Nama : Erik Sukma Dewa NIM : 132011133053 Kelas : A1
RESUME TM 7
Standar Asuhan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan faktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Di samping itu, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan perawatan yang bermutu semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dalam masyarakat. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan harus terus ditingkatkan sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal. Salah satu upaya untuk menjaga mutu kualitas pelayanan keperawatan adalah dipergunakannya Standar Asuhan Keperawatan dalam setiap pelayanan keperawatan. Standar ini dipergunakan sebagai pedoman dan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Di dalamnya berisi tentang tahapan yang harus dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Standar Asuhan Keperawatan terdiri dari delapan standar yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan, yang terdiri dari:
1. Standar I berisi falsafah keperawatan, 2. Standar II berisi tujuan asuhan keperawatan, 3. Standar III menentukan pengkajian keperawatan, 4. Standar IV tentang diagnosis keperawatan, 5. Standar V tentang perencanaan keperawatan, 6. Standar VI menentukan intervensi keperawatan, 7. Standar VII menentukan evaluasi keperawatan, 8. Standar VIII tentang catatan asuhan keperawatan.
Standar Penampilan
Sebagai seorang perawat profesional, penampilan sangatlah penting. Penampilan perawat merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan pasien saat komunikasi interpersonal, sehingga sebagai seorang tenaga kesehatan yang profesional, perawat harus menciptakan penampilan yang baik, bersih, menarik serta terlihat nyaman dalam menjalankan tugas (Shaw, 2010).
Penampilan perawat merupakan cerminan kepribadian serta konsep diri sebagai seorang tenaga kesehatan yang berkaitan dengan sifat dan sikap dalam mengambil suatu tindakan (Kathleen, 2010). Penampilan perawat yang baik dapat memberikan kesan positif pada pasien.
Kesan positif pada pasien dapat membantu meningkatkan status kesehatan pasien sehingga kondisi pasien akan menjadi lebih stabil, selain itu juga dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat maupun rumah sakit. Kesan pertama pasien timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama, dan 84% kesan yang timbul berdasarkan penampilan. Selain hal tersebut, penampilan perawat yang baik juga dapat menunjang kepercayaan diri serta kesuksesan dalam pekerjaan.
Penampilan merupakan komunikasi non-verbal yang dapat dilihat secara visual dan sangat penting dalam memproyeksikan citra profesional oleh karena itu seorang perawat harus berpenampilan baik sesuai dengan standar penampilan perawat profesional (Shaw, 2010; Coluccio & Meenk, 2012).
Standar penampilan perawat yang terdapat dalam Nurses and Midwife Dress Code Guideline (2013) diantaranya perawat tidak diperkenankan menggunakan jeans selama bertugas, rok atau celana yang digunakan tidak boleh terlalu pendek, tidak diperbolehkan menggunakan pakaian casual, dan atasan harus dipastikan tidak terlalu rendah saat bersandar. Uniform policy (Cheshire, 2012) juga menjelaskan bahwa semua petugas kesehatan harus menjaga kebersihan diri, rambut dan kuku harus rapi, tidak menggunakan perhiasan, serta tidak menggunakan parfum dan make-up yang berlebihan. Begitu juga dalam Islam. Islam memiliki standar tersendiri dalam berpenampilan. Penampilan perempuan dalam Islam diantaranya harus menutup aurat seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah, busana yang digunakan tidak boleh terlalu tipis yang dapat memperlihatkan kulit, serta busana yang longgar dan tidak boleh ketat yang dapat menampakkan bentuk tubuh. Sedangkan standar penampilan laki-laki ialah laki-laki juga diwajibkan menutup aurat, (Boulanouar, 2009).
Kepuasan pasien dapat dilihat dari beberapa hal. Barry and Parasuraman (2001) (dalam Nursalam, 2011) menjelaskan terdapat lima kelompok karakteristik yang digunakan untuk melihat kepuasan pasien dalam menilai mutu jasa pelayanan, yaitu: bukti fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan dan perhatian. Otani (2011) (dalam Oman Medical Journal, 2013) menjelaskan bahwa kepuasan pasien menjadi tolak ukur dalam peningkatan kualitas mutu pelayanan. Mutu pelayanan memiliki beberapa indikator. Salah satu indikator dalam mutu pelayanan yaitu penampilan, sehingga penampilan perawat yang baik dapat memberikan nilai yang positif terhadap kepuasan pasien.
Standar Komunikasi Profesional Ners
Dalam pengorganisasian pelayanan keperawatan diperlukan sistem komunikasi yang efisien dan efektif dengan pasien dan keluarganya, sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
Indikator: Terdapat sistem komunikasi yang efisien dan efektif terhadap:
a. Pasien dan keluarga, dalam hal penyampaian informasi mengenai:
1. Kondisi kesehatan pasien.
2. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
3. Respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
4. Pelayanan keperawatan yang tersedia.
5. Media dan metode edukasi yang mudah dimengerti.
b. Staf perawat, dalam hal:
1. Visi, Misi, Nilai, Filosofi rumah sakit.
2. Kebijakan, aturan, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).
3. Peran, fungsi dan tugas.
4. Sistem operan atau alih tugas.
5. Dokumentasi keperawatan.
c. Tenaga kesehatan lainnya (klinis dan non klinis), dalam hal:
1. Dokumentasi pelayanan kesehatan terintegrasi.
2. Data asesmen pasien
DAFTAR PUSTAKA
Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
Diakses pada 4 Oktober 2020.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bab I Pendahuluan. http://repository .umy.ac.id/
Menkes RI.2015.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 10 Tahun 2015 tentang pengorganisasian pelayanan keperawatan.