PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa tindak pidana yang masing-masing diancam dengan pidana yang berbeda-beda, maka pidana yang dijatuhkan hanya satu, yaitu pidana yang paling berat. Penyerapan Stelsel (Absorptie Stelsel) Artinya apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa tindak pidana yang masing-masing diancam dengan pidana yang berbeda-beda, maka pidana yang dijatuhkan hanya satu, yaitu pidana yang paling berat.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perbarengan Tindak Pidana
Perbuatan pidana secara serentak (concursus), dalam pengertian Belanda disebut juga samenloop, adalah “gabungan beberapa tindak pidana” atau “rangkaian beberapa peristiwa pidana”. Apabila seseorang melakukan beberapa pelanggaran dan masing-masing pelanggaran merupakan tindak pidana/tindak pidana tersendiri. “Oleh karena itu, sama halnya dengan dilakukannya dua tindak pidana atau lebih oleh seseorang yang tindak pidana pertama belum dipidana, atau tindak pidana pertama dan tindak pidana berikutnya tidak dibatasi oleh penetapan hakim.”
Tindak Pidana Bersamaan adalah peristiwa dimana seseorang melakukan suatu perbuatan atau perbuatan yang melanggar beberapa undang-undang pidana, dan beberapa tindak pidana diadili sekaligus. Perbedaan utamanya adalah bahwa pengulangan pelanggaran yang pertama atau sebelumnya diputuskan oleh hakim dengan menjatuhkan hukuman kepada pelakunya, meskipun ia telah menjalaninya seluruhnya atau sebagian. Jika tindak pidana sebelumnya diselesaikan oleh hakim yang menjatuhkan hukuman kepada pelaku dengan putusan yang telah menjadi tetap, maka di sini terjadi pengulangan.
Dalam hukuman bagi pelaku pelanggaran kedua ini ada pengulangan, dan di sini ada peningkatan hukuman untuk pelanggaran ketiga.
Bentuk-Bentuk Perbarengan Tindak Pidana
Perbuatan serentak yang terdiri dari beberapa tindak pidana yang masing-masing diancam dengan pidana mati yang sama (Pasal 65), pidananya dijatuhkan dengan sistem hisap yang memberatkan (aggravated absors system), yaitu hanya dijatuhkan satu pidana (ayat 1) dan pidana maksimum yang dijatuhkan adalah jumlah pidana maksimum yang dapat dipidana atas suatu pelanggaran, tetapi tidak boleh lebih dari pidana maksimum ditambah sepertiga (ayat 2). Perbuatan berkaitan yang terdiri dari beberapa tindak pidana yang diancam dengan pidana mati yang jenisnya berbeda-beda (Pasal 66), pidananya dijatuhkan dengan sistem kumulasi terbatas (mempunyai sistem kumulasi sedang), artinya diterapkan setiap tindak pidana yaitu pelakunya dipidana. untuk hukumannya sendiri - diri mereka sendiri sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan, tetapi dalam jumlah. Perbuatan simultan yang terdiri dari kejahatan dan pelanggaran, pidananya menggunakan sistem akumulasi murni (memiliki sistem akumulasi murni), demikian pula;
Perpaduan perbuatan yang terdiri dari delik dan pelanggaran tersebut menggunakan sistem akumulasi murni, artinya semua kejahatan dan pelanggaran diterapkan secara tersendiri dengan menjatuhkan hukuman kepada pelakunya sesuai dengan ancaman pidana dari kejahatan atau pelanggaran tersebut tanpa ada pengurangan atau penambahan. batas tertentu. Ada yang menyebut tindakan yang berkesinambungan ini dengan sebutan “Continuous Action” yang artinya tindakan yang berkesinambungan itu ada apabila beberapa tindakan digabungkan sehingga harus dilihat sebagai satu tindakan yang berkesinambungan. Perbuatan yang diteruskan (voortgezette handeling), yaitu bila seseorang melakukan perbuatan yang sama beberapa kali, dan di antara perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga rangkaian perbuatan itu harus dianggap perbuatan yang berkesinambungan.
Adapun yang dimaksud dengan tindakan terus menerus dalam lafaz ayat di atas, maka pada dasarnya adalah beberapa perbuatan baik berupa pelanggaran maupun kejahatan, yang salah satunya mempunyai hubungan dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga harus dilihat sebagai satu koheren. tindakan.
Sistem Penjatuhan Hukuman Dalam Perbarengan Tindak Pidana 24
Jika semua ancaman hukuman atas setiap kejahatan yang dilakukan dijatuhkan, maka cara ini disebut sistem akumulasi. Jadi apabila seseorang melakukan 3 tindak pidana yang masing-masing ancaman hukumannya paling lama 5 bulan, 4 bulan, dan 3 bulan, maka ancaman kumulatifnya paling lama adalah 12 bulan. Dalam sistem ini, hanya ancaman pidana maksimum yang paling berat yang dikenakan, dengan pengertian bahwa hukuman maksimum lainnya (baik yang sebanding atau tidak) akan ditanggung oleh hukuman yang lebih tinggi.
Penentuan pidana maksimum pada sistem ini hampir sama dengan sistem akumulasi terbatas, yaitu pidana yang paling berat ditambah sepertiganya.33. Contoh : pada contoh ad.1 diatas, pidana yang dapat dijatuhkan kepada A hanya satu pidana yaitu paling lama 3 tahun (1/3 x 3 tahun = 4 tahun). Pada versi sistem absorptif ini hanya dikenakan satu bidang yaitu hukuman terbatas namun ditambah 1/3.
Contoh : Pada contoh ad.1 diatas, pidana yang dapat dijatuhkan kepada A hanya satu pidana yaitu paling lama 3 tahun (1/3 x 3 tahun) = 4 tahun.
Tindak Pidana Pemalsuan
Yang dimaksud dengan pembuatan surat palsu adalah membuat surat yang sebelumnya tidak ada, yang isinya seluruhnya atau sebagiannya tidak sesuai dengan kebenaran atau bertentangan dengan kebenaran atau kepalsuan. Surat yang dihasilkan dari perbuatan membuat surat palsu disebut surat palsu/surat yang tidak asli.40. Surat yang dihasilkan dari tindakan pembuatan surat palsu disebut “surat palsu” atau “surat tidak asli”.
Bagian isi yang salah juga memuat makna membuat surat palsu - melanggar Pasal 263 ayat kata atau nama, sepanjang kepalsuan itu dapat menimbulkan kerugian bila huruf itu digunakan. Jadi resiko kerugian yang timbul dari penggunaan surat yang isinya palsu atau palsu harus berkaitan dengan bagian isinya yang palsu, belum tentu seluruh isi surat, potensi kerugian pasti disebabkan oleh isi yang salah. surat itu. Obyek : surat yang dapat menimbulkan suatu hak; yang menimbulkan suatu kewajiban; yang menimbulkan restrukturisasi utang; yang dimaksudkan sebagai pembuktian terhadap sesuatu.
Surat yang memuat suatu perjanjian pada hakekatnya adalah surat yang karena adanya perjanjian yang tertulis dalam surat itu menimbulkan hak-hak tertentu. Oleh karena itu, utang tidak selalu diartikan sebagai suatu perbuatan hukum utang (objeknya adalah uang). 4) Surat yang dimaksudkan sebagai bukti terhadap sesuatu. Dalam hal ini bukan penulis surat yang menentukan nilai barang bukti, melainkan undang-undang atau kekuasaan tata usaha negara (administrative power).
Jenis dan Sumber Data
Metode penelitian normatif merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen, yaitu dengan menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, dan teori hukum. Pendekatannya dilakukan dengan menelaah hukum dan kenyataan atau berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan berupa data, informasi, dan pendapat berdasarkan identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Metode penelitian ini berguna untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti untuk menjawab permasalahan yang ada.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui penelitian kepustakaan (Library Research) baik dengan teknik pengumpulan dan pencatatan buku-buku, karya ilmiah, artikel dari web, dokumen-dokumen serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi.
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
Dari hasil penelitian, penulis menjelaskan tentang perkara pidana yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung mengenai perbuatan pidana secara serentak (concursus), yaitu perbuatan pemalsuan dan perkawinan kembali yang mengakibatkan korban mengalami kerugian. Berdasarkan uraian di atas maka bentuk kebetulan tersebut adalah concursus realis, dimana fakta-fakta yang terjadi merupakan perbuatan tersendiri dan masing-masing merupakan tindak pidana. Hasil wawancara dengan penyidik yaitu Muhammad Arman pada hari Senin tanggal 21 Maret 2022 di Mapolrestabes Makassar terkait Putusan Perkara Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 yaitu penyidik mengatakan bahwa Benar apa yang dilakukan terdakwa, yaitu tindak pidana pemalsuan dokumen dan pernikahan kembali.
Pada Kamis, 24 Maret 2022, hasil wawancara jaksa penuntut umum Indah Putri Jayanti Basri di Kejaksaan Negeri Makassar terkait Putusan Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 menyatakan bahwa terdakwa terbukti sah, karena melakukan tindak pidana pemalsuan dokumen sebagaimana diatur dan dapat dipidana dengan pidana sesuai pasal 263 ayat KUHP. dalam KUHP. Jenis perjanjian yang terjadi dalam Putusan Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 adalah Concursus realis dimana fakta-fakta yang terjadi merupakan perbuatan tersendiri dan masing-masing merupakan suatu tindak pidana. Sistem pidana yang digunakan dalam putusan nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 adalah Absorptie Stelsel, yaitu apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa tindak pidana, yang masing-masing dapat diancam dengan pidana yang berbeda-beda. - Jenis, maka pidana yang dijatuhkan hanya satu yaitu pidana yang paling berat menurut putusan hakim yaitu terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama 10 bulan yang merupakan bentuk pidananya.
Analisis Putusan Tindak Pidana Pemalsuan Surat yang Dibuat Anggota TNI di Lingkungan Peradilan Militer”, Skripsi, Faculteit der Rechtsgeleerdheid, Sebelas Maret Universiteit.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sistem Pemidanaan Yang Diterapkan Dalam Putusan Nomor
Pada hari Senin tanggal 28 Maret 2022, hasil wawancara dengan Hakim Abdul Rahman Kasim di Pengadilan Negeri Makassar atas Putusan Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018, hakim mengatakan bahwa dalam Penghakiman putusan suatu perkara tertentu harus didasarkan pada pertimbangan dakwaan penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan para saksi, dan pasal-pasal yang ditentukan bagi terdakwa. Seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali ia yakin, dengan sekurang-kurangnya dua bukti yang sah, bahwa suatu tindak pidana benar-benar telah terjadi dan bahwa terdakwa bersalah karenanya.” Dalam pertimbangan putusan perkara Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 dinyatakan telah dilaksanakan sidang dan dihadirkan beberapa saksi yang keterangannya didengarkan di bawah sumpah (saksi Lulu Sera, Fitria Ladilae, Siti Maryam Sumele, Alex Rajab Engo, dan Abas Dg Tommi) serta keterangan terdakwa.
Berdasarkan putusan perkara Nomor: 52-K/PM-III-17/AD/V/2018 dinyatakan terdakwa Mukrim Dg Tommi terbukti secara sah melanggar Pasal 279 ayat (1) KUHP dan Pasal 263 ayat (1) KUHP. Tindak pidana konkuren yang terkandung di dalamnya cenderung terlalu sederhana, namun dapat menimbulkan ketidakadilan dalam pertanggungjawaban tindak pidana tersebut. Pelanggaran atau kurangnya pengetahuan ini tentu saja menimbulkan ketidakadilan baik terhadap korban tindak pidana bahkan terhadap pelaku tindak pidana.
Widnyana, I Made, 2010, Pokok Hukum Pidana, Jakarta: Fikahati Aneska bekerjasama dengan Pusat Arbitrase BANI.
PENUTUP
Saran