• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN BIDAL KESANTUNAN BERBAHASA WARGANET DALAM KOLOM KOMENTAR TWITTER @FIERSABESARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PELANGGARAN BIDAL KESANTUNAN BERBAHASA WARGANET DALAM KOLOM KOMENTAR TWITTER @FIERSABESARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 16

Journal.fon@uniku.ac.id | PELANGGARAN BIDAL KESANTUNAN BERBAHASA WARGANET DALAM KOLOM KOMENTAR TWITTER

@FIERSABESARI

Niken Thalia Ayupradani, Endah Riski Kartini, Syahwa Minastiti, Dini Restiyanti Pratiwi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jl. A Yani, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Surakarta, Jawa Tengah,

Indonesia)

a310170144@student.ums.ac.id

ABSTRAK: Kesantunan berbahasa sejatinya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kini, di tambah dengan kemajuan teknologi memudahkan orang untuk menjalin komunikasi. Hubungan komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila mengedepankan prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan dapat selalu dijunjung baik bertutur dalam media sosial maupun secara tatap muka. Apabila tidak patuh dengan prinsip kesantunanan, maka tuturan tersebut tidak santun. Tujuan dari penelitian ini yakni memaparkan bentuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dalam twitter @FiersaBesari khususnya dalam kolom reply. Adapun cuitan khusus yang dipilih yakni mengenai tuturan yang mengkritik dan menyindir pemerintah Indonesia. Pelanggaran kesantunan tersebut diukur dengan prinsip kesatunan berupa bidal.

Metode penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara simak, catat, dan dokumentasi.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik dasar BUL dan teknik lanjutan perluas. Hasil dari penelitian ini memaparkan beragam bentuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan. Adapun bidal-bidal yang dilanggar yakni, bidal penghargaan, bidal pemufakatan, dan bidal kesimpatian. Dari keenam bidal yang digunakan untuk mengukur kesantunan, terdapat tiga bidal yang ditemukan pelanggaran.

KATA KUNCI: Kesantunan Berbahasa, Prinsip Kesantunan, Bidal, Twitter

VIOLATIONS OF CITIZENS IN CITIZENS'S LANGUAGE IN THE COMMENTS COLUMN TWITTER @FIERSABESARI

ABSTRACT: Politeness in language is actually close to everyday life. Now, coupled with advances in technology, it is easier for people to establish communication. Communication relations can run well if they prioritize the principle of politeness. The principle of politeness can always be upheld both speaking in social media and face to face. If you do not comply with the principle of politeness, then the speech is not polite. The purpose of this study is to describe the form of speech that violates the principle of politeness in @FiersaBesari's twitter, especially in the reply column. The special tweets that were chosen were about speeches that criticized and satirized the Indonesian government. The violation of politeness is measured by the principle of unity in the form of a thimble. The research method uses data collection techniques by observing, recording, and documenting. The data analysis technique in this study used the agih method with the BUL basic technique and the extended extension technique. The results of this study describe various forms of speech that violate the principle of politeness. The thimbles that were violated were the thimble of appreciation, the thimble of consensus, and the thimble of sympathy. Of the six thimbles used to measure politeness, there were three thimbles that found violations.

KEYWORDS:Politeness Speech Act, Politeness Politeness Principle, Bidal, Twitter

Diterima:

2021-07-22

Direvisi:

-

Distujui:

2021-12-02

Dipublikasi:

2022-03-30 Pustaka : Ayupradani, N., Kartini, E., Minastiti, S., & Pratiwi, D. (2022). PELANGGARAN BIDAL

KESANTUNAN BERBAHASA WARGANET DALAM KOLOM KOMENTAR TWITTER

@FIERSABESARI. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 18(1).

doi:https://doi.org/10.25134/fon.v18i1.4486

(2)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 17

Journal.fon@uniku.ac.id | PENDAHULUAN

Media sosial sekarang ini menjadi salah satu media berkomunikasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Hadirnya teknologi yang pesat dan perkembangan internet yang pesat membuat media sosial menjadi mudah untuk diakses, dimana saja dan kapan saja. Salah satu media sosial yang banyak digunakan yakni twitter.

Twitter menyita banyak perhatian masyarakat karena menyediakan berbagai informasi atau fenomena-fenomena yang sedang terjadi. Twitter dapat menjadi wadah untuk media hiburan, meyatakan pendapat, maupun meyalurkan aspirasi.

Menurut (Olenti, Charlina, and Hermandra 2019) twitter merupakan suatu wadah untuk mengungkapkan kata-kata yang menggambarkan perasaan penggunanya.

Twitter menjadi salah satu media sosial yang kerap digunakan untuk mebgutarakan pendapat, guyonan, dan sesekali terdapat forum diskusi dalam fitur yang bernama fleet. Tak jauh dari semua itu, dalam kolom reply kerap dijadikan untuk forum diskusi secara tidak langsung. Hal tersebut dikarenakan warganet ingin mengomentari cuitan seseorang. Selanjutnya, ada pengguna akun yang lain yang ikut membalas, sehingga terjadilan peristiwa tutur.

Akun twitter dengan pengikut yang lumayan banyak kerap menjadi pusat perhatian warganet. Maka tak heran apabila sering kali setelah mengunggah cuitan, kolom reply dipenuhi dengan balasan-balasan dari warganet.

Salah satu akun twitter yang menarik perhatian masyarakat yakni akun twitter @FiersaBesari. Fiersa Besari merupakan seorang penulis dan pemusik dari Indonesa. Akun twitter miliknya, saat ini memiliki 8,6 juta lebih pengikut. Fiersa merupakan seorang penulis, musisi, yang memiliki hobi mendaki gunung. Tak heran

jika akun twitternya menuai banyak pengikut.

Fiersa pun sering mencuitkan sesuatu yang memotivasi, menyindir, mengkritik, menyebarkan informasi menarik, serta cuitan candaan. Fiersa kerap kali mengunggah cuitan yang berisi kritikan kepada pemerintah. Hal tersebut membuat warganet tertarik dan ikut berkomentar dalam cuitan tersebut.

Dalam peristiwa tutur yang terjadi di twitter, antara penutur dan mitra tutur tidak bertemu secara langsung. Dengan kata lain, keduanya bertemu hanya memandang dalam bentuk tulisan. Serta, didukung dengan secuil foto profil yang digunakan untuk mlengkapi akun twitternya. Bahkan, terkadang ada pula yang tidak menggunakan foto profil aslinya.

Sehingga, secara tidak langsung twitter mampu memberikan pengalaman kepada penggunanya untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna twitter meskipun tidak mengenal satu sama lain. (Nugraha 2017) menyatakan bahwa sebuah ketidakhadiran secara fisik serta tidak adanya tatap muka secara langsung membuat komunikasi di media sosial menimbulkan percakapan yang tidak terkendali. Dengan adanya hal tersebut, tidak dipungkiri bahwa bahasa yang digunakan terkadang terkesan tidak sopan, kasar, dan juga tidak santun. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka dalam kajian pragmatik ada hal yang mengatur tuturan tersebut yakni dengan prinsip kesantunan berbahasa. Penutur dapati dibedakan menjadi beragam segi.

Berdasarkan ragam lisan dan tulisan dan sikap penutur. Adapun dari segi sikap penutur dicerminkan menjadi sikap formal, hambar, dingin, hangat, akrab, atau santai dan atau tidak formal (Fakhrudin 2017).

Kesantunan berbahasa masuk dalam kajian pragmatik. Dalam linguistik, pragmatik masuk dalam kajian

(3)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 18

Journal.fon@uniku.ac.id | makrolinguistik (Pratiwi 2019). Untuk

menjaga hubungan sosial, dibutuhkan adanya kesantunan berbahasa (Wulansafitri and Syaifudin 2020). (Doko 2017) Kesantunan berbahasa merupakan suatu kaidah tuturan yang memantau jalannya sebuah tuturan apakah mematuhi atau melanggar kaidah kesantunan.

Kesantunan sama halnya dengan nilai budaya yang erat dengan masyarakat seperti, nilai etika yang diyakini oleh masyarakat pendukungnya (Iriyansah and Hilaliyah 2018).

Menurut (Hadiwijaya and Yahmun 2017) kesantunan berbahasa merupakan etika atau norma dalam bersosialisai dengan menggunakan kata yang baik dan menyampaikan secara sopan di masyarakat. Kesantunan merupakan suatu hubungan antara diri sendiri dengan orang lain. Kesantunan dapat dipaparkan dalam prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan dipakai agar bahasa yang digunakan dalam tuturan oleh penutur ataupun mitra tutur sopan dan tidak merugikan. Oleh karena itu, kesantunan bahasa termasuk dalam satu hal yang penting dalam berkomunikasi (Lestari, Hartono, and Utami 2019).

Menjadi sebuah kewajiban bagi penutur maupun mitra tutur untuk menjunjung prinsip kesantunan. Tujuanya agar peristiwa yang berlangsung antara keduanya dapat berjalan dengan menyenangkan. Selain itu, mengurangi adanya sebuah kesalah pahaman yang bisa saja terjadi. Prinsip tersebut pun digunakan sebagai mentuk untuk menghargai sesama ketika sedang berkomunikasi.

Penutur dalam berkomunikasi wajib memperhatikan mitra tutur dan situasi agar dapat diterima dengan baik (Febriasari and Wijayanti 2018). Lahirnya sebuah tuturan berkaitan dengan tujuan interaksi yang ingin dicapai (Rahmania 2020). Kesantunan merupakan hal yang penting untuk diperkatika ketika sedang

berbicara dengan mitra tutur (Etikawati 2015). Penurutan dengan menggunakan bahasa sopan dan satun merupakan cara penutur untuk menjalin hubungan baik dengan mitra tutur (Nisa 2016).

Kini, teknologi makin canggih.

Komunikasi dimudahkan dengan adanya internet dan media sosial. Sehingga, memudahkan orang-orang untuk bertemu secara maya. Termasuk melalui twitter, dapat mempertemukan penutur dan mitra tutur secara maya. Keduanya tidak pernah bertemu secara nyata. Akan tetapi, berinteraksi secara maya melalui twitter dan tulisan. Akan tetapi, tetap ditanamkan bahwa dalam bermedia sosial, (Ilham, Rosidin, and Tisnasari 2018) sebagai penutur atau mitra tutur harus memahami makna ujaran dalam situasi bertutur.

Seingga, tidak adanya pemahaman yang menyimpang mengenai maksud tuturan baik dari penutur atau mitra tutur.

Penuturan ketika bermedia sosial akan lebih baik apabila menerapkan prinsip kesantunan. Sehingga, komunikasi tetap berjalan menyenangkan antara penutur dan mitra tutur. Akan tetapi, tak jarang ditemukan penutur di media sosial menuturkan sebuah tuturan yang tidak santun. Jelas tuturan tersebut dalam kajian pragmatig melanggar prinsip kesantunan.

Pelanggaran prinsip kesantunan tersebut yang menyebabkan tuturan menjadi tidak santun.

Tuturan dapat dikatakan santun apabila tuturan tersebut memenuhi prinsip-prinsip kesantunan Leech mengemukakan suatu hal mengenai prinsip-prinsip kesantunan tersebut ke dalam bentuk bidal yang didasarkan oleh kaidah-kaidah. Prinsip kesantunan Leech dibagi menjadi ena bidal, yaitu bidal kebijaksanaan, bidal kedermawanan, bidal penghargaan, bidal kerendah hatian, bidal pemufakatan, dan bidal kesimpatian (Hadiwijaya and Yahmun 2017).

Bidal kebijaksaan dalam prinsip kesantunan berarti meminimalkan

(4)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 19

Journal.fon@uniku.ac.id | keuntungan diri sendiri dan memaksimal

keuntungan untuk pihak lain saat berkomunikasi. Penutur seharusnya berusaha meminimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, hal tersebut juga berlaku untuk mitra tutur. Apabila penutur memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri, maka penutur dianggap telah melanggar bidal kebijaksanaan.

Bidal kedermawanan, bidal ini berarti meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian untuk diri sendiri. Jadi, penutur haruslah membuat keuntungan untuk dirinya sendiri sekecil mungkin. Apabila memaksimalkan keuntungan pihak lain dan keuntungan diri sendiri diminimalkan, maka diharapkan menghormati pihak lain.

Bidal penghargaan menuntut penutur untuk memaksimalkan pujian kepada pihak lain dan meminimalkan cacian untuk pihak lain. Lebih lanjut, bidal ini berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain.

Bidal kerendah hatian berarti penutur dianggap santun apabila meminimalkan pujian untuk diri sendiri dan memaksimalkan cacian untuk diri sendiri. Penutur diharapkan mengurangi penghormatan untuk diri sendiri, sehingga penutur diharapkan bisa bersikap rendah hati. Berkebalikan dari bidal penghargaan yang berpusat pada pihak lain, bidal kerendah hatian berpusat pada diri sendiri.

Bidal pemufakatan, bidal ini menekankan agar penutur dapat meminimalkan ketidakcocokan dengan pihak lain dan memaksimalkan kecocokan dengan pihak lain. Bidal ini menuntut kemufakatakan, kesetujuan, atau kecocokan antara penutur dan pihak lain agar dapat dikatakan santun. Bidal kesimpatian berarti penutur dianggap santu apabila meminimalkan sikap antipasti dan memaksimalkan sikap simpati kepada pihak lain. Sikap antipati yang ditujukkan kepada pihak lain dianggap tidak mencerminkan kesantunan

karena dapat membuat perasaan pihal lain terluka.

Prinsip kesantunan yang berisi bidal-bidal milik Leech tersebut menjadi tolok ukur untuk menidentifikasi tuturan kesantunaan dalam kolom komentar pada akun twitter @FiersaBesari. Apabila ditemukan pelanggaran bidal prinsip kesantuanan maka tuturan tersebut dianggap tidak santun. Kesantunan berbahasa, dapat dijadikan sebuah barometer dalam sikap dan kepribadian yang dimiliki seseorang. Sedangkan penggunaan bahasa yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa dinyatakan tidak santun (Hidayati, Hartono, and Haryadi 2017).

Tuturan kesantunan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Baik di media sosial maupun dunia nyata.

Sehingga sangat mudah untuk menemukan beragam tuturan yang santun maupun tidak santun. Maka dari itu, peneliti kajian pragmatic khususnya perihal prinsip kesantunan sangat beragam. Faktor utama adanya kemudahan dalam menemukan tuturan baik santun maupun tidak santun. Selain itu, tuturan merupakan suatu hal yang vital dalam berkomunikasi. Sehingga penting untuk diperhatikan agar komunikasi antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan menyenangkan.

Penelitian mengenai kesantunan dilakukan oleh (Hidayati, Hartono, and Haryadi 2017) dengan judul Kesantunan Berbahasa dalam Wacana Rubrik

“Ngresula” Radar Tegal”. Hasil yang ditemukan dalam penelitian tersebut yakni ditemukan pelanggaran dan pematuhan dalam bertutur. Keduanya baik melanggar dan mematuhi dilatarbelakangi oleh prinsip kesantunan dengan enam bidal kesantunan yakni, bidal kearifan, bidal kedermawanan, bidal pujian, bidal;

kerendahatian, bidal kesepakatan, dan bidal simpati.

(5)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 20

Journal.fon@uniku.ac.id | Selanjutnya, penelitian mengenai

pelanggaram prinsip yang telah dilakukan oleh (Faridah 2018) yang berjudul

“Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Sastra Lisan Madihin”. Hasil penelitian tersebut yakni, tuturan sastra lisan Madihin mengandung pelanggaran prinsip kesantunan. Adapun prinsip yang dilanggar seperti, bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahatian, bidal kedermawanan, bidal pujian, bidal kerendahatian, bidal kesetujuan, dan bidal kesimpatian.

(Agustina and Pristiwati 2019) melakukan penelitian dengan judul

“Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Film Yowis Ben Karya Bayu Skak”.

Penelitian tersebut menemukan pelanggaran pada maksim kearifan, maksim pujian, maksim kedermawanan, maksim rendah hati, dan maksim kesepakatan.

Penelitian lain yang meneliti mengenai pelanggaran kesantunan yakni (Ariyani 2020) dengan judul “Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Trans 7 Episode Ragu-ragu Perpu”. Hasil dari penelitian tersebut yakni ditemukan pelanggaran prinsip pada maksim. Maksim yang dilanggar yakni, maksim pujian, kerendahatian, persetujua, kemurahatian, dan simpati.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Dinyatakan demikian karena penyajian data dan analisisnya menggunakan kata-kata dan kalimat.

Selanjutnya, teknik pengumpulan datanya menggunakan tiga cara yakni, simak, catat, dan dokumentasi. Simak difungsikan untuk menyimak tuturan dalam cuitan akun twitter @FiersaBesai.

Selanjutnya catat difungsikan sebagai proses pencatatan data sebuah kalimat yang mengandung pelanggaran tuturan kesantunan berbahasa. Sedangkan dokumentasi, difungsikan untuk merekam

tampilan layar dalam akun twitter

@FiersaBesari.

Teknik analisis data menggunakan metode agih dengan teknik dasar yang disebut dengan Bagi Unsur Langsung (BUL). Selanjutnya, menggunakan teknik lanjutan perluas dengan cara memparafrase data. Lebih jelas lagi, metode agih digunakan sebagai cara dalam menganalisis tuturan atau bahasa dalam cuitan @FiersaBesari yang ditemukan seperti, kata, frasa, serta kalimat. Selanjutnya, teknik perluas sebagai teknik lanjutan yang difungsikan sebagai penjelas maksud tuturan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesantunan berbahasa merupakan kegiatan bertutur antara penutur dan mitra tutur dengan mengedepankan prinsip kesantunan. Prinsip tersebut terdapat beragam bidal dalam mengukur kesantunan. Terdapat enam bidal yang dapat digunakan dalam mengukur bentuk kesantunan dari penutur. Enam bidal tersebut yakni, bidal kebijaksanaan, bidal kedermawanan, bidal penghargaan, bidal kerendahatian, bidal pemufakatan, dan bidal kesimpatian.

Tuturan dikatakan santun apabila mematuhi prinsip kesantunan. Akan tetapi, tuturan dikatakan tidak santun apabila melanggar prinsip kesantunan.

Berikut akan dijelaskan beragam pelanggaran prinsip yang dilakukan oleh warganet dalam merespon cuitan

@FiersaBesari.

Berikut cuitan @FiersaBesari yang dikomentari oleh warganet. Cuitan tersebut diunggah pada 28 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.

Cuitan tersebut berbunyi “Bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan. Ini bukan sekadar kiasan. Satu Indonesia, milik kita bersama, bukan cuma milik tuan dan nyonya yang konon katanya mewakili rakyat, tapi entah rakyat yang mana.

(6)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 21

Journal.fon@uniku.ac.id | Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kawan-

kawan”.

Ditemukan sebanyak tiga prinsip yang dilanggar oleh warganet dalam tuturan tersebut. Tiga prinsip tersebut yakni bidal penghargaan, bidal pemufakata, dan bidal kesimpatian.

Berikut pembahasan mengenai pelanggaran prinsip kesantunan yang dilakukan oleh warganet dalam kolom reply twitter @FiersaBesari.

Pelanggaraan Bidal penghargaan

Bidal penghargaan menuntut penutur untuk memaksimalkan pujian kepada pihak lain dan meminimalkan cacian untuk pihak lain. Lebih lanjut, bidal ini berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain.

Tabel 1. Pelanggaran Bidal Penghargaan Data Penutur Tuturan

1. @Rizky_Y04

Tulisan yg diatas kertas yg menjadi harapan untuk kesejahteraan tapi sirna seketika oleh kelompok yg katanya

mewakilkan rakyat

2. @Anggikayaknya

Rakyat yang tidak nampak dimata orang awam. Alias mewakili setan dan siluman mungkin Pada tabel 1 disebutkan terdapat 2 data yang melanggar prinsip kesantunan bidal penghargaan. Data (1) menyebutkan bahwa tuturan tersebut ditujukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat yang dianggap memutuskan harapan rakyat. Pun ditambahkan bahwa perwakilan rakyat hanyalah kelompok yang tidak mampu untuk menciptakan sebuah kesejahteraan.

Tuturan tersebut dikatakan melanggar prinsip kesantunan karena tidak adanya pujian kepada mitra tutur. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa tuturan tersebut tidak santun.

Selanjutnya pada data (2) pun meunjukkan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan bidal penghargaan karena adanya memaksimalkan pujian kepada mitra tutur. Hal tersebut dapat dilihat dari tuturan tersebut yang menyatakan dengan menggunakan perumpamaan setan dan siluman yang ditujukan kepada mitra tutur. Sehingga, dapat disimpulkan penutur tdak memaksimalkan pujian, akan tetapi justru memaksimalkan cacian untuk mitra tutur.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kedua data atau tuturan pada tabel di atas merupakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan bidal penghargaan.

Pelanggaran terletak pada penutur yang tidak memaksimalkan pujian kepada mitra tutur. Akan tetapi penutur justri memaksimalkan cacian kepada mitra tutur. Sehingga hal tersebut yang menjadikan tuturan tidak santun.

Pelanggaran Bidal pemufakatan

Bidal pemufakatan, bidal ini menekankan agar penutur dapat meminimalkan ketidakcocokan dengan pihak lain dan memaksimalkan kecocokan dengan pihak lain. Bidal ini menuntut kemufakatakan, kesetujuan, atau kecocokan antara penutur dan pihak lain agar dapat dikatakan santun

Tabel 2. Pelanggaran Bidal Pemufakatan Data Penutur Tuturan

1. @UjungJalan5

Beda pemuda

dulu dan

sekarang

Pemuda dulu : Omongannya bisa dipegang Pemuda

sekarang : Omongannya nggak bisa

(7)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 22

Journal.fon@uniku.ac.id | dipegang, tapi

bisa di-

screenshot

2. @giniamatsii

Katanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Nyatanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk diri sendiri.

3. @siichaaaa

Selamat hari sumpah

pemuda, Untuk muda mudi di zaman ini tolong jangan bersumpah tak meninggalkan, menduakan,atau menyakiti jika akhirnya

diingkari.

4. @sherlysrosita

Selamat Hari Sumpah

Pemuda. Bukan sumpah janji

aku ga

ninggalin kamu tapi pergi juga ya

5. @sekadarberujar

"mewakili rakyat"

mungkin yang dimaksud rakyat oleh mereka yang bisa ngikutin maunya mereka, entah salah atau salah

6. @primpanda99

Wakil rakyat katanya, tapi keknya suara gw ga pernah diwakilin wkw

Dipaparkan dalam tabel 2 beragam tuturan yang melanggar prinsip kesantunan bidal pemufakatan. Secara singkat dijelaskan bahwa bidal pemufakatan dapat terjadi adanya pelanggaran yakni, ketidakcocokan antara penutur dan mitra tutur ketika sedang berinteraksi. Sehingga tuturan tersebut tidak menemukan satu kecocokan.

Pada data (1); (3); dan (4) menyatakan bahwa penutur mengujarkan tuturan yang menandakan bahwa ia tidak sepakat dengan konsep sumpah pemuda dulu dan kini dengan mitra tutur.

Sehingga, tuturan tersebut seolah tidak memaksimalkan untuk mencapai kesepakatan antara penutur dan mitra tutur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuturan tersebut tidak santun.

Selanjutnya, telah dipaparkan pula pada data (2); (5); dan (6) yakni penutur menuturkan mengenai perwakilan rakyat.

Inti dari pernyataan pada ketiga tuturan tersebut adalah adanya ketidaksepakatan yang dialami penutur dan mitra tutur perihal kinerja dari seorang wakil rakyat.

Dalam tuturan tersebut, penutur tidak memaksimalkan tuturan untuk mencapai kesepakatan dengan mitra tutur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga tuturan tersebut melanggar prinsip kesantunan bidal pemufakatan.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa keenam tuturan tersebut memiliki dua kelompok tuturan dengan konteks yang sama. Akan tetapi, terdapat persamaan yakni melanggar prinsip kesantunan bidal kemufakatan.

Dikarenakan keenam tuturan tersebut antara penutur dan mitra tutur tidak menemukan kesepakatan atau kecocokan.

Pelanggaran Bidal Kesimpatian

Bidal kesimpatian berarti penutur dianggap santu apabila meminimalkan sikap antipasti dan memaksimalkan sikap simpati kepada pihak lain. Sikap antipati yang ditujukkan kepada pihak lain dianggap tidak mencerminkan kesantunan

(8)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 23

Journal.fon@uniku.ac.id | karena dapat membuat perasaan pihal lain

terluka.

Tabel 3. Pelanggaran Bidal Kesimpatian Da

ta Penutur Tuturan

1. @nenni_29

Bertanah air satu, tanah air yg (katanya) demokrasi Berbangsa satu, bangsanya para investor asing

Berbahasa satu, bahasa para penguasa

28 Oktober 2020

2. @Siviabaee_

_

Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk kita pemuda pemudi Indonesia.

Umur boleh belia, tpi semangat kita menggebu-gebu layaknya api membara.

Perjuangan kita masih dititik yg sama, membebaskan belenggu dari sesuatu yang menyiksa. Kami calon penerus bangsa yg patut didengar aspirasinya

3. @esmoniang et

Dicari rakyat yang suaranya lagi diperjuangkan oleh tuan dan nyonya dpr, tolong tanyain "

kalo udah disumpah dibawah kitab suci lalu masih korupsi, gak merasa bersalah apa anaknya dikasih makan uang korupsi

?"

4. @NadiaAmal iah

Selamat hari sumpah pemuda, untuk wakil rakyat

jangan kualat aja udh banyak di sumpahin pemuda- pemudi Indonesia

5. @FitryMokol intad

Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.

#selamatharisumpah pemuda

6. @ryandelon_

Mau tau dong, itu DPR tahu sumpah pemuda gak yah, anak K-Pop ajah tahu sumpah pemuda lohh.

7. @__nng__

Bener kan bung.

Mungkin mereka menganggap

semuanya jadi satu.

Bahasa satu, berbangsa satu, tumpah darah satu, sampai2 uang rakyat pun juga dianggap satu jadi uang mereka juga.

Mungkin begitu saking cintanya sama Indonesia Pada tabel 3 dipaparkan beragam tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dengan bidal kesimpatian.

Pelanggaran pada bidal kesimpatian ditandai dengan penutur yang menunjukkan sikap antipati kepad mitra tutur. Sehingga, tuturan menjadi tidak santun.

Pada data (1) dan (5) menunjukkan tuturan yang memperlihatkan sikap antipati penutur kepada mitra tutur.

Tuturan tersebut memiliki maksud dan karakteristik yang sama yakni, penunjukkan sikap antipati kepada mitra tutur, namun tidak secara langsung menyebutkan kepada siapa tuturan tersebut ditujukan. Namun, ada satu kata kunci yakni bahasa. Data (1) menyebutkan

(9)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 24

Journal.fon@uniku.ac.id | bahasa penguasa sedangkan data (5)

menyatakan bahasa kebohongan.

Keduanya, menunjukkan sikap dengan meminimalkan rasa simpati kepada mitra tutur. Sehingga, kedua tuturan tersebut tidak santun.

Selanjutnya pada data (2); (4); dan (7) pun menunjukkan tuturan yang tidak santun. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor munculnya sikap antipati dari penutur. Ketiga tuturan tersebut berawal menggunakan konteks sumpah pemuda, namun diakhiri dengan tuturan yang menunjukkan ketidaksukaan kepada wakil rakyat. Walau tidak secara langsung dinyatakan, namun ada berbagai kata kunci yang menunjukkan seperti, kata wakil rakyat.

Terakhir yakni dua data (3) dan (6) yang secara langsung ditujukan kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat.

Dikatakan demikian karena dalam tuturan tersebut telah disebutkan oleh penutur.

Tuturan tersebut menunjukkan sikap antipatinya dan tidak menunjukkan sikap simpatinya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa tuturan tersebut tidak santun.

KESIMPULAN

Setelah memaparkan pelbagai bentuk tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keenam bidal dalam prinsip kesantunan, terdapat tiga bidal yang dilanggar yakni; bidal penghargaan, bidal pemufakatan, dan bidal kesimpatian.

Masing-masing bidal yang dilanggar memiliki jumlah tuturan yang berbeda yakni, 2 tuturan yang melanggar bidal penghargaan, 6 tuturan yang melanggar bidal pemufakatan, dan 7 tuturan yang melanggar bidal kesimpatian.

Dari data tersebut ditemukan pelanggaran pada bidal kesimpatian yang paling mendominasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nurul, and Rahayu Pristiwati.

2019. “Pelanggaran Prinsip Kesantunan Dalam Film Yowis Ben Karya Bayu Skak.” Jurnal Profesi Keguruan 5(2): 162–68.

Ariyani, Ni Wayan Eka. 2020.

“Pelanggaran Kesantunan Berbahasa Dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Trans 7 Episode Ragu-Ragu Perpu.”

Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia) 5(2): 133–44.

Doko, Yunitha Devrudyan. 2017.

“Kesantunan Berbahasa Dalam Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur.” RETORIKA:

Jurnal Ilmu Bahasa 3(1): 159–69.

Etikawati, Dina. 2015. “KESANTUNAN

TUTURAN ANTARTOKOH

DALAM NOVEL NAMAKU

MATA HARI KARYA REMY SYLADO.” Jurnal Sastra Indonesia 4(1): 1–11.

Fakhrudin, Mohammad. 2017. “Penerapan Kaidah Berbahasa Dalam Percakapan Berbahasa Indonesia.” Journal of Language Learning and Research 1(1): 41–57.

Faridah, Siti. 2018. “PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM SASTRA LISAN MADIHIN.”

Jurnal Kredo 1(2): 36–52.

Febriasari, Diani, and Wenny Wijayanti.

2018. “Kesantunan Berbahasa Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar.” KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 2(1): 140–56.

Hadiwijaya, Munawwir, and Yahmun.

2017. “Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Antara Dosen Dan Mahasiswa Multikultural.”

DIDAKTIKA: Jurnal Pemikiran Pendidikan 23(2): 142–54.

http://journal.umg.ac.id/index.php/di daktika/article/view/18.

Hidayati, Reza Nurul, Bambang Hartono, and Haryadi. 2017. “Jurnal Sastra Indonesia d Alam Wacana Rubrik ‘

(10)

p-ISSN 2086-0609

e-ISSN 2614-7718 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 25

Journal.fon@uniku.ac.id | Ngresula ’ Radar Tegal.” Jurnal

Sastra Indonesia 6(2): 12–24.

Ilham, Hildawati, Odin Rosidin, and Sundawati Tisnasari. 2018. “Tindak Tutur Ilokusi Tuturan Siswa Tunawicara Di Sekolah Khusus Negeri 1 Kota Serang.” Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia) 3(1): 23–34.

Iriyansah, Muhamad Rinzat, and Hilda Hilaliyah. 2018. “PUDARNYA KAIDAH KESANTUNAN PADA MASYARAKAT INDONESIA.”

LINGUA FRANCA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 6(2): 13–

21. http://journal.um- surabaya.ac.id/index.php/lingua/articl e/view/1326/1671.

Lestari, Erna Tri, Bambang Hartono, and Santi Pratiwi Tri Utami. 2019.

“Kesantunan Bahasa Pada Buku Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Untuk SMP/MTS Kelas IX.” Jurnal Sastra Indonesia 7(2):

125–31.

Nisa, Fithratun. 2016. “Pelanggaran Prinsip Kesantunan Dalam Wacana Tutur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).” STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1(1): 19–30.

Nugraha, Anandika Panca. 2017.

“ANALISIS

KETIDAKSANTUNAN DALAM

PERANG KICAUAN

ANTARKUBU CALON PRESIDEN

AMERIKA SERIKAT PADA

PILPRES 2016.” Etnolingual 1(1):

169–88.

Olenti, Naomy Ayuna, Charlina, and Hermandra. 2019. “Tindak Tutur Ekspresif Dalam Twitter.” JURNAL TUAH: Pendidikan dan Pengajaran Bahasa 1(2): 148–55.

https://ejournal.unri.ac.id/index.php/J TUAH/.

Pratiwi, Ririn Tri. 2019. “KAJIAN

LINGUISTIK FORENSIK:

PENGHINAAN DAN

PENCEMARAN NAMA BAIK

ARTIS DEWI PERSIK OLEH ROSA MELDIANTI.” PROSIDING SEMINAR LITERASI IV: 295–304.

Rahmania, Sofi Aulia. 2020. “Tindak Tutur Dalam Wacana Bimbingan Konseling Pada SMA Di Kota Semarang.” Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2(2): 171–81.

Wulansafitri, Inayah, and Ahmad Syaifudin. 2020. “KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TUTURAN FILM MY STUPID BOSS 1.” Jurnal Sastra Indonesia 9(1): 21–27.

Referensi

Dokumen terkait

Selain menggunakan prinsip kesantunan Leech, kesantunan bertutur anak usia lima tahun dalam tindak tutur direktif juga dianalisis berdasarkan kesantunan dalam

Menurut Tchobanoglous (2004) terdapat tiga proses berdasarkan kebutuhan oksigen dalam pengolahan air limbah. Yang pertama adalah.. pengolahan anaerob yaitu pengolahan