• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI KELAS XII SMA NEGERI 2 PARIAMAN

RAHMITA SONIA NPM: 11060201

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2015

(2)

Pelaksanaan Layanan Konseling Perorangan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik

di Kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman By:

Rahmita Sonia (11060201)

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of the problem in this research was the students problem in learning process ( decrearing the motivation in learning toward students achievement) the puspose of this research was to describe; 1) planning, 2) actuating, 3) evaluating, 4) the next step individual’s counseling service to improve students motivation in learning. This research used descriptive quantitative that try to describe situation with no threatmen. The population was the student class XII SMA Negeri 2 Pariaman 2014/2015 academic years with 30 students as sample. It used total sampling teachnique with different class. The instrument in this research was questionnaire technique for data analysis was percentage technique. The result of this research showed that; 1) the planning for individual counseling service to improve students motivation in learning was the good enough criteria. 2)the actuating for individual counseling sevice to improve students motivation in learning was the good enough criteria. 3) the evaluating for individualcounseling sevice to improve students motivation in learning was the good enough criteria. 4) the next step for individual counseling service to improve students motivation in learning was good criteria.

Based on the result of this research was recommended for the students class XII to improve their motivation in leraning to reach better achievement and to autonomous in facing their problems.

Keywords: individual’scounseling, motivation in learning and student Pendahuluan

Sekolah merupakan tempat peserta didik untuk menimba ilmu dan mengembangkan keterampilan-keterampilan sehingga peserta didik ahli dalam bidangnya.

Salah satu yang berperan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang ada di sekolah adalah guru Bimbingan dan Konseling atau disingkat dengan panggilan guru BK. Menurut Nurihsan (2009:58) guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik (S-1) program Bimbingan dan Konseling dan program profesi konselor dari perguruan tinggi. Penguasaan kiat menyelenggarakan layanan BK yang memandirikan serta biasa melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks autentik pendidikan profesi konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan. Guru BK yang profesional memiliki kualifikasi akademik dan pendidikan profesi konselor sehingga

dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada individu. Guru BK memberikan bantuan pelayanan melalui bimbingan ke arah kemandirian peserta didik, baik bimbingan yang menyangkut dengan keadaan pribadi sampai kepada bimbingan yang menyangkut kepada lingkungan sosial dan belajar. Maka dari itu, dengan adanya pelayanan BK berarti guru BK telah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Adapun pelayanan yang

diselenggarakan oleh guru BK untuk membantu peserta didik menjadi kepribadian yang mandiri melalui pemberian layanan konseling perorangan. Hal ini seiring dengan Menurut Prayitno (2012:105) layanan konseling perorangan merupakan salah satu layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor, membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami klien secara mendalam. Layanan BK

(3)

sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari program pendidikan dituntut untuk memiliki evaluasi terhadap berbagai layanan yang diselenggarakan. Oleh karena itu, guru BK memberikan layanan konseling perorangan kepada peserta didik yang membutuhkan bantuan segera. Sementara itu, peserta didik belum bisa melewati masa remaja dengan baik disebabkan menurut Sugandhi (2011: 77) masa remaja merupakan suatu pusat perhatian yang cukup memprihatinkan, hal ini di karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja tidak kanak-kanak lagi melainkan mempunyai tanggung jawab seperti orang dewasa.

Sedangkan menurut Amti (2013:305) banyak gejolak menandai masa perkembangan remaja diantaranya masalah sosial dan ekonomi, hubungan muda-mudi, masalah perkembangan seksual dan masalah masa depan yang banyak muncul diantara para remaja. Adapun permasalahan yang sering muncul di sekolah yaitu beberapa peserta didik mengalami penurunan motivasi belajar sehingga berdampak kepada hasil belajar.

Menurut Sardiman (2008:78) motivasi belajar terkait dengan kebutuhan, sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang kurang seimbang, tidak serasi maupun merasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasaan. Oleh karena itu, peserta didik harus mendapatkan kebutuhan di lingkungan sekolah dalam bidang belajar seperti keinginan peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang bagus, sehingga menuntut guru untuk profesional dalam mengajar peserta didik agar mencapai tujuan peserta didik mendapatkan hasil belajar yang bagus.

Berdasarkan hasil observasi selama Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Sekolah (PPLBK-S) di SMA Negeri 2 Pariaman pada tanggal 14 Agustus 2014 bahwa masih minimnya tingkat kedisiplinan sekolah sehingga peserta didik leluasa untuk datang terlambat, ditemui beberapa peserta didik yang keluar masuk kelas tanpa seizin guru piket dan beberapa peserta didik yang membolos disaat jam belajar berlangsung.

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru mata pelajaran terkait motivasi belajar peserta didik pada tanggal 06 September 2014 di ruangan staf guru bahwa diperoleh informasi beberapa peserta didik kurang mematuhi aturan dari guru mata pelajaran yang telah disepakati bersama tetapi

peserta didik melanggar aturan tersebut seperti beberapa peserta didik yang sering absen, beberapa peserta didik tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, beberapa peserta didik yang kurang bisa berkonsentrasi dalam belajar sehingga menganggu teman saat jam pelajaran berlangsung, beberapa peserta didik sering keluar masuk kelas ketika jam Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung, beberapa peserta didik yang menganggu teman disaat proses belajar berlangsung dan kurang menghargai guru mata pelajaran di kelas terutama guru Praktik Lapangan (PL).

Hasil wawancara yang didapat selama (PPLBK-S) di SMA Negeri 2 Pariaman pada tanggal 10 September 2014 dengan seorang guru BK di ruangannya bahwa masih ada keteledoran guru BK dalam mengidentifikasi masalah yang sedang dialami peserta didik terutama masalah penurunan motivasi belajar, sarana dan prasarana di ruangan Bimbingan dan Konseling yang kurang lengkap sehingga guru BK kesulitan dalam mengatur waktu konseling dengan peserta didik. Selanjutnya, guru BK bisa menerapkan teknik umum disaat proses konseling berlangsung akan tetapi tidak ada menggunakan teknik khusus sehingga pelayanan konseling perorangan kurang maksimal diberikan kepada peserta didik, dan guru BK kurang menanyakan kembali hasil dari layanan konseling perorangan yang telah diberikan sehingga peserta didik selalu mengulangi kesalahan terutama kehadiran di sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang masalah yang dihadapi peserta didik yaitu pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman?”

Mengacu pada rumusan masalah sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Perencanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

2. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi

(4)

belajar peserta didik kelas di XII SMA Negeri 2 Pariaman.

3. Evaluasi layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

4. Tindak lanjut layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif. Menurut Arikunto (2006: 35) penelitian deskriptif yaitu menjelaskan dan menerangkan peristiwa secara akurat serta fakta sehingga penelitian menjadi sempurna. Berdasarkan penelitian ini akan mendeskripsikan pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 sampai 14 September 2015. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, penelitian ini akan dilakukan pada peserta didik di SMA Negeri 2 Pariaman. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, peneliti temukan di SMA Negeri 2 Pariaman sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Pariaman.

Penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik SMA Negeri 2 Pariaman di kelas XII sebanyak 30 orang peserta didik, jadi jumlah keseluruhan populasi penelitian ini adalah 30 orang peserta didik dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang peserta didik dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain mempunyai bobot yang sama. Data interval menunjukkan adanya jarak antara yang satu dengan yang lain. Data ini diperoleh langsung dari responden yang diteliti dengan cara penyebaran angket yang disusun sesuai permasalahan yang diteliti.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut:

a. Peneliti membaca berbagai sumber untuk menguatkan kajian teori sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan instrumen penelitian.

b. Penyusunan kisi-kisi angket, terlebih dahulu ditetapkan variabel, kemudian menjadi sub variabel. Setelah itu menjadi beberapa indikator, kisi-kisi angket tersebut diturunkan menjadi butir-butir pernyataan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman.

c. Untuk menguji validitas alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan judge oleh3 (tiga) orang dosen STKIP PGRI Padang (“Bapak Dr.

Yuzarion Zubir, S. Ag, S. Psi., M.si, Ibu Rahma Wira Nita, M.Pd.,Kons, dan Bapak Rici Kardo, M.Pd”). Dari60 item, setelah dilakukan analisis hasil judge ternyata semua item diterima, jadi item yang diterima berjumlah 60.

d. Setelah dijudge ada beberapa hal yang mungkin perlu diperbaiki, kemudian angket diperbaiki dan dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing.

e. Selanjutnya dilakukan uji coba angket kepada 10 orang responden di luar dari sampel penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.

f. Selanjutnya melakukan uji validitas dan reliabilitas.

g. Reliabel menunjukan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dikumpulkan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik mencari reabilitas.

h. Selanjutnya memberikan angket kepada responden yang menjadi subjek penelitian.

Angket yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat pengolahan berdasarkan item pernyataan penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan.

4. Menghitung interval skor masing-masing sub variabel dan indikator yang diperoleh dengan menggunakan rumus. Menurut Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003:38) mencari interval skor sebagai berikut:

I = Skor ideal tertinggi–Skor ideal terendah Alternatif jawaban

5. Menetapkan data mencari persentase.

Teknik yang digunakan untuk

(5)

menganalisis data adalah secara deskriptif dengan menggunakan persentase Sudjana (2002:50) sebagai berikut :

P = × 100 Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap Hasil dan Pembahasan

1. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari segi subindikator perencanaan layanan konseling perorangan yaitu;

Dilihat dari hasil analisis, dapat diketahui perencanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta ddidik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman berada pada kritria sangat baik dengan presentase tidak ada, kriteria baik dengan persentase (13,33%), sedangkan pada kriteria cukup baik dengan persentase (46,67%), kriteria kurang baik dengan persentase (40,00%) dan kategori sangat kurang baik tidak ada.

Berdasarkan analisis peneliti, dapat disimpulkan bahwa perencanaan layanan konseling perorangan sudah terlaksana dengan baik terlihat pada analisis data di atas termasuk kriteria cukup baik. Pemberian bantuan layanan konseling perorangan dapat terlaksanaan apabila konselor bisa mengidentikiasi klien secara tepat. Adapun hambatan yang ditemukan saat pemberian bantuan seperti keterbatasan tenaga guru BK sehingga memerlukan proses yang cukup lama. Akan tetapi, hambatan tersebut tidak sepenuhnya menganggu kerja guru BK disaat pemberian bantuan layanan konseling perorangan. Adanya kerjasama antara guru wali kelas, guru mata pelajaran dan orangtua peserta didik dalam membantu peningkatan motivasi belajarnya.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Prayitno (2012: 144) menyebutkan bahwa perencanaan layanan konseling perorangan tidak terlepas dengan: Awal konselor untuk mengidentifikasi klien dengan baik melalui proses

pemanggilan maupun melalui perjanjian bagi klien yang memerlukan waktu tersendiri untuk bertemu dengan konselor. Setelah itu, menetapkan waktu pertemuan, tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan, fasilitas layanan dan kelengkapan administrasi merupakan bagian perencanaan yang esensial. Hasilnya, semuanya dikemas dalam Satuan Layanan (SATLAN).

Selanjutnya tempat layanan dengan suasana yang nyaman dan menjamin terlaksananya asas kerahasiaan menjadi kewajiban konselor untuk menciptakannya.

2. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari segi subindikator pelaksanaan layanan konseling perorangan yaitu;

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, dapat diketahui pelaksanaan layanan konseling peorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari pelaksanaan layanan konseling berada pada kriteria sangat baik dengan presentase (3,33%), kriteria baik dengan presentase (16,67%), sedangkan kriteria cukup baik dengan persentase (60,00%), sementara itu kriteria kurang baik dengan persentase (20,00%) dan kategori sangat kurang baik dengan persentase tidak ada.

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan layanan konseling perorangan termasuk kriteria cukup baik dan sangat lancar dalam pemberian bantuan layanan konseling sehingga sedikit ditemukan hambatan dalam menjalankan proses konseling yaitu guru BK belum bisa menerapkan teknik khusus seperti teknik penenangan sederhana dan guru BK kurang profesional dalam pemberian bantuan kepada peserta didik.

Sejalan dengan hal di atas, menurut Prayitno (2012: 144) pelaksanaan layanan konseling perorangan terselenggara sejak konselor menerima klien melalui berbagai kegiatan terutama menyelenggarakan penstrukturan, membahas masalah klien dengan menggunakan teknik umum dan teknik khusus dari layanan konseling

(6)

perorangan serta memantapkan komitmen klien dalam pengentasan masalahnya.

3. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari segi subindikator evaluasi layanan konseling perorangan yaitu;

Hasil analisis tabel di atas, dapat dilihat pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman berada pada kriteria sangat baik dan kriteria baik dengan presentase sama-sama tidak ada, kriteria cukup baik dengan persentase (60,00%), kriteria kurang baik dengan persentase (26,67%), kriteria sangat kurang baik dengan persentase (13,33%).

Berdasarkan analisis peneliti bahwa evaluasi layanan konseling perorangan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik sudah berada pada kriteria cukup baik sehingga tidak ditemukan hambatan dalam pemberian bantuan oleh guru BK kepada peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Aqib (2012: 8) bahwa penilaian proses dalam kegiatan layanan konseling perorangan dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur yang tercantum di dalam satuan layanan dan satuan pendukung untuk mengetahui efektifitas dan efisien pelaksanaan kegiatan layanan konseling sedangkan penilaian hasil untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan layanan.

4. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari segi subindikator tindak lanjut layanan konseling perorangan yaitu;

Analisis tabel di atas, dapat diketahui pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari tindak lanjut berada pada kriteria sangat baik dengan persentase (3,33%), kriteria baik dengan persentase (36,67%), kriteria cukup baik dengan persentase (26,67%) sedangkan kriteria kurang baik dengan presentase

(30,00%) dan kriteria sangat kurang baik dengan presentase (3,33%).

Berdasarkan analisa penulis bahwa tindak lanjut layanan konseling perorangan kurang diterapkan dengan baik tindak lanjut karena hanya diperlukan sesekali oleh klien dalam mengatasi permasalahannya khusus motivasi belajar. Oleh karena itu, hasil pengolah data terlihat pada kriteria baik.

Hal ini menandai bahwa pemberian bantuan sudah terlaksanan dengan baik oleh guru BK untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan tidak ditemukan hambatan dalam pemberian bantuan pelayanan konseling ini.

Berdasarkan analisis di atas, menurut Prayitno (2012:144) konselor menetapkan jenis, dan arah tindak lanjut serta mengkomunikasikannya kepada pihak terkait, yaitu klien (jika diperlukan), pihak ketiga dengan tetap menjaga asas kerahasiaan dan dokumentasi Laporan Pelaksanaan Program (LAPELPROG) disiapkan dan didokumentasikan dengan sebaik- baiknya.

Kesimpulan dan Saran

Hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman sebagai berikut:

1. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari perencanaan layanan konseling perorangan berada pada kategori cukup baik dengan prsentase (46,67%).

2. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari pelaksanaan layanan konseling berada pada kategori cukup baik dengan presentase (60,00%).

3. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 2 Pariaman dilihat dari evaluasi layanan konseling berada pada kategori cukup baik dengan presentase (60,00%).

4. Pelaksanaan layanan konseling perorangan dalam meningktakan motivasi belajar peserta didik di kelas XII SMA

(7)

Negeri 2 Pariaman dilihat dari tindak lanjut layanan konseling berada pada kategori baik dengan presentase (36,67%).

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada:

1. Peserta Didik

Peserta didik agar lebih meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran di sekolah dan lebih meningkatkan motivasi belajarnya dalam proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik sesuai dengan keinginan peserta didik.

2. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Pariaman agar dapat memperhatikan keadaan ruangan Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang baik dan melengkapi fasilitas dalam ruangan Bimbingan dan Konseling agar peserta didik mendapatkan pelayanan secara maksimal.

3. Guru BK

Guru BK agar bisa profesional dalam membuat program dan menyelenggarakan pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan baik. Dalam memberikan bantuan layanan konseling guru BK harus dapat mengidentifikasi masalah peserta didik secara lebih mendalam agar peserta didik bisa dibimbing ke arah yang lebih baik dan guru BK harus dapat menanyakan kembali kepada peserta didik apa yang didapat setelah diberikan layanan konseling agar peserta didik dapat memunculkan kembali motivasi belajar untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

4. Guru Mata Pelajaran

Guru Mata Pelajaran agar lebih ditingkatkan keprofesionalan dan soft skillnya dalam mendidik peserta didik selama (PBM) dan dibutuhkan ilmu pengetahuan guru mata pelajaran dalam mendidik peserta didik agar peserta didik tidak berkasus dengan guru mata pelajaran dan membantu peserta didik dapat bisa memahami pelajaran yang diberikan guru.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling

Program Studi Bimbingan dan Konseling hendaknya mampu menyiapkan calon pendidik yang memiliki soft skill yang tinggi dan menguasai berbagai ilmu agar dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar dalam proses pembelajaran khususnya

mengembangkan kemampuan belajar peserta didik.

6. Peneliti Selanjutnya

Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dampak penurunan motivasi belajar yang sedang dialami peserta didik sehingga berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik.

Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:

Yrama Widya

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: cv.

Pustaka Setia.

Khodijah, Nyanyuk. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mangkuatmodjo, Soegyarto. (2003).

Pengantar Statistik. Jakarta:

Rineka Cipta

Nurihsan, Juntika Achmad. (2009).

Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Prayitno dan Erman Amti. (2013). Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. UNP Press.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

(8)

Yusuf, A. Muri. (2007). Metode Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Description of content: EPA is seeking public comment on a 27 September 2018 petition requesting that the agency reduce the tolerance of the pesticide glyphosate in or on oats and

Ảnh hưởng của Astaxanthin đến màu sắc cá chép Koi trong 60 ngày nuôi Kết quả nghiên cứu trong 60 ngày nuôi cho thấy, cá được nuôi với thức ăn có bổ sung hàm lượng astaxanthin ở NT2,