• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN BAGI KLIEN EKS TERORISME DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN BAGI KLIEN EKS TERORISME DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1178

PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN BAGI KLIEN EKS TERORISME DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA

Lediana Tia Mutiara, Umar Anwar Politeknik Ilmu Pemasyarakatan E-mail: umar.harun12@gmail.com

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

correctional, mentoring, client.

The correctional system is organized to provide and increase independence, realize mistakes that have been made and improve oneself so as not to repeat acts that violate the law, provide quality personality. When returning to the community, prisoners who have been fostered can be accepted back into their environment and live a better life than before, become good citizens and obey the law. It is the duty of the Correctional Center to carry out client counseling for convicts who have completed their coaching period in Correctional Institutions. The Yogyakarta Class I Correctional Center provides guidance to ex-terrorists who were once clients of Bapas. Social Counselors provide guidance to ex-terrorists as well as to assist clients in carrying out guidance and carry out counseling in accordance with the function of social advisors, namely to make clients aware not to repeat violations of law/criminal acts, advising clients to always be able to adapt to a positive/good environment, contacting and cooperate with third parties/certain parties in channeling the talents and interests of clients as workers, for the future welfare of these clients

Abstrak Kata kunci:

Pemasyarakatan, pembimbingan, klien.

Corresponding Author :

Lediana Tia Mutiara, e-mail :

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan untuk memberikan serta meningkatkan kemandirian, menyadari kesalahan yang telah dilakukan dan memperbaiki diri sehingga tidak mengulangi tindakan yang melanggar hukum, memberikan kualitas kepribadian. Ketika kembali ke lingkungan masyarakat, Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah dibina dapat diterima kembali dilingkungannya serta melangsungkan kehidupannya yang lebih baik dari sebelumnya, menjadi warga negara yang baik serta taat pada hukum. Menjadi tugas Balai Pemasyarakatan untuk melaksanakan

(2)

1179 pembimbingan klien terhadap narapidana yang telah selesai menjalani masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta memberikan pembimbingan kepada eks terorisme yang pernah menjadi klien Bapas.

Pembimbing Kemasyarakatan memberikan pembimbingan kepada eks terorisme sebagaimana untuk membantu klien dalam melakukan bimbingan dan melaksanakan pembimbingan sesuai dengan fungsi pembimbing kemasyarakatan yakni menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran hukum/tindakpidana, menasihati klien untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang positif/baik, menghubungi dan melakukan kerja sama dengan pihak ketiga/pihak tertentu dalam menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk kesejahteraan masa depan dari klien tersebut

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Indonesia selain merupakan salah satu negara yang dianggap memiliki ancaman besar terorisme karena banyaknya aksi teror yang telah terjadi, juga dikarenakan salah satu kelompok teroris yang paling sering diduga bertanggungjawab terhadap aksi – aksi teror di Indonesia. Seperti halnya pada peristiwa bom Bali 2002 dan ditangkapnya Amrozy, Imam Samudra, dan Muklas, sejumlah analis mengkaitkan terorisme di Indonesia dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda. Pengkaitan dengan jaringan internasional merupakan argumen yang dipercaya oleh masyarakat internasional. Pemerintah Amerika Serikat menyakini keberadaan jaringan Al-Qaeda di Indonesia. Menurut laporan intelejen Singapura dan Malaysia, Al-Qaeda hadir di kawasan Asia Tenggara lewat Jamaah Islamiah (JI). Kebanyakan pemimpin JI adalah orang Indonesia (Djelantik: 2010:2).

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keanekaragaman salah satunya yaitu agama yang dianut di Indonesia. Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut di Indonesia (Kansil, 2011). Keberagaman yang dimiliki Negara Indonesia ini berpotensi positif jika dikembangkan dengan baik. Namun disisi lain, Keberagaman ini juga dapat menjadi sesuatu yang merugikan apabila kesadaran tentang konteks keberagaman tidak dikembangkan dengan baik (Heru,2013).

Munculnya kelompok-kelompok terorisme yang mengatasnamakan agama, menganggap dirinya paling benar atas ajaran-ajaran yang telah dianutnya, dan yang sangat memprihatinkan bagi Negara Indonesia mereka seolah-olah berkuasa bahkan dengan serta-merta menghilangkan nyawa manusia. Sehingga Pemasyarakatan memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan kasus narapidana terorisme.

Sebagaimana dalam hal ini Balai Pemasyarakatan merupakan ujung tombak dari Pemasyarakatan, sehingga Bapas memiliki tugas penelitian kemasyarakatan (Litmas), pengawasan, pembimbingan, dan pendampingan. Dalam UU Nomor 12 tahun 1995 pada angka 9, “ Klien pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang yang berada dalam Bapas”. Sehingga penulis tertarik untuk

(3)

1180 membahas pembimbingan klien terhadap narapidana teroris di Bapas Kelas I Yogyakarta.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diperoleh rumusan masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan terorisme?

2. Bagaimana pembinaan kepribadian teroris di Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian empiris dari Pembimbing Kemasyarakatan dan berdasarkan pada ilmu hukum normatif, yakni peraturan perundang- undangan. Selain itu, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yang didapat dari pencarian fakta-fakta terkait pembinaan pembinaan narapidana teroris di Balai Pemasyarakatan.

Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan dari data studi kepustakaan sebagai literature, hasil penelitian, serta peraturan perundang-undangan

kemudian melakukan analisis dari teori studi kepustakaan dengan peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses pembinaan narapidana teroris di Balai Pemasyarakatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Terorisme di Indonesia

Indonesia akhir-akhir ini dihebohkan dengan adanya terorisme, bahkan pergerakan terorisme di Indoenesia tidak sedikit yang telah menewaskan rakyat Indonesia. Terorisme tidak hanya di Indonesia namun sudah meluas secara global. Kasus terorisme ini menjadi banyak perbincangkan dimana kasus ini dilatarbelakangi oleh kepentingan ideologi dan kepentingan politik yangmana mengatasnamakan agama Islam.

Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Pasal 1 ayat 2, dijelaskan bahwa “Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekeraasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.”

Menurut Pemerintah kanada pada tahun 2009, radikalisasi adalah proses individu diperkenalkan pada pesan dan sistem kepercayaan ideologis yang terang- terangan yang mendorong gerakan dari kepercayaan moderat dan umu menuju pandangan ekstrim. Radikalisasi tidak sepenuhnya negatif/menghasilkan kejahatan, namun ada proses radikalisasi yang non-ekstremisme. Orang-orang yang terjebak dalam gerakan radikal dan kekerasan melalui proses sosialisasi biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Faktor pribadi, emosional dan psikologis;

(4)

1181 2. Keterasingan, mencari identitas dan martabat;

3. Balas dendam karena kehilangan anggota keluarga;

4. Penganiayaan dan pemenjaraan sebelumnya;

5. Gangguan komunikasi antara figur otoritas dan pemuda;

6. Melalui komunitas virtual di media sosial.

Terorisme di Indonesia melakukan aksinya dengan cara meneror kemudian teroris di Indonesia pada umumnya nomaden ataupun merantau, secara hal ini cukup menyulitkan masyarakat maupun polisi untuk melacak keberadaannya. Pada salah satu acara stasiun televisi yang menghadirkan eks teroris, ia mengungkapkan bahwa perekrutan terorisme sangat mudah dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan. Ketika narapidana teroris yang tertangkap kemudian masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan maka mereka pada umumnya sangat rajin beribadah sehingga paling menonjol diantara narapidana yang lainnya sehingga hal ini menarik perhatian narapidana lain, dimana tanpa mereka mengajak pun narapidana dengan latar belakang kasus yang berbeda sudah mendekatinya karena secara tidak langsung mereka yakin dengan berkedok agama. Peristiwa tersebut memudahkan narapidana teroris untuk melakukan perekrutan anggota teroris. Bahkan narapidana terorisme masih dapat untuk berkomunikasi di luar penjara, sehingga pembinaan narapidana terorisme dianggap harus ada perlakuan khusus karena narapidana terorisme tidak dapat disamaratakan dengan narapidana kasus yang lain. Dimana terorisme ini merupakan tindak kesesatan yangmana berujung pada radikalisme dan terorisme.

Sehingga sistem pemasyarakatan memiliki peran yang sangat penting dimana untuk membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, tidak melakukan tindak pidana lagi, dan dapat memperbaiki diri sehingga dapat diterima serta kembali ke lingkungan masyarakat, dan hidup dengan sebagaimana, taat pada hukum kemudian dapat berperan aktif dalam lingkungannya.

Seseorang yang melanggar hukum akan berhadapan dengan negara melalui Aparatur penegak hukumnya. Sebagai sebuah instrument pengawasan sosial, hukum pidana menyandarkan diri pada sanksi karena fungsinya memang mencabut hak orang atas kehidupan, kebebasan atau atau hak milik mereka. Invasi terhadap hak dasar ini dibenarkan demi melestarikan masyarakat dan melindungi hak-hak fundamental dari gangguan orang lain.

Pencabutan kebebasan seseorang dalam doktrin hukum Hak asasi manusia Internasional termasuk rumpun hak sipil dan hak politik, karena menyangkut pemajuan dan perlindungan martabat dan keutuhan manusia secara individual.5 Lembaga-lembaga yang terkait dalam sistem peradilan pidana terpadu (integrated criminal justice system) di Indonesia termasuk dalam bagian pendidikan kemanusiaan sebagai warga negara, untuk melindungi hak dan kewajiban warga negaranya. Kejahatan terorisme adalah kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), maka dalam penanganannyapun harus penanganan yang luar biasa (extra ordinary effort)

(5)

1182 Pembinaan kepribadian teroris di Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan pada Pasal 1 dalam Bab I ketentuan umum dimana “Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.” Balai Pemasyarakatan merupakan ujung tombak dalam Pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan sebagai Lembaga yang mengatur persiapan dan program- program Asimilasi dan Reintegrasi yaitu proses pembinaan narapidana yang dilaksanakan narapidana dengan membaurkan narapidana dalam kehidupan masyarakat.9 Setelah menjalani proses pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan selanjutnya Balai Pemasyarakatan dimana bertugas untuk melakukan pembimbingan terhadap klien. Balai Pemasyarakatan memiliki Pembimbing Kemasyarakatan yang bertugas dalam pelaksanaan pembimbingan terhadap klien Pemasyarakatan. Pembimbingan ada dua yaitu pembimbingan kepribadian dan pembimbingan kemandirian. Klien Pemasyarakatan eks narapidana terorisme mendapatkan bimbingan tersebut sama seperti klien yang lain.

Namun dalam proses pembimbingan, dalam hal ini Pembimbing Kemasyarakatan melakukan bimbingan kepribadian khusus klien eks- narapidana terorisme yangmana terkait dengan ikrar kesetiaan pada NKRI, mendorong atau mengarahkan ibadah yang harus berkiblat pada Al Quran dan Hadist bukan lagi pada pemahaman kelompok mereka sebelumnya, hal ini sangat perlu ditekankan pada tahap awal pembimbingan. Kemudian, pembimbingan kemandirian yangmana terkait dengan bakat dan minatnya. Disinilah Pembimbing Kemasyarakatan klien untuk merealisasikan bakat maupun minatnya, seperti membuka usaha dibidang makanan dan lain sebagainya. Pembimbing Kemasyarakatan men- support atas usaha yang akan dilakukannya. Tidak hanya itu, Pembimbing Kemasyarakatan mencarikan info pekerjaan yang sesuai dengan bakat minat serta potensinya.

Indonesia memiliki Lembaga Non Kementerian yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dimana lembaga ini bertanggung jawab dalam penanganan Terorisme di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bekerja sama dengan pihak Kepolisian, Lembaga Pemasyarakatan, Kementerian agama, KemenKokesra, Ormas dan lain sebagainya, Program Deradikalisasi ini terdiri dari:

1. Re-edukasi adalah Penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada masyarakat tentang paham radikal sehingga tidak terjadi pembiaran tumbuh berkembangnnya paham tersebut. Bagi Napiter reedukasi dilakukan dengan memberikan pencerahan terkait dengan doktrin dan paham yang menyimpang yang mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar bahwa melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri adalah bukan jihad yang diidentikkan dengan aksi terorisme.

(6)

1183 2. Rehabilitasi dilaksanakan dengan dua pembinaan yakni pembinaan

kemandirian dan kepribadian. Kemandirian merupakan pembinaan Napiter dengan melatih keterampilan dan keahlian sebagai bekal untuk hidup setelah mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan Kepribadian dilakukan dengan pendekatan, ceramah keagamaan yang lurus, tidak menyimpang, berdialog dengan Napiter agar bisa merubah mindset mereka yang sudah terkontaminasi paham-paham Radikal.

3. Untuk memudahkan Napiter dalam berbaur setelah keluar Lapas, BNPT juga membimbing mereka dalam bersosialisasi dan menyatu kembali dengan masyarakat (Resosialisasi dan Reintegrasi).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, tindakan terorisme mengancam keamanan NKRI. Balai Pemasyarakatan sebagaimana ujung tombak

Pemasyarakatan selain Pembimbing Kemasyarakatan sebagai pelaksana bimbingan di Bapas, namun diperlukan juga adanya partisipasi masyarakat sehingga bimbingan berjalan dengan semestinya dalam suatu sistem pemasyarakatan.

Eks napiter adalah individu yang dulunya terlibat dalam aksi terorisme, tertangkap dan mendapatkan vonis penjara, hingga menghirup kebebasan dan kembali bermasyarakat. Namun, kembalinya mereka ke masyarakat bukan berarti tanpa risiko. Salah satu risiko yang sangat penting adalah keyakinan akan ideologi radikal yang tertanam sejak berada di jaringannya. Akibatnya, eks napiter menjadi rentan untuk kembali bergabung dengan kelompok teroris.

Deradikalisasi merupakan salah satu cara untuk untuk permasalahan terorisme saat ini, hal ini sesuai dengan sistem pemasyarakatan sebagaimana untuk memulihkan hidup, kehidupan, serta penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan agar mereka dapat diterima kembali oleh masyarakat serta dapat melangsungkan kehidupannya sebagai manusia normal yang tidak melakukan suatu kegiatan yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Adapun fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan program bimbingan terhadap klien adalah untuk:

1. menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran hukum/tindakpidana;

2. menasihati klien untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang positif/baik;

3. menghubungi dan melakukan kerja sama dengan pihak ketiga/pihak tertentu dalam menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk kesejahteraan masa depan dari klien tersebut.

“…Keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

(7)

1184 IMPLIKASI

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Mengupayakan program deradikalisasi terhadap klien eks narapidana teroris kedalam proses bimbingan kemasyarakatan.

2. Adanya deradikalisasi menggunakan pendekatan literasi dimana literasi membawa keterbukaan dalam wawasan sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi hal yang menyimpang. Sebagaimana hal ini, baik pemerintah, lembaga, dan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pendekatan literasi (literacy approach) kepada eks narapidana terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

A Case Study Of Rumah Daulat Buku (Rudalku), Literacy Community Agustus 2019.

bekerjasama dengan Kedutaan Besar Australia - The Asia Foundation - Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Cetakan Pertama.

Departemen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Tahun 2008. Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan. Departemen Hukum dan HAM Direktorat Jenderal Pemasyarakatan For Ex-Terrorist Prisoners.” Jurnal https://bapasyogya.info/sibango/Pages- 20180424063753-.kiosk

https://www.bapaswatampone.com/p/tu gas-pokok-dan-fungsi.html

Ikhsan Mochammad, Mustoffa. 2019. “ JURNAL LITERACY APPROACH TO DERADICALIZING TERRORISM:

Kamaludin Iip, 2020. “Jurnal Efektivitas Pembinaan Narapidana Terorise Dalam Kebudayaan, Volume 14, Nomor 1,

Plagiarism checker

Undang-Undang Dasar Negeri Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Upaya Deradikalisasi Di Lembaga Pemasyarakatan.Al Adl : Jurnal Hukum, Volume 12 Nomor 2, Juli 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Wirogunan Yogyakarta pemenuhan hak bagi warga binaan wanita hamil/menyusui telah terpenuhi sesuai dengan Undang-undang yang berlaku

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan mendefinisikan istilah Pemasyarakatan sebagai ‘Subsistem peradilan pidana yang menyelenggarakan