• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis penentuan harga jual dengan metode cost plus

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis penentuan harga jual dengan metode cost plus"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Para pedagang kaki lima dan pedagang asongan yang berjualan di Taman Sangkareang menjual berbagai dagangan mulai dari makanan, minuman, jajanan dan mainan. Pedagang kaki lima dan pedagang asongan yang berjualan di Taman Sangkareang dikenakan biaya tetap berupa sewa dan retribusi.

Fokus Penelitian

Disini penulis ingin mengetahui pertimbangan yang dilakukan oleh PKL di Taman Sangkareang dalam menentukan harga jual produknya, apakah harga jual yang ditetapkan oleh PKL di Taman Sangkareang sudah memadai jika dibandingkan dengan penetapan harga jual berbasis biaya menggunakan cost plus pricing. metode dan menurut penulis lokasi taman Sangkareang cocok sebagai tempat penelitian karena banyak pedagang kaki lima di taman ini yang menjadi subjek penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul: “Analisis Penentuan Harga Jual Menggunakan Metode Cost Plus Pricing Dalam Meningkatkan Keuntungan Yang Dihasilkan Oleh Pedagang Kaki Lima Di Taman Sangkareang Kota Mataram”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Memang, pemeriksaan yang dilakukan juga menyangkut penetapan harga jual atas dasar penentuan biaya produksi. Namun fokus penulis adalah pada analisis penentuan harga jual dengan metode cost plus pricing untuk meningkatkan keuntungan yang dihasilkan pedagang asongan di Taman Sangkareang Kota Mataram.

Kerangka Teori

Berdasarkan perhitungan saya, harga jual sate menurut metode cost plus pricing adalah Rp. 14.071/porsi atau bisa dibulatkan menjadi Rp. 15.000. Dibandingkan harga jual pedagang sate di Taman Sangkareang dengan harga Rp. 20.000/porsi, maka selisih harga jual ditetapkan sebesar Rp. 5.929 atau Rp. 5.000 dibulatkan. Menurut perhitungan pedagang mainan, perkiraan biaya yang dikeluarkan pedagang mainan di baling-baling per hari adalah Rp. 72.000/hari dan mampu memproduksi 30 unit.

Sedangkan perhitungan HPP setelah dievaluasi dengan penambahan biaya tenaga kerja langsung yang tidak dimasukkan pedagang dalam perhitungan biaya produksi menjadi Rp. 152.000 untuk pembuatan 30 unit mainan ulir. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan penulis, harga jual sekrup dengan metode cost plus price adalah satuan rupiah atau dapat dibulatkan menjadi Rp. 8.500 Dibandingkan dengan harga jual yang ditetapkan oleh pedagang mainan di Taman Sangkareang, harganya Rp. 10.000/porsi, maka selisih harganya adalah Rp. 1.600 atau Rp. 1.500 jika dibulatkan.

Menurut perhitungan pedagang minuman, estimasi biaya yang dikeluarkan oleh pedagang minuman ice blender dalam sehari adalah Rp. 160.000/hari dan mampu menghasilkan 90 cup. Pedagang es blender di Taman Sangkareang dalam sehari mengharapkan untung Rp. 100.000 dalam 90 cup atau sekitar 49% dari biaya produksi.66 d.Harga jual. Berdasarkan perhitungan penulis, harga jual ice blender dengan metode cost plus pricing adalah Rp. 3.357/gelas atau bisa dibulatkan menjadi Rp. NOK 3.500/gelas.

Dibandingkan dengan harga jual yang dipatok penjual ice blender di Taman Sangkareang dengan harga Rp. 4.000/gelas, maka selisih harga jualnya adalah Rp. 643 atau Rp. 500 jika dibulatkan.

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

Selain gambaran umum tentang Taman Sangkareang, Bab II juga berisi tentang gambaran karakteristik pedagang asongan di Taman Sangkareang berupa jenis usaha, umur pedagang, modal usaha dan pendapatan para pedagang asongan di Taman Sangkareang.

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Gambaran Umum Taman Sangkareang

Taman Sangkareang merupakan destinasi wisata taman kota di kota Mataram dan termasuk taman yang cukup luas dan memiliki beberapa fasilitas yang sebenarnya mampu memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Selain lapangan bermain, Taman Sangakreang juga sering digunakan untuk kegiatan seremonial seperti upacara, lapangan di Taman Sangkareang dilengkapi dengan tiang bendera. Lintasan lari atau running track dibuat sebagai pembatas antara lapangan rumput dengan bagian Taman Sangkareang lainnya.

Panggung Taman Sangkareang digunakan untuk konser musik atau kegiatan seremonial lainnya yang membutuhkan panggung untuk pertunjukan. Air Mancur Taman Sangkareang berbentuk bunga khas kota Mataram menjadi ikon tersendiri di Taman Sangkareang. Kebun bunga di Taman Sangkareang tersebar di seluruh area taman menambah suasana asri Taman Sangkareang yang tentunya menjadi objek panorama bagi pengunjung.

Sebagai tempat wisata yang beroperasi hingga larut malam, keberadaan sumber listrik diperlukan untuk menghidupkan peralatan listrik yang digunakan para pedagang di Taman Sangkareang. Taman Sangkareang merupakan salah satu kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Mataram, dimana Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan kawasan memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang pemanfaatannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuhnya tanaman, baik yang tumbuh alami maupun yang sengaja ditanam.

Deskripsi Karakteristik Pedagang

Gambaran karakteristik pedagang menurut umur menunjukkan bahwa pedagang asongan di Taman Sangkareang yang masuk dalam rentang usia awal-muda yaitu 18-40 adalah 11 (sebelas) orang, sedangkan pedagang masuk dalam rentang usia dewasa. Pengecer pada kategori dewasa muda terdiri dari pedagang mainan, pedagang makanan ringan dan pedagang minuman serta tidak ada pedagang makanan berat yang masuk dalam kategori dewasa muda. Sedangkan pedagang pada kategori usia menengah terdiri dari pedagang makanan berat, pedagang jajanan dan pedagang mainan serta tidak terdapat pedagang minuman keras pada kategori usia menengah.

Dari penjelasan di atas, menurut Ny. Mia sebagai penjual sate di Taman Sangkareang menunjukkan bahwa yang diperhitungkan sebagai biaya produksi hanyalah biaya pembelian bahan baku dan biaya yang dikeluarkan setiap minggunya. Sehingga perhitungan total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang asongan di Taman Sangkareang adalah sebagai berikut: pedagang makanan berat sebesar Rp. 700.000/hari jika barang habis terjual dan keuntungan sekitar 40% dari modal yang dikeluarkan, pendapatan pedagang mainan adalah Rp.

300.000/hari jika mainan tersebut habis terjual dengan rata-rata modal yang dikeluarkan setiap hari dan untung sekitar 300% dari modal yang dikeluarkan maka pendapatan penjual minuman keras adalah Rp. 360.000/hari pada hari biasa dan keuntungan sekitar 140% dari modal yang dikeluarkan, maka pendapatan pedagang jajanan adalah Rp.

PEMBAHASAN

Analisis Penentuan Harga Jual yang Dilakukan Pedagang Asongan di

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya bahan baku sebesar Rp. 250.000 dan biaya tenaga kerja langsung Rp. Selain biaya produksi tersebut di atas, terdapat juga biaya non produksi yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume produk berupa biaya listrik dan biaya kebersihan yang harus dibayar oleh pedagang sate di Taman Sangkareang pada jumlah Rp. Sedangkan perhitungan HE yang seharusnya ditaksir dengan penambahan biaya tenaga kerja langsung yang tidak dimasukan oleh penyalur dalam perhitungan biaya produksi menjadi Rp. 322.142 untuk menghasilkan 30 porsi sate. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya produksi atau estimasi full cost yang dikeluarkan oleh dealer propeler adalah sebesar Rp.

Setelah diperoleh taksiran biaya penuh dan keuntungan yang diharapkan, maka harga jual mainan ulir per unitnya dijumlahkan dengan taksiran biaya penuh, yaitu Rp. 152.000 dengan keuntungan yang diharapkan pedagang sebesar Rp. 100.000 menjadi Rp. 252.000 dan dibagi menjadi 30 unit ulir hingga Rp. 8.400 bisa dibulatkan menjadi Rp. 8.500/unit. Maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh penyalur es blender adalah sebesar Rp. Selain biaya produksi di atas, ada juga biaya non produksi yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume. produk berupa biaya listrik dan biaya kebersihan yang harus dibayar oleh pedagang ice blender di Taman Sangkareang sebesar Rp. Sedangkan perhitungan HPP harus setelah dievaluasi dengan penambahan biaya tenaga kerja langsung yang tidak dimasukkan oleh pedagang dalam perhitungan biaya produksi menjadi Rp. 202.142 untuk menghasilkan 90 cup es krim blender.

Setelah diperoleh taksiran biaya penuh dan keuntungan yang diharapkan, maka harga jual ice blender gelas tersebut dijumlahkan dengan taksiran biaya penuh, yaitu Rp. 202.142 dengan keuntungan yang diharapkan sebesar Rp. 100.000 menjadi Rp. 302.142 dan dibagi menjadi 90 cup es blender seharga Rp. 3.357 dapat dibulatkan menjadi Rp. 3500/. Menurut perkiraan pedagang chilok, perkiraan biaya yang dikeluarkan pedagang chilok untuk satu hari penjualan adalah Rp.

Analisis Penentuan Harga Jual Dengan Metode Cost Plus Pricing

Analisis penentuan harga jual menggunakan metode cost plus pricing dalam meningkatkan keuntungan yang dihasilkan pedagang asongan di. Jika dikurangi taksiran biaya penuh sesuai perhitungan dengan metode cost plus price menjadi Rp. Oleh karena itu, sebaiknya pedagang menghitung harga pokok produksi dalam menentukan harga jual yang tepat sesuai dengan teori akuntansi yang ada agar pedagang tidak menetapkan harga yang terlalu tinggi, namun tetap mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu pedagang perlu menghitung biaya produksi dan menentukan harga jual yang tepat sesuai dengan teori akuntansi yang ada, agar pedagang tidak menetapkan harga yang terlalu tinggi dan tetap mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa rata-rata pedagang di Taman Sangkareang menetapkan harga melebihi harga jual yang diperoleh melalui perhitungan cost plus price. Pola serupa terjadi pada perhitungan biaya produksi, yaitu tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja langsung sebagai bagian dari biaya produksi, sehingga terjadi kesalahan dalam penentuan harga jual yang tidak memadai dibandingkan dengan metode cost-plus price.

Harga jual yang ditentukan dealer lebih tinggi dari perhitungan harga jual dengan metode cost and price. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kesalahan dalam perhitungan biaya produksi sehingga penentuan harga jual tidak memadai untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan pedagang.

PENUTUP

Kesimpulan

Sangkareang Park Hawkers terdiri dari 24 orang pedagang usia produktif dengan ragam usaha mulai dari pedagang makanan berat yaitu penjual sate, pedagang makanan ringan yaitu penjual cilok, pedagang mainan yaitu penjual baling-baling hingga pedagang minuman yaitu penjual es blender. Tidak ada persentase margin yang jelas yang digunakan dalam menentukan harga jual oleh pedagang, sehingga keuntungan yang diperoleh tidak dapat ditentukan.

Saran

Andre Henri Slat, "Analisis Biaya Produk Menggunakan Metode Biaya Penuh dan Penentuan Harga Jual", Jurnal EMBA, Vol. Hubaidillah, “Kegiatan Transaksi Khas Pedagang Cinderamata Lombok Di Kota Mataram Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”, Skripsi, IAIN Mataram, 2015. Nurazizah, “Penentuan Harga Jual Beli Mutiara Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam, Studi Kasus di Karang Lingkungan Genteng, Desa Pagutan, Kota Mataram”, Skripsi, IAIN Mataram, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

"Kajian Teologis Dalam Novel Dari Jendela Hauzah karya Otong Sulaeman dan Relevansinya Terhadap Kehidupan Modern" ini, telah disusun dengan sungguh-sungguh