Jurnal Kebajikan
Jurnal Pengabdian Masyarakat
E-ISSN: 2985-9557 Vol: 01, No: 03, Mei 2023
PELATIHAN PSIKOEDUKASI UNTUK MENURUNKAN STRES AKADEMIK SISWA SMP 33 MAKASSAR
Abiyyu Arib Mahyiyuddin1) | Astiti Tenriawaru Ahmad2) | Nurfajriyanti Rasyid3) | Amirah Aminanty Agussalim4) | Haerani Nur5) | Nurmala Zainuddin6) | Nurul Maulida Arsi7)
Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar abiyyuarib29@gmail.com
Abstract: As an educated person, it is hoped that he will be able to overcome the problems he faces, of course while studying at school there are many problems that must be faced, due to the different requirements that must be met. from the need for adaptation to the environment with the need for learning tasks that must be carried out. All the problems faced by students are actually a learning process for them to be stronger in facing the realities of life in the future. To overcome this, it is necessary to have psychological education about school stress with the aim of reducing school stress and helping student learning processes. The psychoeducational training in this service is comprehensively designed to train students in the use of educational psychology by incorporating relaxation materials as part of stress management and self-instruction training, which can then be applied to students. After doing self-instruction, students reduce stress in learning.
Keywords: Student, Psychoeducation, Self-Instruction
Abstrak: Sebagai seorang yang terpelajar diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya, tentunya selama menempuh pendidikan di sekolah banyak sekali permasalahan yang harus dihadapi, dikarenakan adanya perbedaan persyaratan yang harus dipenuhi. dari kebutuhan adaptasi terhadap lingkungan dengan kebutuhan tugas belajar yang harus dilakukannya. Semua masalah yang dihadapi siswa sebenarnya merupakan proses pembelajaran bagi mereka untuk lebih kuat menghadapi kenyataan hidup di masa depan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya pendidikan psikologi tentang stres sekolah dengan tujuan untuk mengurangi stres sekolah dan membantu proses belajar siswa. Pelatihan psikoedukasi dalam layanan ini dirancang secara komprehensif untuk melatih siswa dalam penggunaan psikologi pendidikan dengan memasukkan materi relaksasi sebagai bagian dari pelatihan manajemen stres dan self-instruction, yang kemudian dapat diterapkan pada siswa. Setelah melakukan self-instruction, siswa mengurangi stres dalam belajar.
Kata Kunci: Siswa, Psikoedukasi, Self-instruction
A. PENDAHULUAN
Siswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran di sekolah.
Siswa juga merupakan calon pemimpin di masa depan sehingga menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, siswa perlu memiliki sikap yang positif, keberanian yang mantap, kepribadian yang tangguh, dan pikiran yang jernih agar tidak mudah stress, tetapi selalu tenang dan semangat dalam menjalankan tugasnya.
95 Sebagai seorang yang terpelajar diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya, tentunya selama menempuh pendidikan di sekolah banyak sekali permasalahan yang harus dihadapi, dikarenakan adanya perbedaan persyaratan yang harus dipenuhi. dari kebutuhan adaptasi terhadap lingkungan dengan kebutuhan tugas belajar yang harus dilakukannya. Semua masalah yang dihadapi siswa sebenarnya merupakan proses pembelajaran bagi mereka untuk lebih kuat menghadapi kenyataan hidup di masa depan.
Mental Health Foundation (2018) mengumumkan bahwa 74% orang di seluruh dunia mengalami stres, dengan orang-orang berusia antara 18 dan 24 tahun mengalami stres karena persyaratan pencapaian akademik. Kemenkes RI (2019) menyebutkan bahwa di Indonesia, stres menjadi penyebab utama hipertensi hingga 25,8%. Salah satu jenis stres yang dialami individu sebagai mahasiswa adalah stres akademik. Stres akademik merupakan kondisi stres yang disebabkan oleh stresor akademik. Desmita (2017) menjelaskan bahwa stres akademik merupakan situasi stres yang dihadapi siswa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Alsulami (2018) melalui penelitiannya menemukan bahwa sekitar 10-30% siswa mengalami stres akademik dengan derajat yang bervariasi. Suseno (2013) juga melaporkan bahwa 15%
siswa mengalami stres akademik dan 35,1% mengalami stres sedang.
Stresor akademik ini mencakup semua kegiatan atau kebutuhan siswa selama proses belajar mengajar di sekolah. Oh (dalam Yeo, 2017) menyatakan bahwa stres sekolah bersumber dari suasana belajar yang tidak nyaman, kesulitan belajar dan hilangnya motivasi belajar. Olejnik dan Holschuh (2016) juga merinci penyebab stres akademik termasuk ujian menulis, kecemasan, penundaan dan standar akademik yang tinggi. Sumber stres akademik yang dirasakan selama PJJ saat ini semakin beragam karena PJJ dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa dengan segala kemampuan dan keterbatasan. Sari (2020) mengatakan bahwa PJJ menghadirkan kendala bagi mahasiswa seperti fasilitas yang terbatas (handphone, laptop), koneksi internet yang terbatas, pemadaman listrik yang mudah dimatikan, penonaktifan server dan kemampuan untuk mencari referensi tugas.
Stres akademik yang dialami siswa dapat mengganggu penyelesaian tugas perkembangan siswa. Salah satu tugas siswa di bawah SKKPD adalah siswa harus memiliki kematangan intelektual, artinya siswa harus dapat mengikuti proses pembelajaran dengan cermat. Jika siswa mengalami stres akademik yang tinggi, itu pasti akan menghambat penyelesaian tugas-tugas tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya psikoedukasi tentang stres sekolah dengan tujuan untuk mengurangi stres sekolah dan membantu proses belajar siswa. Definisi psikoedukasi dalam Kode Etik Psikologi Indonesia adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan psikologis dan meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya keluarga tentang gangguan psikologis (HIMPSI, 2010).
Banyak program yang ditujukan untuk mengurangi stres selama pandemi telah diluncurkan, seperti pelatihan manajemen stres (Rochani, 2020) dan pelatihan self instruction (Nurmaliyah, 2014). Pelatihan- pelatihan ini telah mengurangi stres bagi para peserta kegiatan. Oleh karena itu, pelatihan psikoedukasi dalam layanan ini dirancang secara komprehensif dengan tujuan agar peserta pelatihan menggunakan psikoedukasi dengan memasukkan materi relaksasi sebagai bagian dari manajemen stres dan pelatihan self instruction yang selanjutnya dapat diterapkan pada siswa. Psikoedukasi sebagai intervensi cognitive behavioural therapy (CBT) yang terkenal telah terbukti efektif dalam membantu orang dengan gangguan stres dan kecemasan (Agustini, 2018; Rustam, 2020).
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan psikoedukasi tentang stres akademik dengan teknik self instruction pada siswa SMP 33 Makassar. Harapannya, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan dijadikan referensi bagi peneliti dalam pengembangan
96 penelitian dan guru dalam mempertimbangkan penyusunan program layanan kepada siswa SMP 33 Makassar.
B. METODE YANG DIGUNAKAN
Subjek dalam penelitian ini adalah 20 siswa SMP Negeri 33 Makassar. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan ketentuan pihak sekolah yang menyiapkan kelas untuk peneliti dalam melakukan sebuah kegiatan psikoedukasi.
Penelitian ini menggunakan pengukuran yang diadaptasi berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Peneliti mengacu pada teori stress akademik yang dikemukakan oleh Gadzella (2004). Terdapat beberapa alasan dalam memilih adaptasi berdasarkan teori Gadzella yang pertama adalah teori ini mencerminkan kehidupan siswa yang sedang mengerjakan tugas. Selain itu, teori ini memiliki lingkup yang lebih luas dalam mengukur stress akademik dimana teori ini tidak hanya mengukur bagaimana persepsi siswa terhadap stressor akademik akan tetapi juga mengukur reaksi mereka terhadap stressor tersebut. Skala ini berbentuk likert dengan rentang jawaban pilihan Ya dan Tidak. Instrument ini terdiri 10 Pernyataan.
Tabel 1. Blueprint stress akademik
Variabel Aspek Indikator
STRESS AKADEMIK
Stressor Akademik
Keterlambatan Mencapai Tujuan Kesulitan Sehari-hari
Konflik antara 2 pilihan
Harapan dari keluarga atau orang lain Beban sekolah
Perubahan hidup yang mengganggu Kecemasan
Reaksi Terhadap Stressor
Gangguan Biologis
Perasaan tidak menyenangkan Penilaian masalah
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan the one-group pre-test post-test design (Fraengkel, Wallen, & Hyun, 2011). Desain penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan sebuah tes kepada siswa SMP 33 Makassar sebelum melakukan psikoedukasi dan memberikan tes kepada siswa SMP 33 Makassar setelah melakukan psikoedukasi
Pelatihan psikoedukasi sebagai sarana pembelajaran eksperiensial harus disusun tidak hanya dengan memberikan materi atau pengetahuan, tetapi harus dilengkapi dengan pengalaman langsung untuk menjadi bagian dari proses itu sendiri (Supratiknya, 2011).
Pelatihan ini disusun terdiri dari 4 langkah utama yang dilakukan. Adapun alur dalam kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
Gambar 1. Alur Pelatihan Psikoedukasi
97 C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Materi/Transfer of Knowledge
Pada tahap transfer of knowledge terdapat tiga materi yang disampaikan untuk memberikan pemahaman tentang stres secara umum, pengertian stres akademik, faktor penyebab, dan gejala stress akademik. Berikut ini ringkasan proses penyampaian masing- masing materi.
1. Memahami Gambaran Umum tentang Stres
Pemateri memulai dengan memberikan pertanyaan terkait makna stres secara umum, kemudian menyampaikan konsep stres positif dan negatif. Dalam pemaparannya materi yang disampaikan meliputi pengertian stres, gejala stres, stres yang terjadi selama pandemi dan berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi stres secara umum dan termasuk stres akademik
Gambar 2. Menjelaskan Gambaran Umum Stres
2. Pengertian Stres Akademik
Secara spesifik, pemateri menjelaskan pengertian stres akademik. Pemateri mengawali dengan memberikan ice breaking untuk mengembalikan fokus para peserta sebelum menyampaikan materi tentang pengertian stres akademik, tipe stres, dan gejala stres akademik.
Gambar 3. Menjelaskan Pengertian Stres Akademik
3. Faktor Terjadinya Stres Akademik
Setelah memahami tentang stress akademik, pemateri kemudian menjelaskan mengenai faktor terjadinya stress akademik terhadap siswa yang terdiri dari pola pikir, kepribadian, keyakinan, pelajaran lebih padat, tekanan untuk berprestasi, dan orangtua saling berlomba.
98 Gambar 4. Menjelaskan Faktor Terjadinya Stres Akademik
4. Gejala Stres Akademik
Setelah memahami tentang faktor terjadinya stress akademik pada siswa, pemateri kemudian menjelaskan mengenai gejala dalam stress akademik terhadap siswa yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Gambar 5. Menjelaskan Gejala Stres Akademik
Praktik Self Instruction Pada Siswa SMP 33 Makassar
Pemateri menyampaikan tentang berbagai teknik untuk membantu siswa mereduksi stres akademiknya. Setelah pemaparan materi, dilanjutkan dengan praktik cara menerapkan salah satu teknik yaitu self-instruction. Peserta diajak secara interaktif untuk mempraktikkan teknik tersebut.
Gambar 6. Siswa melakukan Self Instruction
99 Efektivitas Pre-test dan Post-test
Peningkatan kemampuan analisis dan merancang program untuk mereduksi stres akademik pada peserta didik dilakukan dengan memberikan pre-test dan post-test. Mengingat hasil yang diukur dalam kegiatan ini adalah pemahaman, maka hasil pre-test dan post-test adalah data kualitatif yang dikonversi dalam bentuk skala 0 dan 10 yang berisi 10 item.
Tabel 2. Hasil Pre-Test Post-Test
No Nama Pre-
Test
Post- Test
Kategori
1 AZS 60 30 Menurun
2 SNF 60 30 Menurun
3 RA 60 10 Menurun
4 MEI 70 50 Menurun
5 LAS 80 30 Menurun
6 NRE 70 30 Menurun
7 NS 90 10 Menurun
8 NNPH 80 10 Menurun
9 IP 30 50 Meningkat
10 QE 30 10 Menurun
11 FK 70 30 Menurun
12 HS 50 20 Menurun
13 ADA 80 0 Menurun
14 ARI 70 10 Menurun
15 AM 80 10 Menurun
16 MQ 50 30 Menurun
17 MI 40 40 Tidak ada
Perubahan
18 MFA 70 30 Menurun
19 RYA 50 40 Menurun
20 AH 80 50 Menurun
Dari 20 siswa SMP 33 Makassar, terdapat 1 siswa dikategorikan meningkat, 1 siswa dikategorikan tidak ada perubahan, dan 18 siswa dikategorikan menurun. Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa siswa bisa menurunkan stress akademik setelah melakukan pelatihan psikoedukasi melalui teknik self-instruction.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan pelatihan psikoedukasi untuk menurunkan stres akademik siswa SMP 33 Makassar bahwa pelatihan ini dianggap berhasil untuk meningkatkan kompetensi dalam menganalisis gejala stres akademik dan merancang program psikoedukasi. Selama kegiatan, siswa berperan aktif dengan bertanya dan berdiskusi serta mempraktekkan langsung teknik psikoedukasi self-instruction. Hasil analisis sederhana pre- test dan post-test menunjukkan bahwa indikator keberhasilan kegiatan pelatihan ini tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini. (2018). Penerapan Cognitive Behavior Therapy Untuk Mengurangi Fobia Darah Pada Usia Dewasa Awal. Biopsikososial, 2(1), 89–105
Alsulami, S., dkk. (2018). Perception of Academic Stress among Health Science Preparatory Program Students in Two Saudi Universities. Dovepress: Advances In Medical Education and Practice, 9, 159-164
Desmita. (2017). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
100 Fraengkel,J.R Wallen,N. E & Hyun, H. H. (2011). How to Design and Evaluate Research in
Education 8th Ed. Mc GrawHill: United State
Gadzella, B. M. (2004). Three stress groups on their stressors and reactions to stressors in five studies. Psychological Reports, 94(2), 562–564.
https://doi.org/10.2466/pr0.94.2.562-564
HIMPSI. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Hasil Kongres XI Himpsi (pp. 1 - 132).
Surakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia. Retrieved Desember 8, 2020, from http://www.himpsi.org
Kemenkes RI. (2019). Situai Kesehatan Jiwa di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin).
Nurmaliyah, F. (2014). Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan Teknik Self-Instruction. Jurnal Pendidikan Humaniora, 2(3), 273–282
Olejnik & Holschuh. (2016). College Rules! How To Study, Survive, and Succeed in College (Ebook). United States: Ten Speed Press
Rochani. (2020). Pelatihan Manajemen Stres untuk Mereduksi Tingkat Stres Guru Selama Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. Jurnal Horizon Pedagogia, 1(1), 11– 21.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jhp/article/download/10421/6783
Rustam, A. M. (2020). Efektivitas Cognitive Behavior Therapy Dalam Menurunkan Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi [Universitas Bosowa Makassar]. https://repository.unibos.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/124/Adlu Mulki Rustam 4514091022.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Sari, W., Rifki, A. M., & Karmila, M. (2020). Analisis Kebijakan Pendidikan terkait Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Darurat Covid 19. Jurnal Mappesona, 2(2).
Supratiknya, A. (2011). Merancang Program dan Modul Psikoedukasi (II). Universitas Sanata Dharma
Suseno, A., Hartati, S., & Astuti, T. P. (2013). Kecenderungan Perilaku Agresif Ditinjau Dari Stres Akademik Pada Siswa SMA Negeri 1 Pemalang. Empati, 2(3), 222-231.
Yeo, S. K., & Lee, W. K. (2017). The Relationship Between Adolescents’ Academic Stress, Impulsivity, Anxiety, and Skin Picking Behavior. Asian Journal of Psychiatry, 28, 111- 114.