• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penilaian Daring di Masa Pandemi Covid-19 - UKSW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "Pelaksanaan Penilaian Daring di Masa Pandemi Covid-19 - UKSW"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

109

Aditya Erwin Herlambang , Hanita Yulia [email protected]1, [email protected]2

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, FTI, Universitas Kristen Satya Wacana1,2 Online Assessment during COVID-19 Pandemic

ABSTRACT

Cognitive, affective, and psychomotor assessments are significant in the learning process and should be done effectively, even in online learning. Therefore, this study aims to describe the implementation of online assessments in productive subjects in SMKN 3 Salatiga.

This is a descriptive qualitative research using snowball sampling as a sampling technique. In- depth interviews to 10 teachers and qualitative observation were conducted to obtain the data.

Data were analyzed using Miles and Huberman model which consisted of three steps (data reduction, data display, and conclusion drawing). The findings were all teachers conducted the online assessments in cognitive and affective domain. However, not all teachers conducted online psychomotor assessment. Internet access and technology devices became the main problems for online assessments implementation. The error system or application, lack of time, students’ discipline and activeness also became the challenge in online assessment. Some solutions such as rescheduling, changing the application, and communicating with parents were done. Offline assessments using health protocol of COVID-19 became the last choice to do.

Keywords: Online Assessment, Cognitive, Psychomotor, Affective Assessment

Article Info

Received date: 11 November 2021 Revised date: 14 Mei 2022 Accepted date: 27 Mei 2022 PENDAHULUAN

Terdapat berbagai macam platform yang bisa dijadikan alternatif dalam pembelajaran daring dan platform pembelajaran daring memegang peranan penting di pendidikan modern (Liu et al., 2020, p. 4), termasuk sebagai solusi Pendidikan pada masa pandemic COVID-19. Akan tetapi, terlepas dari pandemi Covid-19, terdapat manfaat lain dari penerapan pembelajaran daring. Trisnawati & Muliani (2020, p. 43) menyatakan bahwa manfaat dari pembelajaran daring diantaranya adalah waktu dan tempat yang lebih fleksibel, guru menjadi lebih aktif, variatif, dan mandiri, materi yang disampaikan lebih kompleks, serta guru dan siswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam pengoperasian teknologi. Fleksibilitas dari pembelajaran daring inilah yang menjadikannya solusi pembelajaran di masa pandemi ini. Semua proses pembelajaran yang tadinya dilakukan secara luring diubah menjadi daring, termasuk proses penilaian. Fokus area yang layak untuk diberi perhatian khusus dalam proses pembelajaran adalah proses penilaian (Kearns, 2012, p. 198). Penilaian sebagai aspek yang penting dalam proses pembelajaran harus didesain dengan tepat (Petrova et al., 2020, p. 199).

Penilaian bertujuan untuk memastikan bahwa proses dan kinerja siswa sesuai dengan perencanaan pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal serta menilai efektivitas pembelajaran secara menyeluruh (Maba, 2017, p. 2). Dalam pembelajaran daringpun, penilaian tetap harus dilakukan dengan baik dan benar. Akan tetapi, penilaian online menjadi tantangan tersendiri tidak hanya bagi siswa, namun juga bagi guru – bagaimana dan dalam bentuk seperti apa membuat penilaian tersebut (Petrova et al., 2020, p. 199).

Berdasarkan penelitian dari Abd Elgalil et al., 2022, siswa menganggap bahwa penilaian daring dapat meningkatkan rasa aman. Akan tetapi, ternyata kebanyakan siswa masih lebih memilih penilaian berbasis kertas/manual daripada penilaian daring. Biaya yang tinggi, kurangnya kemampuan konsentrasi dalam mengikuti penilaian daring dan hanya dapat dilakukan untuk penilaian pengetahuan menjadi beberapa kendalanya. Bagi guru sendiri, merupakan tantangan untuk mengembangkan dan mendesain penilaian yang tepat, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan siswa, serta

(2)

110

bagaimana membuat kebijakan yang baik terkait dengan pelaksanaan penilaian online (Appiah, 2018, pp. 1456–1457; Spivey & McMillan, 2014, p. 450).

Menurut Ratna & T (2019, p. 115), penilaian dikatakan berlangsung dengan baik apabila mencakup penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Hal ini senada dengan tujuan dari pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu mempersiapkan lulusannya untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang keahliannya serta sikap yang menunjukkan kesiapan untuk bekerja (Rosmawati & Meilani, 2019, p. 95). SMK merupakan jenis pendidikan kejuruan yang memberikan siswanya keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk menjadi tenaga kerja yang efektif dalam jenis pekerjaan tertentu (Oviawe et al., 2017, p. 7). Di SMK, mata pelajaran produktif menjadi mata pelajaran inti dalam menunjang keberhasilan siswanya. Hasil dari penilaian proses pembelajaranlah yang dapat dijadikan indikator keberhasilan proses pembelajaran.

Melalui penilaian, guru dapat menentukan seberapa siap para peserta didik untuk bekerja setelah peserta didik menyelesaikan program studinya di SMK. Ditemukan bahwa pelaksanaan penilaian (baik secara daring maupun luring) di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan hal yang harus dilakukan untuk melihat kesiapan lulusan SMK untuk bekerja (Rosmawati & Meilani, 2019, p. 100). Penting untuk diketahui bagaimana pelaksanaan penilaian daring, yang berbeda dengan pembelajaran tatap muka, pada mata pelajaran produktif tersebut. Di sisi lain, penilaian pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan salah satu kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran daring (Rigianti, 2020). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan penilaian daring pada mata pelajaran produktif yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik selama masa pandemi di SMK Negeri 3 Salatiga. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya penilaian daring.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tanpa tatap muka, dan memanfaatkan platform tertentu dalam melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (Hasanah et al., 2020, p. 339).

Pembelajaran daring menjadi moda pembelajaran yang signifikan di dunia pendidikan saat ini.

Teknologi memungkinkan peralihan interaksi sosial dari komunikasi secara luring menjadi daring, dimana lingkungan daring ini memungkinkan siswa tetap terlibat dalam proses pembelajaran di luar kelas (Blackmon, Stephanie J.; Major, 2012, pp. 77–78). Pembelajaran moda ini bertujuan untuk memberi layanan pembelajaran berkualitas dalam jaringan yang masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar sehingga menjadi lebih luas (Sofyana & Rozaq, 2019, p. 82). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran daring diantaranya adalah teknologi, karakteristik pengajar, dan karakteristik siswa (Pangondian et al., 2019, p. 58).

Di sisi lain, dikarenakan pembelajaran daring berbeda dengan pembelajaran konvensional maka tak jarang guru mengalami kendala dalam melaksanakan pembelajaran daring. Pelaksanaan penilaian secara daring di ketiga ranah menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring (Rigianti, 2020, p. 299). Penilaian merupakan upaya memperoleh informasi secara menyeluruh terkait sejauh mana kemampuan dan kemajuan belajar peserta yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suryani & Pramusinto, 2011, p. 36). Aspek kognitif dapat berupa konsep, asas, prinsip, dan teori yang merupakan hasil kajian para ilmuwan. Aspek psikomotorik dapat berupa keterampilan konkrit maupun abstrak seperti mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, memprediksi, dan mengomunikasikan hasil. Aspek afektif dapat berupa nilai-nilai dan sikap ilmiah seperti sikap objektif, berpikir bebas, dan disiplin. Aspek kognitif lebih kepada keterampilan berpikir, aspek psikomotorik lebih kepada keterampilan praktis dan aspek afektif lebih kepada komunikasi, kolaborasi, motivasi dan sebagainya. Domain kognitif memang lebih mudah diukur atau dinilai dibandingkan dua domain lainnya (Noor et al., 2020, pp. 3469–3470). Akan tetapi, di tengah peningkatan persaingan global yang sengit, dibutuhkan keterampilan kejuruan yang semakin mumpuni dan berkualitas (Suyitno, 2020).

Selain itu, keterserapan lulusan SMK masih lebih rendah dibandingkan lulusan SMA dan hal ini dinilai karena kurang sesuainya keterampilan yang dimiki lulusan SMK dengan dunia kerja (Rosmawati &

Meilani, 2019). Oleh karena itu, penilaian pada aspek keterampilan juga tidak kalah pentingnya. Di sisi lain, penilaian afektifpun sangat penting dilakukan walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian afektiflah yang paling kurang dilakukan. Padahal, aspek afektif sangat berpengaruh terhadap

(3)

111

prestasi akademik di aspek kognitif maupun psikomotorik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan haruslah senantiasa menyeluruh di ketiga aspek - kognitif, afektif, dan psikomotorik (Hall, 2011) sekalipun dalam pembelajaran daring.

Penilaian daring memiliki desain, pelaksanaan perekaman respon, dan pemberian umpan balik yang dilaksanakan menggunakan bantuan teknologi (Alruwais et al., 2018, p. 34). Penilaian berbasis online dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Sistem penilaian ini sangat efektif dan efisien karena dapat mengukur kemampuan siswa secara objektif dan valid (Hasanah et al., 2020, p. 340). Di sisi lain, penilaian daring juga tidak lepas dari tantangan, antara lain pengalaman siswa dengan komputer atau proses penilaian online yang kurang, akses komputer dan internet yang kurang, kesulitan dalam penilaian untuk jawaban/respon siswa berupa penjelasan, serta susahnya menilai proyek kelompok, serta belum terbiasanya guru dalam menggunakan teknologi dan melaksanakan penilaian daring. Untuk hal terakhir, pelatihan dapat menjadi solusi (Alruwais et al., 2018, pp. 35–36). Selain itu, ditemukan bahwa pengajar juga mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian keterampilan (Mukhtar et al., 2020). Akan tetapi, lepas dari segala tantangan atau kendalanya, dikarenakan pembelajaran daring dan penilaian secara online bersifat fleksibel, maka pembelajaran dan penilaian secara online dapat diterapkan pada segala jenjang pendidikan tanpa terkecuali, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan yang menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Selain itu lulusan dari SMK dibekali dengan kemampuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga peserta didik yang lulus dari SMK dapat menjadi sumber daya manusia yang siap terjun dalam dunia kerja (Sulfemi & Qodir, 2017, p. 2). Yang diajarkan dalam Pendidikan kejuruan adalah kemampuan yang spesifik atau khusus yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Dapat dikatakan bahwa kurikulum yang disusun harus relevan dengan dunia kerja. Yang dianggap penting bukanlah keluasan kompetensi yang dipelajari, namun kedalaman kompetensi yang spesifik dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Suyitno, 2020). Salah satu kelompok mata pelajaran yang tersedia adalah mata pelajaran produktif yang dapat dipilih peserta didik sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan serta kebutuhan daerah. Selain itu, mata pelajaran produktif membekali peserta didik supaya mempunyai kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi peserta didik pada mata pelajaran produktif memiliki kontribusi terhadap kesiapan kerja mereka (Rosmawati & Meilani, 2019).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah guru produktif SMK Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 10 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara untuk memperoleh data tentang pelaksanaan asesmen yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada masa pandemi di SMK Negeri 3 Salatiga (bagaimana pelaksanaannya, kendala yang dihadapi, dan solusi yang diberikan) dan observasi. Responden ditentukan menggunakan teknik snowball sampling, dimana wawancara mendalam pertama-tama dilakukan kepada beberapa orang guru dan kemudian guru-guru tersebut akan merekomendasikan guru lainnya untuk diwawancara. Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data pendukung untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari wawancara (proses pelaksanaan penilaian dan gambaran tes online menggunakan platform tertentu). Semua data dikumpulkan dan apabila data yang diperoleh dirasa masih belum lengkap, kembali ke lapangan sampai data yang dibutuhkan memadahi dan lengkap. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan model analisis Miles &

Huberman yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data, serta penarikan dan verifikasi kesimpulan (Miles et al., 2014). Narasi dan tabulasi digunakan dalam penyajian data untuk membuat data lebih mudah dipahami.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa guru-guru mata pelajaran produktif di SMKN 3 Salatiga tetap melaksanakan penilaian dalam proses pembelajaran di masa pandemi COVID-19 ini.

Salah seorang guru menyatakan bahwa penilaian secara daring tetap dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menangkap apa yang sudah diberikan atau diajarkan oleh guru sesuai yang

(4)

112

disampaikan oleh Suryani & Pramusinto (2011, p. 36) bahwa penilaian merupakan upaya memperoleh informasi secara menyeluruh terkait sejauh mana kemampuan dan kemajuan belajar peserta yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga sangat penting dan harus dilaksanakan.

Penilaian idealnya mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 guru mata pelajaran produktif, mereka menyatakan bahwa penilaian kognitif tetap dilaksanakan di pembelajaran daring selama masa pandemi ini. Hasil penelitian mengenai pelaksanaan penilaian secara daring di ranah pengetahuan disajikan di Tabel 1.

Tabel 1. Pelaksanaan Penilaian Online di Ranah Kognitif

Aspek Uraian Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Melaksanakan Penilaian Kognitif

Ya

Tidak

Bentuk dan Teknik yang Digunakan

Uraian

Pilihan Ganda

Aplikasi yang Digunakan

Sekolah Digital

WhatsApp

Google Form

Google Classroom

E-Mail

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh guru melakukan penilaian kognitif secara daring.

Memang penilaian di aspek kognitif lebih mudah diukur/dinilai dibandingkan dua aspek yang lain (Noor et al., 2020). Aplikasi yang digunakan guru dalam melaksanakan penilain kognitif secara daring diantaranya adalah Sekolah Digital SMKN 3 Salatiga (LMS yang dimiliki oleh sekolah), WhatsApp, Google form, Google Classroom, dan E-mail. Aplikasi Sekolah digital sendiri merupakan aplikasi utama yang disediakan oleh sekolah untuk pelaksanaan pembelajaran daring. Oleh karena itu, semua responden yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi tersebut untuk melakukan penilaian di ranah kognitif. Aplikasi Sekolah digital memiliki fitur Tugas Daring, Pembelajaran Online, PTS (Penilaian Tengah Semester), TAS (Tes Akhir Semester), dan kehadiran yang bisa digunakan untuk mendukung pelaksanaan penilaian. Salah satu teknik penilaian yang dilaksanakan secara daring menggunakan Sekolah Digital adalah bentuk pilihan ganda, dimana nilai akan dihitung secara otomatis seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh Tes di Sekolah Digital dalam Bentuk Pilihan Ganda

(5)

113

Penilaian dalam bentuk pilihan ganda paling banyak digunakan oleh guru di SMKN 3 Salatiga dikarenakan kepraktisannya. Hal ini merupakan kelebihan penilaian secara online dimana penilaian yang dilakukan lebih objektif dan valid (Hasanah et al., 2020, p. 340). Terdapat bentuk penilaian uraian walaupun untuk penilaian ini tidak bisa dilakukan secara otomatis. Itulah mengapa di Tabel 1 ditunjukkan hanya empat dari sepuluh guru yang melakukan penilaian dalam bentuk uraian. Adapun contoh penilaian dalam bentuk uraian menggunakan aplikasi Sekolah Digital ditunjukkan di Gambar 2.

Gambar 2. Contoh Tes di Sekolah Digital dalam Bentuk Uraian

Selain aplikasi Sekolah Digital, guru juga menggunakan aplikasi

WhatsApp, Google Form atau Google Classroom, dan Email untuk melaksanakan penilaian kognitif. Untuk Whatsapp dan Email, karena fiturnya yang terbatas, aplikasi ini digunakan hanya untuk untuk

penyampaian soal, pengumpulan jawaban, serta penyampaian jadwal tes. Selain itu, terdapat beberapa kendala yang dialami guru saat melakukan assessment kognitif secara online. Adapun kendala yang dialami guru dalam melaksanakan

assessment secara online yaitu, siswa

terlambat login, jaringan internet yang kurang baik, kuota yang terbatas, nilai yang tidak tersimpan di sistem, perangkat siswa yang kurang memadai, dan aplikasi yang terkadang error.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Appiah dan Rigianti bahwa bagi siswa, rendahnya kualitas jaringan internet dan peralatan yang kurang memadahi membuat mereka tidak dapat mengakses penilaian dengan mudah (Appiah, 2018; Rigianti, 2020, pp. 299–300).

Beberapa cara yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala tersebut yaitu, menghadirkan siswa ke sekolah, menjadwal ulang tes, menggunakan aplikasi lain, menjalin komunikasi antara siswa, wali kelas, dan orang tua. Mendatangkan siswa ke sekolah merupakan pilihan terakhir untuk dilakukan. Selain penilaian di ranah kognitif, penilaian di ranah psikomotorik juga perlu dilakukan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 10 orang responden mengenai

penilaian yang dilakukan pada ranah psikomotorik diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel

2.

(6)

114

Tabel 2. Pelaksanaan Penilaian Online di Ranah Psikomotorik

Aspek Uraian Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Melaksanakan penilaian

psikomotorik

Daring

Luring

Aplikasi yang Digunakan

Sekolah Digital

Tinkercad

CX-Programmer

WhatsApp

Bentuk dan Teknik Penilaian Daring

Tes Praktek Unjuk Kerja

Penilaian Proyek

Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa semua guru melakukan penilaian pada ranah psikomotorik walaupun tidak semua melakukannya secara daring. Hal ini dikarenakan guru belum menemukan media dan metode yang tepat untuk melaksanakan penilaian keterampilan secara daring. Memang bagaimana dan dalam bentuk seperti apa membuat penilaian menjadi tantangan tersendiri bagi guru (Petrova et al., 2020). Tidak hanya itu, siswa juga merasa kesulitan dalam melaksanakan penilaian secara daring dikarenakan tidak semua siswa memiliki alat dan bahan untuk dipraktekkan sesuai dengan jurusan yang diambil siswa. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Mukhtar bahwa pengajar mengalami kesulitan dalam pelaksanaan penilaian keterampilan secara daring (Mukhtar et al., 2020).

Selanjutnya, guru yang tidak melakukan penilaian psikomotorik secara daring mengubah penilaian menjadi luring secara terjadwal dengan menggunakan protokol kesehatan yang berlaku.

Sejumlah siswa dijadwalkan datang ke sekolah untuk melaksanakan penilaian. Guru SMKN 3 sudah menyadari mengenai pentingnya penilaian keterampilan untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Suyitno, (2020) bahwa aspek keterampilan sangat penting karena akan menentukan keterserapan lulusan SMK di dunia kerja, dimana tingkat keterserapan yang selama ini masih rendah dinilai dari kurang sesuainya keterampilan dari lulusan SMK dengan kebutuhan di dunia kerja (Rosmawati & Meilani, 2019). Oleh karena itu, penilaian keterampilan harus senantiasa dilakukan.

Adapun aplikasi yang digunakan untuk pelaksanaan penilaian keterampilan secara daring di SMKN 3 Salatiga adalah Sekolah digital, CX-Programmer, Tinkercad, dan WhatsApp. Dari beberapa aplikasi yang digunakan, guru lebih dominan menggunakan Sekolah digital dan WhatsApp untuk melakukan penilaian psikomotorik secara online. Tes praktek unjuk kerja dan penilaian proyek adalah bentuk dan teknik penilaian yang sering digunakan guru dalam penilaian keterampilan secara daring.

Di sisi lain, terdapat kendala dari pelaksanaan penilaian keterampilan daring antara lain, kurangnya koordinasi, jaringan yang buruk, kurangnya kedisiplinan siswa, sistem yang error, minimnya peralatan, dan kurangnya pengetahuan guru terhadap media penilaian. Dalam mengatasi kendala tersebut, guru melakukan penjadwalan ulang dan jika memang terkendala alat dan media, maka siswa dihadirkan ke sekolah secara terjadwal dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang berlaku dan mengerjakan di sekolah. Penilaian terakhir yang harus ada dalam proses pembelajaran adalah penilaian di ranah afektif atau sikap.

Dari penelitian pada pelaksanaan penilaian di ranah afektif di kelas produktif di SMKN 3 Salatiga diperoleh hasil data yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pelaksanaan Penilaian Online di Ranah Afektif

Aspek Uraian Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Melaksanakan Penilaian Afektif

Ya

Tidak

Aplikasi yang Digunakan

WhatsApp

Sekolah digital

Bentuk dan Teknik yang Digunakan

Observasi

Wawancara

Penilaian Diri

Penilaian Antar Teman

(7)

115

Dari Tabel 3, dapat diketahui bahwa semua guru melakukan penilaian di ranah afektif secara online. Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian bahwa penilaian afektif adalah yang paling kurang dilakukan oleh guru (Hall, 2011). Guru SMKN 3 sudah memahami pentingnya dilakukan penilaian sikap, dimana penilaian ini biasanya dilakukan secara asinkron. Akan tetapi, saat pembelajaran secara sinkronpun, guru juga menilai sikap siswa yang dilihat dari kehadiran siswa, keaktifan siswa, pengumpulan tugas siswa, antusias siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, cara mengemukakan pendapat, cara menghargai pendapat teman, dan ditunjang dari sikap kerja siswa saat didatangkan ke sekolah pada penilaian psikomotorik. Adapun kendalanya antara lain tidak bisa melihat secara langsung, tidak bisa memantau siswa secara terus menerus, siswa yang pasif, dan kurangnya waktu.

Cara yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengajak komunikasi siswa yang terlihat tidak aktif atau bahkan melakukan video call kepada siswa yang dianggap kurang, bahkan guru juga menghadirkan siswa ke sekolah guna mewawancarai siswa yang dianggap kurang aktif sehingga dapat diketahui sikap siswa. Bahkan dilakukan home visit jika siswa tidak bisa melakukan komunikasi secara online.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa guru SMKN 3 Salatiga telah melaksanakan ketiga aspek penilaian pembelajaran walaupun masih dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring). Penilaian yang menyeluruh baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat perlu dilakukan karena ketiganya sama-sama penting dan berkontribusi dalam memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dan lengkap kepada siswa (Hall, 2011). Pelaksanaan penilaian (baik secara daring maupun luring) di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan hal yang harus dilakukan untuk melihat kesiapan lulusan SMK untuk bekerja (Rosmawati & Meilani, 2019, p. 100).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penilaian online sudah dilakukan oleh sebagian besar guru di kelas produktif di SMKN 3 Salatiga. Semua guru melaksanakan penilaian online di ranah kognitif dan afektif, namun masih belum maksimal di ranah keterampilan. Kendala pelaksanaan penilaian secara daring antara lain akses internet, minim perangkat teknologi, belum diketahuinya metode dan media yang tepat, kurangnya waktu, kurangnya kedisiplinan dan keaktifan siswa. Penjadwalan ulang, pergantian aplikasi, dan komunikasi menjadi solusi yang selama ini dilakukan. Adapun saran yang diberikan kepada guru adalah perlu dilakukan eksplorasi terhadap teknologi yang dapat digunakan untuk penilaian dan senantiasa mengembangkan keterampilan teknologi melalui pelatihan di bidang teknologi. Selain itu, rekomendasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian tindakan kelas atau eksperimen menggunakan metode atau media penilaian tertentu untuk mengatasi beberapa kendala yang ditemukan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Elgalil, H. M., Abd El -Hakam, F. E. Z., Farrag, I. M., Abdelmohsen, S. R., & Elkolaly, H. (2022).

Undergraduate Students’ perceptions of online assessment during COVID -19 pandemic at faculty of medicine for girls, Al-Azhar University, Cairo, Egypt. Innovations in Education and Teaching International. https://doi.org/10.1080/14703297.2022.2037450

Alruwais, N., Wills, G., & Wald, M. (2018). Advantages and Challenges of Using e-Assessment.

International Journal of Information and Education Technology, 8(1), 34–37.

https://doi.org/10.18178/IJIET.2018.8.1.1008

Appiah, M. (2018). E-Assessment in Higher Education: A Review Factors Affecting the Successful Use of Mobile Commerce among Students at a Higher Education Institution in South Africa View project. International Journal of Business Management and Economic Research(IJBMER), 9(6), 1454–1460. www.ijbmer.com

Blackmon, Stephanie J.; Major, C. (2012). Student Experiences in Online Courses: A Qualitative Research Synthesis. Quarterly Review of Distance Education, 13(2), 77–85.

https://eric.ed.gov/?id=EJ1005840

Hall, R. A. (2011). Affective Assessment: The Missing Piece of the Educational Reform Puzzle. Delta

Kappa Gamma Bulletin, 77(2), 7–10.

(8)

116

http://ezproxy.umsl.edu/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=af h&AN=57738236&site=ehost-live&scope=site

Hasanah, U., Edwita, & Januar, A. (2020). Pelatihan Pengembangan Digital Assessment bagi Guru Sekolah Dasar di Kepulauan Seribu. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(4), 338–346. https://doi.org/10.31949/JB.V1I4.448

Kearns, L. R. (2012). Student Assessment in Online Learning: Challenges and Effective Practices.

MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, 8(3).

Liu, Z.-Y., Liu, Z.-Y., Lomovtseva, N., & Korobeynikova, E. (2020). Online Learning Platforms:

Reconstructing Modern Higher Education. International Journal of Emerging Technologies in Learning (IJET), 15(13), 4–21. https://www.learntechlib.org/p/217605/

Maba, W. (2017). Teacher’s perception on the implementation of the assessment process in 2013 curriculum. International Journal of Social Sciences and Humanities, 1(2), 1–9.

https://doi.org/10.29332/IJSSH.V1N2.26

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook (H. Salmon (ed.); 3rd ed.). SAGE Publications, Inc.

Mukhtar, K., Javed, K., Arooj, M., & Sethi, A. (2020). Advantages, Limitations and Recommendations for online learning during COVID-19 pandemic era. Pakistan Journal of Medical Sciences, 36(4), 27–31. https://doi.org/10.12669/PJMS.36.COVID19-S4.2785

Noor, M., Asmaliza, N., Saim, N. M., Rosli, S. H., & Alias, R. (2020). Students’ Performance on Cognitive, Psychomotor and Affective Domain in the Course Outcome for Embedded Course Physical Properties and Morphological Characteristics of Tropical Peat Soil in Sabah View project Students’ Performance on Cognitive, Psychomoto. Universal Journal of Educational Research, 8(8), 3469–3474. https://doi.org/10.13189/ujer.2020.080821

Oviawe, J., Uwameiye, R., Uddin, P. S. O., & Oviawe, J. I. (2017). Bridging Skill Gap to Meet Technical, Vocational Education and Training School-Workplace Collaboration in the 21 st Century. International Journal of Vocational Education and Training Research, 3(1), 7–14.

https://doi.org/10.11648/j.ijvetr.20170301.12

Pangondian, R. A., Santosa, P. I., & Nugroho, E. (2019). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan Pembelajaran Daring Dalam Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), 1(1). https://prosiding.seminar- id.com/index.php/sainteks/article/view/122

Petrova, T., Ivanova, M., & Naydenova, I. (2020). Evaluation of e-assessment: The students’

perspective. ELearning and Software for Education Conference, 2, 199–206.

https://doi.org/10.12753/2066-026X-20-110

Ratna, S. N., & T, S. (2019). Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran IPA dalam KTSP. Indonesian Journal of Conservation, 8(2), 114–121. https://doi.org/10.15294/IJC.V8I2.22691

Rigianti, H. A. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar di Banjarnegara. Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An, 7(2), 297–302.

https://doi.org/10.31316/ESJURNAL.V7I2.768

Rosmawati, R., & Meilani, R. I. (2019). Kontribusi mata pelajaran produktif dalam membangun kesiapan kerja siswa smk di Indonesia. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper), 4(1), 94–106. https://doi.org/10.17509/JPM.V4I1.14960

Sofyana, L., & Rozaq, A. (2019). Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. Jurnal Nasional Pendidikan

Teknik Informatika : JANAPATI, 8(1), 81–86.

https://doi.org/10.23887/JANAPATI.V8I1.17204

Spivey, M. F., & McMillan, J. J. (2014). Classroom Versus Online Assessment. Journal of Education for Business, 89(8), 450–456. https://doi.org/10.1080/08832323.2014.937676

(9)

117

Sulfemi, W. B., & Qodir, A. (2017). Hubungan Kurikulum 2013 dengan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMK Pelita Ciampea. Edutecno: Jurnal Pendidikan Dan Administrasi Pendidikan, 17(2), 1–

12. https://doi.org/10.31227/OSF.IO/9TEPH

Suryani, N., & Pramusinto, H. (2011). Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Kelas pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran di SMK Bhakti Persada Kabupaten Kendal. Dinamika Pendidikan, 6(1), 35–44. https://doi.org/10.15294/DP.V6I1.5348

Suyitno. (2020). Pendidikan Vokasi Kejuruan: Srategi dan Revitalisasi Abad 21 (M. Darmiati (ed.)).

K-Media.

Trisnawati, K., & Muliani, N. K. (2020). Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid -19. In I. K.

Sudarsana (Ed.), COVID-19 PERSPEKTIF PENDIDIKAN pembelajaran Dalam Jaringan dan Upaya Memutus Pandemi Covid-19 (1st ed., pp. 35–54). Yayasan Kita Menulis.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembelajaran secara daring ini pada dasarnya sangat beragam, antara lain dapat dilaksanakan melalui google classroom, zoom, tv edukasi, belajar

Dengan demikian kerjasama yang baik antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.

Adapun hasil penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran daring kurang efektif hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa MIN 3 Medan mengalami hambatan-

Begitu juga dengan guru yang telah melakukan persiapan dalam pembelajaran daring, mereka mengikuti pelatihan guru kreatif yang diselenggarakan di sekolah sehingga

Para dosen mengkombinasikan kedua model pembelajaran tersebut dengan menggunakan media pembelajaran daring; 2 24% atau 9 mahasiswa memberikan persepsi positif, dan 76% atau 28

Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Saiful et al 2021:86 yang mengatakan bahwa pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh guru dinilai kurang

Pembelajaran Daring dapat diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun berbayar.4 Pembelajaran daring dapat juga diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan jaringan internet

Dari hasil survei dan wawancara, maka diperoleh hasil bahwa problematika terbesar pada pembelajaran daring, yaitu: jaringan internet yang tidak stabil dan paket data yang digunakan