• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Proposal Disertasi Pengembangan Instrumen Pengukur Higher Order ... - Uny

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Proposal Disertasi Pengembangan Instrumen Pengukur Higher Order ... - Uny"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut, terdapat tiga keterampilan dasar dan utama yang harus dikembangkan dalam ranah kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu keterampilan literasi, matematika, dan sains, tanpa mengabaikan keterampilan siswa pada bidang afektif dan psikomotorik (Pometia). , 2019). Siswa membutuhkan HOTS untuk menghadapi matematika tingkat tinggi pada jenjang pendidikan berikutnya (Subia dkk, 2020). Pada kurikulum 2013, penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa berpikir luas dan mendalam tentang suatu mata pelajaran (Widana, dkk., 2019).

Guru harus mampu menerapkan dan menguji siswa melalui soal HOTS untuk mengukur kompetensi siswa (Susanti, 2019). Buku teks dan LKPD yang digunakan siswa di Indonesia belum mengembangkan HOTS siswa. Bagi guru matematika, instrumen soal HOTS yang valid dan praktis dapat digunakan untuk mengukur kemampuan HOTS siswa dan sebagai acuan untuk mengembangkan instrumen soal HOTS.

Dalam taksonomi Bloom terdapat enam tingkatan berpikir dalam berpikir siswa, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).

Tabel 1. Hasil Pengukuran HOTS Matematika Peserta Didik di  Indonedia berdasarkan Hasil PISA
Tabel 1. Hasil Pengukuran HOTS Matematika Peserta Didik di Indonedia berdasarkan Hasil PISA

Instrumen Pengukur HOTS

Dengan HOTS, Anda dapat membedakan ide atau pemikiran dengan jelas, dapat berargumen dengan baik, dapat memecahkan masalah, dapat mengkonstruksi penjelasan, dapat membuat hipotesis dan dapat memahami hal-hal yang kompleks dengan lebih jelas (Iskandar, 2015). Widodo & Kadarwati (2013) menyatakan bahwa HOTS dapat dipelajari, HOTS dapat diajarkan, dan melalui HOTS keterampilan dan karakter dapat ditingkatkan. Lebih lanjut Widodo & Kadarwati (2013) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang cenderung hafalan dan pembelajaran HOTS yang menggunakan pemikiran tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti metakognitif merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi (Widodo & Kadarwati, 2013:162). Dengan demikian, berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas di mana algoritma belum dipelajari, yang memerlukan pembenaran atau penjelasan dan mungkin memiliki lebih dari satu solusi yang mungkin (Lewy et al, 2009). mengukur keterampilan 1) mentransfer satu konsep ke konsep lain, 2) mengolah dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari hubungan antar potongan informasi yang berbeda, 4) menggunakan informasi untuk memecahkan masalah (problem solver), dan 5) menganalisis ide dan informasi secara holistik. . Oleh karena itu, soal HOTS menguji kemampuan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Widana, dkk., 2019).

Dilihat dari dimensi pengetahuan, soal HOTS umumnya mengukur dimensi metakognitif, bukan hanya dimensi faktual, konseptual, atau prosedural. Dimensi proses berpikir dalam taksonomi Bloom sebagaimana disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl (2001) terdiri atas kemampuan: mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating). - C5) dan kreasi (kreasi-C6). Soal HOTS umumnya mengukur kemampuan pada bidang menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6).

Kata kerja operasional (OPs) dalam pengelompokan Taksonomi Bloom menggambarkan proses berpikir, bukan kata kerja dalam permasalahan. Ketiga kemampuan berpikir yang lebih tinggi (menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) penting dalam memecahkan masalah, mentransfer pembelajaran dan kreativitas (Widana, dkk., 2019). Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi rangsangan yang digunakan untuk menulis soal HOTS (Widana, 2017).

Karakteristik Soal HOTS

Widana, dkk., (2019) menekankan bahwa stimulus soal HOTS harus mampu memotivasi siswa untuk menafsirkan dan mengintegrasikan informasi yang disajikan, dan bukan hanya sekedar membaca. Ketika suatu soal yang semula merupakan soal HOTS diujikan secara berulang-ulang kepada peserta tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi hafal dan teringat. Distraksi adalah jawaban yang tidak benar namun dapat membodohi seseorang untuk memilihnya jika tidak menguasai materi/topik dengan baik.

Siswa diminta mencari jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan stimulus/pembacaan dengan menggunakan konsep pengetahuan yang dimilikinya dan menggunakan logika/penalaran. Soal pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan secara komprehensif yang berkaitan dengan satu pernyataan dan pernyataan lainnya. Siswa diberikan beberapa pernyataan terkait stimulus/pembacaan, setelah itu siswa diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.

Jika siswa menjawab semua pernyataan yang diberikan dengan benar maka mendapat skor 1, atau jika ada kesalahan pada salah satu pernyataan mendapat skor 0 (Widana, 2017). Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 (Widana Uraian. Pertanyaan deskriptif adalah pertanyaan yang jawabannya mengharuskan siswa mengorganisasikan ide atau benda, yang dipelajarinya dengan cara menyajikan atau mengungkapkan ide Ia menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

Dengan menuliskan soal dalam bentuk uraian, maka penanya harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan cakupan jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban atau rincian jawaban yang dapat diberikan siswa. . Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab siswa dengan benar diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Jadi skor untuk soal yang berbentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan poin setiap langkah secara bersamaan. . atau kata kunci yang dijawab siswa dengan benar (Widana, 2017).

Langkah-langkah Penyusunan Soal HOTS

Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah, seperti Ujian Sekolah (USA), yang disarankan hanya 2 bentuk soal HOTS, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian. Format soal dipilih karena jumlah peserta Amerika umumnya cukup banyak, sedangkan penilaian harus diselesaikan dan hasilnya diumumkan secepat mungkin. Dengan demikian, bentuk soal yang paling mungkin adalah soal pilihan ganda dan uraian, sedangkan untuk penilaian harian dapat disesuaikan dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran (Widana, 2017).

Pemilihan bentuk soal sebaiknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu penilaian pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran dan penilaian sebagai pembelajaran (Widana, 2017). Guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis KD yang darinya dapat dihasilkan pertanyaan-pertanyaan HOTS (Widana, dkk., 2019). Jaringan Penulisan Soal HOTS bertujuan untuk membantu guru menulis soal HOTS.

Jadwal ini diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) menentukan kemampuan minimal KD yang dapat dibuat dalam soal HOTS, (b) memilih materi pokok terkait KD yang akan diujikan, (c) merumuskan indikator soal, dan ( d) menentukan tingkat kognitif (Widana, dkk., 2019). Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus tersebut harus mampu mendorong siswa untuk membaca stimulus tersebut. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan realitas kehidupan sehari-hari, yang mendorong siswa untuk membaca.

Dalam mempersiapkan rangsangan soal HOTS, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) memilih beberapa informasi berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dan lain-lain, yang berkaitan dengan kasus; (2) stimulus harus memerlukan kemampuan menafsirkan, menemukan hubungan, menganalisis, menalar, atau mencipta; (3) memilih contoh/masalah yang kontekstual dan menarik (kekinian) yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian pada mata pelajaran bahasa, sejarah mungkin tidak kontekstual); dan (4) berkaitan langsung dengan pertanyaan (mata pelajaran) dan fungsinya (Widana et al., 2019). Aturan penulisan soal HOTS pada dasarnya hampir sama dengan aturan penulisan soal pada umumnya. Sementara itu, kunci jawaban soal pilihan ganda dan short entry telah dikembangkan (Widana dkk., 2019).

Alam dan Budaya Papua

Berbagai jenis burung cendrawasih banyak ditemukan di Papua, itulah sebabnya Papua dikenal sebagai negeri cendrawasih. Burung Cenderawasih merupakan salah satu satwa endemik yang hanya terdapat di Pulau Papua dan mempunyai peranan penting dalam adat istiadat budaya suku-suku di Papua (Welianto, 2020). Terdapat lebih dari 250 suku yang tinggal di Papua dan masing-masing suku mempunyai ciri khas tenun nokennya masing-masing.

Selain sebagai simbol perdamaian, noken juga mempunyai makna menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, hal ini terlihat dari bahan dan proses produksinya yang sangat ramah terhadap lingkungan.

Pendekatan Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Penelitian

Prosedur Pengembangan

Tujuan penyusunan ini adalah untuk memandu teori dalam konstruksi instrumen, bentuk instrumen, penilaian serta makna hasil penilaian pada instrumen yang akan dikembangkan. Tujuan penyusunan instrumen pada penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen pengukuran HOTS Matematika berbasis alam dan budaya Papua. Teori-teori yang relevan digunakan untuk membuat konstruk yang merupakan indikator suatu variabel yang akan diukur.

Dalam penelitian ini konsep matematika yang akan dikembangkan untuk instrumen pengukuran HOTS dibatasi pada tingkat SMP yang dikembangkan berdasarkan alam dan budaya Papua. Terdapat empat konteks alam dan budaya Papua yang digunakan untuk mengembangkan instrumen pengukuran HOTS dalam penelitian ini, yaitu: Tari Yosim Pancar, Rumah Honai, Burung Cenderawasih dan Noken. Validasi ini dilakukan dengan menyerahkan kisi-kisi, elemen instrumen, dan lembar kepada ahli untuk ditinjau secara kuantitatif dan kualitatif.

Para ahli akan mengkaji relevansi indikator dengan tujuan pengembangan instrumen, relevansi indikator dengan cakupan materi atau relevansi teori, mengkaji relevansi instrumen dengan indikator butir soal, mengkaji kebenaran konsep soal, pandangan kebenaran isi, kebenaran kunci (pada ujian), bahasa dan budaya. Ketiga ahli dalam penelitian ini adalah ahli pendidikan matematika, ahli psikometri, dan ahli budaya Papua. Setelah diperoleh instrumen yang benar-benar valid, tahap selanjutnya adalah perakitan setiap elemen instrumen kemudian penyusunan secara lengkap dan persiapan pengujian.

Tes ini dilakukan terhadap siswa yang berkorespondensi dengan siswa yang dijadikan subjek penelitian. Pemilihan item dalam perakitan alat ini hendaknya mempertimbangkan beberapa karakteristik yang diinginkan dalam penelitian ini, yaitu tingkat kesulitan item dan kesesuaian konteks dengan alam dan budaya Papua. Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu diberikan petunjuk cara mengerjakan instrumen untuk memudahkan tanggapan siswa.

Instrumen Penelitian

Instrumen Tes

Lembar Validasi

Teknik Pengumpulan Data

Tes Tertulis

Instrumen tes terdiri dari soal-soal materi matematika SMA berbentuk uraian yang mengacu pada indikator keterampilan HOTS siswa.

Validasi

Teknik Analisis Data

  • Validitas Instrumen Soal HOTS
  • Analisis Data Hasil Kemampuan HOTS Peserta Didik
  • Estimasi Reliabilitas Instrumen Soal HOTS
  • Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal HOTS
  • Uji Daya Pembeda Instrumen Soal HOTS
  • Menentukan Kualitas Instrumen Soal HOTS

Untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kesukaran soal, dapat menggunakan kriteria berdasarkan indeks kesukaran (p), seperti terlihat pada Tabel 6. Tingkat keterbedaan adalah kemampuan soal tes dalam membedakan siswa yang mempunyai prestasi akademik tinggi atau kelompok yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang prestasi akademiknya rendah atau berada pada kelompok yang lebih rendah. Langkah terakhir dalam penelitian pengembangan instrumen soal HOTS adalah menentukan apakah kualitas instrumen soal sudah baik atau belum.

Untuk itu, hasil validitas, reliabilitas, kesukaran dan daya pembeda setiap soal dirangkum dengan menggunakan kriteria pada Tabel 8. Proses penyelesaian soal berpikir tingkat tinggi materi aljabar siswa SMA dinilai berdasarkan kemampuan Matematika siswa. Mengembangkan Alat Soal ESAI Tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) Materi Struktur Dan Fungsi Organ Pada Tumbuhan Kelas XI SMAN 1 Tumpang.

Pengembangan soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi barisan bilangan dan deret pada kelas IX SMA akselerasi Xaverius Maria Palembang. Kesulitan Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Tinggi Siswa Kelas XII Pendidikan Biologi SMA Negeri 1 Gowa. Tingkat kognitif sebagai alat ukur kemampuan berpikir tingkat tinggi pada lulusan matematika SMA Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).

Tabel 7.  Kriteria Indeks Diskriminasi  Indeks
Tabel 7. Kriteria Indeks Diskriminasi Indeks

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengukuran HOTS Matematika Peserta Didik di  Indonedia berdasarkan Hasil PISA
Gambar 1.  Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi   Resnick  (1987)  mendefinisikan  higher  order  thinking  skill  sebagai  berikut:
Tabel 2.  Perbedaan Taksonomi Bloom yang Lama dan yang Baru  (Anderson & Krathwohl, 2001)
Tabel 3.  Domain Proses Kognitif (Direktorat Pembinaan SMA, 2017)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Manajemen Rantai Pasok pada Home Industry Gethuk Presiden Di Sragen.. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan,