PEMANFAATAN MEDIA CYBER EXTENSION OLEH PENYULUH PERTANIAN DI KOTA BOGOR
SEVIT DINALDI 044119034
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian atau negara yang mengandalkan sektor pertanian. Petani merupakan komponen utama dari aktivitas pertanian itu.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), struktur penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada Februari 2023 masih didominasi kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan persentase sebesar 29,36% dari total penduduk yang bekerja.
Gambar 1.1 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ( Sumber: https://databoks.katadata.co.id/ )
Seiring dengan waktu, pemanfaatan teknologi informasi semakin masif digunakan di berbagai bidang, salah satunya adalah pemanfaatan media cyber extension sebagai sumber dalam memperoleh informasi pada kegiatan pertanian. Cyber Extension dikembangkan agar penyuluh sebagai agen pembangunan dapat memberikan informasi kepada para petani. Dengan berkembangnya dan melimpahnya sumber informasi yang disediakan oleh Cyber Extension menuntut keterampilan penyuluh dalam melakukan aktivitas pencarian informasi.
Namun, mengangkat dari laporan riset “Driving the Growth of Agriculture Technology Ecosystem in Indonesia” Riset tersebut melaporkan baru ada 4,5 juta petani dari total 33,4 juta petani di 2020 yang menggunakan internet selama satu tahun belakangan. Ini ditengarai oleh rendahnya tingkat pendidikan yang sebanyak 14 juta petani merupakan lulusan tingkat sekolah dasar.
Untuk mengantisipasi ketertinggalan tersebut, sejak tahun 2010 yang lalu Kementerian Pertanian sudah meluncurkan program penyuluhan berbasis internet yang diberi nama Cyber Extension. Melalui aplikasi online ini, para penyuluh dapat dengan mudah mengakses dan menyampaikan materi penyuluhan kepada petani, begitu juga dengan para petani, mereka juga dapat mengakses langsung berbagai informasi pertanian dan materi penyuluhan melalui aplikasi tersebut.
Pemerintah khususnya menteri pertanian telah mengembangkan program Cyber Extension yang mengacu pada pasal 15 ayat 1c Undang-Undang No 16 Tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) dengan materi bahwa Balai Penyuluhan berkewajiban menyediakan dan menyebarkan informasi tentang teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar. (Sumardjo 2010 Dkk)
Cyber extension merupakan suatu mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi (Wijekoon 2009 Dkk). Cyber Extension merupakan sebuah inovasi media penyuluhan, dengan sekali mengupload materi penyuluhan maka dengan cepat materi tersebut dapat dibaca atau diunduh oleh para petani di seluruh pelosok desa. Cyber Extention bukanlah
sesuatu hal yang baru atau asing lagi bagi kalangan Penyuluh karena sudah mulai diperkenalkan sejak tahun 2010, namun masih butuh langkah-langkah kongkrit dan realistis untuk menjadikan media penyuluhan ini efektif sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Keberadaan media penyuluhan berbasis internet ini merupakan alat untuk memudahkan pekerjaan para penyuluh. Dengan ini, akses teknologi informasi juga sudah merambah sampai ke seluruh pelosok perdesaan dengan adanya jaringan cyber yang semakin meluas.
Materi penyuluhan selama ini disampaikan secara konvensional baik melalui media cetak seperti koran, maupun media elektronik (dalam bentuk iklan tayangan, film, dan lain-lain). Dalam kegiatan tersebut penyuluh akan memberikan informasi yang petani butuhkan dengan melakukan pertemuan yang sudah tentukan dan petani akan bertanya pada penyuluh mengenai masalah yang ada di lahan petani, dan setelah mengerti bagaimana masalah petani penyuluh akan membantu mereka dengan memberikan suatu informasi, ide atau gagasan yang nantinya akan digunakan untuk petani untuk mengolah lahannya atau menyelesaikan masalah yang ada pada lahan. Namun, itu semua memerlukan biaya yang relatif besar dan butuh waktu panjang, sehingga timbul kesan bahwa dengan metode penyuluhan seperti itu, para penyuluh dianggap stagnant dalam kinerjannya. Secara perlahan metode yang sudah “ketinggalan zaman” itu harus mulai dialihkan dengan metode penyuluhan berbasis internet.
Potensi pertanian di Kota Bogor salah satunya adalah kegiatan pertanian kelompok tani Dewasa Lemah Duhur di kampung Agro Eduwisata Organik Ciharashas Kelurahan Mulyaharja. Kampung Ciharashas Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor ini memiliki potensi salah satunya dalam hal pertanian organiknya yang dimana pengolahan Bio Gas dari kotoran sapi adalah termasuk dari pertanian organic. Menurut Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Mulyaharja, Oji Apandi mengatakan area persawahan ini sudah dikembangkan Kelompok Tani Dewasa sejak 1987. Lalu pada 2013, sawah ditanami padi organik dan pada 2017 dikembangkan menjadi lokasi wisata edukasi pertanian.
Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengetahui Pemanfaatan media cyber extension oleh penyuluh pertanian di kelurahan mulyaharja kota bogor untuk memperoleh informasi pertanian sebagai upaya pengembangan potensi lokal pertanian. Berdasarkan hal ini, maka peneliti tertarik untuk menganalisis penelitian ini lebih dalam dengan judul “Pemanfaatan Media Cyber Extension Oleh Penyuluh Pertanian Di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana Pemanfaatan Media Cyber Extension Oleh Penyuluh Pertanian Di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor .
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pemanfaatan Media Cyber Extension Oleh Penyuluh Pertanian Di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai pemanfaatan teknologi informasi berbasis cyber extension.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca khususnya kelompok tani Kota Bogor dalam memperoleh informasi melalui pemanfaatan teknologi berbasis cyber extension.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Pertanian
Informasi definisikan sebagai kumpulan data yang terstruktur yang kita komunikasikan lewat bahasa lisan, surat kabar, video, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat mempunyai dua pengertian, yaitu 1) sebagai benda nyata (information as a thing) dan 2) sebagai sesuatu yang abstrak (Pendit, 1992).
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang (Sutanta, 2011).
Menurut Jogiyanto (2009) dalam bukunya yang berjudul analisis dan desain mengemukakan definisi informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya.Informasi menurut Yusup (2009) adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseoran.Suatu kejadian atau suatu gejala alam yang diamati seseorang kemudian dapat direkam baik dalam pikiran orang yang mengamati atau juga dapat terekam di dalam sebuah alat yang dapat menyimpan sebuah fenomena adalah informasi.Kemudian dijelaskan juga bahwa sebuah keputusan yang dibuat seseorang dari hasil pengamatan juga merupakan informasi.
2.2 Cyber Ektension
Menurut Sharma (2006), Cyber Extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi informasi inovasi pertanian terprogram, secara efektif, dengan mengimplementasikan TIK dalam sistem pertanian, yang dapat meningkatkan keberdayaan penyuluh, melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu, dan relevan dalam mendukung proses pengambilan keputusan penyuluh guna penyampaian data dan informasi pertanian kepada petani dan kelompok taninya. Adekoya (2007) menambahkan bahwa pendekatan
Cyber Extension berorientasi kepada penerima, bersifat individual, dan dapat menghemat biaya, waktu, serta tenaga
2.3. Ciri Ciri Cyber Extension
Adapun ciri-ciri cyber extension menurut Anonim, 2010 ada tiga yakni sebagai berikut:
1. Menggunakan Teknologi Teknologi yang digunakan adalah komputer atau laptop dan smartphonedalam mengakses jaringan media Cyber Extension.
2. Menggunakan Jaringan Telekomunikasi Jaringan Telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalama melakukan aktivitas telekomunikasi serta dapat digunakan sebagai jaringan internet.
3. Memiliki Website Website adalah suatu halaman web yang saling berhubungan yang umumnya berada pada peladen yang sama berisikan kumpulan informasi sehingga mampu mengakses informasi melalui website tersebut.
2.4. Peran Penyuluh Pertanian
Penyuluh pertanian berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah perorangan warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan sendiri merupakan cara penyebaran informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan masyarakat atau keluarga yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud yaitu mencakup informasi tentang ilmu dan teknologi yang bermanfaat, analisis ekonomi dan upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta peraturan dan kebijakan pendukung.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/02/Menpan/2/2008, bahwa tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan yaitu:
1. Menyiapkan dan merencanakan pelaksanaan penyuluhan yang meliputi, kemampuan dalam mengidentifikasi potensi wilayah, kemampuan mengidentifikasi agroekosistem, kemampuan mengidentifikasi kebutuhan teknologipertanian, kebutuhan menyusun program penyuluhan, dan kemampuan menyusun rencana kerja penyuluhan.
2. Melaksanakan penyuluhan pertanian meliputi kemampuan menyusun materi penyuluhan, kemampuan menerapkan metode penyuluhan, baik metode penyuluhan perorangan maupun penyuluhan kelompok serta metode penyuluhan massal, juga memiliki kemampuan membina kelompok tani 9 sebagai kelompok pembelajaran dan kemampuan mengembangkan swadaya dan swakarsa petani nelayan.
3. Kemampuan membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan.
4. Kemampuan mengembangkan penyuluhan pertanian seperti merumuskan kajian arah penyuluhan, menyusun pedoman pelaksanaan penyuluhan dan mengembangkan sistem kerja penyuluhan pertanian.
5. Pengembangan profesi penyuluh pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmu populer bidang penyuluhan pertanian dan penerjemahan buku penyuluhan.
6. Kegiatan penunjang penyuluhan pertanian yang meliputi seminar dan lokakarya penyuluhan pertaniaan.
7. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian untuk masa yang akan datang haruslah dipola secara terpadu dan integrative
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bogor Selatan Kelurahan Mulyaharja. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa Cyber Extension dikembangkan agar penyuluh sebagai agen pembangunan dapat memberikan informasi kepada petani di Kecamatan Bogor Selatan Kelurahan Mulyaharja.
3.2 Teknik Penentuan Informan
Informan Penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Nazir, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan penelitian utama (Key Informan). Yang dimaksud Informan penelitian utama (Key Informan) adalah orang yang paling tahu banyak informasi mengenai objek yang sedang diteliti atau data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber pertama (Bugin, 2007) Metode Penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni penetuan informan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa informan tersebut mengetahui informasi yang akan digali oleh peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala bidang penyuluhan pertanian, kepala penyuluhan pertanian lapangan dan beberapa penyuluh yang ada di Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu yang merupan dasar pengambilan keputusan. Data berperang sebagai masukan yang akan diolah menjadi informasi yang jelas di Kecamatan Bogor Selatan, Kelurahan Mulyaharja. Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
a. Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
b. Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
c. Teknik Dokumentasi, Menurut dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
d. Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan datayang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010.Media Cyber Extension.http://cybex.pertanian.go.id/mobile/
Adekoya AE. 2007. Cyber Extension Communication: A Strategic Model for Agricultural and Rural Transformation in Nigeria. International Journal of Food, Agriculture and Environment. ISSN1459-0255. Vol. 5.
Burhan Bugin, 2007. “Penelitian Kualitatif”, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Jogiyanto 2009. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta. Indonesia Moh. Nazir,2005. “Metode Penelitian”, Bogor: Galia Indonesia.
Pendit, Putu Laxman. 1992. “Makna Informasi: lanjutan dari sebuah perdebatan,” dalam kepustakawanan Indonesia: potensi dan tantangannya, eds.
Antonius bangun dkk. Jakarta: kesaint-blanc.
Sharma, P.V. 2006. Cyber Extension: Information and Communication Technology (ICT)Applications for Agricultural Extension Service Challenges, Oppurtunities, Issues and Strategies. Enhancement of Extension Systemin Agriculture. APO.
Sumardjo, Lukman M Baga, dan Retno SH Mulyandari. 2010. Cyber Extension:Peluang dan tantangan dalam Revitalisasi Penyuluhan. Bogor:IPB Press
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung:
Alfabeta.CV.
Wijekoon, R. Shantha Emitiyagoda, M F M Rizwan, R M M Sakunthalaratha- nayaka, H G Anurarajapa. 2009. Cyber Extension: An Information and Communication Technology Initiative for Agriculture and Rural Development in Sri Lanka.
Yusup, Pawit M. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:
Bumi Aksara.
https://www.bps.go.id/publication/2022/12/07/a64afccf38fbf6deb81a5dc0/keadaa n-angkatan-kerja-di-indonesia-agustus-2022.html
https://infokomputer.grid.id/read/122688825/crowde-ungkap-baru-45-juta- petani-di-indonesia-yang-melek-teknologi