BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif dimana peneliti terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data radi awal hingga akhir penelitian. Kemudian data yang telah didapat diolah secara sistematis dan logis, yaitu dengan menggambarkan kenyataan dan keadaan yang terjadi pada objek penelitian secara apa adanya, yang diperoleh baik dari subyek
54
peneliti maupun informasi penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun tahap dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data, yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti merekam semua data yang diperoleh dan kemudian memilih hal-hal yamg pokok dan memfokuskan sesuai dengan fokus penelitian. Dengan demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang lebih jelas mengenai pengembangan komoditas pada kawasan stratgi kabupaten di kabupaten bone. Khusunya di Kec. Palakka, Kec. Awangpone dan Kec. Barebbo.
2. Penyajikan Data (data display)
Setelah data dirangkum peneliti akan menyajikan data dalam bentuk suatu uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan jenisnya, sehingga peneliti akan lebih muda menjelaskan mengenai hal yang telah diteliti dan dapat menarik sebuah kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan (conclution drawing and verification)
Langkah ketiga dari analisis dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Yaitu dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan gambaran mengenai pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Khusunya di Kec.Palakka, Kec.
Awangpone dan Kec. Barebbo.
55 G. Pengabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan trianggulasi. Dimana triangulasi bermakna saling dengan mengadakan pengecekan akan keberadaan data yang dikumpulkan dari sumber data menggunakan teknik pengumpulan data yang lain dan melakukan pengecekan pada waktu yang berbeda.
1. Triangulasi Sumber
Teriangulasi sumber dalam hal ini peneliti melakukan triangulasi sumber dengan cara mencari informasi dari sumber lain atas informasi yang didapat dari informasi sebelumnya.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode untuk menguji akuratnya sebuah data maka peneliti menggunakan trianggulasi metode menggunakan teknik yang berbeda dengan teknik yang digunakan sebelumnya.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data penelitian.
56 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Kabupaten Bone
Kabupaten Bone adalah salah satu Daerah otonom di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak dikota Watampone. Dengan berpegang motto sumange’ teallara’ (teguh dalam keyakinan kukuh dalam kebersamaan), Kabupaten Bone akan menjadi pemerintah dan masyarakat yang mampu menghadapi segala tantangan sehingga dapat bersaing di era globalisasi.
Kabupaten Bone juga sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir timur Sulawesi selatan yang memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan Indonesia Timur. Kabupaten Bone memiliki luas 4.559 km² dengan rincian lahan sebagai berikut:
Tabel 4.1: Rincian Lahan
No Nama Lahan Luas Lahan
1 Persawahan 88.449 Ha
2 Ladang 120.525 Ha
3 Tambak 11.148 Ha
4 Perkebunan Negara/Swasta 43.052,97 Ha
5 Hutan 145.037 Ha
6 Padang rumput dan lainnya 10.503, 48 Ha
57 a. Administrasi Pemerintah
Kabupaten Bone memiliki warisan budaya dan kaya dengan pesan moral.
Pesan kemanusian yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu dalam menghadapi kehidupan, dan menjawab berbagai tantangan pembangunan.
Secara Administratif kabupaten ini terletak 174 km kearah timur Kota Makassar, berada pada posisi 4013‟-5006‟ Lintang Selatan dan antara 119042'-12040‟ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep dan Barru.
58 b. Pembagian Administratif
Berdasarkan data Kabupaten Bone dalam Angka Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone sekitar 738.515 jiwa, terdiri dari 27 Kecamatan dan 372 Desa/Kelurahan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tabel 4.2: Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kabupaten Bone 2018
Kecamatan
Jumlah Kelurahan/
Desa
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(km2)
(%) Terhadap
Total
(Ha)
(%) Terhadap
Total
Bontocani 11 46,335 10.16 241.82 2.24
Kahu 20 18,950 4.16 595.85 5.52
Kajuara 18 12,413 2.72 491.11 4.55
Salomekko 8 84,91 1.86 222.22 2.06
Tonra 10 20,032 4.39 187.31 1.73
Patimpeng 11 13,047 2.86 244.93 2.72
Libureng 20 34,425 7.55 482.59 4.47
Mare 18 26,350 5.78 367.62 3.42
Sibulue 20 15,580 3.42 273.42 4.38
Cina 12 14,750 3.24 395.14 3.66
Barebbo 18 11,420 2.50 387.82 3.59
Ponre 9 29,300 6.43 203.02 1.88
Lappariaja 9 13,800 3.03 362.60 3.36
Lamuru 12 20,800 4.56 395.87 3.66
Tellu limpoe 11 31,810 6.98 210.08 1.94
Bengo 9 16,400 3.60 395.80 3.66
Ulaweng 15 16,167 3.55 380.69 3.52
59
Palakka 15 11,532 2.53 341.22 3.16
Awangpone 18 11,070 2.43 421.41 3.90
Tellu siattinge 17 15,930 3.49 591.76 5.48
Amali 15 11,913 2.61 326.77 3.03
Dua Boccoe 22 13,900 3.05 421.61 3.90
Ajangale 12 14,490 3.18 454.87 4.21
Cenrana 16 14,360 3.15 339.09 3.14
T.Riattang Barat 8 5,368 1.18 637.56 5.90
Tanete Riattang 8 2,379 0.52 701.38 6.49
T.Riattang Timur 8 4,888 1.07 528.53 4.89
Jumlah 372 455,900 100 10,082 100
Sumber: BPS, Kabupaten Bone dalam Angka 2018
c. Jumlah Penduduk
Penduduk Kabupaten Bone berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 754.894 jiwa yang terdiri atas 360.971 jiwa penduduk laki-laki dan 393.923 jiwa penduduk perempuan. Dibadingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2017, penduduk Bone mengalami pertumbuhan sebesar 0,52 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 91,63.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Bone tahun 2018 mencapai 166 jiwa/km2 kepadatan penduduk di 27 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Tanete Riattang dengan kepadatan sebesar 2,235 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan bontocani sebesar 34 jiwa/km2 d. Visi Misi Kabupaten Bone
1) Visi Kabupaten Bone adalah “Masyarakat Bone yang Mandiri, Berdaya Saing, dan Sejahtera”. Mandiri yaitu kemampuan nyata pemerintah daerah
60
dan masyarakatnya dalam mengatur dan mengurus kepentingan daerah/rumah tangganya sendiri menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya termasuk didalamnya upaya yang sungguh-sungguh secara bertahap mampu mengurangi ketergantungan terhadap pihak-pihak lain namun tetap melakukan kerja sama dengan daerah-daerah lain yang saling menguntungkan. Berdaya saing yaitu mengandung makna terwujudnya kemampuan masyarakat Kabupaten Bone untuk memanfaatkan keunggulan inovasi, komparatif dan kompetitif yang berbasis sumber daya lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga mampu besaing secara regional, nasional bahkan internasional. Sejahtera yaitu mengandung makna semakin masyarakat dalam memenuhi kebetuhan dasar yang berkelanjutan dalam aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, sosial budaya, lingkungan hidup yang dilingkupi dengan suasana kehiupan yang religius, aman dan kondusif serta didukung infrastruktur dan tata kelolah pemerintah yang baik.
2) Misi, dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut:
a) Meningkatkan tata kelolah pemerintah yang baik, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN).
b) Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
c) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya.
61
d) Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasisi desa dan kawasan pedesaan.
e) Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah dalam peningkatan pelayanan public.
f) Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni budaya dalam kemajemukan masyarakat.
B. Profil Kawasan Strategi Kabupaten (KSK)
Kawasan Strategi Kabupaten yang dimaksud adalah ada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Palakka, Kecamatan Awangpone dan Kecamatan Barebbo.
1. Profil Kecamatan Palakka
Kecamatan Palakka merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah satu dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupaten Bone. Kata Palakka sendiri mempunyai arti menang dan arti sejarahnya yaitu tangga untuk menuju kemenangan dan tangga untuk menduduki singasana kerajaan (pada zaman kerajaan) sehingga menjadi sebuah Kecamatan yang saat ini bernama Kecamatan Palakka, yang Ibukota Kecamatannya terletak di Ureng.
a) Keadaan Geografis dan Topografi
Keadaan topografi Kecamatan Palakka merupakan daerah berbentuk dataran yang mempunyai jarak tempuh 14 km dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Palakka terdiri dari 15 Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Palakka memiliki luas wilayah 11,532 km2 dengan kordinat geografis berada pada 40 30‟27” LS dan 1200 12‟52”
62
BT dengan ketinggian rata-rata 114 Mdpl. sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Awangpone dan Kecamatan Tellu Siattingnge, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Barebbo dan Kecamatan Ponre, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulaweng.
2. Profil Kecamatan Awangpone
Kecamatan Awangpone merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah satu dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupaten Bone. Kata Awangpone mulanya terdiri dari beberapa wanua yang pada awal terbentuknya kerajaan Bone (1330) bernama Tanete Riawang yang artinya suatu “Lompo” atau padang yang luas terletak disebelah Utara Bone sehingga menjadi sebuah Kecamatan yang saat ini bernama Kecamatan Awangpone yang Ibukota Kecamatan Terletak di Lappoase dengan arti Lumbung padi.
a) Keadaan Geografis dan Topografi
Keadaan topografi Kecamatan Awangpone merupakan daerah berbentuk dataran yang mempunyai jarak tempuh 7 Km2 dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Awangpone terdiri dari 18 Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Awangpone memiliki luas wilayah 11,070 km2 dengan kordinat Geografis berada pada 4028‟36” LS dan 120018‟01” BT dengan ketinggian rata-rata 40 Mdpl. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan TelluSiatinge, Kecamatan Amali dan Kecamatan Cenrana, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palakka, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Timur,
63
dan Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang Barat.
3. Profil Kecamatan Barebbo
Kecamatan Barebbo merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah satu dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupten Bone. Dikatakan Barebbo karena terkenal dengan panen padinya pada musim rendengan (Bare) karena apabila panenya berhasil dapat mencukupi kebetuhan seluruh Kabupaten Bone khususnya padi, yang akhirnya menjadi sebuah Kecamatan yang saat ini bernama Kecamatan Barebbo, yang Ibukota Kecamatan terletak di desa Apala.
a) Keadaan Geografis dan Topografi
Keadaan topografi Kecamatan Barebbo merupakan Kategori Lokasi Pesisir yang mempunyai jarak tempuh 10 Km2 dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Barebbo terdiri dari 18 Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Barebbo memiliki luas wilayah 11,420 Km2 dengan kordinat geografisnya berada pada 40 36‟33” LS dan 1200 18‟53” BT dengan ketinggian rata-rata 40 Mdpl. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur dan Kecamatan Palakka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibulue dan Kecamatan Cina, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ponre.
64 C. Sumber daya alam
Secara geografis, Kawasan Strategi Kabupaten berada pada jasirah sebelah Timur Kabupaten Bone. Terletak pada posisi 04023‟ – 04037 LS dan 12012‟ – 120023‟ BT dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tellu Siattinge, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cina dan Sibulue, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulaweng dan sebelah Timur berbatasan dengan Tanete Riattang Barat dan Teluk Bone.
Kondisi topografi KSK berada pada ketinggian 0 – 25 m (7.862 Ha), 25 – 100 m (17.825 Ha), 100 – 500 m (10.768 Ha). Keadaan jenis Tanahnya yaitu berupa Allufial 4.110 Ha, Gleihumus 1.902 Ha, Regosol 170 Ha, Grumusol 2.855 Ha, Rasial dan Litosol 4.052 Ha dan Mediteran 23.208 Ha. Luas Wilayah KSK adalah 340,30 km2 atau 7,46% dari luas Kabupaten Bone. Secara administratif terbagi atas 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Palakka, Kecamatan Awangpone, dan Kecamatan Barebbo.
Jumlah Desa/Kelurahan KSK Sebanyak 51 yang dirincikan pada table dibawah ini:
Tabel 4.3: Jumlah Desa/Kelurahan KSK
No
Kec.Barebbo Kec.Awangpone Kec.Palakka Desa
Luas (Km2)
Desa
Luas (Km2)
Desa
Luas (Km2)
1 Cempaniga 4,63 Buluampare 4,15 Siame 4,31
2 Bacu 5,30 Carebbu 5,10 Cinennung 11,04
3 Cingkang 4,32 Abbanuang 4,73 Pasempe 9,76
4 Congko 4,58 Paccing 7,01 Lemoape 15,14
65
5 Cinnong 5,50 Maccope 11,06 Usa 9,33
6 Lampoko 6,00 Mallari 7,57 Ureng 4,66
7 Wollangi 7,46 Kading 7,71 Mico 10,57
8 Kajaolaliddong 4,70 Cakke Bone 3,90 Bainag 4,97
9 Samaelo 3,98 Lappoase 5,36 Passipo 6,88
10 Parippung 7,51 Cumpiga 4,50 Tanah
Tengah
7,10
11 Mario 8,70 Awalogading 3,90 Tirong 3,32
12 Sugiale 7,00 Jaling 6,44 Panyili 6,54
13 Kampunon 7,33 Mapolo Ulaweng
5,50 Matbua 6,01
14 Corowalie 7,31 Unra 6,60 Maduri 5,81
15 Talungeng 6,80 Kajuara 4,75 Melle 9,88
16 Barebbo 10,10 Carigading 4,50
17 Watu 5,66 Matuju 8,58
18 Kading 7,40 Latekko 9,34
Jumlah 114,28 110,70 115,32
Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2019
1. Penggunaan Lahan
Sumberdaya lahan merupakan salah satu saran produksi yang sangat penting. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi besar kecilnya hasil produksi. Lahan yang luas disertai sistem garapan yang baik, akan mendatangkan hasil yang maksimal yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Karena itu, setiap lahan sedapat mungkin digarap dan dimanfaatkan secara omptimal utamanya disektor pertanian dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam. Tidaklah heran, sekiranya lahan
66
yang tersedia petani senantiasa berupaya melakukan pola garapan ekstensifikasi dan intensifikasi.
Lahan sawah yang paling luas adalah di Kecamatan Awangpone yaitu 5.659 Ha, yang terdiri dari lahan sawah irigasi teknis seluas 2.130 Ha, irigasi sederhana 0 Ha dan sawah tanda hujan 3.529 Ha sedangkan irigasi ½ teknis dan irigasi non PU tidak ada. Selanjutnya lahan sawah Dikecamatan Barebbo dengan luas 5.428 Ha, yang terdiri dari sawah irigasi 3.787 Ha, lahan sawah irigasi ½ teknis seluas 0 Ha, irigasi sederhana 0 Ha, sawah tadah hujan seluas 1.461 Ha dan tidak ada irigasi non PU.
Sedangkan luas lahan sawah yang terendah adalah di Kecamatan Palakka 2.654 Ha, dimana ketersediaan sarana pengairan yang dimilki masih relative rendah yaitu hanya memiliki pengairan irigasi teknis seluas 587 Ha, dan sawah tadah hujan seluas 2.067 Ha sebagian lainnya berupa irigasi sederhana, irigasi ½ teknis dan irigasi non PU, masing-masing 0 Ha.
Tabel 4.4: Pengairan Irigasi
NO Kecamatan Irigasi Teknis
Irigasi
½Teknis
Irigasi sederhana
Irigasi Non PU
Tadah Hujan
Jumlah
1 Palakka 587 0 0 0 2.067 2.654
2 Awangpon
e 2.130 0 0 0 3.529 5.659
3 Barebbo 3.787 0 0 0 1.461 5.248
Jumlah 6.504 0 0 0 7.057 113.561
Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Secara umum pengairan lahan sawah pada KSK masih perlu mendapat perhatian dalam pembangunannya. Perhatian tersebut terutama diharapkan dalam
67
rangka meningkatkan produksi komoditas para petani. Hal ini terlihat dari masih banyaknya sawah yang berupa sawah tadah hujan yaitu mencapai 52,04%.
Adapun potensi lahan kering dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5: Luas Penggunaan Lahan
No Kecamatan Tegalan /Kebun
Ladang Padang Rumput
Tambak Perkebuna n
Lainny a
1 Palakka 6,029 0 105 2 1.511 0
2 Awangpone 1.807 351 5 0 1.934 1.657
3 Barebbo 1.322 0 0 0 2.646 708
Jumlah 9.158 351 110 2 3.490 2.365
Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Luas penggunaan lahan pada setiap Kecamatan sangat bervariasi. Tetapi tidak memiliki hubugan yang signifikan dengan luas wilayah. Jenis penggunaan lahan kering yang paling tinggi adalah tegalan/kebun seluas 9.158 Ha selanjutnya perkebunan dengan luas 3.490 Ha dan ladan 351 Ha. Potensi pada rumput yang paling luas berada pada dikecamatan palakka yakni seluas 105 Ha. Sementara itu, penggunaan lahan untuk tambak hanya ada di Kecamatan palakka dengan luas Ha dan di Kecamatan ini memilki lahan tegalan/kebun terluas yakni 6.029 Ha.
a. Luas dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija
Subsektor tanaman pangan terdiri dari tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau. Produksi subsektor tanaman pangan ini bervariasi pada masing-masing Kecamatan.
Tanaman pangan dan palawija tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo yaitu seluas 28.049 Ha, kemudian Kecamatan Awangpone 9.090 Ha, dan
68
Kecamatan Palakka seluas 7.021 Ha. Luas panen untuk komoditas padi mendominasi pada ketiga Kecamatan tersebut mencapai 19.662 Ha (64.85%) hal ini dipengaruhi oleh tingginya minat petani didukung fungsi irigasi yang baik dan curah hujan yang tinggi dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk menanam padi.
Tabel 4.6: Luas Panen Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK Luas Panen (Ha)
No Komoditas Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Padi 3.643 6.669 9.310 19.662 64.81
2 Jagung 1.278 876 1.481 3.635 11.98
3 Ubi jalar 24 12 18 54 0.17
4 Ubi kayu 52 18 38 108 0.35
5 Kacang tanah 239 869 296 1.404 4.63
6 Kacang kedelai 1.178 436 2.737 4.951 16.32
7 Kacang hijau 67 150 289 506 1.66
Jumlah 7,021 9.090 28,049 30,320 100,00
Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Kalau curah hujan tinggi, maka irigasi akan berfungsi dengan baik.
Dengan demikian, petani lebih condong untuk menanam padi, dari pada tanaman palawija, atau tanaman lainnya, terutama tanaman ubi jalar dan ubi kayu atau jagung. Kondisi ini terutama pada lahan sawah dataran rendah yang mudah dijangkau oleh irigasi. Sementara pada lahan tada hujan hanya mengandalkan curah hujan untuk menanam padi.
Adapun produksi tanaman pangan dan palawija pada setiap Kecamatan tersebut tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo dengan jumlah produksi 57.209 ton, selanjutnya menyusun awangpone sebanyak 42.170 ton, dan
69
Kecamatan Palakka sebanyak 20.992 ton. Komoditas yang memiliki produksi tertinggi diantara komoditas lainnya adalah padi dengan jumlah 97.785 ton (81,24%) dari total produksi tanaman pangan dan palawija disusul jagung dengan jumlah 16.591 ton atau 13.78 % pada ketiga Kecamatan tersebut.
Tabel 4.7: Produksi Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK Produksi (ton)
No Komoditas Kec.
Palakka
Kec Awangpon
e
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Padi 21.770 35.273 57.612 97.785 81.24
2 Jagung 6.443 4.040 8.171 16.591 13.78
3 Ubi jalar 236 97 147 257 0,21
4 Ubi kayu 452 153 351 440 0,37
5 Kacang tanah 410 1.552 514 2.379 2,32
6 Kacang kedelai 3.329 826 5.434 1.476 1,23
7 Kacang hijau 95 200 455 1.029 0,85
Jumlah 20,992 42,170 57.209 120.371 100,00 Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
b. Luas dan Produksi Perkebunan
Perkebunan mempunya peranan yang penting didalam pengembangan pertanian baik ditingkat regional maupun nasional. Tanaman perkebunan merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Karena itu, pada wilayah KSK tanaman perkebunan menjadi komoditas yang diharapkan dapat mengangkat prekonomian lokal. Hal tersebut terutama ditunjang oleh luas areal pada ketiga kecamatan tersebut.
70
Tabel 4.8: Luas Panen Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK Luas Areal (Ha)
No Komoditas Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Kopi 0 0 7 7 0,017
2 Cengkeh 0 0 9 9 0,22
3 Lada 0 0 0 0 0
4 Kakao 824 825 533 2.202 54,19
5 Kelapa 658 501 827 1.986 48,88
6 Jamu mente 267 67 165 499 12,28
7 Kemiri 46 76 38 160 3,93
8 Tebu rakyat 0 0 0 0 0
Jumlah 995 1.489 1.579 4.063 100,00
Sumber: Kabupaten bone dalam angka 2018
Wilayah KSK paling banyak diusahakan di Kecamatan Barebbo yaitu 1.579 Ha yang terdiri dari tanaman kakao seluas 533 Ha, jambu mente seluas 165 Ha kelapa 267 Ha, dan kemiri 38 Ha. Untuk tanaman kopi seluas 7 Ha pemanfaatan areal yang ada banyak digunakan untuk tanaman kakao yaitu seluas 2.202 Ha (54,19%), menyusun luas areal tanaman kelapa seluas 1.986 Ha (48,88%), kemudian tananam jambu mente seluas 499 Ha (12.28%). Dan selebihnya untuk tanaman kemiri, cengkeh dan kopi. Namun untuk tanaman cengkeh dan kopi hanya ada di Kecamatan Barebbo. Untuk mengetahui produksi tanaman perkebunan di KSK dapat dilihat table di bawah ini:
71
Tabel 4.9: Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK Produksi (ton)
No Komoditas Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Kopi 0 0 1 1 0,03
2 Cenkeh 0 0 0 0 0,00
3 Lada 0 0 0 0 0,00
4 Kakao 318 481 374 1.173 39,05
5 Kelapa 480 378 215 1.073 35,72
6 Jambu mente 25 537 66 628 20,90
7 Kemiri 32 55 42 129 4,29
8 Tebu rakyat 0 0 0 0 0,00
Jumlah 855 1.451 698 3.004 100,00
Sumber: Kabupaten bone dalam angka 2018
Kecamatan yang memiliki produksi perkebunan yang besar adalah Kecamatan Awangpone sebanyak 1.451 ton dari semua jenis komoditas.
Komoditas kakao dan kelapa merupakan komoditas perkebunan diwilayah KSK yang cukup besar dibandingan komoditas lainnya yaitu masing-masing sebanyak 1.173 ton (39,05%) dan 1.073 (35,72%). Disusul komoditas jambu mente senbayak 628 ton (20,90%).
c. Populasi Ternak
Pembangunan subsektor peternakan tidak hanya untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, akan tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan peternak, populasi ternak pada tahun 2015 dapat dilihat pada table di bawah ini:
72
Tabel 4.10: Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya pada KSK Populasi (ekor)
No Jenis Ternak Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Sapi 12.875 17.504 11.455 41.834 18.83
2 Kerbau 0 21 0 21 0.009
3 Kuda 575 583 358 1.516 0.68
4 Kambing 128 483 144 755 0.33
5 Ayam buras 119.599 150.970 126.126 110.260 49.63
6 Ayam ras 13.995 13.942 16.777 44.714 20.12
7 Itik 0 20.512 2.519 23.031 10.36
Jumlah 147.172 204.015 157.379 222.131 100.00 Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Usaha peternakan banyak dilakukan di kecamatan Awampone mencapai 204/015 ekor, Untuk wilayah KSK ini populasi ternak yang banyak adalah Ayam Buras mencapai 110.260 ekor (49.63%) dan ayam ras sebanyak 44.714 (20.12%). Sapi sebanyak 41.834 ekor (18.83%). Petani mengusahakn ternak sapi sebagai sumber penghasilan tambahan meningkat harga dan permintaan sapi cukup tinggi.
d. Luas Areal Dan Produksi Perikanan
Usaha perikanan tambak pada wilayah KSK hanya terdapat di kecamatan Awampone dan Kecamatan Barebbo yang merupakan daerah pesisir pantai.
Kecamatan Palakka berada pada topografi yang terbukti sampai penggunaan sehingga tidak ada masyarakat yang mengusahakan budidaya tambak.
Berikut potensi luas areal tambak dapat dilihat di bawah ini:
73
Tabel 4.11: Luas Areal Tambak Menurut Jenis Komoditas pada KSK Luas Areal (Ha)
No Tambak Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Udang 0 98 14 112 15,95
2 Kepiting 0 25 10 35 4,99
3 Rumput Laut 0 237 153 390 55.56
4 Bandeng 0 95 70 165 23.50
Jumlah 0 455 257 782 100.00
Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Luas areal peternakan di KSK sebagian besar berada di Kecamatan Awampone yaitu seluas 455 Ha, meliputi rumput lauk jenis komoditas tertinggi sampai mencapai 390 Ha (55.56%), kemudian udang seluas 112 Ha, (15.95%), Bandeng seluas 165 Ha (23.50%) dan kepiting seluas 35 Ha (4.99%). Sementara di Kecamatan Barebbo luas areal tambak hanya 247 Ha, yang juga didominasi oleh usaha tambak rumut laut seluas 152 Ha.
Secara keseluruhan pada wilayah KSK areal tambak rumput laut menempati urutan pertama di banding luas areal tambak tambak untuk komoditas lainnya yaitu seluas 390 Ha (55,56%). Selanjutnya untuk mengetahui produksi tambak setiap jenis komoditas perikanan di wilayah KSK dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.12: Produksi Tambak Menurut Jenisnya pada KSK Produksi (ton)
No Komoditas Kec.
Palakka
Kec Awangpone
Kec.
Barebbo Jumlah %
1 Udang 0 98 14 112 15,95
74
2 Kepiting 0 25 10 35 4,99
3 Rumput Laut 0 237 153 390 55,56
4 Bandeng 0 95 70 165 23,50
Jumlah 0 455 247 782 100.00
Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018
Produksi tambak yang tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo yaitu 3.108 ton yang terdiri dari rumput lauk 2.455 ton, banden 457 ton, udang 139 ton dan kepiting 58 ton, Adapun produksi tambak di Kecamatan Awampone sebanyak 2.968 ton yang terdiri dari rumput laut 2.475 ton, bandeng 258 ton, udang 129 ton dan kepiting 106 ton, Secara keseluruhan pada kedua kecamatan tersebut, produksi rumut laut yang tertinggi yaitu sebanyak 4.930 ton (81,13%) dan terendah adalah produksi kepiting sebanyak 164 ton (2,69%).
Jika di bandingkan dapat diketahui bahwa produktivitas perikanan tambak di kecamatan Barebbo lebih tinggi disbanding Kecematan Awampone. Luas areal di Kecamatan Barebbo lebih sedikit disbanding Kecamatan Awampone tapi dari segi produksi Kecamatan Barebbo lebih tinggi dibanding Kecamatan Awampone.
D. Hasil Penelitian
Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan peraturan ke dalam bentuk tindakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan jarang bermuatan politis karena wujudnya intervensi berbagai kepentingan. Jadi,
75
implementasi kebijakan adalah menjalankan konten atau isi kebijakan ke dalam aplikasi yang diamanatkan oleh kebijakan itu sendiri.
Sementara itu, keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, implementasi kebijakan dapat dilihat dari prosesnya dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang ditentukan, yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.
Berdasarkan model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Soren C. Winter terdapat tiga variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1. Perilaku organisasi dan antarorganisasi (organizational and inter- organizational behavior.
Salah satu faktor aspek keberhasilan implementasi kebijakan program pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di kabupaten Bone adalah perilaku organisasi dan antar organisasi meliputi dua komponen, yaitu komitmen dan koordinasi .
a. Komitmen organisai
Komitmen organisai yaitu kesepakatan bersama dengan instansi terkait dalam menjaga stabilitas organisasi dan jaringan antarorganisasi yang ada, dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pengembangan komoditas pada kawasan startegi kabupaten di Kabupaten Bone adapun kawasan startegi kabupaten yang dimaksud disini yaitu Kecamatan