PELATIHAN
KETERAMPILAN DASAR COLLECTOR
Bimasena Institute
TUPOKSI KOLEKTOR :
❑ Tugas Kolektor.
❑ Fungsi Kolektor.
1) Penagihan & Pemulihan Pinjaman :
Tugas utama Kolektor adl : menagih pembayaran angsuran pinjaman dari para nasabah yg memiliki tunggakan.
2) Penyusunan Rencana Pembayaran :
Kolektor perlu bekerja sama dgn nasabah yg mengalami keterlambatan pembayaran untuk menyusun rencana pembayaran yg memadai. Rencana ini harus
mempertimbangkan kemampuan keuangan nasabah tanpa memberatkan mereka secara berlebihan.
3) Monitoring NPL :
Kolektor bertanggung jawab untuk memantau perkembangan nasabah yg mengalami keterlambatan pembayaran, shg terhindar dari tunggakan yg lebih besar.
4) Memberikan Edukasi Keuangan :
Selain menagih pembayaran, Kolektor juga dapat memberikan nasihat & edukasi keuangan kepada nasabah yg mengalami kesulitan. Hal ini bertujuan untuk membantu nasabah
mengelola keuangan mereka dgn lebih baik & mencegah masalah di masa depan.
5) Melakukan Kunjungan Lapangan :
dlm beberapa kasus, Kolektor perlu melakukan kunjungan lapangan ke tempat usaha atau tempat tinggal nasabah untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang situasi mereka.
Ini juga bisa membantu membangun hubungan yg lebih baik antara nasabah & lembaga keuangan.
TUGAS POKOK KOLEKTOR :
1) Meningkatkan Pendapatan BPR / LKM :
Kolektor berperan penting dlm meningkatkan pendapatan BPR/LKM dgn memastikan bahwa pembayaran pinjaman tepat waktu. Dengan
mengurangi risiko NPL, BPR/LKM dapat menjaga kesehatan keuangannya.
2) Mengelola Risiko Kredit :
Dengan memantau nasabah yg memiliki masalah pembayaran, Kolektor membantu mengelola risiko kredit & mencegah akumulasi kredit
bermasalah yg dapat merugikan BPR/LKM.
3) Membangun Hubungan dgn Nasabah :
Melalui komunikasi yg baik & pendekatan yg empatik, kolektor dapat membangun hubungan yg positif dgn nasabah.
4) Memberikan Informasi :
Kolektor sering kali menjadi sumber informasi bagi nasabah terkait status pinjaman, jadwal pembayaran & perincian lainnya. Mereka juga dapat
memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan / ketidakjelasan yg mungkin dimiliki nasabah.
FUNGSI KOLEKTOR :
JOB DESCRIPTION COLLECTOR
Petunjuk yang Mampu
Menjelaskan Uraian Pekerjaan
Kolektor.
JOB DESCRIPTION KOLEKTOR :
1) Mengumpulkan Pembayaran Angsuran.
2) Menyusun Jadwal Kunjungan.
3) Negosiasi.
4) Pemantauan Pembayaran.
5) Pelaporan.
6) Penyuluhan Keuangan.
7) Kepatuhan Hukum.
8) Kerja Tim.
9) Peningkatan Produktivitas.
1) Mengumpulkan
Pembayaran Ansuran.
Tugas utama seorang Kolektor adalah mengumpulkan pembayaran
angsuran pinjaman dari nasabah yg telah melewati jatuh tempo.
Mereka harus berkomunikasi dgn
nasabah untuk mengingatkan mereka
tentang pembayaran yang tertunda.
2) Menyusun Jadwal Kunjungan.
Kolektor harus merencanakan
kunjungan lapangan ke nasabah yg memiliki tunggakan pembayaran.
Mereka harus membuat jadwal kunjungan yg efisien dan
memprioritaskan nasabah yg memiliki
tunggakan besar atau telah melewati
jangka waktu tertentu.
3) Negosiasi.
Seorang Kolektor harus memiliki kemampuan negosiasi yg baik.
Mereka perlu berbicara dgn
nasabah untuk mencari solusi yg memungkinkan agar nasabah dapat membayar tunggakan mereka, seperti perjanjian
pembayaran angsuran atau
restrukturisasi pinjaman.
4) Pemantauan
Pembayaran Angsuran.
Tugas utama seorang Kolektor adalah mengumpulkan pembayaran
angsuran pinjaman dari nasabah yg telah melewati jatuh tempo.
Mereka harus berkomunikasi dgn
nasabah untuk mengingatkan mereka
tentang pembayaran yang tertunda.
5) Pelaporan.
Kolektor perlu menjaga catatan yang akurat tentang interaksi dengan
nasabah dan pembayaran yang diterima.
Mereka juga biasanya harus
memberikan laporan berkala kepada
atasan atau manajemen BPR tentang
status penagihan.
6) Penyuluhan Keuangan.
Kolektor dapat memberikan informasi kepada nasabah
tentang kebijakan BPR terkait penagihan, cara menghindari
tunggakan, atau saran keuangan umum untuk membantu nasabah mengelola keuangan mereka
dengan lebih baik.
7) Kepatuhan Hukum.
Kolektor harus memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dgn
peraturan perundang-undangan &
etika dalam penagihan utang.
Mereka tidak boleh terlibat dalam
praktik yg melanggar hukum atau
merugikan nasabah.
8) Kerja Tim.
Kolektor sering bekerja dalam tim dengan bagian lain di BPR, seperti departemen kredit dan manajemen risiko, untuk
memastikan bahwa masalah
penagihan diatasi dengan baik.
9) Peningkatan Produktivitas.
Kolektor juga dapat diharapkan
untuk mencari cara meningkatkan produktivitas & efisiensi dalam
proses penagihan, seperti
mengidentifikasi pola tunggakan
yang umum dan mencari solusi
yang lebih efektif.
PERJANJIAN KREDIT :
I. Perbedaan Pengikatan Perjanjian Kredit Secara Notariil & Un-
Notariil.
II. Perbedaan Pengikatan Agunan Secara APHT, SKMHT & Fiducia.
III. Macam-macam Pengikatan dalam Perjanjian Kredit Berdasarkan
Jenis Pinjaman dan Persyaratannya.
KRITERIA NOTARIIL UN-NOTARIIL
Pembuat Dibuat & dihadiri oleh seorang Notaris. Dibuat oleh Pihak2 yg terlibat tanpa Notaris.
Tingkat Formalitas Tinggi, karena Notaris bertanggung jawab utkm memastikan semua prosedur
hukum & persyaratan terpenuhi.
Rendah, karena tidak melibatkan Notaris
& prosesnya.
Bukti Kepastian Hukum
Bukti kuat ttg keabsahan & integritas perjanjian.
Memiliki risiko lebih tinggi terkait
keabsahan hukumnya. Perselisihan / ketidaksetujuan akan menjadi masalah yg rumit.
Pendaftaran di BPN Jika perjanjian melibatkan agunan
berupa tanah / property, maka biasanya harus didaftarkan ke BPN utk
memastikan hak kepemilikan yg syah.
Tidak diperlukan, kecuali ada persyaratan hukum yg
mengharuskannya.
Hukum Pihak2 yg terlibat harus mengikuti semua prosedur hukum yg ditentukan notaris, termasuk penandatanganan PK di
hadapan Notaris.
Lebih fleksibel dalam hal format &
prosedur pembuatannya, tetapi lebih rentan thd perbedaan interpretasi jika tdk disusun dgn baik.
I) PERBEDAAN PENGIKATAN PK SECARA NOTARIIL & UN-NOTARIIL :
II) PERBEDAAN PENGIKATAN AGUNAN SECARA APHT, SKMHT & FIDUCIA :
1. Pengikatan Perjanjian Kredit Pribadi (Personal Loan Agreement).
2. Pengikatan Perjanjian Kredit Hipotek (Mortgage Agreement).
3. Pengikatan Perjanjian Kredit Otomotif (Auto Loan Agreement).
4. Pengikatan Perjanjian Kredit Bisnis (Business Loan Agreement).
5. Pengikatan Perjanjian Kredit Revolusioner (Revolving Credit Agreement).
6. Pengikatan Perjanjian Kredit Gadai (Pawn Loan Agreement).
7. Pengikatan Perjanjian Kredit Pendidikan (Education Loan Agreement).
8. Pengikatan Perjanjian Kredit Mikro (Microloan Agreement).
9. Pengikatan Perjanjian Kredit Komersial (Commercial Loan Agreement).
III) MACAM-MACAM PERJANJIAN KREDIT (PK) BERDASARKAN JENIS & PERSYARATANNYA :
1) P engikatan PK Pribadi
( Personal Loan Agreement ).
PK yang diberikan kepada individu untuk tujuan pribadi, seperti biaya medis,
perjalanan, atau konsolidasi utang pribadi.
Biasanya, ini adalah pinjaman tanpa jaminan (unsecured loan) yang
didasarkan pada kredit dan pendapatan peminjam.
Misal : KTA.
2) P engikatan PK Hipotek
( Morgage Agreement ).
Digunakan untuk pembiayaan
pembelian rumah atau properti.
Properti yg dibeli biasanya dijadikan jaminan, dan jika peminjam gagal
membayar.
Lembaga pemberi pinjaman memiliki hak untuk menjual properti tersebut (melalui proses eksekusi hipotek).
Misal : KPR.
3) P engikatan PK Otomotif
( Auto Loan Agreement ).
PK yang digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan bermotor,
seperti mobil atau sepeda motor.
Kendaraan tersebut biasanya dijadikan jaminan, dan jika peminjam gagal
membayar, lembaga pemberi pinjaman dapat mengambil kendaraan tersebut.
Misal : Car Loan.
4) P engikatan PK Bisnis
( Business Loan Agreement ).
PK jenis ini digunakan oleh pebisnis
untuk mendapatkan pembiayaan untuk berbagai tujuan, seperti modal kerja, ekspansi, atau pembelian inventaris.
Perjanjian ini dapat memiliki berbagai
struktur, termasuk kredit jangka pendek atau panjang, serta dapat menggunakan agunan atau jaminan dalam bentuk lain.
5) P engikatan PK Revolusioner
( Revolving Credit Agreement ).
Ini adalah jenis kredit yang
memungkinkan peminjam untuk secara berkala meminjam dana
hingga batas tertentu (garis kredit) dan melunasi kembali sebagian atau seluruhnya.
Kartu kredit adalah contoh umum dari perjanjian kredit revolusioner.
6) P engikatan PK Gadai
( Pawn Loan Agreement ).
Peminjam memberikan barang berharga sebagai jaminan untuk
mendapatkan pinjaman dari lembaga gadai.
Jika peminjam tidak dapat melunasi pinjaman, lembaga gadai memiliki hak untuk menjual barang jaminan.
Biasa digunakan pada BPRS, BMT, dll.
7) P engikatan PK Pendidikan
( Education Loan Agreement ).
Biasanya digunakan untuk membiayai pendidikan tinggi. Memiliki
persyaratan pengembalian yang
khusus, seperti pembayaran setelah lulus atau setelah memperoleh
pekerjaan.
Yang lazim di BPR di Indonesia adalah tetap harus membayar angsuran
bulanan, dengan repayment capacity dari hasil usaha dan / gaji.
8) P engikatan PK Mikro
( Micro Loan Agreement ).
Ini adalah pinjaman kecil yang
diberikan kepada individu atau usaha mikro.
Pinjaman mikro biasanya digunakan
untuk usaha kecil, seperti warung atau kerajinan tangan.
9) P engikatan PK Komersial
( Commercial Loan Agreement ).
Digunakan oleh perusahaan
untuk mendapatkan pembiayaan untuk keperluan komersial
seperti investasi, ekspansi
bisnis, atau modal kerja.
MITIGASI RISIKO KREDIT
I. Monitoring Kredit.
II. Tahapan Mitigasi Risiko Kredit.
III. Laporan Bulanan.
I. MONITORING : Kolektibilitas & PAR PT BPR SAS
( ribuan Rp.)C O N T
O H
I. MONITORING : Kolektibilitas Kredit Berdasarkan Plafon PT BPR SAS
C O N T
O H
( ribuan Rp.)
A. Proses Monitoring ➔ Pantau penggunaan dana & kunjungan bulanan.
B. Proses Mitigasi Risiko Kredit ➔ Tahap2nya sbb :
a) H-7 dan H-1 : BPR memberikan pemberitahuan jatuh tempo angsuran via WA.
b) H-0 : BPR melakukan pengecekan pembayaran & pemindahbukuan angsuran pinjaman.
c) H+3 : BPR memberikan Surat Pemberitahuan Tunggakan.
d) H+7 : BPR memberikan Surat Pemberitahuan Tunggakan.
e) H+14 : BPR memberikan Surat Peringatan 1.
f) H+21 : BPR memberikan Surat Peringatan 2.
g) H+28 : BPR memberikan Surat Peringatan 3.
h) H+42 :
- BPR memberikan Surat Pemberitahuan Penyemprotan Agunan (untuk agunan sertifikat tanah).
- Nasabah memberikan Surat Penyerahan Sukarela Agunan (untuk agunan BPKB kendaraan).
a) H+49 :
- BPR melakukan penyemprotan Agunan (untuk agunan sertifikat tanah).
- Nasabah menyerahkan secara sukarela kendaraan yg diagunkan ke BPR.
a) H+50 dst : BPR mulai melakukan proses likuidasi / menjual agunan berupa BPKB.
b) H+91 : BPR mulai melakukan proses likuidasi baik penjualan langsung maupun lelang atas agunan berupa sertifikat tanah.
II. TAHAPAN MITIGASI RISIKO
LAPORAN HASIL PENAGIHAN BULANAN
C O N T
O H
LAPORAN UNTUK DEBITUR BERMASALAH :
C O N T
O H
PRIORITAS
Kwd. 1 :
▪ Besok debitur jatuh Kol ke NPL.
▪ Besok limit Lapbul OJK.
Kwd. 2 :
▪ Evaluasi Mingguan Tim Kolektor.
▪ Wawancara kerja Kolektor.
Kwd. 3 :
▪ Pelatihan dari Asosiasi ttg Collection.
▪ Undangan pembukaan Kancab. BPR lain.
Kwd. 4 :
▪ Pemasangan spanduk produk.
▪ Sponsor acara 17-an.
1 2
3 4
MATRIX
EISENHOWER
SETELAH ITU SEGERA BERKONSULTASI DENGAN KANTOR LELANG SETEMPAT
RESTRUKTURISASI KREDIT
❑ Perpanjangan Jangka Waktu.
❑ Pengurangan Tingkat Bunga.
❑ Penghapusan Denda dan Biaya.
Keterlambatan.
❑ Penggabungan Pinjaman.
❑ Moratorium Pembayaran.
❑ Perpanjangan Jangka Waktu / Reschedulling.
Pemberi pinjaman bisa memperpanjang jangka waktu pinjaman, sehingga pembayaran bulanan lebih rendah.
Contoh:
Sebelum Restrukturisasi :
• Jumlah Pinjaman: Rp 10.000.000
• Jangka Waktu: 24 bulan
• Angsuran Bulanan: Rp 500.000 Setelah Restrukturisasi :
• Jangka Waktu Diperpanjang menjadi 36 bulan
• Angsuran Bulanan menjadi: Rp 277.778 (Rp 10.000.000 / 36)
1
❑ Penghapusan Denda & Biaya
Keterlambatan / Restructuring :
Pemberi pinjaman bisa menghapuskan atau
mengurangi denda dan biaya keterlambatan yg harus dibayar oleh peminjam.
Contoh :
Sebelum Restrukturisasi:
• Denda Keterlambatan: Rp 100.000 per bulan Setelah Restrukturisasi:
• Denda Keterlambatan dihapuskan
2
❑ Pengurangan Tingkat Bunga / Reconditioning :
Pemberi pinjaman bisa menurunkan suku bunga yang dikenakan pada pinjaman, sehingga
pembayaran bulanan lebih terjangkau.
Contoh:
Sebelum Restrukturisasi:
• Jumlah Pinjaman: Rp 5.000.000
• Suku Bunga: 12%
• Angsuran Bulanan: Rp 500.000 Setelah Restrukturisasi:
• Suku Bunga diturunkan menjadi 8%
• Angsuran Bulanan menjadi: Rp 416.667 (Rp 5.000.000 8% / 12)
3
❑ Penggabungan Pinjaman :
Jika peminjam memiliki beberapa pinjaman, mereka bisa digabungkan menjadi satu pinjaman tunggal dengan syarat yang lebih terjangkau.
Contoh :
Sebelum Restrukturisasi:
• Pinjaman 1: Rp 3.000.000
• Pinjaman 2: Rp 2.000.000
• Total Angsuran Bulanan :
Rp 400.000 (Pinjm.1) + Rp 300.000 (Pinjm. 2) Setelah Restrukturisasi:
• Kedua pinjaman digabungkan menjadi satu pinjaman sebesar Rp 5.000.000
• Angsuran Bulanan menjadi: Rp 416.667 (misalnya, dengan suku bunga 10%)
4
❑ Moratorium Pembayaran :
Peminjam dapat diberikan masa tangguh sementara, di mana mereka tidak perlu membayar angsuran
selama periode tertentu.
Contoh:
Peminjam diberikan moratorium pembayaran selama 6 bulan karena mengalami kesulitan akibat bencana alam, pandemic covid-19, dll.
5
SOAL LATIHAN 3R :
APA YANG HARUS DILAKUKAN BPR UNTUK MEMBANTU PAK HASAN?