• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Pembangunan Fly Over Nurtanio

N/A
N/A
Akfa Satrio Wijazakto

Academic year: 2025

Membagikan "Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Pembangunan Fly Over Nurtanio"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORED PILE P2 PADA PEMBANGUNAN FLY OVER NURTANIO, BANDUNG, JAWA

BARAT

Samiya Karima1, Suripto, S.T.,M.Si.2

Program Studi Konstruksi Sipil, Politeknik Negeri Jakarta Jalan. Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus Baru UI Depok,

16424 Telepon: (021) 7270036, (021) 7270044, Fax:

(021)7270034

[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Pondasi Bored Pile adalah jenis pondasi dalam, yang pengerjaannya dilakukan di atas tanah yang telah dibor terlebih dahulu, lalu diisi tulangan dan dicor beton.

Penggunaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Fly Over Nurtanio dipilih karena hanya menimbulkan getaran yang minim, sehingga tidak akan mempengaruhi bangunan yang ada disekitarnya. Pondasi Bored Pile juga tidak menimbulkan suara bising, yang mana kondisi ini tidak mengganggu aktivitas di sekitar lokasi proyek yang berada di Dekat Stasiun Padalarang dan Kantor PLN.

Pelaksanaan Pekerjaan struktur bangunan khususnya pekerjaan pondasi harus memiliki metode kerja yang dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan aman.

Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis proses pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile, mulai dari tahap pekerjaan persiapan, pengukuran, pengeboran, pembesian, pengecoran, hingga pengetesan. Dalam pelaksanaannya dapat diketahui kebutuhan alat, bahan, waktu dan produktivitas pekerjaan.

Kata Kunci : Pondasi Bored Pile, Produktivitas, Pelaksanaan Pekerjaan

(2)

VII

(3)

2.1. Fly Over

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fly Over, yang juga disebut sebagai jalan layang, adalah jalan yang dibangun untuk menghindari benturan langsung antara kendaraan yang berjalan di atas jalan raya atau perlintasan kereta api. Jalan layang terdiri dari dua bagian, yaitu struktur atas dan bawah. Struktur atas terdiri dari pelat lantai, balok diafragma, deck slab, dan balok prategang. Struktur bawah terdiri dari abutment, pilar, dan pondasi.

2.1.1. Pengertian Pondasi

Pondasi adalah struktur bagian bawah yang berada di bawah permukaan tanah yang berfungsi menopang berat pondasi sendiri dan beban struktur yang berada di atas. Setelah itu, beban struktur ini diteruskan ke dalam tanah atau batuan di bawahnya tanpa membuat tanah bergeser, tanah turun, atau pondasi runtuh. Ini memastikan bahwa batas ambang daya dukung tanah tidak terlampaui. Sardjono (1988) menyatakan bahwa dalam perencanaan pondasi sebuah struktur, ada banyak jenis pondasi yang dapat digunakan. Jenis pondasi yang dipilih didasarkan pada dua faktor:

1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi;

2. Besarnya beban dan berat bangunan atas;

3. Kondisi tanah di mana bangunan akan dibangun;

4. Pertimbangkan biaya pondasi sambil mempertimbangkan beban bangunan atas.

Pondasi dalam seperti pondasi tiang pancang (spun pile) dan pondasi tiang bor (bored pile) memiliki kemampuan untuk membawa beban bangunan ke kedalaman tanah keras yang sangat dalam.

2.1.2. Bored Pile

Struktur pondasi yang disebut bored pile dilakukan dengan alat khusus. Bisa menembus struktur pondasi tiang pancang hingga kedalaman yang direncanakan.

Proses pengecoran menyelesaikan isi pondasi dengan besi pondasi.

Pondasi bored pile yang digunakan pada proyek Fly Over Nurtanio memiliki diameter 800 mm dan kedalaman minimum 30 m dan kedalaman maksimum 36 m.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa :

(4)

nilai D/B = 30 / 0,8 = 37,5, dan pondasi yang digunakan termasuk ke dalam jenis pondasi dalam karena nilai D/B > 4-5.

Kapasitas Alat Bor

 Metode Basah

Jika pengeboran melewati muka air tanah, metode basah biasanya digunakan.

Akibatnya, lubang bor selalu longsor jika dinding tidak ditahan. Lubang bor diisi dengan larutan tanah lempung atau bentonite atau larutan polimer agar lubang bor tidak longsor. Setelah kedalaman yang diinginkan dicapai, lubang bor dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke kedalaman lubang bor saat cairan bentonite masih ada di dalamnya. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang bor menggunakan pipa tremie. Pengeboran dapat digunakan lagi di tempat lain setelah larutan yang keluar dari lubang ditampung.

 Metode Kering

Gambar 2. 1 Metode Basah Pengeboran (Sumber : Internet)

Metode kering biasanya digunakan di atas air tanah. Ketika dibor dinding lubangnya, tanah ini tidak longsor dan memiliki karakteristik seperti lempung kaku homogen. Mesin bor tanpa casing digunakan untuk membuat lubang. Selanjutnya, tanah di dasar lubang bor dikeluarkan dari lubang. Setelah dirangkai, tulangan dimasukkan ke dalam lubang bor dan dicor. Jika permeabilitas tanah rendah, metode kering juga dapat digunakan pada tanah di bawah muka air tanah untuk mencegah air masuk ke dalam lubang bor saat pengeboran. Metode ini memaksimalkan daya dukung

(5)

dengan mengurangi kehilangan nilai friksi yang disebabkan oleh pengeboran. Ilustrasi pekerjaan dengan metode kering dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2. 2 Metode Kering Pengeboran (Sumber : Internet)

 Metode Casing

Metode ini digunakan dalam situasi di mana lubang bor sangat mudah longsor, seperti ketika tanah di lokasi berada di bawah muka air tanah. Casing, juga dikenal sebagai pipa selubung baja, digunakan untuk mencegah lubang bor longsor. Dalam kebanyakan kasus, casing terbuat dari pipa baja yang memiliki diameter yang sama atau lebih besar daripada lubang yang akan dibuat. Anda dapat memilih casing permanen atau sementara; namun, casing sementara lebih baik karena daya dukung friksi yang lebih sedikit.

Sebuah pipa selubung dipasang ke lubang bor dengan menekan, menggetarkan, atau memancang casing hingga kedalaman tertentu. Sebelum menembus muka air tanah, casing dipasang. Tanah yang ada di dalam casing dikeluarkan pada saat penggalian atau setelah mencapai kedalaman yang diinginkan. Casing dikeluarkan dari lubang setelah pengecoran, tetapi kadang-kadang tetap ada. Casing juga membantu mengarahkan pengeboran dan melindungi pekerja dan mencegah tanah 6

(6)

jatuh ke lubang, tetapi kedalaman masuknya terbatas dan casing permanen mahal.

Ilustrasi pekerjaan dengan metode casing dapat di lihat padaGambar 2.3.

Gambar 2. 3 Metode Casing Pengeboran (Sumber : Internet)

Pada proyek pembangunan Fly Over Nurtanio metode yang digunakan ialah metode basah. Metode basah digunakan pada kondisi tanah yang mudah longsor atau runtuh.

Berdasarkan hasil data hasil pengujian Borlog pada Proyek Fly Over Nurtanio diketahui pada elevasi -16 sampai -28 m merupakan tanah berpasir, sehingga pada kedalaman tersebut dibutuhkan air.

2.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Tim surveyor mengukur titik koordinat Bored Pile pondasi dengan menggunakan theodolite atau waterpass. Setelah titik bor atau garis pusat ditemukan, patok atau tanda diletakkan di lokasi rencana balok bor. Ini dilakukan untuk memastikan posisi titik koordinat yang akan dipancang sehingga pengeboran atau pemasangan tidak terjadi kesalahan.

(7)

2.2.1. Pengukuran Pondasi Bored Pile

Tim surveyor mengukur titik koodinat pondasi bored pile dengan menggunakan theodolite atau waterpass alat. Setelah titik bor telah ditentukan, tanda atau patok dipasang pada lokasi rencana balok bor. Proses ini bertujuan untuk menentukan posisi titik koordinat yang akan dibor, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengeboran. Cara menentukan lokasi bor adalah sebagai berikut:

a) Surveyor dan semua stasiun berada di titik BM (Bench Mark) untuk menempatkan titik bantuan pertama. Dalam diagram toko, titik bantuan ini harus ada.

b) Arahkan semua stasiun yang sudah diatur levelingnya ke titik bantuan. Kemudian, set arah balik bantuan (0,0).

c) Pengukur memulai pengukuran dengan memasukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri. Setelah koordinat tempat berdiri dimasukkan, alat secara otomatis meminta informasi tentang sudut yang dituju dan tinggi prisma.

d) Asisten peninjau berdiri di sekitar lokasi titik bor dengan prisma reflektor target di tangannya.

e) Peneliti mengarahkan asisten peneliti sesuai dengan koordinat. Jika bacaan total stasiun menunjukkan nilai minus, itu menunjukkan bahwa asisten surveyor berada di sumbu negatif atau arah kiri koordinat yang ditentukan. Sebaliknya, jika bacaan total stasiun menunjukkan nilai positif, itu menunjukkan bahwa letak bidikkan berada di sumbu positif atau arah kanan koordinat.

f) Peneliti mengarahkan asisten peneliti hingga tepat berada di titik pengeboran yang akan ditargetkan. Setelah titik di lapangan yang sesuai dengan koordinat yang ditunjukkan dalam diagram toko, patok dengan tanda tali merah putih digunakan untuk menandai titik tersebut.

Dalam kebanyakan kasus, tugas pengukuran atau survei adalah untuk:

1. Menentukan letak setiap bentuk di atas permukaan bumi;

2. Menentukan panjang, arah, dan posisi suatu garis yang merupakan batas area tertentu.

3. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu di atas atau di bawah suatu bidang yang berpedoman pada bidang permukaan air laut tenang.

4. Menentukan bentuk atau reloef permukaan tanah dan luasnya.

(8)

2.2.2. Pelaksanaan Pengeboran Bored Pile

Sebelum memulai pengeboran, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan ukuran casing dan gantungan (stopping) untuk setiap lubang bor.

Ukuran casing biasanya enam meter untuk lubang dengan tanah dengan kelongsoran yang cukup dalam, sedangkan empat meter untuk lubang dengan tanah dengan kelongsoran yang lebih dangkal. Ukuran gantungan (stopping) berguna untuk menyesuaikan dengan lubang yang memiliki kelongsoran yang lebih dangkal.

a) Pekerjaan Persiapan Pengeboran

Setelah titik bor ditemukan, tanah di sekitarnya diperiksa sebelum dipasang plat, yang berfungsi untuk meratakan tanah dari berbagai elevasi. Setelah itu, bawa peralatan bor, seperti bucket auger dan bucket cleaner, ke lokasi yang telah ditentukan. Selanjutnya, posisikan mesin secara horizontal. Pada bagian body crane yang dekat dengan bagian mesin bor, waterpass biasanya digunakan untuk mengetahui posisi horizontalnya.

b) Pengeboran Awal:

Pada tahap awal, seharusnya digunakan mata bor auger dan bucket drilling untuk pengeboran lebih dalam. Pengeboran awal harus dilakukan dengan hati-hati sampai muka air tanah. Lubang bor tidak boleh miring agar hasil yang diinginkan dicapai.

Operator menggunakan alat koordinat yang biasanya ada pada mesin bor untuk menemukan posisi titik bor. Biasanya, operator menggunakan titik bantu yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk menemukan posisi mesin bor sendiri. Jadi, ketika badan mesin bor berputar untuk mengeluarkan tanah yang dihasilkan dari pengeboran, mesin bor dapat kembali ke posisi awalnya.

c) Pemasangan Casing Sementara:

Setelah pengeboran pertama selesai, casing sementara dipasang dengan cranes untuk menyesuaikan posisinya. Ada dua lubang pada kiri dan kanannya yang berfungsi sebagai tempat pengait crane masuk.

d) Pengeboran Lanjutan

Pengeboran dilanjutkan sampai dengan kedalaman rencana.

2.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Bored Pile

Pembuatan tulangan Bored Pile menggunakan alat bar bender dan bar cutter.Dengan produktivitas bar bender dan bar cutter.

(9)

1. Bar Cutter

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎 𝑠

𝑗𝑎𝑚

= 2. Bar Bender

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎 𝑠

𝑗𝑎𝑚

=

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐶𝑇 … … … (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.1)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡

𝐶𝑇 … … … (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.1)

Pelaksanaan Pengerjaan instalasi pembesian Bored pile meliputi dua tahap pekerjaan, adapun pengerjaannya sebagai berikut:

1. Pekerjaan Persiapan

Dalam persiapan, bagian-bagian tulangan besi yang telah dirangkai dan akan dipasang pada lubang bor diperiksa. Ini termasuk ikatan tulangan besi yang telah dibuat antara tulangan utama dan tulangan spiral, spacer besi, dan penggantung yang disesuaikan dengan ukuran potongan tingkat yang ditunjukkan pada gambar desain.

Setelah pengecekan selesai, kerangka besi dipindahkan ke area yang lebih dekat dengan lubang bor dan diletakkan di atas sebuah tumpuan agar tidak menyentuh tanah. Selain itu, pengangkatan kerangka besi harus dilakukan dengan teliti agar proses instalasi lebih mudah dan mengurangi kerusakan.

2. Instalasi Tulangan Bored Pile

Pada Proyek Fly Over Nurtanio, instalasi kerangka besi dilakukan dalam tiga sesi untuk mempermudah pekerjaan jika tulangan besi lebih dari 12 meter.

Keranjang besi pertama dimasukkan ke dalam lubang bor dengan crane setelah seling dan shackle diikat pada kaitan keranjang. Setelah kerangka besi pertama masuk ke dalam lubang, ia diganjal pada casing.

Bagian keranjang besi berikutnya kemudian diangkat dengan crane dan diletakkan di atas keranjang besi pertama yang telah diganjal sebelumnya.

Selanjutnya, las digunakan untuk menyambungkan keranjang besi pertama dan kedua. SNI menetapkan panjang penyambungan besi 40D (SNI 2847 2019).

Setelah kedua kerangka besi dihubungkan, kerangka besi diturunkan sampai

(10)

dengan casing untuk memastikan bahwa kerangka besi berada pada kedalaman yang ditetapkan sebelum proses pengecoran dimulai.

10

(11)

2.2.4. Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran

Proses pengecoran Bored Pile terdiri dari empat langkah pekerjaan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Persiapan:

Untuk memulai, gunakan gambar situasi lubang untuk menentukan bagaimana truk mixer beton akan masuk ke lubang bor yang akan dicor. Dasar lintasan harus kuat sehingga truk mixer dan beton readymix dapat diangkut.

Untuk pengecoran yang efektif, alat yang akan digunakan, termasuk pipa tremie, harus disiapkan agar beton segar dapat mengalir dengan baik ke lubang bor.

Selain itu, baut pengunci crane harus disiapkan agar pipa tremie dapat diangkat dan disambung lebih cepat.

Untuk memastikan spesifikasi beton yang diinginkan, uji slump flow harus dilakukan sebelum pengecoran dimulai. Untuk proyek Pembangunan Fly Over Nurtanio, nilai uji slump flow yang direncanakan adalah 55 hingga 65 cm

2. Instalasi Pipa Tremie:

Untuk mencapai kedalaman tanah yang dimaksud, beberapa pipa harus dipasang karena panjang pipa tremie adalah tiga meter. Pemasangan pipa tremie harus dilakukan dengan teliti dan dengan cara yang tepat. Pembangunan Fly Over Nurtanio menggunakan sepuluh pipa tremie untuk satu pondasi. Sambungan pipa tremie harus kedap air agar beton yang akan dicor dapat mengalir dengan baik.

3. Pengecoran

Sebelum pengecoran dimulai pada setiap truk mixer beton setelah tremie dipasang pada pasa lubang bor, tiga sampel diambil dan diuji kekuatan tekannya. Untuk memulai proses penuangan beton ke dalam tremie, tuas truk mixer ditarik keluar dari corong lintasan. Beton yang pertama masuk dibuang dengan cepat untuk mengeluarkan lumpur.

 Selama proses penuangan beton, pipa tremie tidak boleh bergerak naik turun kecuali pada tahap pengecoran yang paling akhir. Selama proses pengecoran, ujung bawah pipa tremie harus terbenam dalam beton di lubang bor setinggi 1,5 meter atau hingga 6 meter. Jika pipa tremie terbenam lebih dari 6 meter, pipa akan dipotong. Pengecoran dilakukan hingga beton mencapai cut of level (COL) dan

(12)

ditambah dengan toleransi yang telah disepakati sebelumnya yaitu sekitar 1 meter.

 Pencabutan Temporary Casing

Setelah pengecoran selesai, casing sementara—juga dikenal sebagai casing sementara—dicabut. Ini dilakukan dengan mengunci lubang di kedua sisi casing pada crane dan kemudian diangkat dengan hati-hati agar casing tidak miring saat dicabut. Dengan demikian, proses pengecoran pile bor selesai. Casing sementara yang digunakan berdiameter 0,8 m dan kedalaman 6 m.

2.3. Produktivitas Pekerjaan Bored Pile

a Pre – Boring : 45 menit

b Pengeboran sampai kedalaman rencana : 90 menit

c Pemasangan besi tulangan : 30 menit

d Pemasangan Tremi : 60 menit

e Pengecoran : 45 menit

f Pengangkatan casing : 20 menit

2.3.1. Produktivitas Pengukuran Pondasi Bored Pile Perhitungan produktivitas pekerjaan penentuan titik bor Waktu efektif = 80 % x Waktu kerja pengukuran (jam)

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (80%) 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 =… … …

(𝑝𝑒𝑟𝑠 2.3)

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

… … … … (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.4)

2.3.2. Produktivitas Pengeboran Pondasi Bored Pile 1. Produktivitas Pengeboran

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑏𝑜𝑟𝑎𝑛 =

𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑏𝑜𝑟𝑎𝑛

… (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.5)

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑏𝑜𝑟𝑎𝑛

𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔

= 𝑏𝑜𝑟

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖(𝑝𝑒𝑟𝑠 2.6)

(13)

12

(14)

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑙𝑎𝑡

= 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑏𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛

× 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 … … … … (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.7)

2. Produktivitas Instalasi Casing 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑗𝑎𝑚 =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 . (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.8)

2.3.3. Produktivitas Pengecoran Pondasi Bored Pile 1. Durasi untuk pekerjaan pengecoran 1 pondasi bored pile:

𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = ((𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝐶𝑇) + (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑟𝑖𝑝 − 1) × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢)

− ((𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 × (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑟𝑖𝑝 − 1)) (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.9)

2. Kebutuhan tenaga kerja pengecoran 1 titik pondasi 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

× 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖

2.4. Alat Pekerjaan Pondasi Bored Pile 2.4.1. Alat-alat Pada Pekerjaan Bored Pile

… … … (𝑝𝑒𝑟𝑠 2.10)

Dalam setiap proyek konstruksi, proyek membutuhkan peralatan pendukung untuk setiap pekerjaan. Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Peralatan yang digunakan dalam pengembangan proyek harus disesuaikan dengan situasi aktual, kebutuhan, serta pekerjaan yang dilakukan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor, dibutuhkan alat-alat yang dapat mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan, antara lain :

Tabel 2. 1 Alat Pengukuran Pekerjaan Bored Pile

No. Alat Gambar Fungsi

1 Total Station Untuk menentukan titik as

bangunan, membuat sudut bangunan

(15)

2 Prisma polygon single topcon

Sebagai reflektor atau target dari alat ukur Total Station

13

(16)

3 Tripod Sebagai dudukan Total Station

4 Rambu Ukur Sebagai alat bantu untuk

menentukan beda tinggi dan jarak

5 Jalon Penanda suatu titik

6 Rol Meter Mengukur jarak atau

panjang

7 Staf Level Ketinggian dan ketegakkan

alat

8 Unting – Unting Mengecek ketegakkan rambu

ukur, tripod (Sumber : Data Pribadi)

Bore machine

14

(17)

Gambar 2. 4 Bore Machine (Sumber : Observasi Lapangan)

Alat berat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan digunakan dalam proses pengeboran pondasi bored pile. Untuk Proyek Fly Over Nurtanio Bandung, digunakan bore machine yang berdiameter 800 mm.

Excavator

Gambar 2. 5 Excavator (Sumber : Observasi Lapangan)

Alat berat ini digunakan pada pekerjaan bored pile untuk tujuan pekerjaan pengangkutan tanah sisa/lumpur kemudian dipindahkan ke dump truck untuk pembersihan lahan. Alat berat ini digunakan pada Proyek Fly Over Nurtanio adalah excavator berjenis 120-140 HP dan berjumlah 1 unit.

Dump Truck

(18)

Gambar 2. 6 Dump Truck (Sumber : Observasi Lapangan)

Untuk mobilisasi tanah urugan atau beton hasil, maka perlu menggunakan Dump Truck dengan kapasitas 6-7 m3 di Proyek Pembangunan Fly Over Nurtanio Bandung.

Crane on Truck

Gambar 2. 7 Crane On Truck (Sumber : Observasi Lapangan)

Crane on Truck digunakan untuk operasi Bored Pile di Proyek Pembangunan Fly Over Nurtanio Bandung, sebagian besar untuk keperluan memindahkan material bahan-bahan atau peralatan yang digunakan di lokasi proyek. Kapasitas beban maksimum truk crane ini adalah 80 ton.

 Bar Bender

16

(19)

Gambar 2. 8 Bar Bender (Sumber : Observasi Lapangan)

Dengan membuat berbagai macam profil yang diperlukan, Bar Bender adalah penekuk elektrik yang dimaksudkan untuk membengkokkan besi beton atau baja tulangan.

Bar Cutter

Gambar 2. 9 Bar Cutter (Sumber : Observasi Lapangan)

Bar Cutter adalah alat bertenaga listrik yang digunakan untuk memotong baja tulangan dengan kecepatan yang lebih cepat dan efisiensi energi. Gunting beton otomatis memiliki lebih banyak kapasitas untuk memotong besi atau baja daripada pemotong manusia.

17

(20)

Truck Mixer

Gambar 2. 10 Truck Mixer (Sumber : Observasi Lapangan)

Dalam pembangunan Fly Over Nurtanio Bandung, truk mixer dengan kapasitas 6 m3 digunakan. Salah satu fungsi truk mixer, juga dikenal sebagai truk molen, adalah mengangkut beton dari pabrik pembuatan ke lokasi sambil menjaga agar beton tetap cair dan tidak mengeras selama perjalanan. Truk mixer dari berbagai macam jenis melakukan tugas yang sama.

 Tremie Set

Pipa tremie biasanya dipasang di ujung bawah ember beton agar beton tidak langsung jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran.

 Perlengkapan Pengelasan

Las busur listrik, juga dikenal sebagai las listrik, adalah proses menyambungkan logam menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Pada saat yang sama, elektroda mencairkan logam dasar dan membentuk terak las; ujung elektroda mencair dan bercampur dengan bahan las.

 Pompa air

Pompa air menghisap air dari permukaan rendah ke permukaan tinggi dan mengalirkannya ke seluruh keran rumah.

Temporary Steel Casing

Casing ini memiliki panjang antara 3 hingga 6 meter dan berfungsi sebagai casing sementara saat pengeboran pondasi Bored Pile berlangsung. Mencegah terjadinya tanah longsor akibat kekuatan tanah yang terjadi.

Drilling Tools

Drilling Bucket digunakan untuk pengeboran di tanah kohesif dan non- kohesif di bawah permukaan air tanah yang mempunyai katup

(21)

18

(22)

pada bagian bawahnya untuk membuka jalur pengeboran. Drilling Bucket cocok untuk memecah dan mengoyak tanah keras hingga batuan keras sedang.

2.5. Material Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Material merupakan bahan berupa benda yang dibutuhkan sebuah proyek pembangunan untuk menjalankan konstruksi. Hampir sepertiga dari total biaya proyek digunakan untuk memenuhi kebutuhan material sehingga pengadaan material mendapat perhatian dari penyelengaraan proyek.

2.5.1. Beton

Beton merupakan material yang kuat dalam menahan gaya tekan tetapi lemah dalam menahan gaya tarik. Beton merupakan campuran dari bahan-bahan seperti agregat kasar, agregat halus, semen portland, air dan bahan tambahan lainnya. (Amalia, 2021)

A. Jenis- jenis beton

Jenis-jenis beton menurut SNI 03-2847-2002 berdasarkan berat satuannya dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Beton Ringan

Untuk elemen non-struktural, digunakan beton ringan dengan berat jenis <1900 kg/m3. Dibuat dengan membuat gelembung udara dalam adukan semen, menggunakan agregat ringan (batu apung atau tanah liat bakar) atau membuat beton non-pasir.

2. Beton standar

Hampir semua komponen struktural bangunan memiliki berat jenis 2200–2500 kg/m3.

3. Beton yang berat

Berat jenis lebih dari 2500 kg/m3 digunakan untuk struktur tertentu, seperti struktur yang dimaksudkan untuk tahan terhadap radiasi atom.

B. Kelebihan Beton:

1. Beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi jika dibandingkan dengan kebanyakan material lainnya.

2. Selain itu, beton sangat tahan terhadap api dan air.

3. Sangat ketat.

4. Prosedur pemeliharaan yang sederhana

(23)

5. Bangunan berumur panjang

6. Mudah dibuat, terbuat dari bahan lokal (batu pecah/kerikil, pasir, dan air), serta sebagian kecil semen dan baja tulangan yang dibawa dari luar.

7. Dapat diterapkan pada berbagai bentuk elemen struktur, seperti balok, kolom, pelat, cangkang, dll.

8. Efektif, terutama untuk struktur seperti pier, basement, pondasi, dan lainnya.

9. Tenaga kerja yang dilatih khusus tidak diperlukan.

B. Kelemahan Beton

1. Kekuatan tariknya rendah, sehingga diperlukan baja tulangan untuk menahan tarik.

2. Membutuhkan cetakan, bekisting, dan formwork sampai beton mengeras, yang dapat mengakibatkan biaya yang cukup tinggi.

3. Struktur biasanya berat karena kekuatan rendah per unit beratnya.

4. Karena kekuatan per unit volume yang rendah, struktur biasanya berukuran besar.

5. Beton memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda tergantung pada proporsi campuran dan proses penggabungan.

6. Volumenya berubah seiring waktu (ada susut dan rangkak).

C. Sifat-Sifat Beton 1. Beton Segar

a. Kemudahan pengerjaan/kemudahan kerja diukur dalam ukuran lump (cm) dan dipengaruhi oleh dua faktor:

1) Jumlah air yang digunakan lebih banyak, beton lebih mudah dikerjakan;

2) Penambahan semen: semakin banyak semen ditambahkan, semakin banyak air ditambahkan agar FAS tetap.

3) Mengatur campuran pasir dan kerikil secara bertahap.

4) Penggunaan kerikil sebanyak mungkin.

5) Menggunakan batuan yang berbentuk bulat.

b. Peluang segregasi meningkat karena agregat kasar cenderung memisahkan diri dari campuran adukan beton:

1) Campuran yang sedikit lemak atau tidak mengandung semen

(24)

2) Penggunaan air yang berlebihan 3) Besar butir kerikil yang digunakan 4) Campuran agregat kasar atau kurang

5) Pengecoran beton memiliki jatuh yang terlalu tinggi c. Mutu Beton

1) Mutu beton Ao dan Bo;

2) Beton dengan K kurang dari 125 biasanya digunakan untuk komponen bangunan non-struktural; dan

3) beton dengan K antara 125 dan 175 digunakan untuk lantai kerja atau penimbunan kembali.

4) Beton mutu K175 hingga K250 biasanya digunakan untuk struktur tanpa tulangan, seperti trotoar, siklop, dan pasangan batu kosong yang diisi adukan.

5) Bangunan bertulang, seperti gelagar, diafragma, kerb pracetak, gorong- gorong, pelat lantai jembatan, dan bangunan bawah jembatan, terbuat dari beton dengan mutu antara K250 dan K400.

6) Beton prategang, seperti tiang pancang, gelagar, dan pelat, biasanya bermutu K400–K800.

2.5.2. Beton SCC (Self Compacting Concrete)

Beton self-compacting, atau SCC, adalah beton segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena beratnya sendiri mengisi seluruh cetakan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa beton ini dapat memadatkan sendiri tanpa bantuan alat penggetar.

Beton SCC yang baik harus homogen, kohesif, tidak terbagi, dan tidak berdarah.

a. Kelebihan Self Compacting Concrete (SCC)

1. Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu dapat menahan slump tinggi dalam jangka waktu lama (slump keeping admixture).

2. Tidak memerlukan pemadatan manual.

3. Lebih homogen dan stabil.

4. Beton dapat dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi dengan kekuatan tekan yang lebih tinggi.

5. Lebih kedap, porositas lebih kecil.

(25)

6. Susut lebih rendah.

7. Struktur lebih awet (durable) dalam jangka panjang.

8. Karena agregat beton biasanya berukuran kecil, permukaannya tampak lebih baik dan halus, meningkatkan nilai estetis bangunan.

9. Suara lebih rendah saat proses pengecoran karena penggetaran manual tidak digunakan.

10. Karena beton dapat mengalir sendiri, biaya tenaga kerja menjadi lebih rendah.

b. Karakteristik Beton SCC

Berdasarkan spesifikasi SCC EFNARC, workability atau kelecekan campuran beton segar harus memenuhi kriteria berikut:

A. Filling ability—kemampuan beton SCC untuk mengisi keseluruhan bagian cetakan melalui beratnya sendiri; "filling ability" beton ditentukan dengan menggunakan tes aliran slump dengan kerucut Abrams.

Gambar 2. 1 Filling Ability Beton SCC (Sumber : Internet)

B. Kemampuan melalui beton SCC, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk melalui celah antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa mengisolasi atau membatasi. Uji kotak L-bentuk dilakukan untuk mengukur "passing ability" beton SCC. Untuk melakukannya, uji kotak L-bentuk menghasilkan nilai rasio pembongkaran, yaitu nilai yang diperoleh dari perbandingan H2/H1. Nilai rasio pembongkaran yang lebih tinggi menunjukkan kapasitas beton segar untuk mengalir dengan viskositas tertentu, dan rentang nilai rasio pembongkaran untuk kriteria beton SCC berkisar antara 0,8 dan 1,0.

(26)

Gambar 2. 2 Passing Ability Beton SCC (Sumber : Internet)

C. Kemampuan beton SCC untuk mempertahankan komposisi yang homogen selama transportasi hingga pengecoran dikenal sebagai resistensi segregasi.

V- Funnel test digunakan untuk mengukur viskositas beton SCC serta

"resistensi segregasi". Dalam waktu 3–15 detik, beton segar dapat mengalir dengan cepat melalui mulut V-funnel di ujung bawahnya. Gambar dibawah ini menunjukkan uji V-funnel.

Gambar 2. 3 Funnel Test Beton SCC (Sumber : Internet)

c. Konsep dasar Produksi Beton SCC

(27)

Gambar 2. 4 Konsep Dasar Produksi Beton SCC (Sumber : Internet)

2.5.3. Semen Portland

Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari bubuk halus yang dibuat dengan menghaluskan klinker, yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis. Batu gips juga digunakan sebagai bahan tambahan. Dibagi menjadi lima jenis semen portland berdasarkan cara mereka digunakan.

1. Semen portland tipe I, yang biasanya digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak membutuhkan hidrasi termal dan kuat tekan awal yang tinggi. Tipe I juga cocok untuk digunakan di lokasi konstruksi yang rendah sulfat dan lepas pantai.

2. Semen Portland Tipe II: Semen Portland tipe II biasanya digunakan untuk membangun dermaga, saluran irigasi, lahan basah, tepi laut, dan

bendungan karena sifatnya yang tahan terhadap asam sulfat antara 0,10 dan 0,20.

3. Semen Portland Tipe III: Semen Portland tipe III memiliki hidrasi panas sedang dan tahan terhadap asam sulfat antara 0,10 dan 0,20. Jika digunakan untuk memenuhi persyaratan struktural khusus, semen Portland Tipe III dapat digunakan untuk membuat gedung pencakar langit, bandara, bangunan bawah air, jalan beton atau jalan raya, dan bangunan bawah air yang tidak

membutuhkan ketahanan asam sulfat dan memiliki kuat tekan awal yang tinggi setelah proses pengerasan dan penyelesaian yang cepat selama 28 hari.

(28)

4. Semen Portland Tipe IV: Ini membutuhkan panas hidrasi rendah untuk pengecoran dan membutuhkan waktu pengerasan yang lama untuk mencegah keretakkan. Dam yang mencakup lapangan udara menggunakan Portland Type IV.

5. Semen Portland Berbentuk V : Semen portland tipe V dibuat untuk digunakan dalam struktur yang membutuhkan ketahanan tinggi terhadap asam sulfat di atas 0,20%. Ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan di lingkungan dengan kadar asam sulfat tinggi, seperti pipa bawah tanah, tangki bahan kimia, rawa, air laut dan pantai, serta daerah pertambangan. Konstruksi seperti

bendungan, pelabuhan, dan pembangkit listrik tenaga nuklir memerlukan jenis ini.

2.5.4. Agregat

Agregat (SNI No: 1737-1989-F) adalah campuran batu pecah, kerikil, pasir, atau bahan galian buatan dan alam lainnya. Beton dibuat dari butiran mineral dengan diameter dan kadar tertentu saat dicampur dengan semen atau air. Agregat membentuk hampir 75% volume beton, membuatnya lebih hemat biaya, dapat mengurangi penyusutan, dan memiliki workability yang lebih baik.

1. Agregat kasar (Coarse Aggregate)

Agregat kasar (Coarse Aggregate), yang biasanya disebut kerikil, berasal dari batu pecah yang dibuat oleh industri pemecah batu atau dari desintegrasi batuan yang terjadi secara alami.

a) Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Butiran pipih hanya boleh digunakan jika jumlah butirnya tidak melebihi 20% dari berat agregat.

b) Agregat kasar harus dicuci jika mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat keringnya.

c) Beton tidak boleh mengandung zat yang berpotensi merusaknya, seperti zat alkali.

d) Kerikil yang berasal dari batu yang telah pecah dapat berfungsi sebagai agregat kasar.

e) Agregat kasar harus diuji kekerasan menggunakan bejana penguji Rudeloff berbeban 20 ton.

2. Agregat Halus

Pasir yang dibuat oleh pemecah batu atau pasir yang berasal dari batuan yang hancur secara alami dapat digunakan untuk membuat beton. Agregat ini terdiri dari pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand), masing-masing berukuran

(29)

25

(30)

mm hingga 4,76 mm. Beton penahan radiasi dibuat dengan agregat halus dari serbuk besi pecah dan baja halus. Menurut PBI, agregat halus harus memenuhi syarat-syarat berikut:

A. Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam, keras, dan kekal yang tidak dapat hancur oleh cuaca dan suhu, seperti hujan;

B. Lumpur tidak boleh melebihi 5% dari berat keringnya, dan agregat halus harus dicuci jika mengandung lumpur lebih dari 5%.

C. Percobaan warna ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3% harus membuktikan bahwa agregat halus tidak mengandung terlalu banyak bahan organik (zat hidup).

D. Kelas kehalusan (Fineness Modulus) pasir kasar berkisar antara 3,2 dan 4,5.

Agregat halus harus terdiri dari banyak butiran yang bervariasi. Agregat halus harus terdiri dari berbagai jenis butiran dan, saat diayak dengan ayakan, harus memenuhi persyaratan berikut:

a) Sisa dengan berat minimal 2% di atas ayakan 4 mm

b) Sisa dengan berat minimal 10% di atas ayakan 1 milimeter c) Berat sisa di atas ayakan 0,025 adalah 80%–95%.

2.5.5. Air

Bahan utama dan paling murah untuk pembuatan beton adalah air. Air berfungsi sebagai reaktor untuk semen (± 25% berat semen) dan pelumas antar agregat. Untuk perawatan beton, air juga diperlukan. Untuk campuran beton, air harus sesuai dengan persyaratan berikut (SNI 03-6861.1-2002):

a. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak, atau bahan terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.

b. Tidak boleh ada bahan tersuspensi lebih dari 2 gram per liter.

c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam- asam, zat organik, dll.) lebih dari 15 gram per liter.

d. Kandungan chloride (Cl) tidak lebih dari 0,50 gram per liter dan senyawa sulfat (SO3) tidak lebih dari 1 gram per liter.

e. Kekuatan tekan beton yang digunakan air suling tidak boleh menurun lebih dari 10% jika dibandingkan dengan kekuatan tekan beton adukan.

f. Untuk beton pratekan, air tidak boleh mengandung klorida lebih dari 0,05 gram per liter.

26

(31)

2.5.6. Bahan Tambah

Bahan tambah digunakan bersama dengan komponen utama beton (air, semen, atau agregat) untuk mengubah sifat beton segar atau keras sebelum, segera, atau saat pengadukan. Hal ini memberikan sifat beton tertentu, seperti kemudahan kerja (workability), waktu pengikatan (diperlambat atau dipercepat), pengerasan, daya tahan, dan impermeabilitas. Bahan yang ditambahkan biasanya dalam jumlah kecil (dalam porsi berat semen) dan perlu diperhatikan dengan cermat. Terlalu banyak additif dapat mengurangi kualitas beton dan menyebabkan korosi pada tulangan.

2.5.7. Pengujian Beton Segar

Uji slump adalah uji kekakuan dan kosistensi campuran beton segar. Kinerja utama beton segar adalah kemudahan pengerjaan, yang ditunjukkan oleh konsistensi campuran saat diangkut, dicor, dan dipadatkan. Plastisitas campuran beton sama.

Beton yang lebih plastis lebih mudah diproses.

Pengujian slump didasarkan pada SNI 1972:2008 dan ICS 91.100.30, dan biasanya dilakukan secara langsung di lapangan pada setiap kedatangan campuran siap ke lokasi proyek. Nilai pecahan adalah hasil dari pengujian pecahan beton.

Satuan Internasional (SI) menguraikan nilai-nilai tersebut dan memiliki standar.

a. Metode Pengujian Slump Beton

Sebuah cetakan berbentuk kerucut terpancung dengan tinggi 300 mm, diameter alas 200 mm, dan diameter atas 100 mm, diisi dengan adukan beton dalam tiga lapis pengisian, dengan masing-masing lapis ditusuk sebanyak 25 kali dengan batang penusuk berdiameter 16 mm. Cetakan diangkat vertikal secara hati-hati, dan nilai slump adukan beton yang diuji diukur dari permukaan beton awal.(Gambar 2.13)

2.5.8. Baja Tulangan

Tulangan baja, atau kawat baja, dipasang pada beton bertulang untuk menahan tegangan tarik. Dua jenis tulangan baja yang tersedia di pasar adalah tulangan beton ulir dan tulangan beton polos. Menurut SNI 2052:2017:

1. Baja Tulangan beton Polos (BjTP) didefinisikan sebagai tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata yang tidak bersirip atau berair.

Tegangan leleh tulangan polos biasanya 240–280 Mpa (Prof. Dr. Ir Antonius, 2021).

(32)

27

(33)

SNI 2052:2017 mendefinisikan baja tulangan beton sirip atau ulir sebagai baja tulangan beton yang memiliki permukaan yang memiliki sirip atau ulir melintang dan memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan menahan gerakan membujur batang secara relatif terhadap beton. Tegangan leleh tulangan ulir biasanya berkisar antara 320 dan 420 Mpa (Prof. Dr. Ir Antonius, 2021).

Di pasar, ukuran tulangan polos tersedia dalam ukuran 6, 8, 10, 12, dan 16.

Tulangan ulir tersedia dalam hampir semua ukuran. Namun, SNI 2847-2019, bagian 20.2.1.1, menyatakan bahwa tulangan ulir harus digunakan untuk struktur. Hanya tulangan spiral, baja prategang, dan stud geser yang diizinkan untuk digunakan dengan tulangan polos. Notasi penulisan tulangan ulir dan diameter nominalnya disajikan dalam Tabel 2.7. (Prof. Dr. Ir Antonius, 2021).

2.9. CSL Test

2.9.1. Tujuan CSL Test

Untuk menilai integritas suatu pondasi yang terbuat dari beton, pengujian CSL (Crosshole Sonic Logging) adalah teknik pengujian yang sangat akurat. Metode ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi kualitas lokasi yang akan digunakan untuk spot poros pengeboran (drilling shafts).

2.9.2. Cara Kerja CSL

1. Persiapan dan Pemasangan Lubang Bor:

 Persiapan Lubang Bor : Lubang bor di dalam struktur beton dipersiapkan dengan diameter yang diperlukan untuk pengujian CSL.

 Pemasangan Sensor: Setelah lubang bor siap, sensor transduser ultrasonik dipasang. Ini biasanya dipasang secara berlawanan, misalnya, satu sensor di lubang bor A dan yang lainnya di lubang bor B.

 Pengisian dengan Media Akustik: Untuk membuat medium yang baik untuk propagasi gelombang ultrasonik, lubang bor diisi dengan media akustik, biasanya air atau gel akustik.

2. Pembuatan Gelombang Ultrasonik

 Pemancaran Sinyal: Media akustik, seperti beton, memungkinkan transmisi sinyal gelombang ultrasonik antara sensor.

 Penetrasi Medium: Gelombang ultrasonik memantul melalui beton dari berbagai antarmuka dan mengalami dispersi akustik sesuai dengan kecacatan dalam beton, seperti retakan, lubang, atau cacat lainnya.

28

(34)

3. Perekaman dan Pemrosesan Data:

 Perekaman Sinyal : Sinyal yang dikirim oleh setiap sensor disimpan dan ditampilkan dalam bentuk data digital.

 Analisis Data: Pola-pola yang menunjukkan cacat atau ketidaksempurnaan dalam beton ditemukan setelah mengumpulkan data. Misalnya, perubahan dalam waktu transmisi sinyal dapat menunjukkan retakan atau area lemah.

4. Memahami Hasil

 Evaluasi Integritas Struktural: Integritas struktural beton dinilai dengan mengevaluasi hasil CSL berdasarkan analisis data. Tempat-tempat yang menunjukkan ciri-ciri cacat atau kelemahan dapat diidentifikasi.

 Pengambilan Keputusan: Keputusan tentang kekuatan dan keamanan struktur fondasi dibuat berdasarkan hasil interpretasi data CSL. Jika diperlukan, tindakan perbaikan atau perawatan tambahan dapat disarankan.

2.10. PDA Test

2.10.1.Tujuan PDA Test

Driving Analyzer (PDA) adalah komputer yang dilengkapi dengan strain transducer dan accelerometer yang dapat mengukur besaran gaya dan respon terhadap gaya tumbukan yang diterapkan secara aksial pada tiang yang berasal dari palu atau beban lainnya yang menyebabkan regangan tinggi di sekitar kepala tiang. Metode CAPWAP (Case Pile Wave Analysis Program) digunakan untuk melakukan analisis data PDA. Program ini menggunakan pengukuran gaya dan kecepatan yang dikumpulkan selama pengujian Analyzer Penggerak Pile.

Dengan kata lain, analisis didasarkan pada pengukuran yang dilakukan pada fondasi dalam di bawah beban benturan. Model matematika satu dimensi adalah dasar program ini. Analisis CAPWAP biasanya digunakan untuk menghitung total daya dukung tiang serta distribusi friksi di sepanjang dan ujung tiang. Dengan pemodelan statik, CAPWAP dapat mensimulasikan hasil pengujian PDA dengan menghitung daya dukung fondasi dalam, memprediksi kurva beban-penurunan, dan menghitung besarnya tegangan tekan dan tarik. Perlu diingat bahwa kapasitas hasil CAPWAP adalah kapasitas tertinggi, jadi faktor kearnanan tertentu diperlukan untuk mendapatkan kapasitas izin.

2.10.2.Peralatan PDA Test

Peralatan yang digunakan pada test ini adalah :

(35)

1. Komputer PDA model PDA 8G, 2. Empat (4) strain transducers,

3. Empat (4) accelerometer (diproduksi oleh Pile Dynamic, Inc - USA) dan 4. Kabel penghubung

5. Peralatan pendukung lainnya (seperti gerinda, alat bor,).

6. Alat pelindung diri.

2.10.3.Prosedur Pengujian PDA Test

PDA diuji sesuai dengan ASTM D-4945. Pengujian dinamis tiang menggunakan gelombang satu dimensi yang terjadi ketika palu memukul tiang.

Untuk mengukur regangan dan percepatan selama pemancangan, dua strain transducer dan dua accelerometer dipasang di bagian atas tiang yang diuji, yang kira- kira 1,5 kali diameternya.

Pemasangan kedua instrumen pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan dalam kasus salah satu instrumen tidak berfungsi dengan baik. Pengukuran direkam oleh PDA dan dianalisis menggunakan metode kasus yang sudah dikenal, yang didasarkan pada teori gelombang satu dimensi.

Yang perlu diperhatikan saat memasang instrumen strain transducer dan accelerometer, yang harus dipasang dengan minimal dua buah, adalah posisinya harus sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur (kelentingan) tiang dapat diminimalkan. Karena data yang dikumpulkan dapat dikoreksi jika terjadi lenturan (bending) selama proses restrike, sehingga analisis tidak akurat.

Daya dukung aksial tiang dihitung melalui pengujian dinamis. Akibatnya, pemasangan instrumen dilakukan sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur selama pengujian seminimal mungkin dihilangkan. Pemasangan instrumen harus dilakukan dengan cara berikut: strain transducer harus dipasang pada garis netral, accelerometer harus ditempatkan berlawanan secara diametral, dan palu pancang harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.

Semua data berikut harus diberikan kepada penguji PDA sebelum pengujian, dan Kontraktor yang melakukan pemancangan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tersebut benar.

1. Nomor identifikasi pondasi tiang 2. Tanggal pemancangan

(36)

3. Bentuk penampang tiang dan dimensinya 4. Panjang seluruh tiang

5. Panjang pondasi tiang yang tertanam

6. Konfigurasi sambungan tiang (jika digunakan)

7. Data hammer yang digunakan untuk pengujian pda (re-strike)

Pengujian PDA akan menghasilkan hasil yang memenuhi salah satu dari dua kondisi berikut:

1. Menolak 2. Terakhir

Daya dukung yang terdeteksi, terdata, dan dianalisis adalah daya dukung yang dihasilkan dari kondisi pondasi tiang yang belum sepenuhnya termobilisasi.

disebut sebagai daya dukung untuk menolak. Kondisi belum sepenuhnya termobilisasi terjadi ketika pondasi tiang belum mencapai kapasitas maksimalnya.

Ini dapat terjadi karena energi yang ditransfer tidak mencukupi untuk memobilisasi seluruh kemampuan tahanan atau daya dukung pondasi tiang yang diuji selama pengujian atau re-strike. Daya dukung tertinggi diperoleh dari kondisi pondasi tiang yang sudah termobilisasi sepenuhnya sejak awal. Akibatnya, dalam situasi ini, angka daya dukung yang dihasilkan dari analisis PDA dan CAPWAP adalah daya dukung atau batas yang dimiliki oleh pondasi tiang yang diuji. Kondisi akhir ditentukan oleh salah satu dari berikut:

Tiang pancang bergerak karena beban tertentu (beban ultimate), yang berarti tahanan friksi dan ujung pondasi tiang terlampaui.

1. Material tiang pancang itu sendiri tidak kuat untuk menahan beban yang lebih berat, yang akan menyebabkan kegagalan bahan atau material tiang pancang.

Kualitas data dari tes PDA ditentukan oleh hal-hal berikut:

1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik untuk komputer, kabel, dan sensor yang digunakan. Alat harus memiliki sertifikasi kalibrasi yang telah diperbarui setidaknya dua tahun sekali. Teknik pengujian harus memahami dasar teori PDA test, memahami kapasitas aksial tiang pondasi dalam, dan memahami penggunaan parameter PDA test;

2. Kepala tiang uji harus rata, dengan ukuran tiang proporsional dengan hammer, dan berat hammer harus antara (1-2%) dari daya dukung terakhir.

(37)

3. Umur beton harus lebih dari 28 hari, dan hasil tes tekan harus sesuai dengan spesifikasi desain.

4. Untuk pengetesan dengan hammer drop, selongsong harus sesuai dengan ukuran tiang. Kualitas data PDA yang tidak representatif disebabkan oleh tumbukan yang tidak sentris;

5. Keselamatan selama pengujian harus menjadi prioritas utama, baik untuk keamanan sensor dari kerusakan yang dapat disebabkan oleh hammer dan sebagainya, maupun keselamatan alat pendukung, terutama untuk semua karyawan yang terlibat dalam pengujian.

6. Setiap prosedur pengetesan PDA harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh ASTM D-4945 terbaru.

7. Selain itu, laporan hasil tes PDA harus dibuat oleh geoteknik yang berpengalaman yang memahami batasan yang ada dalam tes PDA dan disertifikasi oleh PDI.inc.

2.10.4.Persiapan Pengujian PDA Test Persiapan pengujian terdiri dari:

1. Dilakukan penggalian tanah permukaan disekeliling kepala tiang, apabilakepala tiang sama rata dengan permukaan tanah.

2. Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain transducer dan accelometer.

3. Pemasangan instrumen

2.10.5.Informasi yang Diperlukan dalam Melakukan Pengujian PDA Test Informasi yang diperlukan dan disiapkan pada saat melakukan Pengujian PDA Test antara lain:

1. Shop drawing yang menunjukan lokasi dan identifikasi tiang.

2. Tanggal pemancangan.

3. Panjang tiang dan luas penampang tiang.

4. Panjang tiang yang tertanam.

2.11. Penerapan SMK3 2.11.1. Definisi SMK3

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan secara teratur dan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk melindungi orang, tempat kerja, dan budaya mereka.

(38)

Menurut Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2021, Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, "Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, atau SMKK, adalah bagian dari Sistem Manajemen Kinerja Konstruksi yang bertujuan untuk menjamin tercapainya keselamatan dalam konstruksi."

2.11.2. Tujuan SMK3

Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Mana

1. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terpadu.

2. Cedera kerja dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan dikurangi dengan melibatkan tenaga kerja atau faktor manajemen tenaga kerja dan/atau serikat pekerja atau serikat pekerja

Menciptakan tempat kerja yang aman Aman, nyaman dan efektif untuk meningkatkan produktivitas

2.11.3. Rambu-Rambu K3L

Rambu keselamatan, juga dikenal sebagai rambu K3, dibuat untuk memberi tahu pekerja tentang risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait dengan aktivitas, area, atau peralatan kerja tertentu. Dengan adanya plat K3, setiap orang, pekerja, tamu, dan subkontraktor dapat segera mengantisipasi bahaya di area tersebut. Ini bertujuan untuk mengurangi resiko.

Para ahli telah berusaha keras untuk memastikan bahwa tanda-tanda K3 ditampilkan dengan cara yang dapat dimengerti oleh semua orang. Ada banyak tanda K3 itu sendiri. Anda harus mengkomunikasikan tanda-tanda penting di tempat kerja Anda melalui safety induction sebagai basis pengetahuan. Anda dapat mengkomunikasikan tanda-tanda penting kepada tamu, karyawan baru, dan lainnya.

Tanda keselamatan K3L dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan warnanya:

1. Warna Oranye (Warning/Awas/Peringatan) 2. Warna Kuning (Caution/Waspada)

3. Warna Biru (Notice/ Perhatian) 4. Warna Merah (Danger/ Bahaya) 5. Warna Hijau (Emergency/Safety)

Ada banyak rambu-rambu K3 sehingga dapat dikelompokkan diantaranya:

a. Tanda peringatan biasanya berbentuk segitiga dengan dasar kuning atau oranye, 33

(39)

dan tanda dengan garis hitam pada gambar menunjukkan bahaya.

b. Sebuah lingkaran dengan warna dasar biru adalah bentuk umumnya, dan warna putih adalah simbol arahan keselamatan.

c. Tanda Penolakan : Secara umum, bentuknya adalah lingkaran dengan dasar putih dan garis merah di sekelilingnya, dengan gambar utama berwarna hitam di tengahnya.

d. Tanda Api : Secara umum, bentuk segiempat dengan dasar merah dan gambar utama berwarna putih.

e. Tanda bahaya dan arah : Secara umum, segiempat dengan dasar hijau dan gambar utama putih.

2.11.4. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat penting untuk melindungi seseorang saat bekerja, dan fungsinya melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya pada saat bekerja.

Jenis-jenis APD dan fungsinya diantaranya adalah sebagai berikut:

2.11.5. Manfaat Penerapan SMK3

Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja disingkat SMK3 pada tempat konstruksi dapat memberikan beberapa manfaat bagi kontraktor, pekerja dan owner. Beberapa manfaat itu adalah sebagai berikut:

1. Manfaat SMK3 bagi Kontraktor

a. Mendapatkan predikat perusahaan yang aman dalam bekerja b. Perusahaan dapat disukai pekerja

c. Dapat dipercaya owner d. Relasi bagi penjamin asuransi

e. Menghilangkan anggapan bahwa perusahaan hanya ingin mendapatkanuntuk saja

f. Mengurangi kerugian biaya yang lebih besar g. Mengurangi kerugian waktu yang lebih besar h. Meningkatkan produktivitas

i. Pekerja merasa aman dalam bekerja 2. Manfaat SMK3 bagi Pekerja

a. Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (Asuransi) b. Meningkatkan produktivitas kerja

34

(40)

c. Membuat pekerja lebih disiplin 3. Manfaat SMK3 bagi owner

a. Mendapatkan pekerjaan dengan mutu yang baik dan aman b. Tidak adanya penundaan waktu dalam bekerja

c. Tidak mendatangkan peralatan tambahan d. Tidak mengeluarkan biaya tambahan e. Waktu operasional tepat waktu

(41)

BAB III

METODE PEMBAHASAN 3.1. Penjelasan Umum

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai metode penulisan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian Tugas Akhir ini sesuai dengan topik yang akan dibahas. Metode penulisan ini akan menentukan hasil dari sebuah proses peninjauan mulai dari proses pengumpulan data, pengelolaan data hingga akhirnya menjadi suatu kesimpulan. Pada Tugas Akhir ini akan dijelaskan mengenai Pelaksanaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Fly Over Nurtanio, Kota Bandung.

3.2. Diagram Penyelesaian/Pembahasan Masalah

Proses penyelesaian penulisan tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

sebagai berikut :

Gambar 3. 1 Flow Chart Penulisan Tugas Akhir (Sumber : Dokumen Pribadi)

(42)

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses pengenalan masalah atau inventarisir masalah dan menjadi salah satu tahapan penting dalam penulisan Tugas Akhir.

Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1. Dalam tahap ini dilakukan proses identifikasi masalah yang berkaitan dengan durasi pekerjaan, kebutuhan alat, tenaga kerja, material, hingga volume pekerjaan dan metode kerja.

2. Mengidentifikasi hal yang berkaitan dengan penyusunan jadwal pekerjaan pondasi Bored Pile.

b. Persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan segala sesuatuuntuk menulis tugas akhir. Tahap persiapan ini meliputi:

1. Studi Literatur Proses mengumpulkan, mengidentifikasi, dan menyiapkan landasan teori yang relevan dengan topik yang akan dibahas.

2. Persiapan Menyiapkan perlengkapan untuk mendokumentasikan sesuatu yang dianggap penting dalam pelaksanaan pekerjaan, serta membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan saat diskusi.

c. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini dilakukan proses pengumpulan data sesuai dengan objek yang akan dibahas. Data tersebut terdiri dari :

1. Data sekunder terdiri dari gambar kerja, spesifikasi alat dan bahan, jadwal pekerjaan, panduan, dan ketentuan tertentu, serta data tanah.

2. Data primer diperoleh langsung dari sumber asli lokasi pembangunan mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.

d. Pengolahan Informasi

Mengolah data untuk menghasilkan hasil yang dapat digunakan sebagai dasar diskusi dikenal sebagai pengolahan data.

e. Analisis data dan diskusi

Setelah data dikumpulkan dan diproses, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dan membahas hasil analisis.

37

(43)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang penulis gunakan dalam penyusunan Tugas Akhir, yaitu berupa data sekunder yang diperlukan, meliputi:

1. Studi Literatur/Kepustakan

Studi literatur adalah metode pengumpulan data yang didasarkan pada buku atau dokumen.

2. Observasi

Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek penelitian dilapangan, kemudian meringkas hasil pengamatan tersebut secara singkat dan informatif.

3. Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan Pembimbing Industri pada saat melakukan pengambilan data pada proyek Fly Over Nurtanio, Kota Bandung dengan sub- kontraktor PT. Pandji Bangun Persada.

(44)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data

4.1.1. Data Umum Proyek

Nama Pekerjaan : Pembangunan Fly Over Nurtanio Lingkup Pekerjaan : Pembangunan Jalan Layang Sepanjang

550 meter

Lokasi : Jl. Abdurahman Saleh – Jl. Garuda, Kel.

Garuda, Kec. Andir, Kota Bandung, Jawa Barat

Jangka Waktu Pelaksanaan : 300 Hari Kalender Jangka Waktu Pemeliharaan : 365 Hari Kalender Pengguna Barang/Jasa : Kementrian PUPR Konsultan Pengawas : PT. Jasa Mitra Manunggal

PT. Garis Putih Sejajar

PT. Arkade Gahana Konsultan (KSO) Kontraktor Utama : PT. Pandji Bangun Persada

NK (+PPN 10%) Awal : Rp. 59.995.200.000,-

Sumber Dana : SBSN Tahun Anggaran 2023-2024

Jumlah Bentang : 3 span

Jumlah Lajur : 2 (2 arah)

Lebar Lajur : 2 @ 3,5 m

Tipe Bangunan Atas : Gelagar Beton Pracetak – Pratekan Segmen Tipe U Panjang Gelagar : 97,78 m

(45)

Gambar 4. 1 Denah Lokasi Proyek Fly Over Nurtanio, Bandung (Sumber : Dokumen Proyek)

4.1.2. Data Teknis Proyek

Pondasi Dalam : Bored Pile : dia 800 mm

Kedalaman : Minimum : 30 m : Maksimum : 36 m Spesifikasi Jembatan : Panjang : 550 m

Lebar Bahu : 3,5 m Bahu Luar : 1 m Lapisan Perkerasan : AC – WC : 4 cm

Agr. Kelas A : 30 cm Rigid Beton : 25 cm

Jumlah Pier : 2 Pier

Girder : a. Beton (Precast) : 15 span

(46)

Gambar 4. 2 Data Titik Koordinat Bored Pile (Sumber : Data Proyek)

4.1.3. Site Plan

Design Plan merupakan gambaran / peta rencana perletakan serta hubungan fasilitas dan sarana penunjangnya dalam skala dan batas luas lahan tertentu pada proyek, yang mendukung seluruh pekerjaan konstruksi. Design Plan Proyek Fly Over Nurtanio, Kota Bandung dapat di lihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4. 3 Plan Layout Proyek Fly Over Nurtanio (Sumber : Data Proyek)

(47)

4.1.4. Data Teknis Pondasi Bored Pile

Pada proyek Fly Over Nurtanio, Kota Bandung menggunakan pondasi dalam Bored Pile dengan diameter 800 mm, sebanyak 32 pile. Data Teknis pondasi Bored Pile yang akan dijadikan objek dalam Tugas Akhir ini:

Bored Pile yang diamati : Bored Pile P2

Panjang Efektif : 25 m

Diameter Pondasi : 800 mm

Diameter Tulangan Utama : D25 mm

Diameter Tulangan Sengkang : D13 mm

Mutu Beton : K-350 (Flow 55 – 65

cm) Berikut gambar letak titik P2 yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 4 Letak Titik Bored Pile P2 (Sumber : Data Proyek)

4.1.5. Shop Drawing Pondasi Bored Pile

Pondasi Bored Pile pada Proyek Fly Over Nurtanio, Kota Bandung terdiri dari 2 jenis tipe pondasi Bored Pile, Shop drawing. Pondasi Bored Pile P2 termasuk kedalam jenis Bored Pile tipe 2.

(48)

Gambar 4. 5 Shop Drawing Bored Pile P2 (Sumber : Data Proyek)

4.1.6. Data Uji Bor log

Uji Borlog adalah uji tanah yang digunakan untuk menentukan kedalaman pondasi dalam yaitu Bored Pile maupun Spun Pile berdasarkan kondisi tanah sampai ditemukan tanah yang sangat keras. Data uji Borlog dan denah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.6.

(49)

Gambar 4. 6 Borlog Titik P2 (Sumber : Data Proyek)

4.1.7. Data Peralatan Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile

Alat – alat yang digunakan pada pekerjaan pondasi Bored Pile dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Data Peralatan Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile Proyek Fly Over Nurtanio

No. Alat Tipe Kapasitas

A. Pekerjaan Pengukuran

1. Total Station Topcon GM – 50 Series

Lens dia 45 mm, Jarak 1000 m 2. Auto Level Topcon ATB – 4A Lens dia 30 mm,

Accuracy 1 km

3. Meteran 25 meter

4. Tripod Aluminium Tripod

5. Jalon ±2,8 meter

6. Rambu Ukur Aluminium 5 meter

44

(50)

7. Paku

8. Palu

B. Pekerjaan Pengeboran 1. Bored Pile

Drilling Rig Machine

GT20 Bauer BG 14 150 kN 1800 mm

2. Casing Ø800 mm

3. Excavator Komatsu PC 200 0,90 m3

4. Crane On Truck 20 Ton

5. Dump Truk 6 m3

6. Auger Ø800 mm

7. Bucket Bor Ø800 mm

8. Bucket Cleaning Ø800 mm C. Fabrikasi Tulangan

1. Bar Cutter TKY-430 2,2 kW Kapasitas

potong HD 42A 2. Welding Machine

3. Generator Set 60 KVA

4. Bar Bending TKB-430 2,2 kW

D. Pekerjaan Pengecoran

1. Truk Mixer 0,6 m3

2. Crane On Truck 20 Ton

3. Tremie Panjang Segmen

3m ø30 cm

4. Rak Tremie

E. Pengujian Pembebanan Tiang

1. Alat PDA Test Monitor PDA Accelerometer Strain Transducer Kabel penghubung

2. Alat Bor

3. Hammer 10 Ton

4. Crane On Truck 20 Ton

45

(51)

4.1.8. Data Material Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile Material yang digunakan pada pekerjaan pondasi Bored Pile yaitu : 1. Beton Segar

Beton yang digunakan ialah beton ready mix atau beton siap tuang dengan mutu beton K-350 SCC dengan nilai flow 55-65 cm Tabel 4.2.

2. Baja Tulangan

Baja tulangan ulir dengan diameter mm dan mm dengan mutu dari baja tulangan itu sendiri BJTS 420A Tabel 4.2.

3. Kawat Bendrat

Kawat bendrat digunakan untuk mengikat antar besi tulangan agar dapat tersambung.

Tabel 4. 2 Material Bored Pile Proyek Fly Over Nurtanio

No. Material Spesifikasi

1. Beton Ready Mix Kekuatan Beton K – 350

SCC dengan nilai flow 55-65 cm Supplier : Adhimix RMC

2. Baja Tulangan Ulir Diameter Tulangan

Tulangan Utama : D25 mm Tulangan Sengkang : D13 mm

Mutu Baja : BJTS 420A

3. Kawat Bendrat

46

(52)

4.2. Pembahasan

Gambar 4. 7 Pembagian Sisi Proyek Fly Over Nurtanio (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 4. 8 Plan Layout Proyek Fly Over Nurtanio (Sumber : Data Proyek)

47

(53)

4.2.1. Bagan Alir Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Gambar 4. 9 Flow Chart Pekerjaan Bored Pile (Sumber : Dokumen Pribadi)

48

(54)

4.2.2. Persiapan Pondasi Bored Pile

Gambar 4. 10 Flow Chart Pekerjaan Persiapan Pondasi Bored Pile (Sumber : Dokumen Pribadi)

(55)

Gambar 4. 11 Plan Layout Pekerjaan Persiapan Pondasi Bored Pile (Sumber : Data Proyek)

Untuk memastikan proyek pondasi bored pile berjalan lancar, persiapan dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Beberapa item pekerjaan dilakukan pada tahap ini, seperti :

a. Persiapan Lahan

Lokasi titik koordinat yang akan dilakukan pengeboran harus terbebas dari gangguan apapun (pembebasan lahan dan lainnya) serta rata.

b. Persiapan Alat

Pengadaan alat kerja harus di inspeksi dan tagging terlebih dahulu, sehingga layak untuk digunakan.

Alat yang digunakan pada saat pekerjaan pondasi Bored Pile diantaranya : Tabel 4. 3 Persiapan Alat Pekerjaan Pondasi Bored Pile

No. Alat Spesifikasi

1. Bored Pile Drilling Rig Machine GT20 Bauer BG 14

2. Casing Ø800 mm

50

(56)

3. Excavator Komatsu PC 200

4. Truck Crane

5. Dump Truck

6. Auger Ø800 mm

7. Bucket Bor Ø800 mm

8. Bucket Cleaning Ø800 mm

9. Bar Cutter TKY-430

10. Bar Bending TKB-430

(Sumber : Data Proyek)

Gambar 4. 12 Ilustrasi Pekerjaan Persiapan Pondasi Bored Pile (Sumber : Data Pribadi)

c. Persiapan Material

Material yang dibutuhkan pada pelaksanaan pekerjaan Pondasi Bored Pile diantaranya :

Tabel 4. 4 Material Pekerjaan Pondasi Bored Pile

No. Material Spesifikasi

1. Kawat Bendrat

2. Besi Baja D25 (Tulangan Utama);

D13 (Tulangan Spiral)

3. Beton Ready Mix SCC dengan nilai flow

55-60 cm (Sumber : Data Proyek)

51

(57)

d. Persiapan Tenaga Kerja

Tabel 4. 5 Tenaga Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Bored Pile

No. Tenaga Kerja Jumlah

1. Operator dan Helper Bored Pile Machine 2

2. Operator dan Helper Crawler Crane 1

3. Operator Truck Mixer 1

4. Operator Excavator 1

5. Tukang Besi 2

6. Tukang Bekisting 1

7. Tukang Cor 2

(Sumber : Data Proyek) e. Penerapan Keselamatan Konstruksi

Perlengkapan K3 seperti safety vest, helmet, shoes, dan pengaman las (kacamata dan rompi las) dipersiapkan untuk melindungi diri dari bahaya pekerjaan konstruksi.

Tabel 4. 6 Penerapan K3 Proyek

No APD

1 Helm Safety

2 Rompi Safety

3 Sarung Tangan Safety

4 Sepatu Safety

(Sumber: Data Pribadi)

Gambar 4. 13 Safety Morning Pekerja Proyek Fly Over Nurtanio (Sumber : Dokumentasi Proyek)

52

(58)

4.2.3. Pengukuran Pondasi Bored Pile

Gambar 4. 14 Flow Chart Pekerjaan Pengukuran Pondasi Bored Pile (Sumber : Dokumen Pribadi)

Pekerjaan pengukuran dilakukan oleh tim survei untuk menentukan titik AS tiang bore pile dengan mengacu pada titik BM (Bench Marck) dan bacaan backsight sebagai acuan dalam penentuan posisi pengeboran. Selanjutnya dilakukan pembacaan koordinat tiang bor, setelah itu diberi penanda dengan patok sebagai AS dari tiang bor.

a. Kebutuhan Alat Pekerjaan Pengukuran Pondasi Bored Pile

Tabel 4. 7 Alat yang digunakan pada Pekerjaan Pengukuran Bored Pile

No. Alat Spesifikasi Jumlah

1. Total Station Topcon GM – 50

Series

1 Unit

2. Auto Level Topcon ATB – 4A 1 Unit

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian yang bisa di dapat di bidang manajemen konstruksi pada tugas akhir tentang perbandingan pondasi bored pile dengan pondasi driven pile yaitu untuk

Tugas Akhir ini dilakukan untuk penelitian pondasi bored pile dengan pondasi driven pile yang ditinjau dari segi kekuatan,metode pelaksanaan dan biaya di

Pondasi bored pile adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung

Pondasi bored pile adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung

Dilihat dari pelaksanaan test pile yang tidak dapat daya dukung yang direncanakan, penulis mencoba melakukan perencanaan pondasi dengan menggunakan Bored Pile

Dalam pembangunan Gedung Butik di Kawasan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado Sulawesi Utara, Pada pekerjaan pondasi bored pile dibuat dengan memakai metode

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR (BORED PILE) PADA RUSUNAMI SENTRALAND BEKASI1.

Laporan pekerjaan pengeboran bored pile pada pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya (Kampus