• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Suspensi Dan Emulsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Suspensi Dan Emulsi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SUSPENSI DAN EMULSI

Tim Dosen Farmasetika Dasar

(2)

CPL

• Menguasai teori, metode, aplikasi ilmu, dan teknologi farmasi (farmasetika, kimia farmasi, farmakognosi, farmakologi) konsep dan aplikasi ilmu biomedik (biologi, anatomi manusia,

mikrobiologi, fisiologi, patofisiologi, etik biomedik, biostatistik), konsep farmakoterapi, pharmaceutical care, pharmacy practice serta prinsip pharmaceutical calculation, epidemiologi,

pengobatan berbasis bukti dan farmakoekonomi.

(3)

CPMK

• Mampu menghitung dosis dan jumlah obat yang disediakan sesuai permintaan resep

• Mampu menyiapkan sediaan farmasi yang aman, efektif, stabil dan

bermutu berdasarkan permintaan resep

(4)

Sub-CPMK

• Mampu menjelaskan dan menyelesaikan sediaan dispersi cair

berdasarkan resep

(5)

Bentuk Sediaan

Sediaan cair

• Larutan

• Sistem disperse: suspensi dan emulsi

Sediaan semisolid

Sediaan solid

(6)

SUSPENSI

• sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI 6)

• Sed.cair heterogen

- fase kontiniu ≈ fase luar/pendispersi (cairan)

- fase diskontiniu ≈ fase

dalam/terdispersi (padat)

(7)

A. SUSPENSI INTERNAL

Oral→ antibiotika, antasida B. SUSPENSI EKSTERNAL

Permukaaan kulit / Topikal → lotio

Parenteral → intravena, intramuskular ; ukuran partikel «,steril

(ex. Penisilin inj.)

Rektal (ex. Para Nitro Sulphathiazol) Tetes mata (ex. Hidrokortison asetat)

PENGGUNAAN

(8)

- Alternatif bentuk sediaan → untuk bahan obat yang kurang larut dalam air

- Untuk zat yg mudah terurai dlm air, dibuat dlm btk tdk larut utk mencegah penguraiannya

- Menutupi rasa tdk enak dari zat berkhasiat lebih baik dibanding larutan

- Penyesuaian dosis mudah diatur

KEUNTUNGAN SEDIAAN SUSPENSI

(9)

KERUGIAAN SEDIAAN SUSPENSI

• Homogenitas sulit untuk dipertahankan dalam waktu yang lama

• Terjadi pengendapan dan partikel-partikel pendispersi → dapat terjadi caking

• Hampir semua sistem suspensi memisah pada saat

pendiaman → harus dilakukan pengocokan agar tidak

terjadi pengendapan.

(10)

memenuhi persyaratan farmasetika

- Ukuran partikel seragam (oral = 1-100µm)

- Kekentalan tidak terlalu tinggi dan tidak rendah

- Tidak cepat mengendap (kecepatan sedimentasi kecil) dan jika terbentuk endapan, mudah disuspensikan

- Endapan yg terbentuk tidak caking (membatu)

- Jika mengandung gula, tidak menempel pada permukaan mulut botol - Memiliki sifat alir yang cocok

- Stabil secara fisik, kimia dan mikrobiologi

KRITERIA SUSPENSI YANG IDEAL

(11)

Bahan aktif; tidak larut ( kelarutan dan sifat fisikakimia)

Pembawa; air (netral)

Pensuspensi ( suspending agent ); menurunkan tegangan permukaan antara partikel padat (bahan aktif dan pelarut) dan pengental

Eksipien lain: pengawet, pewarna, aroma,dll

KOMPOSISI

(12)

Suspending agent

• Jenis; alam ( gom arab, tragakan, karagenan, amilum),

semisintetis (gol.selulosa ex.cmc, metil selulosa, organik/padat (veegum, bentonit) → konsentrasinya berbeda-beda

• Sifat :

• polimer/makromolekul

• mengandung gugus hidrofil

• merupakan rangkaian glukosa

• membentuk gel dengan air

(13)

❑ Acasia / gom arab

• Serbuk ± 2 g/100 mL

• Mucilago 10-20 mL/150 mL

• Kombinasi

cont.Compound Tragacanth Powder : acasia 20%, tragakan 15%, pati 20%

• Tidak tercampur (OTT) dengan alkohol > 35%, logam berat, alkaloid (atropin, kokain, hiosiamin, skopolamin)

• Pembuatan : gom + air 1,5 kalinya, aduk homogen

Suspending Agent

(14)

❑Tragakan

• Jumlah 1-2%, pH 4-7,5

• Sifat aliran : tiksotropik pseudoplastic

• Pembuatan : tragakan + air (20 kali), gerus homogen

❑Pati; kadar 2%

❑Natrium alginat

• Kadar 1-2%, pH 4,5-11,5

• Tidak bercampur dgn logam alkali, logam berat, asam-asam

• Untuk mencegah terbtknya gumpalan, ditambahkan alkohol 2- 4%, gliserol, propilenglikol

• Untuk meningkatkan viskositas, ditambahkan Ca sitrat 3%

(15)

❑Metil selulosa

• Kadar 0,5-2%

• Pembuatan mucilago : metil sel. + air panas (10 kalinya), aduk selama 2 jam, + kan sisa air; mucilago dpt disimpan 16 jam

• Tidak dapat bercampur dengan chlorocresol, fenol, resorsin, asam tanat, perak nitrat

❑Na CMC

• Dalam air membentuk larutan jernih (pH 5-10)

• Pembuatan : Na CMC + air panas 20 kalinya, biarkan 15 menit hingga terbtk lender

• Tidak tercampur dgn lar.asam, ion logam (Al, Zn, Hg, Fe, Ag) dan zat kationik

(16)

❑Bentonit

• Kadar 2-5% (lazim 2%) utk eksternal

• kadar > 4%, akan membentuk gel padat

• pH stabil 9-11

• Pembuatan : bentonit + air (20 kali)

• Tidak tercampur dengan senywa elektrolit dan alkohol

❑CMC; kadar 0,5-2%

❑Veegum; kandungan Mg, Al silikat anionik

• Pembuatan : di + air 16 kali nya

❑Mikrokristalin selulosa (MCC)

• Kadar 5 %

• Kombinasi Na CMC dan bentonit

(17)

Metode pembuatan suspensi

Metode dispersi:

• Membuat larutan pensuspensi (musilago)

• pencampuran bahan → bahan aktif dan bahan-bahan lainnya didispersikan ke dalam larutan pensuspensi

• pengadukan/pengocokan sampai didapatkan campuran

homogen

(18)

Metode pembuatan suspensi

Metode presipitasi :

• Memastikan kelarutan bahan aktif

• Melarutkan bahan aktif kedalam pelarut organik yang sesuai

• Mencampurkan larutan obat sedikit demi sedikit kedalam larutan pensuspensi

• Tambahkan bahan-bahan lainnya, aduk hingga homogen

(19)

- Penghalusan partikel padat

- Penambahan bahan pembasah dan pensuspensi

- Dispersi homogen partikel - Penambahan eksipien lain

Konsep Dasar Pembuatan Suspensi

(20)

R/ Aluminii hydroxidum 4%

Magnesii trisilicas 12%

CMC (viskositas rendah) 1%

Sorbitol sol.70% 20%

Methylis paraben 0,20%

ol.menthae qs

vanillin qs

aquadest ad 100 ml

Contoh Resep Suspensi

• Penimbangan Bahan:

• Aluminii hydroxidum : (4/100) x 100 ml = 4 g

• Magnesii trisilicas : (12/100) x 100 ml = 12 g

• CMC : (1/100) x 100 ml = 1 g

• Air untuk CMC : 1 g x 20 = 20 g

• Sorbitol 70% : (20/100) x 100 ml = 20 g

• Metil paraben : (0,2/100) x 100 ml = 0,2 g

• Vanilin : 0,01 – 0,02% (Handbook of excipient) → usul 0,01% = (0,01/100) x 100 ml = 0,01 g

• Aquadest: 100 ml – (4 g + 12 g + 1 g + 20 g + 20 g + 0.2 g + 0,01 g) = 42,79 ml

• Ol. Menthae : usul 3 tetes

(21)

• Penimbangan Bahan:

• Al(OH)

3

= 200 mg/dosis → tiap 5 ml mengandung 200 mg Al(OH)

3

→ untuk 60 ml suspensi: 60 ml/5 ml x 200 mg = 2400 mg = 2,4 g

• Mg(OH)

3

= 200 mg/dosis → tiap 5 ml mengandung 200 mg Mg(OH)

3

→ untuk 60 ml suspensi: 60 ml/5 ml x 200 mg = 2400 mg = 2,4 g

• PGS : 0,3 – 2,0% (Husa’Pharmaceutical Dispensing) → usul pemakaian 0,5% → 0,5/100 x 60 ml = 0,3 g = 300 mg

• Air untuk PGS = 0,3 g X 7 = 2,1 g  2,1 ml

• Sirup simplek = 20 g

• Aquadest = 60 ml – (2,4 g + 2,4 g + 0,3 g + 2,1 g + 20 g) = 32,8

(22)

EMULSI

• Sed.cair yg terdiri atas 2 fase (cair & cair); fase satu terdispersi dlm fase yg lainnya.

• Cairan : minyak dan air ; tdk bisa bercampur - Fase kontiniu : cairan ≈ fase luar

- Fase diskontiniu : fase terdispersi ≈ fase dalam (cairan)

Pengemulsi/emulgator : penstabil sediaan; sebg jembatan

penghubung minyak-air

(23)

Sistem dispersi

• Minyak

• Air

• penambahan emulgator

• Fase dalam = fase terdispersi=fase diskontiniu

• Fase luar = fase pendispersi = fase kontiniu = medium

• Emulgator/emulsifying agent : unsur ketiga sebagai jembatan penghubung

cairan satu berupa globul berukuran kecil

(fase dalam) terdispersi dalam cairan lain (fase luar)

(24)

Bentuk fisik

- cairan ; emulsi, vitamin drops→ oral, parenteral - setengah padat; losion, linimen, krim→ topikal Penampilan

- Jernih/transparan ; mikroemulsi - Keruh : makroemulsi

Tipe

- Emulsi m/a : fase dalam adl minyak yg terdispersi dlm fase air (luar); dpt diencerkan dgn air

- Emulsi a/m : fase dalam (air) terdispersi dlm fase luar (minyak); dpt

diencerkan dgn minyak

(25)

• Emulsi M/A

• Ukuran globul minyak 0,04

mm

(26)

Keuntungan

• Bentuk oral; rasa minyak dapat di kurangi

• Topikal; mengurangi lengket dikulit (M/A)

Kekurangan

• Kestabilan; fisik, kimia, mikrobiologi

• Pengerjaan; teknik khusus

Faktor penting

• Penurunan tegangan permukaan ; emulgator

• Proses pencampuran; suhu, waktu, kecepatan pengadukan

(27)

• Kestabilan : emulsi bahan obat dalam bentuk tetes halus (globul) dan dapat meningkatkan absorbsi secara terapi

• Fisik; organoleptis, viskositas, pH, ukuran partikel

• Kimia; kadar, pelepasan obat

• Mikrobiologi; pertumbuhan mikroba

• Faktor penting : penurunan tegangan permukaan antara

minyak-air → penambahan surfaktan

(28)

• Ketidakstabilan

Creaming

pemisahan emulsi mjd bbrp lapis cairan dimana masing2 lap mgd fase dispers yg berbeda.

Sifat : reversibel

Coalescense

pecahnya emulsi, bersifat irreversibel

Inversi fase

perubahan tipe scr tiba-tiba

(29)

a. Obat minum;

• memperbaiki rasa obat yg tdk enak, partikel obat terselaputi emulgator

• minyak berupa emulsi diabsorbsi lbh cepat dari sal.cerna krn berada dlm partikel kecil

b. Obat luar;

• partikel obat yang halus akan meningkatkan luas permukaan → meningkatkan efektifitas obat

c. Obat suntik;

• berupa emulsi minyak dalam air (partikel minyak tdk lbh besar dari zat aktif)

Tujuan Pemberian

(30)

Emulsa vera; alami

Berasal dari biji, buah → Amigdala dulcis, Amigdala amara, Lini semen, Cucurbitae Semen → emulsi baik : warna putih spt susu, kebiruan ≈ pelumatan biji kurang

Minyak nabati

Emulgator (putih telur)

Jenis Emulsi

(31)

Emulsa spuria; buatan

1. Emulsi minyak lemak; gom arab (1/2 bag.minyak), lemak (10)→emulsi (100)

2. Emulsi paraffin likuid; PGA ≈ paraffin

3. Emulsi cera/lemak padat; lemak padat (dilelehkan), PGA, air (1,5 x PGA) → corpus emulsi

4. Emulsi ekstraktum spissum

5. Emusi minyak eteris kreosot, benzylis benzoas 6. Emulsi balsamum peru, balsam copaivae

7. Emulsi bromoform

(32)

Dapat bercampur dengan bahan lain

Tidak mengganggu stabilitas atau efek terapi zat aktif

Stabil dalam sediaan

Dalam jumlah yang ditambahkan tidak toksik

Memiliki bau, rasa dan warna yang lemah

Memiliki kemampuan untuk mengemulsikan dan mempertahankan stabilitas sediaan selama pemakaian/penyimpanan

Emulgator

(33)

1) Golongan Karbohidrat : gom arab, tragakan, agar, alginat, pektin ; membentuk koloid hidrofilik dgn air, tipe emulsi m/a

2) Substansi Protein : kuning telur, gelatin, kasein ; membentuk emulsi a/m

3) Senyawa Alkohol (BM tinggi) : stearil alkohol, setil alkohol, gliseril monostearat (sbg pengental dan stabilisator utk bbrp emulsi a/m)

Penggolongan Emulgator

(Sifat dan mekanisme)

(34)

4) Senyawa pembasah (Wetting Agents)/ surfaktan Bersifat anionik, kationik, non ionic

Mengandung gugus hidrofil dan lipofil

Membentuk emulsi tipe a/m atau m/a → HLB

Contoh: tween, span (non ionik),natrium lauril sulfat (anionik) 5) Partikel padat halus:

Contoh: bentonit, magnsium hidrosida, aluminium hidroksida

Membentuk emulsi m/a; jika zat yg tdk larut ditambahkan dalam fase air (jumlah fase air>fase minyak)

Membentuk emulsi a/m; jika fase minyak>fase air (bentonit ditambhkan ke dalam

minyak)

(35)

Metode pembuatan

• Gom kering

dikenal dengan metode 4:2:1 dimana 4 bagian minyak 2 bagian air dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat corpus emulsi.

Minyak dicampur dengan gom/zat pengemulsi lain lalu ditambahkan air sekaligus

• Gom basah

proporsi minyak, air dan gom = metode gom kering.

gom dicampur dengan air → mucilago, kemudian ditambahkan

minyak sedikit demi sedikit.

(36)

Faktor yang harus diperhatikan :

- Perbandingan optimum minyak dengan air

- Penggunaan zat yang dapat mempertinggi viskositas

- Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsi homogen

(37)

DOSIS UTK OBAT MINUM

✓Menggunakan sendok - sendok resmi (FI) :

C = cohlear(sendok makan = 15 mL) cth = cochlear tea (sdk teh = 5 mL)

sendok bubur = 8 mL

→ permasalahan dlm penggunaan yg tepat; mempengaruhi dosis - sendok dalam kemasan obat

✓Wadah obat minum → gelas obat bertanda (15 mL dan 5 mL)

(38)

Contoh resep emulsi

• Penimbangan Bahan:

• Paraffin liquid = 20 g

• PGA = 10 g

• Air untuk PGA = 10 g x 1,5 = 15 g

• Sirup simplek = 15 g

• Vanilin = 0,01 – 0,02% (Handbook of excipient)

→ usul 0,01% = (0,01/100) x 100 ml = 0,01 g = 10 mg

• Aquadest = 100 ml – (20 g + 10 g + 15 g + 15 g + 20,01 g) = 19,99 ml

100 ml

(39)

• 40 mg CTM < 50 mg

• 50 mg CTM + SL 250 mg → 300 mg

• (40 mg/50 mg) * 300 mg = 240 mg → 40 mg CTM

(40)

• Vanilin = 0,01 – 0,02% (Handbook of excipient) → usul 0,01% = (0,01/100) x 100 ml = 0,01 g = 10 mg

50 mg (0,05 g) vanillin → +aquadest 100 ml → 100,05 ml

10 mg → (10/50) * 100,05 ml = 20,01 ml

(41)

• R/ parasetamol 125 mg/10 ml

• etanol 15%

• sirup simplex 20

• metil paraben 0,018%

• M.f. eliksir 60 ml

• S. tdd. Cth1

• Pasien: 8 tahun

Parasetamol → 125 mg/10 ml

Aturan pakainya → 3xsehari 1 sendok teh 5 ml → parasetamol ???

(5/10)*125 mg = 62,5 mg 60 ml → ???

(60/10)*125 mg = 750 mg Etanol = (15/100)*60 = 9 g Sirup simplex 20

Metilparaben = 0,0108 g = 10,8 mg → pengenceran

(42)

SEKIAN

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis kemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: &#34;Bagaimana financial stability, external

Research article The work ethics of muslim woman Songket weavers in increasing family income: Sukarare tourism village, Indonesia Baiq El Badriatia,*, Muhammad Salehb, Faiza Husnayeni