarat nilai tukar (harga barang) yaitu :

1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.

3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara’, seperti babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut syara’.13

5. Praktek Jual Beli dalam Islam

Jual beli merupakan transaksi yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat, dibandingkan dengan transaksi-transaksi lainnya, maka sudah sepantasnya transaksi tersebut harus mendapat legalitas dari syara'.

13 Ghufron Ihsan. MA, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Prenada Media Grup, 2008), h. 35

(45)

Karena dengan legalitas dari syara', kita akan aman dari permasalahan yang akan timbul di kemudian hari.

Praktek jual beli itu diperbolehkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka. Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan. Ada juga jual beli yang dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah disyariatkan.

Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan itu semua telah dijelaskan di atas. Walaupun banyak perbedaan pendapat dari kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari rukun dan syaratnya hampir sama.

B. Etika Bisnis Dalam Islam

1. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam a. Pengertian Etika Bisnis

Etika Bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.

Dalam arti lain Etika Bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai ‘daratan’ atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Selain itu, etika bisnis juga dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis, yaitu refleksi tentang

(46)

perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau bekerja.14

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ethos yang berarti sikap, cara berpikir, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, watak kesusilaan. Etika adalah prinsip, norma, dan standar perilaku yang mengatur individu maupun kelompok yang membedakan apa yang benar dan apa yang salah.15

Secara terminologis arti etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al quran Al khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al quran menggunakan sejumlah terminologi sebagai berikut: Khair, Bir, Qist, Adl, Haqq, Maruf, dan Taqwa.16

Definisi etika Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam

14 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, cet.I, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 13

15 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2011), h. 35

16 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam ..., h. 5

(47)

pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk.

Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak).17

Ethics (Etika) menurut Kamus Ekonomi Uang dan Bank adalah disiplin pribadi seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan, lebih dari yang sekedar ditentukan oleh undang-undang. Misalnya yang ada di bidang akuntansi di Indonesia, yakni Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang terbentuk pada tahun 1972.18

Menurut Prof. Owen Bisnis ialah suatu perusahaan yang berkaitan dengan produksi dan distribusi barang untuk dijual kembali ke pasaratau memberikan harga dalam setiap barang ataupun jasa. Sedangkan menurut Urwick dan Hunt Bisnis ialah setiap perusahan yang memproduksi dan mendistribusikan serta menyediakan barang atau jasa yang diperlukan masyarakat dan atas dasar kesediaannya dalam membeli atau membayar.

Bisnis menurut KBBI adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang; bekerja di bidang.19

Bisnis menurut Kamus Ilmiah Serapan Disertasi Entri Tambahan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah adalah bidang usaha; yang sifatnya mencari keuntungan; usaha di bidang komersial; usaha dagang.

17 Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed.IV, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 383

18 Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi Uang dan Bank,cet.III, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007), h. 110

19 Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi Uang dan Bank ..., h. 200

(48)

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat. atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara ekonomi maupun sosial.

b. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika dalam pemikiran Islam dimasukkan dalam filsafat praktis (Al hikmah al amaliyah) bersama politk dan ekonomi. Berbicara tentang:

sebagaimana seharusnya. Moral merupakan nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia sedangkan Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk . Dalam disiplin filsafat, Etika sering dinamakan dengan Filsafat Moral.20

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan Al-tijarah, Al-bai’, Radayantum, dan Isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab Tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At- tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al- munawwir).

20 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam ..., h. 31

(49)

Menurut Ar-Raghib al-Asfahani dalam Al-mufradat fi gharib al- Qur’an , At-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.

Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib , Fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.

Secara sederhana mempelajari etika bisnis dalam Islam berarti mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Moralitas disini, sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek baik/buruk, terpuji/tercela, benar/salah, wajar/tidak wajar, pantas/tidak pantas dari perilaku manusia.

Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam susunan adjectivedi atas ditambah dengan halal-haram (degrees of lawful and lawful), menurut Husein Sahatah seperti dikutip oleh Faisal Badroen, dkk, menyatakan bahwa sejumlah perilaku etis bisnis (Akhlaq al Islamiyah) yang dibungkus dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general guideline.21 2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

Terdapat beberapa ayat al-quran dan sunah Rasulullah saw, yang berbicara tentang Etika Bisnis Islam, antara lain :

a. Al quran

Allah berfirman (QS At Tawbah/9: 24):



















21 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 62

Referensi

Dokumen terkait

CONCLUSION This study shows that systematic analysis of transcriptome data can successfully guide the selection of reference genes for gene expression studies in oil palm, resulting in