• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajari tentang Tembang Macapat

N/A
N/A
Sonny Ok

Academic year: 2023

Membagikan "Pelajari tentang Tembang Macapat "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Macapat

Tembang Jawa adalah salah satu bentuk karya seni yang berupa olah suara dengan media sastra Jawa dengan menggunakan nada atau laras gamelan slendro atau pelog. Tembang Jawa yang terdiri dari

empat macam tembang, yaitu Tembang Gedhe, Tembang Tengahan, Tembang Cilik dan Tembang Macapat masing-masing memiliki kandungan filosofi yang berbeda.

Tembang Macapat adalah salah satu jenis karya sastra dalam budaya Jawa yang memiliki pemaknaan filosofi dalam hidup manusia, sejak direncanakan oleh Tuhan hingga akhir hayat.

Tembang Macapat ini memiliki akar sejarah yang dalam dalam budaya Jawa, dan meskipun populer pada periode zaman Jawa baru, tembang ini juga telah membekas dalam sejumlah karya sastra periode akhir zaman tengahan. Karya-karya sastra yang populer menggunakan tembang Macapat biasanya berkembang setelah era Demak hingga Mataram. Hal ini terlihat dari lahirnya karya-karya sastra semisal “Serat Sastra Gendhing,” ” Serat Wulangreh,” “ Serat Wedhatama,”” Serat Sabda Jati,””

Serat Dewa Ruci,” “Serat Kalatidha,” dan lain sebagainya.

Secara umum tembang macapat berpegang teguh pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, yaitu jumlah baris pada setiap bait (guru gatra), jumlah suku kata pada tiap baris (guru wilangan), dan bunyi suku akhirpada tiap baris (guru lagu). Disamping itu masing-masing tembang macapat juga mengandung watak dimana penggunaannya harus selaras dan serasi dengan isinya. Macapat sendiri dapat diartikan sebagai maca-papat-papat, yang artinya membaca empat-empat. Maksudnya membaca tiap bait yang terdiri dari empat larik.

Tembang Macapat dan maknanya dalam siklus kehidupan manusia : 1. Maskumambang. ( Mas : belum ; Kumambang : laki-laki atau perempuan )

Menggambarkan embrio yang sedang bertumbuh dalam rahim dan masih belum diketahui jati dirinya, bahkan belum pula diketahui apakah laki-laki atau perempuan.

2. Mijil ( Wujil : lahir, Wijil : pintu )

Gambaran dari bayi yang telah lahir ke dunia. Mijil sendiri juga dapat dimaknai sebagai biji atau benih yang telah lahir.

3. Kinanthi ( Kanthi : menggandeng, menuntun )

Mengisahkan kehidupan seorang anak yang masih kecil hingga masih perlu dituntun supaya nantinya dapat berjalan sendiri dengan baik di dunia.

4. Sinom ( Sinom : pucuk yang baru tumbuh atau bersemi ; nom : muda )

Menggambarkan manusia yang mulai beranjak dewasa dan telah menjadi seorang pemuda atau remaja. Bersemi memberi gambaran tentang tugas seorang pemuda yang wajib menuntut ilmu setinggi-tingginya.

5. Asmaradana ( Asmara : kasmaran ; dahana : api )

Merupakan gambaran cinta kasih perjalanan hidup manusia yang telah tiba waktunya memadu cinta kasih bersama jodoh dan pasangannya.

6. Gambuh ( Jumbuh : cocok, menyambung )

Seseorang yang telah menemukan pasangan hidup dengan kasmarannya, kemudian dilanjutkan ke jenjang pernikahan.

(2)

7. Dhandanggula ( Dhandang – gula : tempat sesuatu yang manis )

Pasangan baru yang tengah berbahagia karena menjalani kehidupan berumah tangga dengan pasangan.

8. Durma ( Darma, weweh, aweh : pemberian )

Menggambarkan dalam perjalanan manusia bahwa kehidupan merupakan sebuah

pemberian yang suatu ketika dapat mengalami duka, selisih, atau kekurangan akan suatu hal.

9. Pangkur ( Mungkur : pergi, meninggalkan )

Filosofi tembang ini merupakan gambaran kehidupan yang seharusnya dapat menghindari berbagai hawa nafsu dan perkara angkara murka yang bersifat buruk.

10. Megatruh ( Megat : putus, Ruh : roh )

Gambaran lepasnya roh dari jasad, perjalanan manusia yang telah usai dan berpulang pada sang pencipta. Pada akhirnya, roh manusia pasti harus putus dari raganya dan ia harus kembali menghadap Tuhan Yang Maha Pencipta.

11. Pocung ( pocong )

Merupakan gambaran kondisi manusia setelah manusia meninggal dimana ia dibungkus kain kafan atau di pocong sebelum di kebumikan.

Dari beberapa tembang Macapat tersebut, sekiranya masih terdapat 4 buah tembang yang kurang dikenal oleh masyarakat.

1. Balabak. ( Blabak : papan )

Menggambarkan kondisi jenasah yang dikuburkan dibawah sebuah papan atau balabak.

2. Wirangrong

Menggambarkan kondisi sendirian di liang lahat.

3. Girisa

Menggambarkan kondisi ketakutan yang luar biasa mencekam di liang lahat.

4. Juru Demung

Menggambarkan kesadaran akan Tuhan Yang Maha Esa, lalu dituntunlah oleh Sang Penuntun Sejati ( Juru demung ) menuju istana surga abadi.

Daftar Pustaka :

1. Darusuprapta, 1989 – Macapat & Santiswara.

2. Rusdiyanto, ST 2010 – Ura-ura Niti Netah Rasa.

3. Karina, Ignatia – Jurnal 2018 – Interprestasi makna macapat dalam karya piano trio 4. Haryono, Santoso S.Kar , - ISI Surakarta

Sumber Lisan : R.M.R.P Restu B. Setiawan S.Pd, M. Pd

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran SK Kepala Sekolah Dasar Swasta Nurani Tentang Tim Pengembang Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan SDS Nurani Nomor : 001/SDS/SK-01/VII/2023 Tanggal : 7 Juli 2023 TIM