PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan juga erat kaitannya dengan bentuk implementasi dalam mempertanyakan kebijakan yang dilaksanakan untuk mewujudkan keberadaannya. Inti permasalahan implementasi kebijakan adalah bagaimana kebijakan tersebut dibuat dan apakah kebijakan tersebut dibuat sesuai dengan ketersediaan sumber daya.
Teori Implementasi Kebijakan Menurut Para Ahli
- Implementasi Kebijakan Sabatier dan Mazmanian
- Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn
- Model Politik Administrasi dari Grindle
- Implementsi kebijakan menurut Edwards III
- implementasi Kebijakan Soren C. Winter
Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Van Meter dan Van Horn disebut model implementasi kebijakan. Kinerja implementasi kebijakan diukur dari tingkat keberhasilan dan juga ukuran serta tujuan kebijakan yang bersifat realistis untuk sosial budaya yang ada pada level implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan biasanya akan gagal (frustasi) jika pelaksana (pejabat) sama sekali tidak mengetahui standar dan tujuan kebijakan.
Kurangnya atau terbatasnya pendanaan atau insentif lain untuk implementasi kebijakan merupakan kontributor utama kegagalan implementasi kebijakan. Oleh karena itu, kemungkinan implementasi kebijakan yang efektif sangat ditentukan oleh komunikasi yang akurat dan konsisten dengan para pelaksana kebijakan (akurasi dan konsistensi). Sebab, sesukses apa pun implementasi kebijakan, bisa saja gagal (frustrasi) jika para pelaksana (pejabat) tidak sepenuhnya menyadari standar dan tujuan kebijakan tersebut.
Faktor selanjutnya adalah proses penerapan kebijakan organisasi dan antar organisasi yang ditandai dengan komitmen dan koordinasi (Winter, 2003). Dengan demikian, proses implementasi kebijakan tercapai pada titik optimal dalam mewujudkan kebutuhan dan kepentingan.
Pengembangan Komoditas
Untuk mendukung pengembangan potensi tersebut diperlukan analisis komprehensif yang mencakup beberapa aspek penting, seperti (1) penentuan komoditas unggulan yang tepat, sesuai dengan data produksi yang ada; (2) mengetahui komoditas mana yang sebenarnya paling disukai oleh pemangku kepentingan sebagai pelaku, sehingga dapat ditentukan kebijakan yang dapat mendukung keberhasilan program pengembangan komoditas; dan (3) analisis kesesuaian lahan untuk komoditas yang ada, upaya ini penting untuk dapat memetakan secara jelas daya dukung dan lingkungan yang ada. Penentuan komoditas unggulan suatu daerah merupakan sebuah keniscayaan mengingat komoditas yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas serupa di daerah lain merupakan komoditas yang dibudidayakan secara efisien baik dari segi teknologi maupun sosial ekonomi. Selain itu, kemampuan suatu daerah dalam memproduksi dan memasarkan komoditas yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim di suatu wilayah tertentu juga sangat terbatas.
Komoditas unggulan merupakan suatu komoditas yang mempunyai potensi yang dipandang mampu bersaing dengan produk serupa di daerah lain karena selain mempunyai keunggulan komparatif juga mempunyai efisiensi usaha yang tinggi (Tambunan dalam Nadira, 2004). Keunggulan suatu komoditas juga dapat dibedakan menjadi dua indikator, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada sehingga dapat membedakannya dengan daerah lain.
Kerangka Pikir
Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang mempunyai peluang pemasaran yang tinggi sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang dimiliki suatu organisasi untuk mampu bersaing dengan daerah lain. Berdasarkan pendapat di atas mengenai kawasan komoditas, maka dipandang perlu untuk mengembangkan kawasan komoditas di kabupaten tersebut untuk meningkatkan taraf hidup petani.
Proses implementasi kebijakan pembangunan melibatkan perilaku organisasi dan antar organisasi, tingkat bawah dan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan keberhasilan program, dalam hal ini implementasi kebijakan program pengembangan sumber daya di wilayah distrik strategis di Kabupaten Bone.
Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Penelitian
Dimensi perilaku kelompok sasaran merupakan tanggapan positif dan tanggapan negatif, sikap dan tindakan yang ditunjukkan dalam pelaksanaan kebijakan program pengembangan komoditas di kawasan strategis kabupaten, yang ditunjukkan kepada kelompok sasaran yaitu kelompok tani/masyarakat petani. Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya juga menjadi prioritas, karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kabupaten/kota bagi keberhasilan pelaksanaan kebijakan pengembangan komoditas.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Jenis danTipe Penelitian
- Sumber Data
- Informan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Keabsahan Data
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan gambaran pengembangan sumber daya di kawasan strategis di Kabupaten Bone. Salah satu faktor yang memahami implementasi kebijakan program pengembangan sumber daya di kawasan strategis di Kabupaten Bone adalah perilaku birokrasi tingkat bawah dalam dimensinya yaitu diskresi. Apalagi perilaku birokrasi tingkat bawah yang dimaksud di sini adalah kemampuan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan Badan Pertimbangan Desa (BPD) dalam melaksanakan program pengembangan sumber daya di wilayah kecamatan strategis di Kabupaten Bone.
Kemampuan LKD, LPMD dan BPD sebagai pelaksana program pengembangan sumber daya di kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Bone menjadi bekal dalam program ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan program pengembangan komoditas di kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Bone adalah perilaku kelompok sasaran dalam dimensinya yaitu respon positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap implementasi kebijakan program pengembangan sumber daya pada kawasan strategis di Kabupaten Bone.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Profil Kabupaten Bone
Berpegang pada semboyan sumange 'teallara' (kuat dalam keyakinan kuat akan persatuan), Kabupaten Bone akan menjadi pemerintahan dan masyarakat yang mampu menghadapi segala tantangan sehingga mampu bersaing di era globalisasi. Kabupaten Bone juga merupakan salah satu daerah di pesisir timur Sulawesi Selatan yang mempunyai posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di wilayah Indonesia Timur. Berdasarkan data Kabupaten Bone tahun 2018 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone sebanyak 738.515 jiwa, terdiri dari 27 kelurahan dan 372 desa/kelurahan.
Jumlah penduduk Kabupaten Bone berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2018 sebanyak 754.894 jiwa, terdiri dari 360.971 jiwa penduduk laki-laki dan 393.923 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bone mencapai 166 jiwa/km2 pada tahun 2018. Kepadatan penduduk di 27 kecamatan cukup beragam, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tanete Riattang dengan kepadatan 2.235 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Bontocani sebesar 34 jiwa/km2 d. Visi dan Misi Kabupaten Bone. Daya saing berarti mewujudkan kemampuan masyarakat Kabupaten Bone dalam memanfaatkan keunggulan inovatif, komparatif dan kompetitif berbasis sumber daya lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sehingga mampu bersaing dalam kancah regional, nasional bahkan internasional.
Profil Kawasan Strategi Kabupaten (KSK)
- Profil Kecamatan Palakka
- Profil Kecamatan Awangpone
- Profil Kecamatan Barebbo
Kecamatan Awangpone merupakan ibu kota Kabupaten Bone dan merupakan salah satu dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Bone. Kata Awangpon pada mulanya terdiri dari beberapa wanua, yang pada awal terbentuknya Kerajaan Bona (1330) disebut Tanete Riawang yang artinya "Lompo" atau lapangan luas yang terletak di sebelah utara Bona, sehingga menjadi Kecamatan yang sekarang disebut Kecamatan Awangpone yang ibukota kecamatannya terletak di Lappoase yang berarti lumbung padi. a) Kondisi geografis dan topografi. Topografi Kecamatan Awangpone merupakan daerah datar dengan jarak 7 km2 dari ibu kota kabupaten ke ibu kota kabupaten.
Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan TelluSiatinge, Kecamatan Amali dan Kecamatan Cenrana, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palakka, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Kecamatan Barebbo merupakan ibu kota Kabupaten Bone dan salah satu dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Bone. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur dan Kecamatan Palakka, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibulue dan Kecamatan Cina, di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ponre.
Sumber Daya Alam
Tanaman pangan dan palawija tertinggi terdapat di Kecamatan Barebbo seluas 28.049 Ha, kemudian Kecamatan Awangpone 9.090 Ha, dan. Produksi tanaman pangan dan palawija tertinggi di masing-masing kecamatan terdapat di Kecamatan Barebbo dengan total produksi sebesar 57.209 ton, disusul awangpone sebesar 42.170 ton, dan. Usaha pemancingan tambak di wilayah KSK hanya terdapat di Kecamatan Awampone dan Barebbo yang merupakan wilayah pesisir.
Sedangkan di Kecamatan Barebbo luas tambaknya hanya 247 Ha yang juga didominasi oleh tambak rumput laut seluas 152 ha. Jika dibandingkan, terlihat produktivitas perikanan tambak di Kecamatan Barebbo lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Awampone. Luas wilayah Kecamatan Barebbo lebih kecil dibandingkan Kecamatan Awampone namun dari segi produksi Kecamatan Barebbo lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Awampone.
Hasil Penelitian
- Perilaku organisasi dan antarorganisasi (organizational
- Perilaku Birokrasi Level Bawah (Street Level
- Perilaku Kelompok Sasaran (target grup behavior
Salah satu aspek keberhasilan implementasi kebijakan program pengembangan sumber daya di kawasan strategis Kabupaten Bone adalah perilaku organisasi dan antar organisasi yang mencakup dua komponen yaitu komitmen dan koordinasi. Komitmen organisasi merupakan kesepakatan bersama dengan instansi terkait dalam menjaga stabilitas organisasi dan jaringan antar organisasi yang ada dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pengembangan komoditas pada kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Bone, sedangkan kawasan strategis kecamatan yang disebutkan di sini. Bentuk komitmennya adalah komitmen tertulis, yang dimaksud dengan komitmen tertulis adalah berupa surat keputusan yang memerintahkan bupati kepada instansi atau dinas terkait untuk melaksanakan program pengembangan komoditas di kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Bone.”
Makna dari wawancara ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Awangpone berkomitmen melaksanakan program pengembangan komoditas di kawasan strategis yang sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan dan pendapatan para petani, peternak, perikanan dan perkebunan. Hasil wawancara dapat diartikan bahwa pelaksanaan program pengembangan bahan baku telah direalisasikan dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dan berkomitmen untuk melaksanakannya sesuai dengan pengembangan bahan baku untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di distrik Barebbo. Sedangkan reaksi negatifnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui/memahami program pengembangan komoditas unggulan di kawasan KSK.” (Hasil wawancara SR, 18 November 2019).
KESIMPULAN
Kesimpulan
Barebbo mempunyai potensi dan prospek dalam meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan pembangunan wilayah di Kabupaten Bone. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya sistem koordinasi dalam penyediaan data dan informasi mengenai barang premium yang dimiliki KSK di Kabupaten Bone. Perilaku birokrasi tingkat bawah dilaksanakan melalui perilaku birokrasi tingkat bawah yang diskresi berdasarkan kemampuan Lembaga Masyarakat Desa (LKD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melaksanakan program.
Perilaku kelompok sasaran dilaksanakan berdasarkan reaksi positif dan negatif. Respon kelompok tani/masyarakat tani terhadap program ini sangat baik dan masyarakat sangat mendukung program ini karena dengan program ini masyarakat bisa bertani, beternak, dan menangkap ikan dengan baik. tepat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah KSK Kabupaten Bone.
Saran
Meningkatkan hubungan komunikasi dengan masyarakat agar masyarakat lebih memahami cara pengembangan bahan baku unggul di wilayah KSK, serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga LKD, LPMD dan BPD, sehingga bersama-sama kita dapat mencapai tujuan utama. Parawangi, Anwar, 2011; Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Daerah di Kabupaten Bone). Wawancara Andi Asman Sulaiman S.Sos, MM, Camat Palakka, di Kantor Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone.
Wawancara dengan pengelola produksi perkebunan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bone (Bone, 13 November 2019). Wawancara Kepala Bidang Produksi dan Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bone, (Bone, 13 November 2019). Wawancara dengan salah satu kelompok tani di Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone, Bapak. Ari (Tulang 21 November 2019).