Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2025
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG (ZEA MAYS L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR AIR ASAM TAMBANG TERHADAP PARAMETER FE, MN, pH, Kekeruhan DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
Miftahul Jannah NIM.13211030
Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc.
Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc.
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2025
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG (ZEA MAYS L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR AIR ASAM TAMBANG TERHADAP PARAMETER FE, MN, pH, Kekeruhan DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
Miftahul Jannah NIM.13211030
Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc.
Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Tugas Akhir dengan judul :
“Pemanfaatan Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Biokoagulan Dalam Menurunkan Kadar Air Asam Tambang Terhadap Parameter Fe, Mn, pH, Kekeruhan
dan Total Suspended Solid (TSS)”
Yang disusun oleh :
Miftahul Jannah NIM. 13211030
Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing :
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc NIP. 199309132022031008 NIP. 199412302022032012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul :
“Pemanfaatan Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Biokoagulan Dalam Menurunkan Kadar Air Asam Tambang Terhadap Parameter Fe, Mn, pH,
Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS)”
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan, Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Chandra Suryani R., B.Sc., M.Sc. selaku Koordinator Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan ITK.
2. Bapak Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ibu Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan.
4. Rekan-rekan Teknik Lingkungan angkatan 2021 selaku teman seperjuangan.
5. Nadif yang memberikan semangat dan dukungan dalam pengerjaan Tugas Akhir.
6. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan proposal tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga proposal tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Balikpapan, 20 Oktober 2024
Penyusun
v
PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG (ZEA MAYS L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MENURUNKAN
KADAR AIR ASAM TAMBANG TERHADAP PARAMETER FE, MN, DAN TOTAL SUSPENDED
SOLID (TSS)
Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah
NIM : 13211030
Dosen Pembimbing Utama : Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc
Pembimbing Pendamping : Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc
ABSTRAK
Air asam tambang (acid mine drainage) memiliki keasaman dan kandungan logam Fe, Mn, Kekeruhan, pH serta TSS yang tidak sesuai standar baku mutu menjadi sumber pencemar lingkungan sehingga membutuhkan pengolahan sebelum dialirkan ke badan air. Metode koagulasi-flokulasi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menyisihkan parameter logam berat seperti Fe dan Mn, kekeruhan, pH serta TSS.
Metode ini memerlukan koagulan alami yang dapat menyisihkan parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan endapan yang berbahan kimia dan membahayakan lingkungan. Penggunaan tongkol jagung (Zea mays L.) sebagai biokoagulan dalam menurunkan kadar air asam tambang akan dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi dosis dan waktu kontak biokoagulan tongkol jagung terhadap parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS serta efisiensi tongkol jagung dalam menyisihkan parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS pada air asam tambang. Variasi dosis yang akan digunakan yaitu 3; 4; 5; 6; dan 7 g dalam larutan 500 ml serta variasi waktu kontak yaitu 1; 2; dan 3 menit dengan kecepatan pengadukan 200 rpm dan 80 rpm.
Kata Kunci: Air Asam Tambang, Biokoagulan, Koagulasi-Flokulasi, Tongkol Jagung
vi
UTILIZATION OF CORN COB (ZEA MAYS L.) AS A BIOCOAGULANT IN REDUCING ACID MINE
DRAINAGE AGAINST FE, MN, AND TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PARAMETERS
By : Miftahul Jannah
Student Identity : 13211030
Supervisor : Riza Hudayarizka, B.Sc., M.Sc
Co Supervisor : Ismi Khairunnissa Ariani, B.Sc., M.Sc
ABSTRACT
Acid mine drainage has acidity and metal content of Fe, Mn, Turbidity, pH and TSS that do not meet the quality standards to be a source of environmental pollution that requires treatment before flowing into water bodies. Coagulation-flocculation method is one of the techniques that can be used to remove heavy metal parameters such as Fe and Mn, turbidity, pH and TSS. This method requires a natural coagulant that can remove Fe, Mn, turbidity, pH and TSS parameters that are environmentally friendly so as not to cause chemical deposits and harm the environment. The use of corn cobs (Zea mays L.) as a biocoagulant in reducing acid mine drainage levels will be carried out in this study. This study aims to analyze the variation of dosage and contact time of corn cob biocoagulant on Fe, Mn, turbidity, pH and TSS parameters as well as the efficiency of corn cob in removing Fe, Mn, turbidity, pH and TSS parameters in acid mine water. The dose variations to be used are 3; 4; 5; 6 and 7 g in 500 ml solution and contact time variations are 1, 2 and 3 minutes with stirring speed of 200 rpm and 80 rpm.
Keywords: Acid Mine Drainage, Biocoagulant, Coagulation-Flocculation, Corn Cob
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 11
1.1 Latar Belakang ... 11
1.2 Rumusan Masalah ... 13
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Manfaat Penelitian ... 14
1.5 Batasan Penelitian ... 14
1.6 Kerangka Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Air Asam Tambang ... 16
2.2 Baku Mutu Air Asam Tambang ... 17
2.3 Pengolahan Air Asam Tambang ... 17
2.4 Koagulasi dan Flokulasi ... 18
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi-Flokulasi... 19
2.4.2 Mekanisme Koagulasi-Flokulasi ... 21
2.5 Tongkol Jagung Sebagai Biokoagulan ... 22
viii
2.6 Beban Pencemar Air Asam Tambang ... 22
2.6.1 Derajat Keasaman (pH) ... 22
2.6.2 Total Suspended Solid (TSS) ... 23
2.6.3 Kekeruhan ... 23
2.6.4 Besi (Fe) ... 23
2.6.5 Mangan (Mn)... 24
2.7 Penelitian Terdahulu ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
3.1 Diagram Alir ... 26
3.2 JenisPenelitian ... 28
3.3 Prosedur Penelitian ... 28
3.3.1 Ide Penelitian ... 28
3.3.2 Studi Literatur ... 29
3.3.3 Persiapan Alat dan Bahan Penelitian ... 29
3.3.4 Penelitian Pendahuluan ... 32
3.3.5 Penelitian Utama ... 32
3.3.6 Analisis dan Pembahasan ... 33
3.4 Lokasi dan Waktu ... 34
3.5 Variabel Penelitian ... 35
3.5.1 Kesimpulan dan Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
SKEMA KERJA ... 44
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mekanisme Koagulasi-Flokulasi (Sukmana et al., 2021)... 22
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Baku Mutu Air Asam Tambang ... 17
Tabel 2. 2 Kelebihan dan Kekurangan Proses Koagulasi ... 18
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu Biokoagulan Terhadap Penurunan Kadar Fe, Mn, Kekeruhan, pH dan TSS ... 25
Tabel 3. 1 Metode Pengukuran Parameter ... 32
Tabel 3. 2 Variabel Penelitian ... 33
Tabel 3. 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 35
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang memiliki limbah cair sisa proses produksi berupa air asam tambang (Sefti et al., 2023). Air asam tambang (AAT) merupakan air yang mengandung logam terlarut seperti besi (Fe) dan mangan (Mn), serta senyawa sulfat lainnya. AAT timbul dari adanya reaksi antara mineral-mineral sulfida yang teroksidasi dengan air dan udara untuk menghasilkan asam sulfat sehingga menurunkan pH menjadi kurang dari 4 (Rahmatullah et al., 2023). Selain mengandung logam berat dan memiliki pH air yang sangat rendah, konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada AAT juga sangat tinggi akibat dari limpasan air hujan yang membawa partikel-partikel padatan yang sangat halus sehingga sulit diendapkan (Harahap, 2017).
Pada salah satu lokasi pertambangan batu bara, konsentrasi Fe dan Mn sebesar 23,12 mg/L dan 25,50 mg/L serta nilai pH sebesar 3,2 (Yunus et al., 2018). Parameter tersebut masih melebihi standar baku mutu menurut Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 (Irawan et al., 2016). Pencemaran AAT dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti mual, muntah, dan pendarahan pada usus.
Selain itu, ekosistem perairan yang terkontaminasi oleh AAT menyebabkan penurunan populasi yang diakibatkan oleh keracunan biota air (Saputro et al., 2024).
Beberapa metode telah diteliti untuk menghilangkan kontaminan dalam air asam tambang antara lain metode presipitasi dan lahan basah (aerobic wetland).
Presipitasi memiliki efisiensi pengolahan hingga 90% (Alghifary & Sihombing, 2022), tetapi memerlukan biaya operasional yang cukup besar (Rianti et al., 2021). Lahan basah (aerobic wetland) membutuhkan lahan yang luas dan waktu tinggal yang relatif lama yakni antara 30 – 50 hari (Said & Hartaja, 2015). Selain presipitasi dan lahan basah, terdapat metode koagulasi-flokulasi yang lebih memiliki beberapa keunggulan dalam mengolah air asam tambang.
12
Metode koagulasi-flokulasi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan parameter logam berat seperti Fe dan Mn. Koagulasi adalah proses pengolahan air limbah dengan menetralkan muatan listrik partikel koloid menggunakan koagulan, sedangkan flokulasi adalah proses mempercepat penggabungan mikroflok dari proses koagulasi menjadi makroflok (Hambali et al., 2017). Metode ini dipengaruhi beberapa faktor seperti dosis koagulan, tingkat kekeruhan, pH, dan kecepatan pengadukan (Martina et al., 2018). Keunggulan koagulasi-flokulasi diantaranya adalah cepat, efektif, dan efisien untuk menyisihkan parameter pencemar air dengan menambahkan koagulan (Fitria et al., 2022). Jenis koagulan yang sering digunakan adalah koagulan kimia seperti aluminium sulfat (𝐴𝑙2(𝑆𝑂4)3), besi klorida dan PAC (Salleh et al., 2019). Namun penggunaan koagulan kimia ini memiliki dampak buruk yaitu menghasilkan lumpur/endapan yang masih mempunyai unsur kimia sehingga membahayakan lingkungan jika langsung dibuang (Rahayu & Aulia, 2015). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap koagulan yang ramah lingkungan (biokoagulan), memiliki efisiensi penyisihan yang tinggi, dan tidak menyebabkan efek samping seperti penggunaan koagulan kimia (Octavianka et al., 2023).
Alternatif penggunaan koagulan kimia adalah biokoagulan yang berasal dari limbah biomassa. Beberapa jenis biokoagulan dari limbah biomassa yang telah digunakan dalam pengolahan air asam tambang untuk menurunkan konsentrasi Fe, Mn, dan TSS seperti daun belimbing wuluh dan biji kelor. Daun belimbing wuluh mampu menyisihkan konsentrasi ion Fe sebesar 87,65% dan Mn 80,4% (Marlinda et al., 2022).
Pada biji kelor juga digunakan sebagai biokoagulan dengan efisiensi penyisihan konsentrasi ion Fe sebesar 99,71%, Mn 10,84%, dan TSS 99,93% (Sumiyati & Ganjar Samudro, 2014). Penelitian lain menunjukkan pemanfaatan cangkang keong sawah sebagai biokoagulan dapat menyisihkan konsentrasi TSS sebesar 79% dan kekeruhan sebesar 96,42% (Lestari & Purnomo, 2023).
Pemanfaatan jagung sebatas diolah menjadi produk makanan sedangkan pada tongkol jagung hanya diolah menjadi pakan ternak dan dibakar untuk menghilangkan sampah (Mantong et al., 2018). Salah satu pemanfaatan yang optimal tongkol jagung
13
adalah menjadikan tongkol jagung menjadi biokoagulan. Tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai biokoagulan karena memiliki senyawa polimer yang mampu mengikat partikel koloid dan membentuk flok sehingga mudah mengendap (Prihatinningtyas et al., 2012). Polimer bersifat polielektrolit yang dapat mengikat koloid yang bermuatan negatif sehingga terjadi tarik menarik dengan polimer dan memberikan hasil efisiensi penurunan yang baik. Gugus yang terdapat pada tongkol jagung berperan pada proses koagulasi adalah gugus karboksil, hidroksil, dan amida (Octavianka et al., 2023).
Berdasarkan permasalahan tersebut, pengolahan AAT dengan proses koagulasi- flokulasi menggunakan biokoagulan dari tongkol jagung perlu dilakukan, untuk menganalisis pengaruh variasi dosis dan waktu kontak serta efisiensi koagulan dalam menyisihkan kadar Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat di dalam proposal Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi dosis dan waktu kontak biokoagulan tongkol jagung terhadap penurunan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang?
2. Bagaimana efisiensi penyisihan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang menggunakan biokoagulan tongkol jagung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada proposal Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh variasi dosis dan waktu kontak biokoagulan tongkol jagung terhadap penurunan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang.
2. Menganalisis efisiensi penyisihan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang menggunakan biokoagulan tongkol jagung
14
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan referensi ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang pengolahan air limbah tambang.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Memperoleh bahan evaluasi untuk meningkatkan kurikulum pada masa yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi ilmiah baik kepada masyarakat maupun pelaku usaha yang menghasilkan logam berat terkait manfaat dari limbah tongkol jagung yang dapat digunakan sebagai biokoagulan untuk menurunkan kadar Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini yaitu :
1. Limbah cair yang digunakan dalam penelitian utama yaitu air asam tambang salah satu industri pertambangan di Kalimantan Timur.
2. Penelitian dilakukan dengan sistem batch.
3. Parameter air asam tambang yang diukur dalam penelitian utama yaitu Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS.
4. Pengukuran Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS dilakukan sebelum dan sesudah proses koagulasi-flokulasi.
5. Kecepatan pengadukan cepat sebesar 200 rpm dan pengadukan lambat sebesar 80 rpm serta pengendapan selama 60 menit.
15
1.6 Kerangka Penelitian
Pemanfaatan Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Biokoagulan Dalam Menurunkan Kadar Air
Asam Tambang Terhadap Parameter Fe, Mn, pH,
kekeruhan, dan TSS Metode
Studi Literatur Tujuan
Permasalahan
Tongkol jagung belum dimanfaatkan sebagai
biokoagulan Air asam tambang mengandung Fe,
Mn, pH, kekeruhan, dan TSS yang sangat tinggi
Metode koagulasi dan flokulasi
Menganalisis pengaruh variasi dosis dan waktu kontak biokoagulan tongkol jagung terhadap penurunan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang.
Menganalisis efisiensi penyisihan konsentrasi Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS pada air asam tambang menggunakan
biokoagulan tongkol jagung Efektivitas Biokoagulan Ekstrak
Daun Belimbing Wuluh Dalam Menurunkan Kadar Fe dan Mn dari Air Tambang Batu Bara
(Marlinda et al., 2022) Pengolahan Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara Menggunakan Biokoagulan : Studi Penurunan Kadar TSS,
Total Fe, dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera)
Uji Spektrofotometri terhadap parameter Fe dan Mn
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Asam Tambang
Air asam tambang terbentuk dari mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan penggalian dan penimbunan batuan penutup (Alghifary & Sihombing, 2022).
Mineral sulfida tersebut teroksidasi dengan oksidator utama yaitu oksigen dan air membentuk produk-produk oksidasi. Produk-produk oksidasi ini kemudian terlindi oleh adanya air hujan. Hal ini menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang ditandai dengan penurunan nilai pH. Pembentukan air asam tambang juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam seperti Al, Fe, dan Mn, serta logam berat lainnya yang terlarut di badan air penerima (Rianti & Saputra, 2020).
Pyrite (𝐹𝑒𝑆2) merupakan salah satu mineral utama pembentukan air asam tambang karena oksidasi yang terjadi dengan oksigen dan air (Ambarsari et al., 2023).
Reaksi oksidasi pyrite dapat dilihat pada persamaan berikut
𝐹𝑒𝑆2+ 7/2 𝑂2+ 𝐻2𝑂 → 𝐹𝑒2++ 2𝑆𝑂42−+ 2𝐻+ (2.1) 𝐹𝑒2++ 1/4 𝑂2 + 𝐻+ → 𝐹𝑒3++ 1/2 𝐻2𝑂 (2.2) 𝐹𝑒3++ 3 𝐻2𝑂 → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3+ 3𝐻+ (2.3) 𝐹𝑒𝑆2+ 14𝐹𝑒3++ 8𝐻2𝑂 → 15𝐹𝑒2++ 2𝑆𝑂42−+ 16𝐻+ (2.4) Reaksi yang terjadi pada persamaan 2.1 adalah pyrite dioksidasi menjadi besi sulfat dibantu oksigen dan air sebagai reaksi utama pembentukan air asam tambang.
Selanjutnya persamaan 2.2 𝐹𝑒2+ menjadi 𝐹𝑒3+ karena biasanya terjadi proses yang lambat dan sebagai reaksi penentu tahap selanjutnya. Setelah itu, sebagian 𝐹𝑒3+
mengendap menjadi 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 pada persamaan 2.3. Kemudian untuk sebagian lainnya 𝐹𝑒3+ direduksi menjadi 𝐹𝑒2+ dan membentuk sulfat dengan mengoksidasi pyrite yang ditunjukkan pada persamaan 2.4. Keseluruhan reaksi pada persamaan 2.1 – 2.4 terjadi secara simultan ketika terdapat oksigen dan air. Oleh karena itu, terdapat senyawa
17
beracun seperti Sb, Se, Sn, As, Zn, Fe, Pb, dan logam lainnya yang dilepaskan selama terjadinya oksidasi. Konsentrasi logam berat yang tinggi bersifat nonbiodegradable dan rentan terakumulasi di lingkungan sehingga mengakibatkan bahaya pada alam dan menyebabkan efek toksik pada organisme sekitar sungai. Air limbah ini juga dapat mengikis tanah sehingga menyebabkan pembusukan tanaman dan berbahaya jika dikonsumsi tanpa pengolahan (Yang et al., 2021).
2.2 Baku Mutu Air Asam Tambang
Baku mutu air limbah kegiatan pertambangan batu bara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah batubara yang akan dialirkan ke badan sungai terdekat. Parameter air limbah batu bara yang sering dipantau keberadaannya yaitu Fe, Mn, pH, kekeruhan, dan TSS.
Tabel 2. 1 Baku Mutu Air Asam Tambang
Parameter Satuan Kadar Maksimum
*) pH 6-9
*) TSS mg/l 200
*) Total Besi (Fe) mg/l 7
*) Total Mangan (Mn) mg/l 4
**) Kekeruhan NTU 6-9
Sumber : *) (PERATURAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011)
**) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995
2.3 Pengolahan Air Asam Tambang
Pengolahan air asam tambang secara umum melalui pengendapan padatan tersuspensi dan penambahan koagulan untuk menurunkan nilai TSS dan kandungan logam lainnya yang terkandung dalam air asam tambang. Fungsi lain dari koagulan
18
adalah pengatur pH air asam tambang yang diolah sehingga aman jika dibuang atau dialirkan ke badan air terdekat (Kusdarini et al., 2024).
Pengolahan air asam tambang menggunakan dua metode yaitu aktif dan pasif (Indra et al., 2014). Teknologi pengolahan secara aktif dilakukan dengan menetralisir pH air menggunakan bahan kimia buatan dan dengan cara aerasi yaitu penambahan oksigen dalam air asam tambang sehingga kandungan besi dapat dipisahkan melalui proses pengendapan. Penetral yang umum digunakan adalah kapur (Rambe &
Nurkhamim, 2020). Sedangkan teknologi pasif dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia, tetapi tetap menggunakan proses kimia dan biologi. Teknologi ini secara umum mengalirkan air asam tambang ke rawa alami (natural wetland) atau rawa buatan (constructed wetland) kemudian dinetralkan secara alami (Murati et al., 2024).
2.4 Koagulasi dan Flokulasi
Proses koagulasi-flokulasi merupakan teknologi yang efektif untuk mengolah air limbah yang mengandung logam berat (Nurhasni et al., 2013). Koagulasi adalah proses destabilisasi yang ada pada limbah cair dengan membubuhkan koagulan.
Koagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel. Koagulan kimia yang biasa digunakan yaitu aluminium sulfat (𝐴𝑙2(𝑆𝑂4)3) dan PAC (Setyawati et al., 2018). Selain koagulan kimia, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam menyisihkan limbah cair menggunakan biokoagulan diantaranya ekstrak biji trembesi, serbuk biji kelor, dan biji asam jawa. Proses koagulasi memiliki kelebihan dan kekurangan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2. 2 Kelebihan dan Kekurangan Proses Koagulasi
Kelebihan Kekurangan
*) Proses koagulasi berlangsung lebih efisien dalam menggabungkan partikel- partikel koloid.
*) Mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas, kuantitas dan
19
Kelebihan Kekurangan
karakteristik air, pH, kecepatan dan waktu pengadukan, suhu, dan lain-lain.
#) Dapat memanfaatkan biokoagulan yang lebih ramah lingkungan dan biodegradable
#) Perlu dilakukan pengujian berulang untuk memperoleh titik optimum proses koagulasi.
$) Efektif mengurangi kekeruhan dan padatan tersuspensi.
$) Perlu menggunakan koagulan ke dalam air untuk menurunkan pencemar secara efektif.
Sumber : *) (Afiuddin et al., 2023) #) (Martina et al., 2018)
$) (Abujazar, Mohammed Shadi S. et al. 2022)
Sedangkan flokulasi merupakan penggumpalan partikel-partikel kecil menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar untuk menyisihkan kekeruhan air. Proses ini terjadi penggumpalan mikroflok menjadi makroflok yang telah terbentuk pada saat proses koagulasi (Kusumawati et al., 2024).
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi- Flokulasi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu air
Suhu air yang tinggi dapat melarutkan kembali flok yang telah terbentuk, sedangkan pada suhu rendah dapat menghambat laju penggumpalan sehingga pembentukan flok menjadi lebih lama (Sari, 2018).
2. Derajat keasaman (pH)
Proses koagulasi akan bekerja dengan baik ketika berada pada pH optimum.
Jenis koagulan memiliki pH optimum (Rahimah et al., 2016).
20 3. Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi-flokulasi yaitu pengaruh anion lebih besar daripada kation. Oleh karena itu ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan pengaruh terhadap proses koagulasi-flokulasi (Iswanto, 2016).
4. Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendah proses destabilisasi koloid akan susah terjadi. Sebaliknya jika tingkat kekeruhan air tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi jika kondisi kekeruhan air tinggi menggunakan dosis koagulan yang rendah, maka pembentukan flok akan kurang efektif (Sutapa, 2014).
5. Ukuran Koagulan
Permukaan partikel yang relatif kecil dihasilkan dari ukuran koagulan yang lebih besar sehingga perlu dosis koagulan yang tinggi untuk menyerap partikel koloid yang terlarut dalam air. Sebaliknya ukuran koagulan yang lebih kecil akan menghasilkan luas permukaan yang besar dan menyebabkan zat aktif pada koagulan juga semakin besar dan memiliki kinerja yang lebih efektif (Rahimah et al., 2016).
6. Dosis koagulan
Proses koagulasi-flokulasi sangat bergantung pada dosis koagulan untuk menghasilkan inti flok. Jika pembubuhan koagulan sesuai dosis yang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik (Ekoputri et al., 2023).
7. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok, bila pengadukan terlalu lambat mengakibatkan flok lambat terbentuk. Sebaliknya bila pengadukan terlalu cepat mengakibatkan pecahnya flok yang terbentuk (Rahimah et al., 2016).
21 8. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh konsentrasi asam atau basa. Alkalinitas mampu membentuk flok dengan menghasilkan ion hidroksida pada reaksi hidrolisa koagulan (Rahimah et al., 2016).
2.4.2 Mekanisme Koagulasi-Flokulasi
Mekanisme koagulasi-flokulasi secara umum terdiri dari 4 proses yaitu charge neutralization, sweep coagulation, bridging, dan patch flocculation (Amran et al., 2018). Mekanisme koagulasi-flokulasi dapat dilihat sebagai berikut:
1. Charge neutralization
Charge neutralization menggunakan polimer elektrolit sebagai koagulan dalam stabilisasi partikel koloid. Netralisasi muatan terjadi jika partikel koloid yang bermuatan negatif diadsorpsi pada suatu permukaan koagulan yang bermuatan positif, sehingga akan menghasilkan potensial zeta mendekati nol (Anggorowati, 2021).
2. Sweep coagulation
Sweep coagulation adalah proses dimana partikel koloid akan terperangkap selama pembentukan endapan atau setelah flok-flok mengendap
3. Bridging
Bridging diawali dengan adsorpsi polimer rantai panjang yang menempel pada permukaan partikel koloid dan membentuk jembatan. Hal ini dapat menyebabkan partikel koloid saling terikat dan membentuk flok yang lebih besar dan dapat mengendap.
4. Patch flocculation
Patch flocculation terjadi karena adsorpsi polimer pada permukaan partikel sehingga didapatkan hasil dari mekanisme ini adalah terjadi gaya tarik menarik antar partikel.
22
Gambar 2. 1 Mekanisme Koagulasi-Flokulasi (Sukmana et al., 2021)
2.5 Tongkol Jagung Sebagai Biokoagulan
Tongkol jagung merupakan bagian dari buah jagung setelah biji jagung dipipil.
Sisa tanaman jagung dengan proporsi terbesar adalah batang jagung (50%), daun (20%), tongkol (20%), dan kulit jagung (10%). Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang memiliki kandungan polisakarida yang terdiri dari selulosa (45%), hemiselulosa (35%), dan lignin (15%) (Frenly Simanullang, 2021). Hemiselulosa pada tongkol jagung mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang berpotensi sebagai koagulan alami untuk mengikat ion logam berat seperti Fe dan Mn yang kemudian membentuk flok (Elwahab et al., 2018).
2.6 Beban Pencemar Air Asam Tambang 2.6.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran dalam menentukan sifat asam dan basa (Basuki, 2021). Skala pH memiliki nilai berkisar 1-14. Nilai pH 1-7 termasuk sifat asam, pH 7-14 termasuk sifat basa, dan pH 7 adalah kondisi netral. Pada air asam tambang terbentuk dari serangkaian reaksi kimia dan aktivitas biologis pada saat dan setelah eksploitasi batu bara dengan sistem terbuka. Batu bara yang mengandung sulfida dengan adanya oksigen dan air mengalami oksidasi membentuk asam sulfat sehingga memiliki pH <4. Kondisi ini mempermudah kelarutan Fe dan Mn yang menjadi potensi besar mencemari lingkungan (Yunus et al., 2018).
23
2.6.2 Total Suspended Solid (TSS)
Bahan padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) adalah material pembentuk endapan paling awal dan menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Nilai konsentrasi total padatan tersuspensi yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesis tumbuhan laut, akibatnya oksigen yang dilepaskan tumbuhan akan berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati (Jiyah et al., 2017)
Total Suspended Solid (TSS) sering kali dihasilkan oleh aktivitas tambang seperti penggalian, penimbunan, dan pembuangan limbah yang tersusun atas lumpur dan pasir halus yang terbawa ke badan air melalui aliran air hujan. Kandungan TSS memiliki keterkaitan dengan kecerahan yaitu menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan. (Muslim et al., 2020).
2.6.3 Kekeruhan
Kekeruhan (turbidity) adalah fenomena optik larutan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh partikel-partikel.
Partikel-partikel organik maupun anorganik yang terlarut mengakibatkan perubahan kejernihan air (Astuti et al., 2024). Aktivitas pertambangan dapat mengakibatkan pelapukan batuan sehingga menghasilkan partikel halus menyebabkan kekeruhan dalam air. Kekeruhan pada air bukan sifat air yang membahayakan akan tetapi dapat menimbulkan dampak kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan kimia yang berefek toksik terhadap manusia (Suryono et al., 2016).
2.6.4 Besi (Fe)
Unsur dan senyawa kimia logam berat seperti besi (Fe) berasal dari tanah dan batuan yang ikut terbawa saat proses eksploitasi batu bara (Ferdian, 2020). Pada air asam tambang sejumlah besar batuan yang mengandung pyrite terpecah akibat kegiatan pertambangan akan bereaksi dan menghasilkan ion Fe atau logam lainnya, sulfat dan 𝐻+atau asam yang akan masuk ke dalam air tanah atau air permukaan (Said et al.,
24
2014). Besi (Fe) yang terkandung di dalam air dapat menimbulkan rasa anyir, berwarna kuning, pertumbuhan bakteri besi, serta secara keseluruhannya menimbulkan kekeruhan. Besi (Fe) mengakibatkan gangguan kesehatan seperti iritasi pada kulit dan mata, gangguan pernafasan, dan menyebabkan kanker dalam jangka panjang (Kurniawan et al., 2020).
2.6.5 Mangan (Mn)
Mangan berada dalam bentuk manganous (𝑀𝑛2+) dan manganik (𝑀𝑛3+) pada air asam tambang (Pratiwi et al., 2023). Senyawa Mn dapat berubah tergantung pada pH air asam tambang. Semakin rendah nilai pH pada air, maka semakin tinggi senyawa mangan yang terkandung dalam air asam tambang (Kiswanto et al., 2020). Kandungan Mangan dalam air yang melebihi batas baku mutu akan menimbulkan rasa dan bau logam pada air minum, meninggalkan noda coklat pada pakaian, menyebabkan gangguan kesehatan, dan sebagainya (Awliahasanah et al., 2021).
2.7 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan rangkuman hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
25
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu Biokoagulan Terhadap Penurunan Kadar Fe, Mn, Kekeruhan, pH dan TSS
No. Penulis Koagulan Dosis
Optimum
Waktu Kontak Efisiensi Kecepatan Pengadukan
1. (Bahrodin et al., 2022)
Ampas tebu 90 mg/L Koagulasi = 1 menit Flokulasi = 30 menit Pengendapan = 1 jam
Kekeruhan = 95,9% Koagulasi = 200 rpm Flokulasi = 80 rpm
2. (Alida et al., 2024)
Kulit Singkong
7 gr/L dan 3 gr/L
Koagulasi = 1 menit Flokulasi = 5 jam
- Koagulasi = 300 rpm
Flokulasi = 30 rpm 3. (Ahmed et al.,
2024)
Bambu 0,8 gr/L Koagulasi = 3 menit Flokulasi = 30 menit Pengendapan = 1 menit
TSS = 85% Koagulasi = 120 rpm Flokulasi = 30 rpm
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Diagram alir penelitian yaitu menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
Realita
• Air asam tambang mengandung Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan yang sangat tinggi.
• Tongkol jagung belum dimanfaatkan sebagai biokoagulan.
GAP
Teori
• Metode koagulasi-flokulasi dapat menurunkan kadar Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan pada air asam tambang
• Tongkol jagung mengandung hemiselulosa yang memiliki gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang berfungsi sebagai koagulan alami untuk mengikat ion logam berat seperti Fe dan Mn yang kemudian membentuk flok
A
27 A
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh variasi dosis dan waktu kontak biokoagulan tongkol jagung terhadap penurunan konsentrasi Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan pada air asam tambang.
2. Menganalisis efisiensi penurunan konsentrasi Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan pada air asam tambang menggunakan biokoagulan tongkol jagung.
Studi Literatur
Alat
1. Ayakan 2. Beaker Glass 3. Blender 4. Botol Kaca 5. Desikator 6. Kaca Arloji
7. Fourier Transform Infra Red (FTIR) 8. Mortar dan Alu
9. Neraca Analitik 10. Oven
11. Peralatan Jar Test 12. Pipet Volume 13. Karet Penghisap 14. pH Meter 15. Spatula
16. Spektrofotometer Serapan Atom 17. Turbidimeter
Bahan 1. Aquades 2. Kertas Label 3. Kertas saring 4. Larutan buffer 5. Tongkol jagung
6. Sampel air asam tambang
B
28
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari penelitian secara langsung melalui pengamatan di laboratorium.
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Ide Penelitian
Dampak negatif dari kegiatan pertambangan batu bara adalah pencemaran air limbah. Pencemaran air limbah terjadi karena air asam tambang yang memiliki konsentrasi Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan yang tinggi. Metode koagulasi-flokulasi mampu menyisihkan konsentrasi Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan. Tongkol jagung
B
Penelitian Pendahuluan 1. Pengambilan Sampel
2. Analisis karakteristik awal parameter air asam tambang (Fe, Mn, Kekeruhan, pH, dan TSS)
Penelitian Utama 1. Penelitian dilakukan dengan sistem batch.
2. Variabel Penelitian
Dosis koagulan : 3; 4; 5; 6; dan 7 g dalam larutan 500 mL Waktu kontak : 1; 2, dan 3 menit
3. Karakterisasi air asam tambang (Fe, Mn, Kekeruhan, pH dan TSS) setelah dilakukan proses koagulasi-flokulasi dengan tongkol jagung sebagai biokoagulan.
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran 1.
29
merupakan limbah biomassa yang berpotensi dijadikan biokoagulan, hal ini disebabkan memiliki kandungan hemiselulosa yang mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil untuk mengikat ion logam berat seperti Fe dan Mn, TSS, pH, serta kekeruhan yang kemudian membentuk flok. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tongkol jagung sebagai biokoagulan dalam menyisihkan konsentrasi Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan pada air asam tambang.
3.3.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji berbagai sumber-sumber terpercaya yang berasal dari jurnal nasional, jurnal internasional, buku, tugas akhir terdahulu, maupun peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan koagulasi- flokulasi, faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi-flokulasi, dan biokoagulan dalam menurunkan kadar Fe, Mn, TSS, pH, dan kekeruhan pada air asam tambang.
3.3.3 Persiapan Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Ayakan
Ayakan berfungsi sebagai alat penyaringan serbuk koagulan dengan ukuran tertentu. Ayakan yang digunakan yaitu berukuran 100 mesh.
2. Beaker Glass
Beaker glass berfungsi sebagai wadah penampung untuk mencampur dan menyimpan larutan. Beaker glass yang digunakan yaitu 1000 ml.
3. Blender
Blender berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan tongkol jagung hingga berbentuk serbuk.
4. Botol Kaca
Botol kaca digunakan untuk menyimpan sampel larutan uji. Botol kaca yang digunakan yaitu botol kaca 500 ml.
30 5. Desikator
Desikator berfungsi sebagai alat untuk mendinginkan serbuk koagulan setelah pengeringan dari oven.
6. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah alat yang digunakan untuk menganalisis gugus fungsi pada koagulan limbah tongkol jagung sebelum dan sesudah proses koagulasi-flokulasi.
7. Mortar dan Alu
Mortar dan alu digunakan untuk menumbuk tongkol jagung sebelum dihaluskan menggunakan blender.
8. Neraca Analitik
Neraca analitik berfungsi sebagai alat untuk menimbang massa padatan atau larutan.
9. Oven
Oven berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan dan mengurangi kadar air dari tongkol jagung.
10. Peralatan Jar Test
Peralatan jar test berfungsi sebagai alat untuk mencampurkan koagulan tongkol jagung dengan sampel air asam tambang.
11. Pipet Volume
Pipet berfungsi sebagai alat untuk mengambil dan memindahkan larutan ke beaker glass.
12. Karet Penghisap
Karet penghisap digunakan untuk membantu alat pipet volume dalam memindahkan larutan.
13. pH Meter
pH meter berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar pH sampel uji air asam tambang.
14. Spatula Kaca
Spatula kaca berfungsi sebagai alat untuk mengambil serbuk tongkol jagung.
31 15. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar Fe dan Mn sebelum dan sesudah proses koagulasi-flokulasi dalam sampel uji air asam tambang.
16. Turbidimeter
Turbidimeter berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar kekeruhan sebelum dan sesudah proses koagulasi-flokulasi dalam sampel uji air asam tambang.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Akuades
Akuades berfungsi sebagai bahan untuk mengencerkan larutan.
2. Kertas Label
Kertas label berfungsi sebagai penanda pada setiap botol larutan uji.
3. Kertas saring
Kertas saring berfungsi untuk mengukur kadar TSS air asam tambang sebelum dan sesudah dilakukan proses koagulasi-flokulasi.
4. Larutan buffer
Larutan buffer berfungsi sebagai bahan untuk kalibrasi alat pH meter sebelum digunakan untuk pengujian agar memberikan hasil pengukuran yang akurat.
Larutan buffer yang digunakan terdiri dari pH 4,01; pH 4,86; dan pH 9,18.
5. Tongkol jagung
Tongkol jagung yang digunakan berasal dari pasar di Balikpapan.
6. Sampel air asam tambang
Air asam tambang yang digunakan berasal dari salah satu perusahaan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode grab sampling mengikuti SNI 6989.59.2008 Tentang Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.
32
3.3.4 Penelitian Pendahuluan
a. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan sesuai SNI 6989.59.2008 yaitu metode pengambilan air limbah menggunakan alat water sampler horizontal. Pengambilan sampel air asam tambang dilakukan di pinggir inlet settling pond karena untuk mengetahui karakteristik awal air asam tambang sebelum diolah atau diberi tambahan bahan kimia. Sampel air asam tambang ditampung pada jerigen 20 liter yang kemudian ditutup rapat dan disimpan dari matahari karena akan mengganggu konsentrasi pH awal.
b. Analisis Karakteristik Awal Air Asam Tambang
Parameter yang diukur dalam karakterisasi awal terdiri dari Fe, Mn, TSS, pH, dan Kekeruhan. Metode pengukuran terhadap parameter ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Metode Pengukuran Parameter
No. Parameter Metode Pengukuran
1. Fe SNI 06-6854-2002
2. Mn SNI 06-6855-2002
3. TSS SNI 6989.3.2019
4. pH SNI 6989.11.2019
5. Kekeruhan APHA Method 2130
3.3.5 Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan menggunakan alat jar test melalui sistem batch.
Pengadukan koagulasi menggunakan kecepatan 200 rpm dengan variasi waktu kontak yang telah ditentukan dan flokulasi 80 rpm selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan pengendapan selama 60 menit. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dosis dan waktu kontak dapat dilihat pada tabel berikut ini.
33
Tabel 3. 2 Variabel Penelitian
Variabel Dosis Koagulan (g)
3 4 5 6 7
Waktu Kontak (menit)
1 1;2 2;2 3;2 4;2 5;2
2 1;3 2;3 3;3 4;3 5;3
3 1;4 2;4 3;4 4;4 5;4
3.3.6 Analisis dan Pembahasan
a. Pengaruh variasi dosis dan waktu kontak
Uji statistik yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (dosis dan waktu kontak) terhadap satu variabel terikat (Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS) dalam efisiensi penyisihan koagulasi – flokulasi pada air asam tambang.
Hipotesis yang digunakan dalam metode regresi linier sederhana adalah sebagai berikut.
Hipotesis 1 (Pengaruh Dosis Biokoagulan)
• 𝐻0 = variasi dosis biokoagulan tidak berpengaruh terhadap parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS pada air asam tambang.
• 𝐻1 = variasi dosis biokoagulan berpengaruh signifikan terhadap parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS pada air asam tambang.
Hipotesis 2 (Pengaruh Waktu Kontak Biokoagulan Terhadap Penyisihan Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS)
• 𝐻0 = variasi waktu kontak tidak berpengaruh signifikan terhadap parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS pada air asam tambang.
• 𝐻1 = variasi waktu kontak berpengaruh signifikan terhadap parameter Fe, Mn, dan TSS pada air asam tambang.
Berdasarkan hipotesis diatas, didapatkan keputusan masing-masing variabel dengan kaidah pengujian sebagai berikut:
34
• Jika : nilai signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 diterima
• Jika : nilai signifikansi < 0,05 maka 𝐻1 diterima
• Jika : 𝐹𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima
• Jika : 𝐹𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻1 diterima
• Jika : −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ≤ 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima
• Jika : 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻1 diterima
b. Efisiensi penyisihan parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS
Efisiensi penyisihan parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS dihitung berdasarkan konsentrasi awal sebelum ditambahkan biokoagulan tongkol jagung serta konsentrasi akhir setelah ditambahkan biokoagulan tongkol jagung. Untuk mengetahui efisiensi penyisihan parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS pada air asam tambang sintetis menggunakan biokoagulan tongkol jagung maka digunakan rumus seperti berikut:
% 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑠𝑖ℎ𝑎𝑛 =𝐶0− 𝐶𝑒
𝐶0 × 100%
Keterangan:
𝐶0 = konsentrasi awal (mg/l) 𝐶𝑒 = konsentrasi akhir (mg/l)
3.4 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Teknologi Kalimantan yang dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei Tahun 2025.
Sampel penelitian yang akan digunakan adalah sampel air asam tambang.
35
Tabel 3. 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Waktu Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Alat dan
Bahan Uji
Pengambilan sampel air asam tambang
Pembuatan Benda Uji Analisis Laboratorium Analisis Data dan Pembahasan
Penyusunan Laporan Akhir
3.5 Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel-variabel tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu variasi dosis dan waktu kontak dari biokoagulan tongkol jagung
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kualitas air asam tambang yang ditinjau dari parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH, dan TSS.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini yaitu kecepatan pengadukan pada 200 rpm dan 80 rpm serta volume sampel air asam tambang 500 mL.
36
3.6 Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini serta dilakukan saran untuk perbaikan dan pengembangan mengenai Pemanfaatan Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Biokoagulan Dalam Menurunkan Kadar Air Asam Tambang Terhadap Parameter Fe, Mn, kekeruhan, pH dan TSS.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abujazar, Mohammed Shadi S. et al. (2022). “Recent advancement in the application of hybrid coagulants in coagulation-flocculation of wastewater: A review.” Journal of Cleaner Production.
Afiuddin, A. E., Astuti, U. P., Dewi, T. U., Apriani, M., Mayangsari, N. E., & Jannah, N. R. (2023). Penggunaan Jar Test untuk Penentuan Dosis dan Komposisi Optimum Komposit Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) – Kitosan dalam Menurunkan TSS dan COD. Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan (JPPL), 5(2), 215–220. https://doi.org/10.35970/jppl.v5i2.2068
Alghifary, A., & Sihombing, Y. I. (2022). Permeable Reactive Barrier sebagai inovasi remediasi air asam tambang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia. Jurnal Himasapta, 6(3), 159. https://doi.org/10.20527/jhs.v6i3.4680 Alida, R., Budiman, H., Studi, P., Eksplorasi, T., Migas, P., & Akamigas, P. (2024).
Volume 15 No. 01 Juli 2024. 15(01), 4–10.
Ambarsari, I. S., Sunandar, S., & Setiawan, M. D. (2023). Kajian Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Kapur Tohor (Ca(OH) 2 ) di Kolam Pengendapan Lumpur (Settling Pond) Study of Acid Mine Drainage Treatment Using Calcium Oxide (Ca(OH) 2 ) in Settling Pond in South Kalimantan. Mining Science and Technology Journal, 2(2), 91–96.
Amran, A. H., Zaidi, N. S., Muda, K., & Loan, L. W. (2018). Effectiveness of natural coagulant in coagulation process: A review. International Journal of Engineering and Technology(UAE), 7(3), 34–37. https://doi.org/10.14419/ijet.v7i3.9.15269 Anggorowati, A. A. (2021). Serbuk Biji Buah Semangka dan Pepaya Sebagai Koagulan
Alami Dalam Penjernihan Air. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry), 9(1), 18–23.
Astuti, E. W., Hasanah, I., Sitorus, A. M., & Hidayati, N. F. (2024). Sistem Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air (Turbidity) dengan Metode Spektrofotometri. Journal of Electronics and Instrumentation, 1(2), 46–53.
38
Awliahasanah, R., Sari, D. N. S. N., Yanti, D., Azrinindita, E. D., Ghassani, D., Maulidia, N. S., & Sulistiyorini, D. (2021). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Kandungan Mangan Pada Air Sumur Warga Kota Depok. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 1(2), 80–86. https://doi.org/10.36086/salink.v1i2.1051 Bahrodin, M. B., Zaidi, N. S., Kadier, A., Hussein, N., Syafiuddin, A., & Boopathy, R.
(2022). A Novel Natural Active Coagulant Agent Extracted from the Sugarcane Bagasse for Wastewater Treatment. Applied Sciences (Switzerland), 12(16).
https://doi.org/10.3390/app12167972
Basuki, K. H. (2021). Aplikasi Logaritma dalam Penentuan Derajat Keasaman (pH).
Prosiding Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta., 1(58), 29–38.
Ekoputri, S. F., Rahmatunnissa, A., Nulfaidah, F., Ratnasari, Y., Djaeni, M., & Sari, D.
A. (2023). PengEkoputri, S. F., Rahmatunnissa, A., Nulfaidah, F., Ratnasari, Y., Djaeni, M., & Sari, D. A. (2023). Pengolahan Air Limbah dengan Metode Koagulasi Flokulasi pada Industri Kimia. Jurnal Serambi Engineering, 9(1), 7781–7787. https://doi.org/10.32672/jse. Jurnal Serambi Engineering, 9(1), 7781–7787.
Elwahab, M. I. A., Hafez, A. I., Tera, F. M., W.S.I., K. I. E., Magd, A. E.-, & Hashem, A. I. (2018). Carbamated Corncobs As a Natural Coagulant for Water Treatment.
International Journal of Advanced Scientific and Technical Research, 4(8), 74–
84. https://doi.org/10.26808/rs.st.i8v4.08
Fitria, D., Komala, P. S., & Vendela, D. (2022). Pengaruh Waktu Flokulasi Pada Proses Koagulasi Flokulasi Dengan Biokoagulan Kelor Untuk Menyisihkan Kadar Besi Air Sumur. Jurnal Reka Lingkungan, 10(2), 165–174.
https://doi.org/10.26760/rekalingkungan.v10i2.165-174
Frenly Simanullang, A. (2021). Karakterisasi Sifat Fisis Papan Partikel Limbah Tongkol Jagung dengan Resin Epoxy Isosianat. Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika, 5(1), 82–87. https://doi.org/10.24198/jiif.v5i1.30692
Hambali, M., Wijaya, E., & Reski, A. (2017). PEMBUATAN KITOSAN DAN PEMANFAATANNYA Sebagai Agen Koagulasi-Flokulasi. Jurnal Teknik
39 Kimia, 23(2), 1–10.
Harahap, J. (2017). Efektivitas Penggunaan Aluminium Sulfat Dalam Menurunkan Kadar TSS (Total Suspended Solid) Air Limbah Penambangan Batu Bara Di PT.X. Elkawnie, 3(2), 187–200. https://doi.org/10.22373/ekw.v3i2.2769
Indra, H., Lepong, Y., Gunawan, F., & Abfertiawan, M. S. (2014). Penerapan Metode Active dan Passive Treatment Dalam Pengelolaan AAT. 28, 1–9.
Irawan, S. N., Mahyudin, I., Razie, F., & Susilawati, S. (2016). Kajian Penanggulangan Air Asam Tambang Pada Salah Satu Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pertambangan Di Desa Lemo, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
EnviroScienteae, 12(1), 50. https://doi.org/10.20527/es.v12i1.1100
Iswanto, B. (2016). Teknologi Elektrokoagulasi Hasil Penelitian Untuk Pengolahan Limbah Domestik. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 5(4), 113. https://doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v5i4.681
Jiyah, Sudarsono, B., & Sukmono, A. (2017). Studi distribusi Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Pantai Kabupaten Demak menggunakan Citra Landsat. Jurnal
Geodesi Undip, 6(1), 41–47.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/15033
Kiswanto, Wintah, & Rahayu, N. L. (2020). ANALISIS LOGAM BERAT ( Mn , Fe , Cd ), SIANIDA DAN NITRIT. 18(1), 20–26.
Kurniawan, P., Kasmiyatun, M., & -, S. (2020). REDUKSI KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe PADA AIR SUNGAI JETIS SALATIGA SECARA ADSORBSI MENGGUNAKAN KARBON AKTIF. CHEMTAG Journal of Chemical Engineering, 1(1), 12. https://doi.org/10.56444/cjce.v1i1.1323
Kusdarini, E., Sania, P. R., & Budianto, A. (2024). Netralisasi Air Asam Tambang Menggunakan Pengolahan Aktif dan Pasif. Jurnal Ilmu Lingkungan, 22(3), 808–
815. https://doi.org/10.14710/jil.22.3.808-815
Kusumawati, E., Rofie, R., Budiman, F., & Setianto, R. (2024). Evaluasi Kinerja Operasi Unit Koagulasi Flokulasi Dalam Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah. IX(4), 10883–10889.
Lestari, P. A., & Purnomo, Y. S. (2023). Penurunan Kekeruhan dan TSS Air Sungai
40
dengan Memanfaatkan Koagulan dari Cangkang Keong Sawah (Pila Ampullacea). Envirous, 3(2), 25–29. https://doi.org/10.33005/envirous.v3i2.7 Mantong, J. O., Argo, B. D., Susilo, B., & Korespondensi, P. (2018). Making Active
Charcoal From Corn Cob Waste As Adsorbent At Liquid Waste Tofu. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 6(2), 100–106. https://jkptb.ub.ac.id/
Marlinda, M., Patmawati, Y., Listiani, W., Putri, D. P., & Pangestu, M. A. (2022).
EFEKTIVITAS BIOKOAGULAN EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH DALAM MENURUNKAN KADAR Fe DAN Mn DARI AIR TAMBANG BATU BARA. Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M), 7(1), 184–189.
Martina, A., Effendy, D. S., & Soetedjo, J. N. M. (2018). Aplikasi Koagulan Biji Asam Jawa dalam Penurunan Konsentrasi Zat Warna Drimaren Red pada Limbah Tekstil Sintetik pada Berbagai Variasi Operasi. Jurnal Rekayasa Proses, 12(2), 40. https://doi.org/10.22146/jrekpros.38948
Muhammad Aziz Rahmatullah, Sri Widayati, & Solihin. (2023). Pengelolaan Air Asam Tambang Menggunakan Karbon Aktif Fine Coal di Penambangan Batubara.
Jurnal Riset Teknik Pertambangan, 47–54.
https://doi.org/10.29313/jrtp.v3i1.2126
Murati, F., Iashania, Y., Firdayanti, N., Melinda, S., Yakub Reba, I., Jurusan, D., Teknik Pertambangan, P., Palangka Raya, U., Jurusan, M., & Palangka Raya Korespendensi, U. (2024). Pengelolaan Dan Pengendalian Air Asam Tambang Pada Kegiatan Pertambangan Batubara (Management and Control of Acid Mine Water in Coal Mining Activities). Jurnal Teknologi Pertambangan (JTP), 24(1), 44–51.
Muslim, Burhan, Gusti, & Awalia. (2020). Kajian Distribusi Spasial Dan Temporal Kadar Bod, Tss Dan Do Air Sungai Batang Arau Kota Padang 2018. Jurnal Siulolipi, 20(1), 104–109.
Nurhasni, N., Salimin, Z., & Nurfitriyani, I. (2013). Pengolahan Limbah Industri Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi. Jurnal Kimia VALENSI, 3(1), 41–48. https://doi.org/10.15408/jkv.v3i1.328
41
Octavianka, Herlinda, Purnomo, & Alfan. (2023). Perbandingan Kemampuan Poly Aluminum Chloride (PAC) dan Biokoagulan dari Tepung Jagung pada Instalasi Pengolahan Air Bersih di PT. Semen Indonesia. Jurnal Teknik ITS, 12(2), 6–11.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.119867
PERATURAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011. (n.d.).
Pratiwi, D., Utami, A., Renata, A., & Yudono, A. (2023). Efektivitas Penyisihan Mangan ( Mn ) dengan Kombinasi Pengolahan Secara Aktif dan Pasif pada Air Asam Tambang. Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan, Vol. 5 No.(Cd), 125–135.
Prihatinningtyas, Eka, Effendi, & Jatnika. (2012). UNTUK MENGOLAH LIMBAH CAIR TAHU APPLICATION OF MAIZE AS NATURAL COAGULANT IN TOFU.
18(April), 97–105.
Rahayu, D. E., & Aulia, S. (2015). Penurunan Warna Dan Tss Limbah Cair Tenun Sarung Samarinda Menggunakan Kitosan Dari Limbah Cangkang Kepiting Decreasing Color and Tss From Waste Water of Home Industry Woven Sarong Samarinda With Chitosan of Crap Shell Waste. Jurnal Purifikas, 15(1), 1–11.
Rahimah, Z., Heldawati, H., & Syauqiyah, I. (2016). Rohimah 107892-ID-pengolahan- limbah-deterjen-dengan-metode. Konversi, 5(2), 13–19.
Rambe, S. A. A., & Nurkhamim. (2020). Overview Perbandingan Teknologi Alternatif Aktif Dan Pasif Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang. Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri Dan Informasi XIII Tahun 2020, 2020(113), 149–
155.
Rianti, L., Maryana, M., & Aprianti, A. (2021). Analisis Efektivitas Penetralan Air Asam Tambang Menggunakan Kapur Tohor Dan Soda Ash Dari Kolam Pengendapan Lumpur Pit Tambang Batubara Dalam Skala Laboratorium. Jurnal Teknik Patra Akademika, 12(01), 13–21. https://doi.org/10.52506/jtpa.v12i01.121 Rianti, L., & Saputra, D. A. A. R. (2020). Analisis Penetralan Air Asam Tambang Dengan Metode AktifMenggunakan Powerbase Di Pit Timur Pt Dizamatra PowerindoKabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah Hospitality 1421, Vol.11 No.(2), 1421–1426. https://stp-mataram.e-journal.id/JIH
42
Said, Idaman, Nusa, BPPT, & Lingkungan, P. T. (2014). TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG BATUBARA “Alternatif Pemilihan Teknologi.” Jurnal Air Minum, 7(2), 119–138.
Said, N. I., & Hartaja, D. R. K. (2015). Pengolahan Air Lindi Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob Dan Denitrifikasi. Jurnal Air Indonesia, 8(1).
https://doi.org/10.29122/jai.v8i1.2380
Salleh, Aishah, S. N., Mohd-Zin, Shaylinda, N., Othman, & Norzila. (2019). A review of wastewater treatment using natural material and its potential as aid and composite coagulant. Sains Malaysiana, 48(1), 155–164.
https://doi.org/10.17576/jsm-2019-4801-18
Saputro, A. N., Sari, E. N., & Putri, F. A. R. (2024). Analisis Penyelesaian Limbah Tambang Nikel di Konawe Utara yang Mencemari Laut Sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri Berkelanjutan IV (SENASTITAN IV), Senastitan Iv, 1–9.
Sari, M. (2018). Optimalisasi Daya Koagulasi Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera) Pada Limbah Cair Industri Tahu. AGRITEPA: Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pertanian, 4(2), 25–37. https://doi.org/10.37676/agritepa.v4i2.674
Sefti, A., Nursanto, E., Ernawati, R., Cahyadi, T. A., & ... (2023). Pemanfaatan Sabut Kelapa Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang Berdasarkan Literature Review.
ReTII, 2023(November), 1007–1012.
https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/4038
Setyawati, H., Sinaga, E. J., Wulandari, L. S., & Sandy, F. (2018). Pada Peningkatan Mutu Limbah Cair Industri Tahu Effectiveness of Moringa Seeds and Aluminium Sulfat As a Coagulant on Quality Improvement Liquid Waste. Jurnal Teknik Kimia, 12(2), 47–51.
Sukmana, H., Bellahsen, N., Pantoja, F., & Hodur, C. (2021). Adsorption and coagulation in wastewater treatment - Review. Progress in Agricultural Engineering Sciences, 17(1), 49–68. https://doi.org/10.1556/446.2021.00029 Sumiyati, S., & Ganjar Samudro, D. (2014). Pengolahan Air Limbah Kegiatan
Penambangan Batubara Menggunakan Biokoagulan : Studi Penurunan Kadar
43
TSS, Total Fe Dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Presipitasi, 57–61.
Suryono, Pramusinto, & Khanif. (2016). Sistem Monitoring Kekeruhan Air Menggunakan Jaringan Wireless Sensor System Berbasis Web. Youngster Physics Journal, 5(4), 203–210.
Sutapa, I. D. A. (2014). Perbandingan Efisiensi Koagulan Poly Alumunium Chloride (Pac) Dan Alumunim Sulfat Dalam Menurunkan Turbiditas Air Gambut Dari Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal RISET Geologi Dan Pertambangan, 24(1), 13. https://doi.org/10.14203/risetgeotam2014.v24.78 Yang, M., Lu, C., Quan, X., & Cao, D. (2021). Mechanism of Acid Mine Drainage
Remediation with Steel Slag: A Review. ACS Omega, 6(45), 30205–30213.
https://doi.org/10.1021/acsomega.1c03504
Yunus, Rahmat, Prihatini, & Stiyati, N. (2018). Fitoremediasi Fe dan Mn Air Asam Tambang Batubara dengan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dan Purun Tikus (Eleocharis dulcis) pada Sistem LBB di PT JBG Kalimantan Selatan. Jurnal Sainsmat, VII(1), 73–85. http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat
44
LAMPIRAN A SKEMA KERJA
1. Pengambilan Air Sampel Air Asam Tambang
Pengambilan sampel air asam tambang dilakukan dengan SNI 6989.59.2008 yaitu metode pengambilan air limbah pada lubang bekas tambang (void). Langkah- langkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
- Mempersiapkan alat water sampler horizontal.
- Jarak pengambilan air asam tambang dari pinggir lubang void yaitu 3-5 meter.
- Membersihkan jerigen 20 liter berulang dengan air limbah untuk memastikan air yang ada didalam merupakan air asam tambang.
- Sampel air asam tambang ditampung ke dalam jerigen 20 liter yang kemudian di tutup rapat dan disimpan di tempat tertutup dari sinar matahari karena akan mengganggu konsentrasi nilai pH awal.
Air Asam Tambang
Pengambilan Air Asam Tambang
45
2. Pembuatan Biokoagulan Tongkol Jagung
- Tongkol jagung dipotong menjadi bagian kecil dan dicuci bersih menggunakan air bersih dan dibilas menggunakan aquadest.
- Tongkol jagung dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.
- Kemudian dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
- Selanjutnya tongkol jagung dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk, kemudian diayak menggunakan ayakan 100 mesh.
Tongkol Jagung
Serbuk Tongkol Jagung
46
3. Proses Koagulasi-Flokulasi
- Nyalakan alat jar test
- Masukkan sampel air asam tambang ke dalam 5 beaker glass dengan volume masing-maisng 500 ml
- Tambahkan biokoagulan tongkol jagung sebanyak 3, 4, 5, 6, dan 7 gram/500 ml
- Lakukan proses koagulasi dengan kecepatan 200 rpm selama 1 menit, flokulasi dengan kecepatan 80 rpm selama 30 menit, dan pengendapan selama 60 menit
- Nyalakan jar test
- Masukkan sampel Masukkan sampel air asam tambang ke dalam 5 beaker glass dengan volume masing-maisng 500 ml - Tambahkan biokoagulan tongkol jagung sebanyak dosis
optimum yang telah didapatkan
- Lakukan proses koagulasi dengan kecepatan 200 rpm selama 1, 2, dan 3, menit, flokulasi dengan kecepatan 80 rpm selama 30 menit, dan pengendapan selama 60 menit
Sampel Air Asam Tambang
Dosis Optimum
Waktu Kontak
47 4.
P
engujian Nilai Fe dan MnPersiapan contoh uji
- Masukkan 100 mL AAT yang sudah homogen ke dalam beaker glass.
- Tambahkan 5 mL asam nitrat.
- Panaskan di pemanas listrik hingga volumenya berkisar 10 – 20 mL - Larutan AAT dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL melalui kertas
saring dan tambahkan air bebas mineral sampai tanda tera kemudian homogenkan.
- AAT siap di ukur serapannya.
Pembuatan larutan baku, logam besi (Fe) 100 mg/L dan 10 mg/L
- Pipet 10 mL larutan induk 1000 mg/L dan 100 mg/L masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
- Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tepat tanda tera dan homogenkan
Pembuatan larutan kerja logam besi (Fe)
- Pipet 0; 5; 10; 20; 30; 40; dan 60 mL larutan baku besi, Fe 10 mg/L masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL
- Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam besi 0; 0,5; 1; 2; 3; 4; dan 60 mL
Proses dan pembuatan kurva kalibrasi - Optimalkan alat spektrofotometer
- Pindahkan larutan blanko ke dalam kuvet berukuran 10 mm bertujuan untuk menormalkan perhitungan di spektrofotometer
- Kemudian pindahkan larutan kerja satu persatu kedalam kuvet berukuran 10 mm ke dalam spektrofotometer pada Panjang gelombang 248,3 nm untuk logam Fe
- Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi - Lanjutkan dengan pengukuran AAT yang sudah dipersiapkan
Air Asam Tambang
Hasil Kadar Awal dan Akhir Fe dan Mn
48 5. Pengujian Nilai TSS
- Contoh uji diaduk hingga homogen dan ditakar dalam gelas ukur 100 mL.
- Masukkan ke dalam media penyaring dan nyalakan sistem vakum.
- Media penyaring dibilas dengan aquades 10 mL sebanyak 3 kali, dilanjutkan penyaringan hingga tiris.
- Media penyaring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring ke dalam cawan petri menggunakan pinser dengan posisi kertas saring menyender pada cawan.
- Cawan petri yang berisi kertas saring dikeringkan di oven pada suhu 103°C selama 1 jam.
- Dinginkan menggunakan desikator selama 30 menit dan ditimbang menggunakan media penyangga gelas beaker 50 mL pada neraca analitik.
- Ulangi langkah tersebut beberapa kali hingga diperoleh berat tetap.
Sampel Air Asam Tambang
Nilai TSS
49 6. Pengujian Nilai Kekeruhan
- Siapkan turbidimeter dan sampel air asam tambang.
- Masukkan sampel air asam tambang ke dalam kuvet yang bersih dan kering hingga batas segitiga.
- Tutup vial dan keringkan kuvet dengan tisu hingga tidak ada tetesan air yang membasahi permukaan kuvet dan sidik jari yang menempel.
- Tekan tombol “POWER” pada turbidimeter.
- Letakkan kuvet pada chamber sample dan pastikan dalam posisi yang benar, sesuai dengan tanda segitiga pada kuvet.
- Tutup chamber sample.
- Tekan tombol “REA