• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN BIBLIOTHERAPY DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN BIBLIOTHERAPY DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI PESERTA DIDIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN BIBLIOTHERAPY DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

(Studi terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang)

ARTIKEL

Oleh:

INDRA NPM: 11060207

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

1

PELAKSANAAN KEGIATAN BIBLIOTHERAPY DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

(Studi terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang)

Oleh:

Indra*

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated their students who lack an understanding of the implementation of bibliotherapy. The purpose of this study describes the implementation of activities in the form of self-concept bibliotehrapy seen from: (1) readiness, (2) the selection of books, (3) introduces the book and (4) follow-up strategy. This type of research is quantitative descriptive research. The population of this research were 30 people. Sampling using total sampling technique. Means of collecting data using questionnaires. Techniques to analyze the percentage of engineering data.

Results of a study of the implementation of activities bibliotehrapy in shaping the concept of self- learners reveals that: (1) in terms of readiness to be in both categories. (2) in terms of selection of books that are in either category. (3) in terms of introducing the book in both categories. (4) in terms of follow-up strategy in the very good category. Based on this research was recommended to teachers in order to maintain the role BK bibliotehrapy implementation of activities in developing good habits so that learners can understand the activities bibliotehrapy in forming a good self- concept.

Keywords: bibliotherapy and Self Concept Pendahuluan

Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki.

Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai

suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Menurut James (Mudjiran, 2007:133) konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, baik menyangkut kemampuan mental maupun fisik, prestasi mental maupun fisik, ataupun yang menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat material. Aspek fisik berkaitan dengan tampang atau penampakan lahiriah (Appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda serta prestasi yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat psikologi

(3)

1

PELAKSANAAN KEGIATAN BIBLIOTHERAPY DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

(Studi terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang)

Oleh:

Indra*

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya peserta didik yang kurang memahami tentang pelaksanaan kegiatan bibliotherapy. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari: (1) kesiapan, (2) seleksi buku, (3) memperkenalkan buku dan (4) strategi tindak lanjut. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpul data menggunakan angket. Teknik untuk menganalisis data teknik persentase. Hasil penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik mengungkapkan bahwa: (1) dari segi kesiapan berada pada kategori baik.

(2) dari segi seleksi buku berada pada kategori baik. (3) dari segi memperkenalkan buku pada kategori baik. (4) dari segi strategi tindak lanjut pada kategori sangat baik. Berdasarkan penelitian ini direkomendasikan kepada guru BK agar mempertahankan peran pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam mengembangkan kebiasaan yang baik sehingga peserta didik dapat memahami pelaksanaan kegiatanbibliotehrapydalam membentuk konsep diri yang baik.

Kata Kunci:Bibliotherapydan Konsep Diri Pendahuluan

Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki.

Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap

kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Menurut James (Mudjiran, 2007:133) konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, baik menyangkut kemampuan mental maupun fisik, prestasi mental maupun fisik, ataupun yang menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat material. Aspek fisik berkaitan dengan tampang atau penampakan lahiriah (Appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda serta prestasi yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat psikologis

(4)

2

berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional. Hal ini berhubungan dengan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda.

Menurut Rogers (Sobur, 2003: 506) konsep diri adalah “kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku”. Sedangkan menurut O’Hair (Sobur, 2003: 205) “konsep diri mengacu pada cara Anda menilai diri Anda sendiri, seberapa besar Anda berpikir bahwa diri Anda berharga sebagai seseorang”

Brim (Elida, 2006:121) menyatakan konsep diri adalah semua persepsi terhadap aspek diri meliputi aspek fisik, sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi pada orang lain.

Maksudnya konsep diri penelitian disisni adalah pandangan peserta didik tentang dirinya baik secara positif atau negative yang menyangkut dengan tingkah laku dan perbuatan.

Menurut Brooks (Rakhmat, 2005:99) konsep diri didefenisikan sebagai those physical, social, and psychological perception of ourselves that we have derived form experiences and our interaction wiyh other.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita, yang meliputi aspek psikis, sosial dan fisik. Penertian tersebut menjelaskan bahwa dalam menghadapi kehidupannya seseorang memiliki konsep diri yang terdiri atas pengetahuan akan diri, penilaian bagi diri serta pengharapan bagi diri sendiri.

Ketidakmampuan peserta didik dalam mengeluarkan pendapat merupakan salah satu konsep diri yang negatif. Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai, tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibicarakan

Adapun tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif menurut Brooks (Rahmat, 2005:109) adalah:

a. Peka terhadap kritik. Orang ini tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi.

b. Kurang bisa mengendalikan emosi, bagi orang ini seperti ini koreksi sering

dipersepsi sebagi usaha yang menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

c. Cenderung bersikap hiperkritis, ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan pendapat, dan mengakui kelebihan orang lain.

d. Bersikap pesimis terhadap kompetisi.

Hal ini terungkap dalam keengannannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa konsep diri dapat mencerminkan kehidupan individu dan hubungan dengan pribadi. Apabila seseorang itu memahami konsep dirinya dengan baik maka ia akan menampilkan prilaku yang disukai orang lain. Sebaliknya bila ia tidak memahami konsep dirinya dengan baik maka cenderung akan menimbulkan kegagalan dalam berbuat. Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa konsep diri yang ada dalam diri individu tergantung dari interaksinya dengan orang yang ada di lingkungannya.

Karena lingkungan juga mempunyai peran penting dalam membentuk konsep diri seseorang.

Menyadari seseorang akan dirinya maka akan ada penilaian tentang keberadaan dirinya itu apakah dirinya seorang yang baik atau Cukup Baik. Terjadinya perubahan pada penilaian penampilan fisik, hubungan dengan orang tua dan teman sebaya serta kemampuan kognitif sangat penting dalam membentuk konsep diri remaja. Sebagai guru BK harus dapat membantu peserta didik dalam proses pembentukan konsep diri yang baik, salah satu upaya dalam pembentukan konsep diri yang baik yaitu melalui kegiatanbibliotherapy.

King (Herlina, 2013 :88) mengemukakan bahwa “Bibliotherapy memiliki dampak positif terhadap konsep diri anak dan remaja”. Selanjutnya Kinney (Herlina, 2013 :80) mengemukakan Bibliotherapy merupakan teknik yang sangat bagus untuk merangsang munculnya diskusi tentang sesuatu masalah yang mungkin tidak didiskusikan karena adanya rasa takut, bersalah, dan malu.

(5)

3

Griffin (Herlina, 2013 :79) tujuan bibliotherapyadalah:

a. Memberikan informasi tentang masalah.

b. Memberikan insight (pemahaman yang timbul dengan cepat) tentang masalah.

c. Menstimulasi diskusi tentang masalah.

d. Mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap-sikap baru.

e. Menciptakan suatu kesadaran bahwa orang lain berhasil mengatasi masalah yang mirip.

f. Memberikan solusi atas permsalahan.

Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan melalui observasi di SMK Negeri 9 Padang selama melakukan PPLBKK dan PPLBKS sejak tanggal 9 Agustus sampai tanggal 20 Desember 2014 terlihat guru BK melakukan kegiatan bibliotherapy kepada peserta didik dengan cara berkelompok.

Melalui wawancara pada tanggal 4 Mei 2016 dengan guru BK dikatakan bahwa di sekolah ini telah dilaksanakan kegiatan bibliotherapy kepada peserta didik kelas XI yang mengalami konsep diri yang kuarang baik, dikarenakan kelas XI ini akan melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan maka untuk membentuk konsep diri yang lebih baik, guru BK melaksanakn kegiatan bibliotherapy agar peserta didik yang mengalami konsep diri yang Cukup Baik mengubah konsep dirinya menjadi lebih baik dan siap untuk melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan.

Maka terlihat masalah yang dialami peserta didik di atas menjadi hambatan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal karena peserta didik masih belum bisa memandang dirinya dengan positif. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan bantuan dari sekolah khususnya guru BK. Salah satu bantuan yang disediakan oleh sekolah adalah dengan sarana layanan Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan oleh guru BK, baik itu layanan bimbingan pribadi maupun bimbingan kelompok.

Melalui observasi di lapangan kegiatan bibliotherapy telah dilaksanakan di sekolah.

Peneliti ingin mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan bibliotherapy yang telah dilakukan oleh guru BK sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan dilaksanakan dengan baik oleh peserta didik. Hal ini menjadi fokus dalam penelitian, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul

“Pelaksanaan Kegiatan Bibliotherapy dalam Membentuk Konsep Diri Peserta Didik (Studi

terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang)”

Mengingat luasnya pembahasan menyangkut rumusan masalah dalam penelitian ini maka, penulis membatasinya dalam beberapa pokok bahasan berikut:

1. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari kesiapan.

2. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari seleksi buku.

3. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari memperkenalkan buku.

4. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari strategi tindak lanjut.

Penelitian yang dilaksanakan ini adalah bertujuan untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari kesiapan.

2. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari seleksi buku.

3. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari memperkenalkan buku.

4. Pelaksanaan Kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri dilihat dari strategi tindak lanju.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang menggrafikkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat dan ditentukan hubungan antar variabel yang akan diteliti serta penelitian yang memusatkan penelitian pada permasalahan dan pemecahan masalah yang berlangsung saat ini. Penelitian deskriptif menurut Iskandar (2009 :61) adalah:

Penelitian yang dilakukan untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih berdasarkan indikator–indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan guna untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan mendeskripdikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah variabel yang diteliti.

Sedangkan menurut Yusuf (2005:83) penelitian deskriptif adalah “Salah satu jenis

(6)

4

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba mengGrafikkan fenomena secara detail”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bukan hanya terbatas menyimpulkan data saja, namun dapat melihat, meninjau dan menggrafikkan objek yang diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan setelah menemukan analisis terhadap data yang telah ditetapkan. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan kegiatan bibliotherapy oleh guru BK di kelas XI SMK Negeri 9 Padang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2016 di SMK Negeri 9 Padang. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini ditemukan di SMK Negeri 9 Padang ini sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 9 Padang tentang “pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik (Studi terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri ( Padang)”.

Peneliti mengambil sasaran yang akan diteliti yaitu kelas XI. Populasi dari penelitian ini sebanyak 30 orang peserta didik. Populasi pada penelitian ini kurang dari 100 orang maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengang jumlah sampel 30 orang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Yusuf (2005:133) data interval adalah “Antara kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya yaitu data tentang pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik (Studi terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang).

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.

Rumusan yang digunakan untuk menganalisis data tentang pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik terhadap Kelas XI Perhotelan SMK Negeri 9 Padang. Menurut Sudijono (2010: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P = x 100%

Hasil dan Pembahasan

1.

Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi kesiapan

Berdasarkan hasil angket mengenai pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi kesiapan terungkap bahwa 33,30% sangat baik, 50,00% menyatakan baik, 16,70% menyatakan Cukup Baik, dan tidak ada peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik dalam hal pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi kesiapan. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi kesiapan tergolong dalam kategori sudah baik.

Zaccaria (Herlina, 2013:97) menyatakan bahwa pada umumnya, anak paling siap memulai bibliotherapybila telah memiliki rapport yang memadai, kepercayaan, dan keyakinan telah ditanamkan oleh terapis kepada anak. Di sekolah peneliti menemukan pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik pada umumnya sudah baik. Hal ini tentu akan mempengaruhi konsep diri peserta didik baik dalam proses belajar dan bersosialisai terhadap linkungannya.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 9 Padang dilihat dari segi kesiapan sebagian besar tergolong baik, hal ini akan berdampak positif bagi konsep diri peserta didik itu sendiri dan juga dapat berdampak baik bagi pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dari segi kesiapan. Dalam tahap ini peran guru BK sangat penting karena tahap kesiapan ini merupakan tahap dimana peserta didik bisa mengikuti kegiatan ini dengan serius untuk tahap selanjutnya.

Agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapy ini dapat dikatakan sangat baik maka sebaiknya guru BK bisa lebih bervariasi dalam pelaksanaan kegiatan bibliotherapy ini baik dari segi waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan bibliotherapy berlangsung, karena waktu dan tempat bisa mempengaruhi lancarnya kegiatan bibliotherapyini.

2.

Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapydalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi seleksi buku.

(7)

5

Berdasarkan hasil angket mengenai pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi seleksi buku terungkap bahwa dari segi seleksi buku 76,67%

menyatakan baik, dan 23,33% menyatakan Cukup Baik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi seleksi buku tergolong dalam kategori sudah baik. Fader dan McNeil (Herlina, 2013:111) elemen penting lain dari buku adalah bentuk publikasi. Bentuk-bentuk alternatif seperti braille, buku bicara (kaset), dan buku berukuran besar tersedia untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Terapis juga diharapkan menggunakan edisi bersampul tipis sehingga lebih enak digunakan oleh anak. Terapis harus mempertimbangkan beberapa faktor saat memilih buku untuk treatment. Faktor terpenting adalah masalah yang terjadi pada anak. Anak mungkin memiliki sedikit atau banyak penyesuaian dan masalah perkembangan. Walaupun tersedia banyak buku untuk berbagai masalah, namun tetap sangat penting untuk diperhatikan bahwa bila menggunakan fiksi, buku tersebut harus berisi karakter dan situasi yang dapat dipercaya yang memberikan harapan realistis bagi anak. Terapis juga harus mengetahui minat dan tingkat kemampuan menbaca anak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seleksi buku dalam pelaksanaan kegiatan bibliotherapysangat penting terhadap proses pelaksanaan kegiatan bibliotherapy untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk membentuk konsep diri peserta didik. Di samping itu guru BK harus melihat minat peserta didik dalam membaca buku agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapybias berjalan efektif.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 9 Padang dilihat dari segi seleksi buku sebagian besar tergolong baik, hal ini akan berdampak positif bagi konsep diri peserta didik itu sendiri, disini juga guru BK harus teliti dalam memilih buku yang akan digunakan dalam kegiatan bibliothreapy karena dengan pemilihan buku yang tepat maka akan berpengaruh terhadap

berjalannya pelaksanaanbibliotherapy ini, guru BK juga bisa menampilkan film-film pendek yang berkaitan dengan buku yang dibaca oleh peserta didik agar lebih menarik perhatian peserta didik dalam pelaksanaan bibliotherapy. Agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapy ini dapat dikatakan sangat baik maka sebaiknya guru BK bisa lebih bervariasi dalam pelaksanaan kegiatan bibliotherapy ini.

3.

Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapydalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi memperkenalkan buku

Berdasarkan hasil angket mengenai pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi memperkenalkan buku terungkap bahwa dari segi memperkenalkan buku 40,00% sangat baik, 46,67% menyatakan baik, dan 13,33% menyatakan Cukup Baik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi memperkenalkan buku tergolong dalam kategori sudah baik.

Herlina (2013:113) Jika anak telah siap mengikuti proses bibliotherapy dan telah dilakukan pemilihan buku, maka yang perlu diperhatikan terapis adalah bagaimana memasukkan buku kedalam treatment. Sebagian besar orang dari profesi membantu menganggap bahwa yang terbaik adalah menganjurkan menentukan buku jika bekerja dengan anak berusia lebih tua; namun sebaliknya jika berhadapan dengan anak yang lebih muda.

Apapun strategi yang digunakan untuk memperkenalkan buku dalam treatment, terapis harus benar-benar mengenal baik isi dari buku yang dipilih dalam pelaksanaan kegiatanbibliotherapy.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 9 Padang dilihat dari segi memperkenlkan buku sebagian besar tergolong baik, hal ini akan berdampak positif bagi konsep diri peserta didik dalam melaksanakan kegiatan bibliotherapyitu sendiri. Agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapy selanjutnay lebih menarik dan peserta didik lebih antusias lagi dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaanbibliotherapymaka sebaiknya

(8)

6

guru BK bisa lebih bervariasi dan berinovasi dalam pelaksanaan kegiatan bibliotherapyini.

4.

Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi strategi tindak lanjut

Berdasarkan hasil angket mengenai pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi strategi tindak lanjut terungkap bahwa dari segi strategi tindak lanjut 53,33% sangat baik, 40,00%

menyatakan baik, dan 6,67% menyatakan Cukup Baik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi strategi tindak lanjut tergolong dalam kategori sudah sangat baik. Pardeck (Herlina, 2013:85) berikut ini adalah aktivitas yang dapat digunakan oleh terapis atau orang yang membantu setelah buku dibaca. Strategi tindak lanjut ini sesuai untuk sebagian besar anak. Beberapa aktivitas tindak lanjut membutuhkan setting kelompok kecil. Terapis dapat digunakan satu atau beberapa aktivitas.

Strategi mencakup menulis kreatif, aktivitas seni, diskusi, dan bermain peran.

Zaccaria (Herlina, 2013:114) menyimpulkan bahwa terdapat kesepakatan antara berbagai studi tentang bibliotherapy yaitu bahwa kegiatan membaca buku harus disertai dengan diskusi dan atau konseling. Selama dan setelah membaca buku, anak mungkin mengalami tiga tahapan dari proses bibliotherapy. Dalam kondisi terapeutik

tradisional, anak berusia lebih muda tidak mampu mengalami katarsis yang membawa pada insight terhadap masalah.

Melalui proses ini, anak mulai melihat bagaimana karakter dalam buku ini mengatasi masalahnya dan kemudian mengenali pemecahannya.

Dimana strategi tindak lanjut sangat menentukan peserta didik dalam mengikuti kembali pelaksanaan kegiatan bibliotherapy ini kerena sebagian besar peserta didik sangat antusias dalam melakukan aktivitas strategi tindak lanjut yang diberika oleh guru BK sebelum kegiatan pelaksanaan bibliotherapy ini akan diakhiri. Dimana guru BK harus bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik agar peserta didik antusias dalam mengikuti tahap terakhir dari pelaksaanaan kegiatanbibliotherapyyaitu strategi tindak lanjut.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dalam membentuk konsep diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 9 Padang dilihat dari segi strategi tindak lanjut sebagian besar tergolong sangat baik, hal ini akan berdampak positif bagi konsep diri peserta didik itu sendiri. Agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapy selanjutnay lebih menarik dan peserta didik lebih antusias lagi dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan bibliotherapy maka sebaiknya guru BK bisa lebih bervariasi dan berinovasi dalam pelaksanaan kegiatanbibliotherapyini.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

No

Pelaksanaan Kegiatan Bibliotherapydalam Membentuk Konsep

Diri

Jumlah (%) Sangat

Baik Baik CukupBaik Kurang Baik

Sangat Kurang

Baik

1 Kesiapan 33.33 50.00 16.77 0.00 0.00

2 Seleksi Buku 0.00 83.37 16.73 0.00 0.00

3 Memperkenalkan Buku 40.00 46.77 13.33 0.00 0.00 4 Strategi Tindak Lanjut 53.33 40.00 6.77 0.00 0.00 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang peneliti peroleh dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik

dilihat dari segi kesiapan berada pada kategori baik.

2. Pelaksanaan kegiatan bibliotehrapy dalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi seleksi buku berada pada kategori baik.

3. Pelaksanaan kegiatanbibliotehrapydalam

(9)

3

membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi memperkenalkan buku tergolong pada kategori baik.

4. Pelaksanaan kegiatanbibliotehrapydalam membentuk konsep diri peserta didik dilihat dari segi strategi tindak lanjut tergolong pada kategori sangat baik.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti mengemukakan saran, sebagai berikut:

1. Guru BK, perlu mengikutsertakan peserta didik dalam pemilihan buku yang berkaitan dengan permasalahan peserta didik agar pelaksanaan kegiatan bibliotherapy dari segi seleksi buku bisa lebih meningkat lagi.

2. Peserta didik agar dapat mengikuti pelaksanaan kegiatan bibliotherapy yang dilaksanakan oleh guru BK dengan baik.

3. Kepala Sekolah, untuk dapat mendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh guru BK terutama pelaksanaan kegiatan bibliotherapy baik yang dilaksanakan di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah.

4. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas calon guru BK yang akan melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling baik di sekolah maupun di masyarakat.

5. Peneliti, hendaknya dapat mengembangkan dan mengaplikasikan pelaksanaan bibliotherapy yang telah didapat selama penelitian baik di sekolah maupun di masyarakat.

6. Peneliti selanjutnya, untuk jadi

pedoman dan sumber ilmu pengetahuan dalam menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan bibliotherapy.

Kepustakaan

Herlina. (2013). Bibliotherapy Mengatasi Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku. Bandung : Pustaka Cendikia Utama.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Gaung Persada Pres.

Mudjiran. (2007). Perkembangan Peserta Didik.Padang: UNP Perss.

Elida, Prayitno. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang:

Angkasa Raya.

Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.Umar, Husein. (2011).

Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yusuf. A. Muri. (2005). Metode Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: 1 aktivitas belajar peserta didik kelas X DPIB 3 SMK Negeri 2 Probolinggo mengalami peningkatan pada seluruh aspek

pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal peserta didik pada kelas XI AP I di SMK Negeri 09 Padang dilihat dari perindikator variabel yaitu, gambaran komunikasi interpersonal