• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

MAWAR ALFIANA NIM.18.21.31.001

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH) JURUSAN HUKUM ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

(2)

2 2

2023

(3)

i iii

STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Disusun Oleh:

MAWAR ALFIANA NIM.18.21.31.001

Surakarta, 2023

Disetujui dan disahkan Oleh;

(4)

i iiiii

SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

NAMA : MAWAR ALFIANA

NIM : 18.21.3.1.001

PROGRAM STUDI : HUKUM PIDANA ISLAM

Menyatakan bahwa penelitian skripsi berjudul “STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Benar-benar dan bukan plagiasi dan belum pernah diteliti sebelumya.

Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Demikian surat ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Surakarta, 26 Januari 2023

Mawar Alfiana

(5)

i ivv

NOTA DINAS Kepada Yang Terhormat

Hal: Skripsi Dekan Fakultas Syari’ah

Sdr: Mawar Alfiana Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Di Surakarta

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan bahwa setelah menelaah dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami memutuskan bahwa skripsi saudara Mawar Alfiana, NIM: 18.21.3.1.001 yang berjudul:

“STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Sudah dapat dimunaqosyahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam bidang Hukum Pidana Islam.

Oleh kerena itu kami mohon agar skripsi tersebut segera dimunaqosyahkan dalam waktu dekat.

Demikian, atas dikabulkannya permohonan ini disampaikan terima kasih.

Sukoharjo, 2023

(6)

v v

PENGESAHAN

“STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Disusun Oleh:

Mawar Alfiana NIM. 18.21.3.1.001

Telah dinyatakan Lulus dalam ujian munaqosyah Pada hari tanggal 2023

Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam bidang Hukum Pidana Islam.

Penguji I Penguji II Penguji III

Diana Zuhroh, S.Ag., M.Ag NIP. 197407252008012008

Masjupri, S.Ag., M.Hum NIP.199661221 199803 1

003

Lila Pangestu H, S. Pd., M.Pd NIP. 19810416 201701 2 141

(7)

v vii

MOTTO

ٌﺛَﻠَ

ﺜُ

ﻮْ

نَ َﻠُ ﻓِ وَ ﻪُ ﻤْﻠُ ﺣَ وَ ﻫً ﺮْ ُﻛُ ﺘْ ﺿ َﻌَ وَ وَّ ﻫً ﺮْ ﻛُ ﻪٌ ﻣُّ ُاُ ﺘْ ﻤَﻠَ ﺣَ َﺎﻧً ﺣْ اِ ﻪِ ﻳْ ﺪَ اﻟِ ﻮَ ﺑِ نَ َﺎ ﻧْ ﻻِْ ﺎا َّﻴْﻨَ وَ وَ

َﺘِ

ْاَﻧْ

ﻌَ

ﻤْ

َ ْاَ نْ اَ ْﻜُ ﺮَ ﻧِﻌْ ﻤَ ﺘَ َاﻟّ َﻨَ ﺔً ﻗَ لَ رَ ب ِّاَ وْ زِ ﻋْ ﻨِ ُﺪَّ هُ وَ ﺑَﻠَ ﻎَ اَرْ ﺑَ ﻌِ ﻴْ ﻦَ َﻬْ ﺮًا ﺣَ ﺘَّ اِذَ اﺑَ ﻠَﻎَ اَ

اِﻧِّ

ْﻣِ

ﻦَ َوَ ﻴْ ُاِﻟَ ْﺗُﺒْ ْاِﻧِّ ِﻲ ﻳَّﺘ رِّ ذُ ﻓِ ْﻟِ ْﻠِ اَ ُوَ ﺿ َﻪ ﺮْ ﺎﺗَ ﺤً َﺎﻟِ ﻞَ ﻤَ ﻋْ اَ َنْ ا وَ يَّ ﺪَ اﻟِ وَ ﻠَ ﻋَ َّوَ ﻠَ ﻋَ

اﻟْ

ﻤُ

ْﻠِﻤِ

ﻴْ

ﻦَ

1 , (Garut: CV Penerbit J-ART,

2004), hlm. 504

(8)

v viiii

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini kepada mereka yang telah hadir dan telah banyak memberikan dukungan di setiap ruang dan waktu kehidupan penulis:

1. Kedua orang tua tercinta penulis Bapak Parwoto dan Ibu Ani Purwanti yang selalu memberikan kasih sayang, menjadi inspirasi dan selalu membimbing, mengarahkan langkah penulis dengan segala do’a dan pengorbanannya.

Terimakasih atas kerja kerasnya sehingga penulis dapat menyelesaikan semua ini.

2. Kakak kandung penulis Rosy Suryani S.H, kembaran penulis Melati Alfiani, serta adik kandung penulis Anting Antartika, dan Abi Basar Alfatoni terimakasih selalu memberikan dukungan dan semoga kasih sayang dan lindungan Allah selalu mengiringi langkahmu.

3. Orang terdekat penulis Ilham Bachtiar Ramadhana Irawan terimakasih selalu memberikan dukungan dan sudah membersamai selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat penulis Siska Septiana dan Siti Miftahul Jannah yang selalu memberikan dukungan dan menemani proses belajar penulis selama di UIN Raden Mas Said Surakarta.

(9)

v viiiiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang dipakai dalam penulisan skripsi di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Surakarta didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah:

1. Konsonan

Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian yang lain dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah sebagai berikut:

Huruf Arab

Nama Huruf latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

B Be

ت

T Te

(10)

i ixx

ث

Es (dengan titik diatas)

ج

J Je

ح

Ha (dengan titik dibawah)

خ

Kh Ka dan Ha

د

D De

ذ

Ż Zet (dengan titik diatas)

ر

R Er

ز

Z Zet

س

S Es

ش

Sy Es dan Ye

ص

Es (dengan titik dibawah)

ض

De (dengan titik dibawah)

ط

Te (dengan titik dibawah)

ظ

Zet (dengan titik dibawah)

ع

...’... Koma terbalik

(11)

x x

غ

G Ge

ف

F Ef

ق

Q Ki

ك

K Ka

ل

L El

م

M Em

ن

N En

و

W We

ه

H Ha

ء

... Apostrop

ي

Y Ye

2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti Bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

(12)

x xii

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ A Aِ I Iُ U U

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1.

ﺐ ﺘ ﻛ

2.

ﺮ ﻛ ذ

3.

ﺐ ﻫ ﺬ ﻳ

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan Huruf Nama

أ ..

ي. Ai a dan i

أ ..

و. Au a dan u

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

(13)

x xiiii

1. ﻒﻴﻛ

2. لﻮﺣ

atau vokal panjang yang lambangya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Harakat dan Huruf

Nama Harakat dan Tanda

Nama

أ ..

..

ي. Ā a dan garis diatas

إ ..

..

ي. Ī i dan garis diatas

أ ..

..

و. Ū u dan garis diatas

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ل ﻗﺎ

2. ﻞﻴﻗ

3. لﻮﻘﻳ

4. مر

Transliterasi untuk ada dua:

a. hidup atau yang mendapatkan harakat atau

transliterasinya adalah /t/

(14)

x xiiiiii

b. mati atau mendapat harakat transliterasinya adalah /h/

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka itu ditransliterasikan dengan /h/

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ل ﻔﺎﻃﻻا ﺔﺿور

2. ﺔﺤﻠﻃ

atau yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda atau . Dalam transliterasi ini tanda tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang Sama dengan huruf yang diberi tanda itu

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ﻨﺎ رﺑّ

2. لﺰّﻧ

6. Kata Sandang

Kata Sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu لا. Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf dengan kata sandang yang diikuti huruf .

(15)

x xiivv

Kata sandang yang diikuti oleh huruf ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti oleh huruf di transliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan didepan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf dan kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata hubung.

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ﻞﺟﺮّ اﻟ

2. لﻼﺠ اﻟ

Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa

ditransliterasikan dengan aprostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terletak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab huruf alif.

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ﻞ أﻛ

2. نوﺬﺧ ﺗﺄ

3. ﺆﻨ اﻟ

8. Huruf Kapital

(16)

x xvv

Sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, Nama diri dan permulaan kalimat. Apabila Nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah Nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangannya.

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan jika peulisan tersebut disatukan dengan yang lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan.

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. لﻮﺳر ﻻإ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻣو

2. ﻦﻴ ﻟﻤ ﻌﺎاﻟ بر ﻪ ﻟﻠ ﺪﻤﺤاﻟ

9. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata baik maupun huruf ditulis terpisah.

Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bias dilakukan dengan dua Cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bias dirangkaikan.

Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1. ﻦﻴﻗز ﺮا اﻟ ﺮﻴﺧ ﻮ ﻟﻬ ﻠﻪ اﻟ نإو

(17)

x xvvii

2. ن ﺰاﻴﻤ اﻟ و ﻞﻴﻜاﻟ ﻮاﻓو ﻓﺄ

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemui hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudhofir, S. Ag., M.Pd. Selaku Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta

2. Bapak Dr. Ismail Yahya, S. Ag., M.A., Selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta.

3. Bapak H. Masrukhin, S.H., M.H., selaku Ketua Prodi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah. Sekaligus selaku dosen pembimbing akademik

(18)

x xvviiii

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta saran yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Jaka Susila, M.H. Selaku Koordinator Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah).

5. Ibu Lisma S.H.,M.H selaku dosen pembimbing skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta yang telah memberikan bekal keilmuan, semoga segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan dapat bermanfaat di kehidupan masyarakat yang akan datang.

7. Bapak ibu dewan penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi in guna membawa kualitas pendidikan kearah yang lebih baik lagi.

8. Seluruh staff karyawan Fakultas Syariah dan Seluruh staff karyawan perpustakaan UIN Raden Mas Said Surakarta yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang tua saya Bapak Parwoto dan Ibu Ani Purwanti, yang telah memberikan do’a, semangat, kasih sayang dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya yang tak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu yang telah berjasa dan membantu dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 26 Januari 2023

(19)

x xvviiiiii

Mawar Alfiana NIM.182.131.001

ABSTRAK

Mawar Alfiana, NIM: 182131001 “STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Narapidana wanita dalam menjalankan masa tahanannya memiliki hak yang sama dengan laki-laki namun wanita memiliki kodrat yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Hal ini berdampak harus ada keistimewaan khusus bagi wanita.

Narapidana wanita memiliki keistimewaan khusus yang tidak dimiliki narapidana laki-laki yaitu siklus menstruasi, hamil, melahirkan bahkan menyusui. Dalam hal ini hak-hak narapidana wanita harus lebih dilindungi dan mendapatkan perhatian khusus baik menurut peraturn perundang-undangan maupun petugas lembaga pemasyarakatan diseluruh wilayah di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam serta persamaan dan perbedaannya.

Metode dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan

dengan melakukan penelaahan terhadap sumber-sumber tertulis berbentuk Undang-undang, Buku-buku mengenai hukum Islam maupun sumber tertulis lain yang membahas tentang tema penelitian ini. Pendekatan yang dipilih adalah yuridis normatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif, yaitu dengan membandingkan beberapa data atau teori yang berbeda untuk menemukan suatu kesimpulan.

(20)

x xiixx

Adapun hasil dari penelitian ini dalam hukum positif pemidanaan bagi wanita hamil di lembaga pemasyarakatan adalah setelah keluar putusan yang menyatakan bahwa wanita hamil tersebut terbukti bersalah. Selama menjalani masa hukumannya kesehatan narapidana wanita hamil dan janin yang dikandungnya di jamin oleh pihak lembaga pemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anak dari narapidana wanita hamil setelah dilahirkan akan ikut tinggal didalam lembaga pemasyarakatan bersama ibunya sampai si anak berumur dua tahun. Setelah berusia dua tahun anak tersebut perawatannya harus diberikan kepada ayahnya atau keluarganya sesuai persetujuan ibunya. Sedangkan dalam hukum Islam dilakukan penundaan hukuman sampai wanita hamil tersebut melahirkan dan menyapih bayinya.

Kata Kunci: narapidana, wanita hamil, hak asasi manusia

ABSTRACT

Mawar Alfiana, NIM: 182131001 “STUDI PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.

Female convicts in carrying out their prison terms have the same rights as men but women have natures that are not owned by men. This has the impact that there must be special privileges that are not owned by men, namely the menstrual cycle, pregnancy, childbirth and even breastfeeding. In this case, the rights of women convicts must be protected and given special attention according to laws and regulations and correctional officers in all regions in Indonesia.

The aim of the research is to find out the rights of pregnant women convicts in the perspective of positive law and Islamic las as well as their similarities and differences.

The method in this research is library research by examining written sources in the form of laws, books regarding Islamic law and other written sources that discuss the theme of this research. The approach chosen is normative juridical and descriptive in nature. This study uses comparative

(21)

x xxx

analysis, namely by comparing several different data or theories to find a conclusion.

As for the results of this research in the positive law of punishment for pregnant women in correctional institutions is after a decision is issued which states that the pregnant woman is proven guilty. During the term of his sentence, the health of pregnant female convicts and the fetus they contain is guaranteed by the correctional institution in accordance with statutory regulations. Children of pregnant female convitcs after birth will live in the correctional institution with their mother until the child is two years old after the age of two. The child’s care must be given to the father or his family according to the mother’s approval. Meanwhile, in Islamic law, punishment is postponed until the pregnant woman gives birth and weans the baby.

Keywords: inmates, pregnant women, human rights

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ... III HALAMAN NOTA DINAS ... IV HALAMAN PENGESAHAN ... V HALAMAN MOTTO ... VI

(22)

x xxxii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... VII HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ... VIII KATA PENGANTAR ... XV ABSTRAK ... XVII ABSTRACT ... XVIII DAFTAR ISI ... XIX

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8 E. Kerangka Teori ... 9 F. Tinjauan Pustaka ... 12 G. Metode Penelitian ... 15 H.Teknik Pengumpulan Data ... 17 I. Teknik Analisis Data ... 17 J. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM HAK ASASI MANUSIA DAN HAK-HAK NARAPIDANA ... 20 A. Pengertian Hak Asasi Manusia ... 20

(23)

x xxxiiii

1. ... Menurut Hukum Positif ... 20 2. ... Menurut Hukum Islam ... 29 B. Hak-Hak Narapidana ... 33 C. Pengertian Narapidana ... 39 D. Pengertian Wanita Hamil ... 42 E. Bentuk Hak Warga Binaan Wanita Hamil ... 44 F. Hukum Islam Terkait Wanita Hamil ... 48

BAB III HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM ... 52 A. Narapidana Wanita Hamil ... 52 B. Ketentuan Pemidanaan Wanita Hamil ... 53 C. Hak-hak Narapidana Yang Diatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Pemasyarakatan ... 56 D. Hak-hak Narapidana Yang Diatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan

Tahanan ... 59 E. Hak-hak Narapidana Menurut Hukum Pidana Islam ... 60 F. Narapidana Wanita Hamil Dalam Lembaga Pemasyarakatan ... 65

(24)

x xxxiiiiii

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL

DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM ... 69 A. ... Analisis Hak Narapidana Wanita Hamil ... 69 1. .. Menurut Hukum Positif ... 69 2. .. Menurut Hukum Islam ... 84 B. ... Persamaan dan Perbedaan Hak Narapidana Wanita Hamil Dalam

Hukum Positif dan Hukum Islam ... 92

BAB V PENUTUP ... 96 A. ... Kesimpulan ... 96 B. ... Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA ... 99 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 1

(25)

1 1

(26)

1 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan, tak terkecuali bagi narapidana meski telah melanggar hukum. Sebagai manusia ciptaan Allah Swt. walaupun menjadi terpidana hak-hak yang melekat pada dirinya tetap harus dihargai. Hak itu diakui dan dilindungi oleh hukum, baik hukum agama maupun hukum Nasional (legal formal) termasuk oleh sistem pemasyarakatan Indonesia berdasarkan Pancasila. Hak-hak narapidana sebagai warga Negara Indonesia yang hilang kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana haruslah sesuai dengan hak asasi manusia. Hak-hak sebagai narapidana tetap harus dipenuhi dengan baik serta kehormatan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia harus dihargai selama berada di lembaga pemasyarakatan.1

Narapidana wanita dalam menjalankan masa tahanannya memiliki hak yang sama dengan laki-laki namun wanita memiliki kodrat yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Hal itu berdampak harus ada keistimewaan khusus bagi wanita. Narapidana wanita memiliki keistimewaan khusus yang tidak dimiliki narapidana laki-laki yaitu siklus seperti menstruasi, hamil,

(27)

2 2

melahirkan, dan menyusui. Dalam hal ini hak-hak narapidana wanita harus lebih dilindungi dan mendapatkan perhatian khusus, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun petugas lembaga pemasyarakatan diseluruh wilayah Indonesia.2

Minimnya ketersediaan fasilitas dan kurangnya sumber daya manusia yang ahli dan berpengalaman dalam lembaga pemasyarakatan menjadi salah satu faktor pemicu buruknya pelayanan terhadap hak-hak narapidana termasuk narapidana wanita. Narapidana yang sedang hamil/menyusui memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti narapidana lainnya namun narapidana wanita yang sedang hamil/menyusui harus memiliki hak khusus serta perhatian khusus yang diberikan Negara untuknya didalam lembaga pemasyarakatan dibandingkan dengan narapidana lainnya. Seperti di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Wirogunan Yogyakarta pemenuhan hak bagi warga binaan wanita hamil/menyusui telah terpenuhi sesuai dengan Undang-undang yang berlaku seperti pemberian kamar yang terpisah dari narapidana yang tidak sedang hamil/menyusui, mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter, serta mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun, fasilitas yang dimiliki masih dapat dikatakan kurang dan cukup memprihatinkan, serta kurangnya sumber daya manusia yang berpengalaman dan keahlian yang matang dalam lembaga

2

(28)

3 3

pemasyarakatan. Fakta yang terjadi di lapangan tidak seutuhnya sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah di beberapa lapas di Indonesia seperti pada LPP kelas IIB Yogyakarta, pemenuhan gizi untuk ibu hamil dan anak yang lahir di Lembaga pemasyarakatan masih kurang terpenuhi begitu juga dengan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai serta Pemisahan kamar bagi warga binaan wanita hamil/menyusui dengan warga binaan wanita yang tidak hamil/menyusui diberlakukan baru sekitar 5 (lima) tahun berjalan. Sebelumnya tempat tidur warga binaan wanita hamil/menyusui dengan warga binaan wanita masih digabung atau menjadi satu. Begitu pula pemberian gizi bagi warga binaan wanita hamil/menyusui akan ditambahkan bila dirasa butuh gizi lain sesuai dengan petunjuk dokter lapas, namun pemberian gizi lebih ini diberikan jika diperlukan saja, tidak setiap saat diberikan untuk warga binaan wanita hamil/menyusui. Pemberian tambahan makanan bergizi untuk warga binaan wanita hamil/menyusui biasanya diberikan dokter bila kondisi dari warga binaan wanita hamil/menyusui ini sedang tidak baik, sistem kekebalan tubuh yang menurun atau tingkat stres yang tinggi. Dalam keadaan yang kurang baik warga binaan wanita hamil/menyusui akan dirawat di dalam lapas dengan fasilitas yang ada di lapas, fasilitas kesehatan yang ada di dalam lapas pun terkadang tidak sepenuhnya ada, tergantung yang diberikan dari Kementerian Hukum dan

(29)

4 4

Hak Asasi Manusia, contoh seperti obat-obatan. Bila dirasa obat untuk menyembuhkan warga binaan wanita hamil/menyusui itu sedang habis atau tidak tersedia di lapas, maka petugas akan membelikan obat di apotik yang ada di luar lapas. Bila sakit yang di derita warga binaan wanita hamil/menyusui belum sembuh juga dan menurut dokter lapas harus dirujuk ke rumah sakit maka warga binaan wanita hamil/menyusui akan dibawa ke rumah sakit umum di luar lapas dengan pengawasan petugas yang intensif. Hal diatas merupakan sedikit gambaran narapidana wanita hamil di dalam lapas seperti pada LPP kelas IIB Yogyakarta.1

Pengaturan mengenai pelaksanaan hak narapidana wanita tertuang didalam peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.3 Sebagai bahan pertimbangan, narapidana wanita yang sedang hamil pastilah membutuhkan nutrisi dalam bentuk makanan yang mungkin berbeda dengan narapidana yang lainnya serta bagaimana kondisi psikisnya juga haruslah diperhatikan karena menyangkut janin yang sedang dikandungnya. Secara terminologi penjara dalam KUHP tercantum dalam pasal 29 ayat (1)

3 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 20.

(30)

5 5

Sistem pemenjaraan yang menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga “ ” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya.1 Pada konsep pemidanaan di lembaga pemasyarakatan mengandung unsur penderitaan dan balas dendam terhadap narapidana. Namun narapidana wanita hamil pada kenyataannya membutuhkan kondisi yang kondusif serta nyaman untuk psikisnya karena hal ini berpengaruh pada janinnya.

Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan tahu kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.4

Narapidana wanita hamil atau pelaku kejahatan wanita pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW Seperti yang dikisahkan oleh Buraidah ra

4 Undang-undang Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang No 39 Tahun 1999, Pasal 49 ayat 2

(31)

6 6

yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud: Buraidah ra menceritakan bahwa Ma’iz bin Malik Al-Aslami datang kepada Nabi SAW dan berkata,

“Rasulullah aku telah berbuat aniaya pada diriku sendiri dan berzina, maka berilah hukuman untukku”. Rasulullah SAW tidak lantas langsung mempercayai pengakuan Ma’iz bin Malik Al-Aslami dan menghukumnya.

Ketika pengakuannya yang keempat kalinya maka, barulah Rasulullah mengambil tindakan atas pengakuannya, maka digalilah lubang untuknya, kemudian diperintahkan untuk menderanya. Kemudian datanglah wanita al-Ghamidiyah dan berkata, “Rasulullah SAW aku telah berzina maka berilah hukuman untukku.” Nabi SAW menyuruhnya pulang. Pada saat hari berikutnya, wanita itu berkata, “Rasulullah kenapa engkau menyuruhku pulang. Mungkin engkau menyuruhku pulang seperti engkau menyuruh Ma’iz pulang? Demi Allah Swt. Aku telah hamil.” Rasulullah SAW lalu berkata, “Mungkin, tidak. Sekarang, pergilah hingga engkau melahirkan bayimu.” Ketika telah melahirkan, wanita itu datang lagi kepada Rasulullah SAW dengan membawa bayinya dalam potongan kain.

Wanita itu berkata, “Ya Rasulullah, ini bayiku. Aku telah melahirkannya.”

Rasululllah SAW berkata, “Pergilah dan susuilah bayimu hingga engkau menyapihnya.” Ketika telah menyapihnya, wanita itu datang kepada Rasulullah SAW dengan anaknya yang memegang potongan roti di tangannya. Wanita itu berkata, “Ini anakku. Aku telah menyapihnya. Dia

(32)

7 7

sudah bisa memakan makanan.” Lalu, bayi itu di serahkan kepada salah satu kaum Muslimin. Kemudian, digalilah lubang untuk wanita itu dan diperintahkan untuk di kubur hingga batas dadanya. Rasulullah SAW memerintahkan orang-orang untuk menderanya. Khalid bin Al-Walid maju dengan membawa batu dan melempar kepadanya. Darah pun berlumuran dan muncrat ke wajah Khalid, Khalid mencaci wanita itu. Nabi SAW mendengar Khalid mencaci wanita itu, Nabi SAW berkata “Tenanglah Khalid, demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya wanita itu telah bertobat jika tobat itu dilakukan oleh orang yang memungut pajak dengan tidak sah, maka ia akan diampuni.” Kemudian, diperintahkan untuk menyalati dan menguburkannya. (HR Muslim dan Abu Daud).1

Demikian pula hukuman tidak dilaksanakan atas orang yang sedang sakit sampai sembuh, dan wanita yang hamil sampai ia melahirkan. Padahal pada hakekatnya bayi yang dikandung oleh wanita hamil tersebut masih suci, bebas dari segala kesalahan yang dilakukan orangtuanya. Hal tersebut menandakan bahwa ada jaminan kebebasan temporal bagi wanita hamil pelaku kejahatan atau tindak pidana.

Walaupun pada akhirnya eksekusi tetap dijalankan. Dari perbedaan pandangan antara hukum positif dengan hukum Islam, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “STUDI PERBANDINGAN

(33)

8 8

HAK NARAPIDANA WANITA HAMIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam

2. Untuk menganalisis persamaan dan perbedaan hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis.

Dengan penelitian ini maka diharapkan hasil yang dicapai dapat digunakan sebagai tambahan wawasan atau khazanah ilmiah yang dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya,

(34)

9 9

terutama terkait dengan Hak bagi narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam.

2. Manfaat secara praktis.

a. Bagi Peneliti.

1) Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dan dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi peneliti tentang hak bagi narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam.

2) Dapat memberikan wawasan yang luas kepada pihak terkait dalam mengambil kebijakan lebih lanjut yang berkaitan dengan

b. Bagi UIN Raden Mas Said Surakarta.

Sebagai hasanah ilmiah bagi perpustakaan UIN Raden Mas Said Surakarta yang mana juga sebagai bacaan bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya dijadikan patokan untuk terjun ke masyarakat, khususnya untuk mahasiswa Fakultas Syariah.

c. Bagi masyarakat.

Memberikan informasi tentang Hak bagi narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam.

(35)

1 100

E. Kerangka Teori

1. Hak Narapidana Dalam Hukum Positif

Pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan harus dilandaskan oleh aturan hukum yang berlaku agar pemenuhan dari perlindungan hak asasi manusia dapat direalisasikan.

Ketidakmampuan aparat penegak hukum dalam mengupayakan perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan negara dan terjadinya pengabaian terhadap hak warga negaranya sendiri, sehingga terjadinya hal yang berlawanan bahwa setiap orang orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia seperti yang tertuang dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.5 Untuk mencegah adanya penyiksaan dan perbuatan menyakiti narapidana, maka penjara dan tempat-tempat tahanan harus terbuka bagai pemantau independen seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Palang Merah International ataupun Lembaga Lembaga Swadaya Masyarakat.

Adapun hak-hak narapidana menurut hukum pidana positif adalah dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 14 Tentang Pemasyarakatan, bahwa narapadina berhak:

5 Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(36)

1 111

a. Melakukan ibadah sesuai dengan ajaran atau kepercayaannya.

b. Mendapat perawatan baik perawat rohani maupun jasmani.

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

e. Menyampaikan keluhan.

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media Massa lainnya yang tidak dilarang.

g. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi cuti mengunjungi keluarga.

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat.

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.1

2. Hak Narapidana Dalam Hukum Islam

(37)

1 122

Hukum pidana Islam telah memberikan hak-hak bagi narapidana sebagaimana telah dimuat di dalam sumber-sumber hukum Islam itu sendiri, di antara hak-hak narapidana dalam hukum pidana Islam adalah:

a.Melakukan ibadah kepada Allah

b.Mendapat makanan dan minuman yang layak dan halal c.Mendapat pakaian yang bagus dan menutup aurat

d.Mendapatkan tempat yang layak dan mulia

e.Tidak ada penyiksaan dan diperlakukan dengan baik.6

F. Tinjauan Pustaka

Masalah yang berhubungan dengan pidana penjara bagi wanita hamil, telah banyak dibahas terutama oleh para pakar hukum dan cendekiawan, hanya saja dalam mengkaji masalah ini, mereka membahas aspek pidana penjara bagi wanita hamil dengan alasan yang berbeda, dikarenakan dalam mengkaji masalah ini, mereka membahas aspek normatifnya saja, sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji

6 Hana Mujahidah, “Hak-Hak Narapidana Menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam”, , Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2019. Hlm, 53

(38)

1 133

dengan menitikberatkan pada aspek yuridis tentang pandangan hukum Islam megenai hak bagi narapidana wanita hamil.

Fitri Alfiani,

penelitian tersebut membahas tentang kondisi lembaga pemasyarakatan perempuan kelas II B Jambi serta pembinaan bagi wanita hamil ketika berada di lembaga pemasyarakatan perempuan kelas II B Jambi. 1 Sedangkan penelitian ini membahas tentang hak bagi narapidana wanita hamil di Indonesia dan juga pandangan hukum Islam.

Anita Ayu Widyastuti,

Penelitian tersebut membahas tentang tinjauan umum hak dan kewajiban warga binaan wanita hamil atau menyusui dalam lembaga pemasyarakatan, gambaran umum lembaga pemasyarakatan kelas II B Yogyakarta serta pelaksanaan hak dan kewajiban bagi warga binaan wanita hamil atau menyusui di lembaga pemasyarakatan perempuan kelas II B Yogyakarta.7

7 Anita Ayu Widyastuti. “Implementasi Hak Dan Kewajiban Bagi Warga Binaan Wanita Hamil Atau Menyusui Dalam Menjalani Masa Hukuman Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta”. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. (Yogyakarta: 2018).

(39)

1 144

Sedangkan penelitian ini membahas bagaimana hak bagi narapidana wanita hamil tidak hanya dilihat dari perspektif hukum pidana Indonesia semata melainkan termasuk juga hukum pidana Islam.

Tirsa D.G Ticoalu,

Penelitian tersebut membahas tentang sistem perlakuan terhadap narapidana wanita hamil dilembaga pemasyarakatan menurut ketentuan yang berlaku, bentuk perlindungan hukum terhadap narapidana wanita hamil dan hak yang di milikinya pada saat berada dalam lembaga pemasyarakatan di Indonesia.1 Sedangkan dalam penelitian ini membahas persamaan dan perbedaan hak narapidana wanita hamil dalam hukum positif dan hukum pidana Islam.

Elvi Husna Rahma Putri,

Penelitian tersebut membahas tentang mengapa lapas perempuan kelas IIB Yogyakarta memberikan perlakuan khusus terhadap narapidana wanita yang mengandung, faktor penghambat pelaksanaan pembinaan serta upaya untuk mengatasinya.8 Sedangkan pada penilitian ini menjelaskan tentang apa saja hak yg didapatkan narapidana wanita hamil.

8 Elvi Husna Rahma Putri. “Pembinaan Narapidana Wanita Hamil Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta”. , Prodi Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Yogyakarta: 2020).

(40)

1 155

Nuraini Shoffi Sabdiyah,

Penelitian tersebut membahas tentang hak narapidana wanita hamil dan pasca melahirkan serta faktor penghambat dan pendukung dalam pemenuhan hak narapidana wanita hamil dan pasca melahirkan di lembaga pemasyarakatan perempuan kelas IIB Yogyakarta. 1 Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana hak narapidana wanita hamil dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam serta persamaan dan perbedaan nya.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis-normatif yaitu suatu metode penelitian yang mengkaji masalah dengan didasarkan pada analisis peraturan perundang-undangan. Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan model komparatif, yaitu menganalisis data dengan membandingkan beberapa data atau teori yang berbeda untuk menemukan suatu kesimpulan.

1. Jenis Penelitian

(41)

1 166

Menurut Beni Ahmad Saebani jenis penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : , penelitian hukum normative, penelitian hukum normatif biasanya yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. , penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer lapangan, atau terhadap masyarakat.9 Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kepustakaan (

) atau penelitian hukum normatif, yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku yang ada kaitannya dengan judul yang di bahas.

2. Sumber data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan terdiri dari:

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Pasal 14 ayat (1) perihal hak-hak narapidana.

9 Beni Ahmad Saebani. . (Bandung: Pustaka

Setia, 2018). Hlm. 109.

(42)

1 177

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

3) Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan.

b. Bahan hukum sekunder: adalah bahan hukum yang terdiri dari Asas-asas Hukum Pidana Islam, pokok-pokok Hukum Islam, literatur (buku-buku), jurnal, hasil penelitian,

c. Bahan Hukum tersier Adalah sumber yang berasal dari: Website, kamus, Ensklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi. Menghimpun dan menulis semua bahan tertulis yang relevan dengan perkara, yang dalam penelitian ini berkaitan dengan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan hak bagi Narapidana wanita hamil baik dalam hukum positif maupun hukum Islam.

4. Teknik Analisis Data

(43)

1 188

Adapun Teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian adalah metode deskriptif analisis. 1 Yaitu dengan cara menggambarkan secara mendalam tentang hak bagi narapidana wanita hamil dalam hukum positif dengan titik tekannya pada aspek yuridis dan di analisa dengan Hukum Pidana Islam. Serta dengan menarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum kekhusus sehingga mampu menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan dengan mudah.

H. Sistematika Penulisan

Penulis menyajikan hasil penelitian dalam tiga bagian utama yakni:

bagian awal, bagian utama skripsi, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi sampul skripsi, halaman pembatas warna putih, halaman judul dengan logo Uin Raden Mas Said Surakarta, halaman persetujuan dosen pembimbing, pernyataan bukan plagiasi, halaman nota dinas, halaman pengesahan ujian munaqasyah, halaman motto, halaman persembahan, pedoman transliterasi, halaman, kata pengantar, halaman abstrak, dan halaman daftar isi. Bagian isi terdiri dari Lima Bab dengan klasifikasi sebagai berikut:

Bab I merupakan bab Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(44)

1 199

penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika dalam penulisan hukum.

Bab II merupakan tinjauan umum hak asasi manusia dan hak-hak narapidana. Bab ini akan menjelaskan tentang pengertian hak asasi manusia menurut hukum positif dan hukum Islam, hak-hak narapidana, pengertian narapidana, pengertian wanita hamil, bentuk hak warga binaan wanita hamil dan hukum Islam terkait wanita hamil.

Bab III: merupakan hak narapidana wanita hamil dalam hukum positif dan hukum islam. Bab ini menguraikan tentang narapidana wanita hamil, ketentuan pemidanaan wanita hamil, Hak-Hak Narapidana Yang diatur Dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1999, Hak- Hak Narapidana Yang diatur Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999, Hak-hak narapidana menurut hukum pidana Islam dan narapidana wanita hamil dalam lembaga pemasyarakatan

Bab IV merupakan bab analisis tentang perbandingan hak narapidana wanita hamil dalam hukum positif dan hukum Islam. Yang didalamnya membahas tentang analisis hak narapidana wanita hamil dalam hukum positif dan hukum Islam serta persamaan dan perbedaannya.

Bab V merupakan bab Penutup, yang membahas mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan uraian-uraian dari materi yang telah

(45)

2 200

dibahas dalam penelitian ini.

(46)

2 211

BAB II

TINJAUAN UMUM HAK ASASI MANUSIA DAN HAK-HAK NARAPIDANA

A. Pengertian Hak Asasi Manusia 1. Menurut Hukum Positif

Hak Asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia yang memberdayakan manusia untuk membentuk kehidupan yang merdeka, setara, dan bermartabat. Hak tersebut terdiri atas hak sipil dan politik, hak ekonomi, hak sosial dan budaya yang tertuang dalam instrumen HAM Internasional, regional, serta UUD setiap negara.1 Hak-hak yang dimiliki setiap manusia berhak dinikmatinya semata-mata karena ia adalah manusia. Hak tersebut merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng dan harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Kewajiban menghormati Hak Asasi manusia tersebut tercermin dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.1

Dalam menanggapi tentang Hak Asasi Manusia A. Ubaedillah dan Abdul rozak, menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah sekumpulan perangkat hak yang melekat pada hakikat dan

1 . Badan

Penelitian Dan Perkembangan HAM Kementrian Hukum Dan HAM, Jakarta, 2010. Hlm.

10.

(47)

2 222

keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.2 Sedangkan menurut Erwin, menyatakan bahwa Hak Asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat, pemberian Tuhan dan dimiliki manusia selama hidup dan sesudahnya serta tidak dapat dicabut dengan semau-maunya tanpa ketentuan hukum yang ada, jelas, adil, dan benar sehingga harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh individu, masyarakat dan Negara.1

Adapun sedikit penjelasan mengenai Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dari pasal 9 sampai pasal 66, sebagai berikut:

a. Hak Untuk Hidup

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.

b. Hak Bekeluarga dan Melanjutkan Keturunan

Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah.

c. Hak Mengembangkan Diri

2 A, Ubaidila dkk,

(Jakarta: ICCE UIN Syarif, 2008), Hlm. 132.

(48)

2 233

Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak.

d. Hak Memperoleh Keadilan

Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang pemeriksaanya yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

e. Hak Atas Kebebasan Pribadi

Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani. Dan karena itu tidak boleh ada objek penelitian tanpa persetujuan darinya, serta tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhamba.

f. Hak Atas Rasa Aman

Setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

g. Hak Atas Kesejahteraan

Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi

(49)

2 244

mengembangkan dirinya, keluarga, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum, dan setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.

h. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan.

Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau asal usulan kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintah yang bersih, efektif, dan efesien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

i. Hak Wanita

Hak wanita dalam undang-undang ini adalah Hak Asasi Manusia, seseorang wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

j. Hak Anak

Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara, dan setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(50)

2 255

Kewajiban menghormati Hak Asasi manusia tersebut, tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan itu, hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.3

Dalam bukunya Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa suatu kepentingan merupakan sasaran dari hak, bukan hanya karena ia dilindungi oleh hukum, tetapi juga karena adanya pengakuan. Pengakuan ini penting dilihat sebagai ratio legis munculnya sikap bersama bahwa suatu hak yang melekat bagi pemiliknya dipahami dan disadari dapat menghasilkan keteraturan-keteraturan. Sehubungan dengan ini, Audi mengungkapkan bahwa di samping ada hak hukum, juga terdapat hak alami. Untuk memberikan kejelasan tentang hak hukum dan hak alami, Nur Akhmad Fadhil Lubis memberikan uraiannya; kalau yang

3 Undang-Undang Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 2000 dan Undang-Undang HAM 1999, Hlm. 42.

(51)

2 266

pertama dapat ditarik kembali atau dialihkan sesuai dengan ketentuan lawmakers, maka yang terakhir bersifat melekat dan abadi pada pemiliknya. Hak dalam bentuk terakhir ini tidak dapat ditanggalkan, baik oleh raja atau Negara sekalipun, .

Audi menyebutkan yang pertama sebagai

sedangkan yang terakhir ia namakan dengan

Kecuali itu, status ternyata memiliki peran sentral dalam memberikan dan menentukan hak tertentu. Hak sangat terkait dengan status. Contohnya Hak yang dimiliki oleh warga binaan wanita yang sedang hamil di dalam LAPAS, mereka memiliki hak khusus yang harus diberikan kepada mereka serta ditanggung oleh negara. Pengertian lain menyebutkan bahwa Hak adalah kewenangan yang di berikan oleh hukum obyektif kepada subyek hukum. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa hak adalah tuntutan sah agar orang lain bersikap dan berperilaku dengan cara tertentu, kewenangan yang di berikan oleh hukum obyektif tersebut pada subyek hukum berimplikasi kepada subyek hukum itu sendiri sehingga ia dapat berbuat apa saja terhadap sesuatu yang menjadi hak nya tersebut asal tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, ketertiban umum maupun

(52)

2 277

kepatutan yang ada. 4 Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum antara lain:

1) Hak itu dilekatkan kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau subjek hak itu, dia juga disebut sebagai orang yang memiliki hak atas barang yang menjadi sasaran dari hak.

2) Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.

3) Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan.

4) Perbuatan yang di berikan itu disebut dengan objek dari hak.

5) Setiap hak menurut hukum itu mempunyai , yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatkannya hak itu pada pemiliknya.1

Hak-hak dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Hak-hak yang sempurna dan yang tidak sempurna

Hak yang sempurna adalah yang dapat dilaksanakan melalui hukum seperti kalau perlu melalui pemaksaan hukum.

Hak yang tidak sempurna adalah yang diakui oleh hukum,

4 Lysa Anggrayni, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, (Riau, Suska Press, 2014). Hlm.

31-32

(53)

2 288

tetapi tidak selalu dilaksanakan oleh pengadilan, seperti hak yang dibatasi oleh lembaga daluarsa.

b) Hak-hak utama dan tambahan

Hak utama adalah yang diperluas oleh hak-hak lain. Hak tambahan adalah hak yang melengkapi hak-hak utama, seperti perjanjian sewa menyewa tanah yang memberikan hak tambahan kepada hak utama dari pemilik tanah.

c) Hak-hak publik dan perdata

Hak publik adalah hak yang ada pada masyarakat pada umumnya, yaitu Negara. Hak perdata adalah yang ada pada perorangan, seperti hak seseorang untuk menikmati barang yang dimilikinya.

d) Hak-hak positif dan negatif

Hak positif menuntut dilakukan perbuatan-perbuatan positif dari pihak tempat korelatif nya berada, seperti hak untuk menerima keuntungan pribadi. Demikian sebaliknya untuk hak negatif.

e) Hak-hak milik dan pribadi

(54)

2 299

Hak-hak milik berhubungan dengan barang-barang yang dimiliki oleh seseorang yang biasanya bisa dialihkan. Hak-hak pribadi berhubungan dengan kedudukan seseorang yang tidak pernah bisa dialihkan.

Hak yang dimiliki oleh subyek hukum dapat timbul atau lahir maupun lenyap/hapus Karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Hak dapat timbul atau lahir apabila ada peristiwa hukum, adapun timbul atau lahirnya hak dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

(1) Karena adanya subyek hukum baru baik berupa orang maupun badan hukum.

(2) Karena adanya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang mengadakan perjanjian.

(3) Karena adanya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan orang lain.

(4) Karena seseorang telah melakukan kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh hak itu.

(5) Karena kadaluarsa ( ), biasanya

yang dapat melahirkan hak bagi seseorang sebaliknya kalau dapat menghapuskan hak atau kewajiban seseorang.

(55)

3 300

Sedangkan lenyap atau hapusnya hak, dapat disebabkan oleh karena beberapa hal, yaitu:

(a) Karena pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia atau tidak ada pengganti atau ahli waris yang ditunjuk baik oleh pemegang hak yang bersangkutan maupun oleh hukum.

(b) Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi.

(c) Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hak.

(d) Kewajiban yang merupakan syarat untuk memperoleh hak sudah dipenuhi.

(e) Kadaluarsa ( ) dapat menghapus hak.5

2. Menurut Hukum Islam

Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah SWT bersifat permanen, kekal, abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi. Dalam Islam terdapat dua konsep tentang Hak Asasi yakni hak manusia dan Hak Allah. Setiap hak itu

5 Lysa Anggrayni, Diktat…, hlm. 48-51

(56)

3 311

saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi dan juga sebaliknya. Konsep Islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teoritis atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariat-Nya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik secara pribadi maupun warga masyarakat atau warga bangsa. Berbicara tentang Hak Asasi dalam Islam, Maulana Abul Al-Maududi berpendapat hak-hak yang diberikan oleh raja-raja atau majelis-majelis legislatif dengan mudahnya bisa dicabut kembali semudah saat memberikannya, tetapi tidak ada individu maupun lembaga yang memiliki kewenangan untuk mencabut hak-hak yang diberikan oleh Tuhan.1

Hak Asasi manusia dalam Islam sangat memelihara kehidupan manusia, berupa menolong kepada yang membutuhkan pertolongan, memberikan pengobatan bagi yang sakit, dan memberi makan bagi yang kelaparan. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan untuk saling melindungi dan dilindungi antar sesama manusia sama seperti dalam tafsir Bachtiar Surin memberi makna bahwa “Memelihara kehidupan” berarti juga memberi makan mereka yang kelaparan, memberi pengobatan yang sakit, dan

(57)

3 322

menolong yang kesusahan. 6 Hak Asasi Manusia dalam Islam meliputi:

a. Hak untuk hidup

Hak asasi yang paling utama adalah hak untuk hidup. Hal itu ditegaskan didalam Al Quran Q.S Al Maidah ayat 32 yang berbunyi:

اَ

وْ ﺲ ٍ ﻧَﻔْ ﺮِ ﻴْ ﻐَ ﺑِ ﺎۢ ﺴً ﻧَﻔْ ﻞَ ﺘَ ﻗَ ﻦْ ﻧَّ ﻣَ ﻪ اَ ﻞَ ﻳْ ءِ ﺮَاۤ ﺳْ ﻲ ْٓاِ ﺑَﻨِ ﻰ َﻠٰ ﻋ ﻨَﺎ ﺘَﺒْ ﻚ َﻛَ ذٰﻟِ ﻞِ ﺟْ اَ ﻦْ ﻣِ

اَ

ﺣْ

ﻴَﺎ ﻤَﺎٓ ﺎَﻧَّ ﻜَ ﻓَ ﺎ ﻫَ ﻴَﺎ ﺣْ اَ ﻦْ ﻣَ وَ ﻌًﺎۗ ﻴْ ﻤِ ﺟَ س َ ﻨَّﺎ اﻟ ﻞَ ﺘَ ﻗَ ﻤَﺎ ﺎَﻧَّ ﻜَ ﻓَ ض ِ رْ ﻻَْ ا ﻰ ﻓِ ﺎدٍ ﺴَ ﻓَ

َذٰ

ﻟِ

َﻓِ

ﻰ ﺪ ﻌْ ﺑَ ﻢْ ﻨْﻬُ ﻣِّ ﺮًا ﻴْ ﺜِ ﻛَ ِنَّ ا ﻢَّ ﺖ ِﺛُ ﻨٰ ﺒَﻴِّ ﺎﻟْ ﺎﺑِ ﻠُﻨَ ﺳُ رُ ﻢْ ﺗْﻬُ ﺎۤءَ ﺟَ ﺪْ ﻟَﻘَ ۗوَ ﻌًﺎ ﻴْ ﻤِ ﺟَ س َ ﻨَّﺎ اﻟ ا ﻻَْ

رْ

ض

ِﻟَ

ﻤُ

ﺴْ

ﺮِ

ﻓُ

ﻮْ

نَ

1

b. Hak Atas Keselamatan Hidup

Hak ini juga terdapat pada Surah Al-maidah ayat 32

6 Azhary, , (Jakarta: Universitas Indonesia, 1995) Hlm.

84

(58)

3 333

Artinya:

c. Hak Penghormatan Terhadap Kesucian Kaum Wanita

Kesucian seorang wanita merupakan suatu hal yang harus dihormati dan dilindungi setiap saat, baik apabila ia sebangsa dengan kita atau termasuk bangsa musuh, baik ia ditemukan didalam hutan belantara atau disebuah kota yang ditaklukan.

Seorang Muslim tidak diperbolehkan menyiksanya secara fisik dalam keadaan apapun.

d. Hak Untuk Memperoleh Kebutuhan Hidup Pokok

Hak ini terdapat dalam Surah Az-Zariyat ayat 19 yang berbunyi:

ﻠ ﺴَّ

ﺎﺋِ

ﻞِ

وَ

اﻟْ

ﻤَ

ﺤْ

ﺮُ

وْ

مِ ﻟِّ ﻖٌّ ﺣَ ﻢْ ﻬِ اﻟِ ﻮَ ﻣْ ﻲ ْاَ ﻓِ وَ

Artinya:

e. Hak Individu Atas Kebebasan

Islam secara tegas melarang praktek primitif penangkapan manusia baik wanita maupun pria untuk dijadikan hamba

7

(59)

3 344

sahaya atau budak atau untuk diperjual belikan sebagai hamba sahaya.

f. Hak Atas Keadilan

Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak diantara manusia tanpa melihat warna kulit, ras, atau kebangsaan, melainkan menjadikan realitas yang penting.

Menurut Islam Tuhan memberikan kepada manusia hak persamaan ini sebagai Hak Asasi manusia. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang dapat dikenai diskriminasi.

g. Hak Untuk Kerjasama Dan Tidak Bekerjasama.

Hak ini sudah dijelaskan dalam surah Al-Maidah ayat 2 dijelaskan

ْﻢِ

وَ

اﻟُ

ﻌُ

ﺪْ

وَ

ا

ن ﺛ ﻻِ ﻰ ﻠَ ﻋَ ا ﻮْ ﻧُ وَ ﻌَﺎ ﺗَ ﻻَ وَ ى ﻮَ ﻘْ ﺘَّ اﻟ وَ ﺒِﺮِّ اﻟْ ﻰ ﻠَ ﻋَ ا ﻮْ ﻧُ وَ ﻌَﺎ ﺗَ وَ

Artinya:

B. Hak-hak Narapidana

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan, yang pada umumnya didapatkan dengan cara

8 , hlm. 106

(60)

3 355

diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Konsep hak memiliki dua pengertian dasar, yang pertama adalah hak yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat ditarik kembali. Yang pertama ini adalah hak moral yang dimiliki setiap manusia, dan hak-hak ini bertujuan untuk melindungi martabat setiap manusia. Yang kedua adalah hak-hak hukum yang ditetapkan secara nasional maupun internasional, yang mana sesuai dengan proses legislasi dari masyarakat itu sendiri. Adapun dasar dari hak-hak ini adalah persetujuan orang yang diperintah yaitu persetujuan dari para warga, yang tunduk pada hak-hak itu dan tidak hanya tertib alamiah, yang merupakan dasar dari arti yang pertama tersebut di atas.1

Tindak pidana yang kerap kali menimpa narapidana di dalam penjara adalah tindak pidana yang melibatkan unsur-unsur kekerasan di dalamnya, baik yang dilakukan oleh sesama narapidana, maupun oleh petugas lembaga pemasyarakatan. Demi menghindari tindakan yang mengandung penyiksaan atau bentuk kekerasan lainnya, maka pembinaan narapidana harus didasarkan atas pedoman-pedoman yang telah diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu: Pengayoman; Persamaan perlakuan dan pelayanan; Pendidikan; Pembimbingan; Penghormatan harkat dan martabat manusia; Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan

(61)

3 366

keluarga dan orang-orang tertentu. 9 Dijabarkan lebih lanjut berkaitan dengan hak-hak yang diterima oleh narapidana, telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang menyebutkan narapidana berhak untuk:1

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan.

Narapidana agar turut melaksanakan program pendidikan dan bimbingan agama sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.

2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.

Hak ini didapatkan oleh narapidana dalam bentuk pemberian kesempatan olahraga dan rekreasi, mendapatkan perlengkapan pakaian, perlengkapan untuk tidur dan mandi.

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

Rutan atau Lapas haruslah memenuhi pemberian pendidikan dan pengajaran untuk narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Termasuk berhak belajar di Sekolah Negeri, di tempat latihan kerja yang dikelola oleh Rutan atau Lapas dan di tempat kerja milik instansi pemerintah lainnya.

9 Donny Michael, Penerapan Hak-Hak Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Tanjung Gusta, Sumatera Utara Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, , (Jakarta: Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2017), hlm. 254.

(62)

3 377

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Rutan wajib mengawasi kesehatan narapidana dan menyediakan makanan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan kesehatan yang didapatkan narapidana dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam satu bulan. Pun narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pemerintah di luar rumah tahanan. Apabila narapidana sedang menjalankan ibadah puasa, maka narapidana berhak mendapatkan makanan tambahan.

5. Menyampaikan keluhan.

Narapidana berhak untuk mnyampaikan keluhannya kepada kepala Rutan atau cabang Rutan atau Lapas atau cabang Lapas apabila terjadi tindakan baik dari sesama narapidana maupun petugas yang mengganggu hak-hak asasi narapidana.

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media Massa lainnya yang tidak dilarang.

Narapidana berhak mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media Massa berupa media cetak dan elektronik guna menunjang program pembinaan kepribadian narapidana dan tidak bertentangan dengan ketentuan di dalam perundang-undangan. Pula

(63)

3 388

berhak membawa dan mendapat bahan bacaan atau informasi dari media Massa dari luar dengan seizin dari kepala Rutan atau Lapas.

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

Narapidana berhak mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang telah dilakukan di dalam lembaga pemasyarakatan.

8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya.

Narapidana berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya (keluarga dan rohaniawan).

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

Narapidana berhak mendapatkan remisi jika selama menjalani masa hukumannya berkelakuan baik (menaati peraturan dan tidak pernah mendapatkan tindakan disiplin) dan telah menjalani masa pidana selama 6 (enam) bulan lamanya.

10.Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.

Setiap narapidana berhak mendapatkan asimilasi dengan ketentuan berkelakuan baik, dapat mengikuti program pembinaan dengan baik, telah menjalani pembinaan selama ½ (satu per dua) masa pidana.

11.Mendapatkan pembebasan bersyarat.

(64)

3 399

Narapidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat dengan ketentuan telah menjalani masa pidana sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya atau minimal 9 (sembilan) bulan, telah

memenuhi syarat

administrasi dan substantif, serta berkelakuan baik dengan syarat-syarat tertentu.

12.Mendapatkan cuti menjelang bebas.

Narapidana berhak mendapatkan cuti menjelang bebas dengan ketentuan telah menjalani masa pidana sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari masa pidana, berkelakuan baik selama menjalani pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum 2/3 (dua per tiga) masa pidana, dan lamanya cuti menjelang bebas sebesar remisi terakhir, paling lama 6 (enam) bulan.

13.Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.10

Narapidana berhak akan politik, hak memilih dan dipilih dan hak keperdataan lainnya. Juga berhak menjadi anggota partai politik sesuai dengan aspirasi dari narapidana dan berhak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun hak tersangka atau terdakwa yang menjalani masa penahanan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) menurut Peraturan

10 ,

Referensi

Dokumen terkait

Metode optimasi yang digunakan adalah Simplex Lattice Design yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi PGA dan sukrosa yang tepat dan diperoleh sifat fisik sirup yang

Bahwa Terdakwa meninggalkan kesatuan tanpa ijin dari Komandan kesatuan (Danyonif 141/AYJP), sejak hari Selasa tanggal 11 Pebruari 2014 sekira pukul 07.00 Wib di Ma Yonif 141/AYJP

Dalam mengambil dan menjelaskan pembahasan ini semua yang berkaitan dengan persoalan kepemimipin non-Muslim dalam masyarakat Islam, pada dasarnya penulis melihat hal

Berdasarkan judul skripsi ini mengenai “Aspek Hukum Yang Harus Dipenuhi Dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Bank Danamon Simpan Pinjam

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa minat belajar Aqidah Akhlak di MTs Pondok Pesantren DDI Manahilil Ulum Kaballangan Kabupaten Pinrang telah

Hasil penelitian Amarasekare (2007) menunjukan bahwa lama hidup imago betina tidak kopulasi dan tanpa oviposisi lebih tinggi dari imago jantan yaitu sekitar 33 hari dan lama

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan meningkatkan profesionalisme akun- tan