• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF STRATEGI NABI MUHAMMAD DALAM PERANG BADAR - uin-suka.ac.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF STRATEGI NABI MUHAMMAD DALAM PERANG BADAR - uin-suka.ac.id"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Dalam sejarah perkembangan agama Islam, Pertempuran Badar merupakan momen sejarah pertama yang menentukan masa depan Islam dan umat Islam. Perang tersebut terjadi pada tahun 724 M di sebuah lembah bernama Badar dengan kemenangan di pihak umat Islam. Ketidakseimbangan komposisi kekuatan kedua pasukan tersebut menunjukkan bahwa strategi perang yang dilakukan Rasulullah merupakan faktor logis dalam kemenangan umat Islam.

Hal inilah yang dilakukan Nabi sebagai panglima perang. Nabi bertanggung jawab menentukan strategi perang yang akan membawa kesuksesan bagi umat Islam. Kemajuan yang dicapai kaum Muslimin di Madinah membuat posisi kaum Quraisy di Mekkah semakin sulit. Tujuan pengiriman ekspedisi ini pada umumnya adalah untuk mencegat kafilah Quraisy di Mekkah sebagai upaya pertahanan umat Islam.

Sebelum Perang Badar, terdapat 4 sariyah dan 3 ghazwah, yang merupakan permulaan hubungan bersenjata antara orang Islam dan Quraisy di Mekah. Di tempat lain, setelah dua mata-mata Nabi iaitu Basbas bin Amar dan Adi bin Abu al-Za’ba mendapat maklumat dan kembali ke sisi Muslimin, mata-mata tersebut menyampaikan kepada Rasulullah berita tentang penerbangan kafilah Abu Sufyan dan Mekah -kedatangan tentera untuk memerangi umat Islam.14 Dalam keadaan demikian, Nabi Muhammad berhadapan dengan situasi yang agak terdedah, antara meneruskan peperangan dengan pasukan yang jauh lebih kecil daripada musuh atau kembali ke Madinah, yang bermaksud memberi. angin kepada Quraisy dari Mekah untuk mengukuhkan kedudukan politiknya sambil melemahkan Islam. Sebagai ketua Perang Badar, adalah wajar sekiranya Rasulullah bertanggungjawab menentukan strategi peperangan yang membawa kejayaan kepada umat Islam.

Keempat, jika umat Islam mengalami kekalahan dalam Perang Badar, maka akan berbahaya bagi keberlangsungan dakwah Islam yang baru berkembang.

Batasan dan Rumusan Masalah

Kaum Ansar, yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan kaum Quraisy, juga memberikan kontribusi yang besar dalam perang, tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga tenaga kerja. Bentuk strategi perang yang dilakukan Nabi dalam Perang Badar meliputi beberapa hal yaitu pengintaian, posisi strategis, pemimpin tunggal, mobilisasi moral, formasi perang, taktik dan pengetahuan medan. Menurut penulis, poin tersebut merupakan sebuah langkah logis yang diambil oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang panglima perang, dan hal inilah yang menarik untuk diteliti oleh para peneliti, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh sudut pandang yang sebelumnya merupakan kemenangan dalam pertempuran tersebut. Badar hanya dari segi mukjizat saja, tanpa melihat dari sisi rasionalitasnya, hal tersebut dapat diminimalisir.

Selain itu, Pertempuran Badar sendiri merupakan perang pertama yang menentukan jalannya sejarah Islam selanjutnya. Penelitian terbatas pada strategi yang mencakup pengetahuan tentang kekuatan, posisi, formasi perang, taktik pertempuran, kekuatan moral dan geografi (pengetahuan tentang medan). Sejarah Perang Badar merupakan suatu hal yang menarik untuk ditulis ulang, terutama dalam kaitannya dengan strategi perang.

Kebanyakan tulisan yang masih ada lebih fokus pada kronologi perang dan aspek campur tangan ilahi. Menambah khazanah keilmuan dan wawasan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam bidang militer khususnya Perang Badar.

Tinjauan Pustaka

Buku bertajuk Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, terjemahan Kathur Suhardi, terbitan al-Kautsar pada tahun 2008 di Jakarta. Buku ini membincangkan tentang sejarah Nabi Muhammad yang dimulakan dengan pembahasan sejarah bangsa Arab sebelum kelahiran Nabi Muhammad hingga kewafatan baginda. Dalam buku tersebut, Perang Badar dibincangkan dalam bab yang berasingan secara kronologi, termasuk strategi yang digunakan oleh Rasulullah dalam Perang Badar.

Namun pembahasan mengenai strategi-strategi tersebut belum jelas mengenai apa dan bagaimana masing-masing strategi tersebut bekerja dan bermanfaat bagi keberhasilan perang. Dalam buku Sejarah Kehidupan Muhammad terbitan Litera Antar Nusa tahun 2008 yang ditulis oleh Muhammad Husain Haekal membahas tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW secara komprehensif, dengan judul bab berdasarkan peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Dalam pembahasannya mengenai kemenangan Badar, Muhammad Husain Haekal lebih fokus pada persoalan moral sebagai salah satu penentu kemenangan umat Islam.

Dari beberapa buku yang ada, peneliti berasumsi bahwa pembahasan strategi Nabi Muhammad SAW dalam Perang Badar secara detail dan lengkap belum terungkap.

Landasan Teori

Sedangkan taktik militer adalah teknik dan rencana pengorganisasian satuan militer untuk mengalahkan lawan dalam pertempuran. Ahli strategi perang asal Tiongkok, Sun Tzu, mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam strategi perang. Poin ini merupakan kunci pertama bagi seorang komandan untuk dapat menentukan langkah selanjutnya.20 Tanpa poin ini, seorang komandan hanya akan berperang tanpa perhitungan dan pertimbangan yang jelas.

Ketiga hal tersebut, yaitu menilai posisi musuh, menciptakan kondisi yang kondusif bagi kemenangan, dan menganalisis keuntungan dan bahaya alam, merupakan jalan panglima tertinggi. Sementara itu, salah satu ahli strategi modern, Clausewirt, mengatakan bahwa faktor moral dalam perang sangat penting untuk kemenangan. Bagi Clausewirt, perang adalah sesuatu yang berbahaya, saking berbahayanya sehingga tidak seorang pun yang tidak ambil bagian di dalamnya dapat membayangkan seperti apa perang sebenarnya.

Perang bukan hanya dunia yang penuh ketidakpastian dan ketergantungan pada nasib, nyatanya perang adalah dunia yang penuh penderitaan, kebingungan, kelelahan dan ketakutan. Oleh karena itu, Clausewirt menempatkan faktor moral sebagai faktor vital sekaligus berfungsi sebagai penyeimbang di tengah ketidakpastian dan banyaknya kemungkinan terjadinya perang.22. Dalam Perang Badar kita melihat dua akumulasi dari dua pendapat para ahli strategi tersebut di atas yang diterapkan oleh Nabi.

Sesuai dengan apa yang disabdakan Sun-Tzu, jelas bahwa Nabi melakukan perhitungan yang dapat diukur, mengingat perang pada masa itu terjadi dalam wilayah yang terbatas, sehingga banyak faktor yang dapat diukur, baik yang berkaitan dengan informasi. mengenai kekuatan kaum Quraisy, formasi perang, susunan perang yang terdiri atas pasukan yang terdiri atas penombak, pemanah, dan pendekar pedang, atau pemilihan medan perang yang bermanfaat bagi kaum muslimin. Dalam perang itu Nabi menempatkan pasukannya pada posisi dekat sumber air dan menghadap ke barat yang artinya tidak. Selain berbagai faktor yang dapat diperhatikan dalam perang di atas, Nabi juga meminta faktor akhlak bagi dirinya dan pasukannya.

Dia melakukan ini dengan selalu menyemangati unitnya sebelum atau di tengah pertempuran. Memperhatikan kerangka sudut pandang ahli militer di atas, maka peneliti menganalisis data yang dikumpulkan mengenai kebijakan dan langkah Nabi Muhammad SAW dalam Perang Badar untuk mengetahui lebih jauh efektivitas strategi tersebut.

Metode Penelitian

Pada fase ini, peneliti mencari dan mengumpulkan sumber daya dari beberapa perpustakaan, toko buku, dan internet. Sumber tersebut tidak hanya terbatas pada kitab-kitab sirah saja, namun juga kitab-kitab yang berkaitan dengan Perang Badar dan sejarah militer Nabi. Kritik ini meliputi kritik eksternal dan internal.25 Kritik eksternal dilakukan untuk mencari keaslian sumber dengan cara memeriksa bagian fisik sumber yang ditemukan.

Selain itu, pengkaji juga mempertimbangkan tahap kepakaran pengarang dalam buku yang ditulisnya, misalnya melihat kepada kepakaran pengarang atau latar belakang pendidikan dengan tema yang ditulisnya. Oleh itu, analisis sejarah dilakukan untuk mensintesis beberapa fakta, kemudian menyusunnya menjadi tafsiran yang komprehensif menggunakan teori. Pengkaji membentangkan hasil kajian yang dilakukan dengan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain dalam bentuk bab dan sub-bab yang saling berkaitan.

Sistematika Pembahasan

Bab ini menguraikan pendidikan militer Nabi dan operasi militer sebelum Perang Badar yang meliputi sariyah dan ghazwah. Uraian ini berguna dalam memberikan wawasan terhadap pendidikan militer Nabi dan melegitimasi strategi Nabi pada Perang Badar sebagai hasil karya seseorang yang berilmu dan berpengalaman dalam urusan militer. Selain itu beliau juga membahas tentang jalannya pertempuran yang memuat peristiwa-peristiwa penting di dalamnya, serta penutup perang yang menjelaskan kondisi setelah perang Badar hingga kembalinya umat Islam ke Madinah.

Bab ini merupakan uraian tentang Perang Badar yang dapat dijadikan bahan analisis strategi perang Nabi yang akan dibahas pada Bab IV. Bab ini membahas tiga hal, yaitu mengetahui kekuatan lawan dan kawan, menciptakan kondisi yang dapat membawa kemenangan, dan memilih medan perang yang baik.

PENUTUP

Saran

Baik jurusan maupun fakultas harus memberikan dukungan terhadap kajian kehidupan Nabi yang mengutamakan sosok pribadinya sebagai manusia biasa. Mengingat fungsi Nabi sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, maka diharapkan dengan kajian ini ajaran Islam yang terwakili dalam setiap perilaku Nabi akan mudah diikuti oleh umat Islam pada khususnya dan juga oleh umat manusia pada umumnya. Umat ​​Islam yang mempelajari sejarah kehidupan militer Nabi Muhammad SAW hendaknya tidak selalu memusatkan pikiran pada hal-hal gaib, terutama mengenai berbagai kemenangan dalam peperangan.

Hal ini harus diimbangi dengan pemikiran yang logis, baik terkait strategi maupun taktik dalam berperang. Jadi, hikmah yang dapat kita petik dari sejarah kehidupan Nabi di berbagai bidang merupakan perpaduan antara campur tangan Tuhan dan usaha manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Ilustrasi Perang Badar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini termasuk penelitian pustaka ( library research ), yang menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode editing dan

Dengan kata lain, sebagai suplemen dari isi analogis tersebut, kita menemukan makna pada tataran kedua yang petanda-petandanya mengacu kepada budaya tertentu: kode dari tataran konotasi