Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang bentuk-bentuk integrasi sosial yang terjadi pada penduduk Kediri. Selain itu, model integrasi sosial yang digunakan untuk menciptakan pola kehidupan yang harmonis juga harus diidentifikasi.
Bukti adanya saling pengertian antara kelompok abangan dan santri antara lain ketika bulan ramadhan tiba, semua kelompok kesenian jaranan di Kediri yang berjumlah tidak kurang dari 70 kelompok tersebut berhenti pentas. Dengan kondisi tersebut, hubungan antara kelompok santri dan kelompok abangan di Kediri dapat berjalan dengan damai dan kondusif.
Menurut Parekh, jika dikaitkan dengan model integrasi sosial, masyarakat Kota Kediri cenderung pada model prosedural dan asimilasi. Sedangkan model asimilasi integrasi sosial dalam konteks masyarakat Mataram di Kota Kediri diimplementasikan melalui praktik kesenian tradisional dan ritual slametan.
Persepsi atau pandangan masyarakat terhadap kiai yang terjun dalam politik
Sementara mereka adalah figur atau tokoh kiai dalam politik, mereka menjalankan perannya yang menyangkut kepentingan umum secara langsung melalui dunia politik. Seperti halnya pandangan beberapa informan lainnya, persepsi masyarakat Dusun Suram Bentong tentang kiai yang berpolitik secara umum sangat baik dan menurut mereka kiai sangat membutuhkan kehadirannya dalam dunia politik agar mampu mengatasi stigma politik kotor, dan untuk membersihkan dunia dari politik ke politik, kehadiran kiai diharapkan memberi angin segar dan warna dengan kekuatan mental untuk menjaga integritas mereka, tanpa tugas utama mereka yang paling penting, yaitu berdakwah. , antinya de kiai secara politik membuat jembatan dakwah Islam.
Pandangan masyarakat terhadap dakwah kiai poltik di tengah-tengah
Evaluasi pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah di Desa Susu Lawu Kecamatan Serangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah di Desa Susu Lawu.
Kajian tentang dampak atau evaluasi kebijakan dimaksudkan untuk menyelidiki akibat dari suatu kebijakan atau dengan kata lain untuk menemukan jawaban atas apa yang terjadi akibat “implementasi kebijakan”. Menurut Lester dan Stewart (Winarno), evaluasi kebijakan dapat Dalam dua tugas yang berbeda dibedakan, tugas pertama adalah menentukan konsekuensi dari suatu kebijakan dengan menggambarkan dampaknya, sedangkan tugas kedua adalah menilai keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditentukan.
Model Prospektif adalah bentuk kebijakan yang memandu studi tentang konsekuensi dari suatu kebijakan sebelum menerapkan suatu kebijakan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi masyarakat, agar masyarakat dapat mewujudkan jati dirinya dan mengangkat harkat dan martabatnya secara maksimal agar dapat bertahan dan berkembang secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya (Widjaja. 2003 : 169 ). Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan dan kesadaran masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki masyarakat agar masyarakat mampu dan mampu.
Menurut Suharto (2006:61), peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui bantuan keuangan yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.
Proses Pemberdayaan Masyarakat
Peneliti berpendapat bahwa agar program pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah dapat mencapai hasil yang efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Efektifitas program pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah di kota tersebut berjalan dengan baik dan membawa banyak manfaat bagi peternak sapi perah. Program pemberdayaan masyarakat oleh pengelola peternakan sapi perah dilakukan secara adil dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Bahkan penyampaian pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah di Desa Susu Lawu sudah sangat berhasil dan sesuai dengan prosedur yang ada.
Magetan bekerja sama dengan pemerintah pusat berupaya meningkatkan stok sapi perah di Desa Susu Lawu dan stok lahan hijau di Desa Susu Lawu. Keterbukaan informasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin berdampak pada kesamaan pemahaman antara peternak sapi perah dengan pemerintah pelaksana program pemberdayaan masyarakat. satu. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Peternakan Sapi Perah di Kampung Susu Lawu Kel.
Kemajuan ekonomi masyarakat miskin sudah dapat dirasakan dengan adanya partisipasi masyarakat miskin dalam program pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan peternakan sapi perah di Kampung Susu Lawu Kel.
Adanya pengembangan potensi wisata di Desa Selopanggung, sehingga semakin banyak generasi muda yang terjun di bidang pariwisata. Kajian ini berfokus pada bagaimana terjadinya pergeseran mata pencaharian tersebut dan faktor apa saja yang mempengaruhi generasi muda petani di Desa Selopanggung sehingga minat mereka untuk bekerja sebagai petani menurun. Keempat klasifikasi tindakan tersebut selanjutnya akan digunakan peneliti untuk menganalisis fenomena pergeseran mata pencaharian generasi muda petani di Desa Selopanggung akibat menurunnya minat menjadi petani muda, untuk memahami motif dan tujuannya.
Hal ini terlihat dari generasi muda petani di Desa Selopanggung yang masih berprofesi sebagai petani, namun menunggu panen tiba, mereka beralih ke pekerjaan lain seperti industri singkong (singkong kering) dan teh rosella.
4 Air Terjun Coban Waru, Dusun Kayubebek, Desa Wonosari, Kecamatan Tutur 5 Air Terjun Sumber Nyonya, Dusun Gunungsari, Kec. 16 Desa Wisata Dawuhan Sengon Desa Dawuhan Sengon Kecamatan Purwosari 17 Desa Wisata Palangsari Desa Palangsari Kec. Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data tentang Implementasi Kebijakan Kepariwisataan di Desa Kalipucang Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.
Sumber data sekunder ini dapat berupa dokumen, artikel atau arsip yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Kepariwisataan di Desa Kalipucang Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.
Profil Desa Kalipucang
Penelitian ini berfokus pada proses implementasi kebijakan pariwisata di Desa Kalipucang Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan berdasarkan pendekatan sebagai berikut: Komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Peneliti tertarik mengambil tempat ini karena implementasi kebijakan kepariwisataan berupa desa wisata sudah ditentukan dan dilaksanakan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan Pemerintah Desa Kalipucang berdasarkan panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles, 2014).
Menjauh dari pusat permasalahan yang dirumuskan di atas dalam kaitannya dengan proses implementasi kebijakan pariwisata di desa Kalipucang dengan menggunakan teori George Edward III adalah sebagai berikut. Hal ini didukung oleh sumber daya alam (SDA) yang cukup melimpah antara lain pohon cengkeh, pohon kopi, pohon durian, pohon pisang, pohon sengon dan masih banyak hasil perkebunan lainnya di desa Kalipucang. Adapun disposisi dalam pelaksanaan kebijakan kepariwisataan di Desa Kalipucang sangat mendukung dan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Semua gejala tersebut menjadi faktor belum optimalnya pengembangan destinasi wisata di Desa Kalipucang bagi kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan wirausaha sosial ketenagalistrikan yang dilakukan oleh IBEKA dapat ditandai dengan terus tumbuhnya proyek-proyek pembangunan kelistrikan perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan sosial bidang pariwisata pada ketiga mata pelajaran yang diteliti. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan model social enterprise yang diterapkan oleh IBEKA yang termasuk dalam jenis Social Enterprise tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan memaparkan model kewirausahaan sosial yang digunakan oleh IBEKA di bidang energi terbarukan.
Kewirausahaan sosial Bidang Energi terbarukan
Grafik di atas menjelaskan bagaimana skema dasar dalam rantai pasokan energi terbarukan dapat dikontekstualisasikan dalam kewirausahaan sosial. Salah satu praktik kewirausahaan sosial di bidang energi terbarukan di Indonesia dapat ditelusuri dari upaya yang dilakukan Sucipto untuk menyalakan listrik di kaki Gunung Semeru. Selain di Indonesia, kewirausahaan sosial di bidang energi terbarukan juga banyak dilakukan di berbagai belahan dunia yang kesulitan mengakses jaringan listrik sentral.
Perusahaan ini bergerak di bidang energi terbarukan dengan menggunakan tenaga matahari atau solar yang melimpah hampir sepanjang tahun.
Profil IBEKA
Pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pembelajaran dunia dari tatap muka menjadi daring (daring). Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan cara pandang, kebiasaan dan perilaku masyarakat dari kebiasaan lama menuju normal baru. Berdasarkan hasil penelitian (Padmo et al., 2020) mengenai pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia, ditemukan 83% siswa bermasalah dengan koneksi internet.
Bagaimana perguruan tinggi dapat bertahan dan strategi apa yang harus ditempuh oleh perguruan tinggi untuk mencapai optimalisasi pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi covid-19.
Pemilihan perangkat media yang dapat (kompatibel) mendukung kemudahan mengunggah media pembelajaran harus menjadi pertimbangan penyelenggara pendidikan selama ini. Meski posisi Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara tetangga yang memiliki perbedaan seperti luas wilayah, ekonomi dan aspek lainnya, kondisi ini setidaknya menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk terus berupaya meningkatkan indeks digitalisasi menjadi lebih baik lagi. Mencermati data di atas, posisi Indonesia memang tidak meningkat, namun masih pada posisi tahun lalu.
Pasalnya, keberhasilan pembelajaran daring sangat bergantung pada ketersediaan teknologi digital yang mampu menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.
Kolaborasi dalam Pembelajaran daring Pelaksanaan pembelajaran daring
Setiap pemangku kepentingan memiliki peran terhadap pemerintah, dalam hal ini birokrasi merupakan kelompok yang paling bertanggung jawab dalam penerapan kebijakan pembelajaran daring. Kelompok ini beranggotakan Kemendikbud sebagai leading sector di tingkat pusat dalam pembelajaran daring di Indonesia. Peran pemangku kepentingan tersebut dapat berupa memfasilitasi program atau kegiatan di lapangan, mengadvokasi mahasiswa, membangun pemahaman masyarakat dan memantau pelaksanaan pembelajaran daring.
Kolaborasi pemangku kepentingan dalam pembelajaran daring terdiri dari pemerintah, swasta, LSM, perguruan tinggi dan media massa.
Pengelolaan Zakat 1. Perencanaan Zakat
Pelaksanaan Kegiatan Zakat
Pengelolaan zakat membutuhkan pengelola yang profesional yang memiliki kompetensi dan komitmen yang kuat sejalan dengan kegiatan yang dijalankan. Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang penuh waktu dalam menjalankan tugasnya, tidak paruh waktu apalagi lalai. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengurus zakat mencapai muzakki dan memudahkan muzakki.
Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak tidak ada upaya lain untuk menyelidiki sumber-sumber zakat di luar zakat profesi ASN yang dinaungi (Nafis, 2021).
Pengawasan Zakat
Selain membuka unit penghimpunan zakat, lembaga pengelola zakat juga dapat mendirikan counter atau loket zakat di berbagai lokasi. Menurut peneliti Kementerian Agama Kabupaten Demak masih menggunakan cara lama yaitu harus memikirkan pentingnya pengelolaan zakat secara tertib: Pengelola zakat masih menganggap bahwa pengelolaan zakat hanya sebagai kegiatan ritual, oleh karena itu hanya dilakukan untuk menjalankan kewajiban agama berdasarkan keikhlasan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pengelolaan zakat pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak tidak berjalan secara terencana dan tidak terawasi.
Dalam hal ini diperlukan reorganisasi yang efektif untuk melibatkan nasabah sehingga terjadi sinergi antara bagian administrasi Zakat Wakaf dengan unit pengelola Zakat.