• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA SE-WILAYAH CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA SE-WILAYAH CIREBON "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS CAKUPAN LOTS (LOWER ORDER THINKING SKILLS) DAN HOTS (HIGH ORDER THINKING SKILLS) PADA EVALUASI

PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA SE-WILAYAH CIREBON

Ajeng Mudaningrat, Yuyun Maryuningsih, Indah Rizki Anugrah Jurusan Tadris Biologi, FITK, IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

*Email: ajengmudaningrat87@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan LOTS (Lower Order Thinking Skills) dan HOTS (High Order Thinking Skills) pada soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil mata pelajaran biologi kelas XI IPA menggunakan taksonomi bloom di SMA se-wilayah Cirebon. Penelitian ini termasuk deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan selanjutnya dideskripsikan. Subjek penelitian yang digunakan adalah soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil mata pelajaran biologi kelas XI tahun ajaran 2021/2022 yang diujikan di sekolah yang ada di wilayah Cirebon yaitu SMAN 1 Lemahabang, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon dan MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon. Teknik pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap diantaranya tahap persiapan dan tahap pelaksanaan yaitu menganalisis soal dan melakukan tabulasi data. Hasil penelitian menunjukkan soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil masih di dominasi dengan soal berdimensi proses kognitif mengingat dan memahami yang memiliki kategori LOTS, dengan persentase soal LOTS di SMAN 1 Lemahabang adalah 82,5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon 74,29% dan di MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 100%, sedangkan soal dengan kategori HOTS masih sangat rendah, yaitu di SMAN 1 Lemahabang persentase soal HOTS hanya 17,5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon hanya 25,71% dan MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 0%. Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rendahnya cakupan soal yang dibuat oleh guru untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru-guru biologi di Wilayah Cirebon masih perlu diberikan pendampingan dan penguatan dalam menyusun soal-soal yang memiliki kategori HOTS.

Kata kunci: soal LOTS; soal HOTS; evaluasi pembelajaran.

Abstract

This study aims to analyze the coverage of LOTS (Lower Order Thinking Skills) and HOTS (High Order Thinking Skills) on odd semester final examination questions for biology class XI IPA using Bloom's taxonomy in high schools throughout the Cirebon area. This research includes quantitative descriptive where the data obtained is presented in the form of a percentage and then described. The research subject used was the odd semester final exam for biology class XI for the academic year 2021/2022 which was tested in schools in the Cirebon area, namely SMAN 1 Lemahabang, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon and MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon. The data collection technique was carried out in two stages including the preparation stage and the implementation stage, namely analyzing questions and tabulating data. The results showed that odd semester final exams were still dominated by questions with the cognitive process of remembering and understanding which had the LOTS category, with the percentage of LOTS questions at SMAN 1 Lemahabang was 82.5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon 74.29% and at MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 100%, while the questions in the HOTS category are still very low, namely at SMAN 1 Lemahabang the percentage of HOTS questions is only 17.5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon only 25.71% and MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 0%. The research data obtained indicate that the scope of the questions made by the teacher is low to measure students' higher order thinking skills. The findings of this study indicate that biology teachers in the Cirebon Region still need to be provided with assistance and reinforcement in preparing questions that have the HOTS category.

Keywords: LOTS questions; HOTS questions; learning evaluation.

(2)

169

PENDAHULUAN

Evaluasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran. Evaluasi merupakan salah satu komponen dari system pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses Pendidikan dan pembelajaran (Ismail, 2021). Evaluasi meliputi dua langkah yaitu mengukur dan menilai.

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Guru sebelum melakukan evaluasi juga harus melakukan pengukuran dan penilaian terhadap siswanya (Magdalena, et al., 2021).

Implementasi kurikulum 2013 mengharuskan guru merancang dan melakukan penilaian dengan kategori berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan karena dapat mempengaruhi kemampuan siswa (Afrita & Darussyamsu, 2020). Soal dengan kategori berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) sendiri adalah proses berpikir yang menuntut siswa memanipulasi informasi dan ide-ide yang ada dengan cara tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimaksud disini adalah siswa mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pembelajaran ke konteks yang baru, “baru” yang dimaksud disini adalah

aplikasi yang belum dipikirkan oleh siswa sebelumnya (Musdalifah, et al., 2020).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom. Hal tersebut sebagaimana menurut Anderson & Krathwohl, (2010) yang telah merevisi taksonomi ini dengan mengklasifikasikan enam proses kognitif mulai dari jenjang proses berpikir terendah sampai tertinggi yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan kreasi atau mencipta (C6). Terdapat dua level berpikir kritis siswa, yakni Low Order Thinking (C1- C3) dan High Order Thinking (C4-C6) (Afrita

& Darussyamsu, 2020).

Kompetensi pedagogic merupakan keahlian yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan suatu proses pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada pengevaluasian (Riadi, 2017). Adapun perangkat alat evaluasi yang harus disusun guru diantaranya adalah soal ulangan harian, soal ujian tengah semester (UTS) dan soal Ujian Akhir Semester (UAS).

Pada tingkat SMA level kognitif yang diberikan semestinya sudah sampai pada kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) yang merupakan level HOTS. Persentase soal untuk persebaran level kognitif jenjang SMA/MA yang seharusnya untuk C1 dan C2 30%, C3 dan C4 40%, C5 dan C6 30% (Jannah & Ernawati, 2020).

(3)

170

Instrument penilaian yang berada pada tipe HOTS yaitu dengan tingkatan kognitif C4-C6, membuat siswa tidak hanya terlatih menghafal dan menyampaikan kembali apa yang dihafalnya, melainkan siswa mampu memecahkan masalah pada situasi baru, berpikir kritis, serta mentranformasi pengetahuan serta pengalaman secara langsung (Putri, et al., 2018).

Maka dari itu, penting alat evaluasi yang dibuat guru untuk dianalisis cakupan HOTSnya dengan menggunakan taksonomi bloom. Alat evaluasi sebagai acuan pengukuran kognisi siswa diperlukan dalam mengukur ketercapaian indikator pembelajaran. Selama ini, alat evaluasi yang diperlukan guru belum pernah dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam segi keajegannya yaitu validitas dan relibilitas soal serta level kognisinya dengan indikator HOTS. Sehingga perlunya dilakukan analisis menyeluruh terhadap alat evalusi tersebut dengan melihat tingkat kesuaiannya dengan indikator HOTS.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan LOTS (Lower Order Thinking Skills) dan HOTS (High Order Thinking Skills) pada soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil mata pelajaran biologi kelas XI IPA menggunakan taksonomi bloom di SMA se-wilayah Cirebon.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refleksi guna memperbaiki instrument penilaian yang menjadi alat dalam kegiatan penilaian sekolah, serta bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan,

sehingga berdampak pada mutu dan kualitas pendidikan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian yang digunakan adalah soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil mata pelajaran biologi kelas XI tahun ajaran 2021/2022 yang diujikan di sekolah yang ada di wilayah Cirebon yaitu SMAN 1 Lemahabang, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon dan MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon. Pertimbangan pemilihan sekolah sebagai tempat observasi berdasarkan pada level kategori sekolah dimana sekolah-sekolah tersebut berada pada level A dengan akreditasi Sangat Baik.

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap diantaranya 1) tahap persiapan yaitu mempersiapkan surat izin penelitian dan membuat instrument yang akan digunakan untuk menganalisis soal, 2) tahap pelaksanaan yaitu menganalisis soal dan melakukan tabulasi data. Data dianalisis dan disajikan dalam bentuk persentase selanjutnya dideskripsikan berdasarkan level kognitif soal yang dilihat dari persentase soal LOTS dan HOTS menggunakan taksonomi bloom pada soal Ujian Akhir Semester (UAS) biologi. Alat evalusi yang dianalisis adalah soal UAS pilihan ganda yang selanjutnya akan kami sebutkan dengan SOAL UAS.

Instrumen penelitian yang dibuat untuk menganalisis soal dibuat dengan menggunakan taksonomi bloom berdasarkan Krathwohl, (2002) dengan kategori LOTS mencakup

(4)

171

indikator C1 (mengingat), C2 (memahami) dan C3 (mengaplikasikan) dan kategori HOTS mencakup indikator C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Sehingga dibuat pada tabel seperti di bawah ini.

Tabel 1. Instrumen penelitian analisis soal UAS.

No Soal KKO Level

Kognitif HOTS/LOTS

Dst.

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan analisis level kognitif terhadap soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil mata pelajaran biologi Kelas XI IPA menggunakan taksonomi bloom di sekolah yang ada di wilayah Cirebon.

Tabel 2. Data cakupan soal LOTS dan HOTS.

Kriteria Cakupan Soal LOTS dan HOTS

SMAN 1 Lemahabang MAN 3 Buntet Pesantren

Cirebon MANU Putri Buntet Pesantren Cirebon

Jumlah Soal Total

Soal Rumus Hasil

(%) Jumlah Soal Total

Soal Rumus Hasil

(%) Jumlah Soal Total

Soal Rumus Hasil (%) Low

Order Thinking Skills (LOTS)

33 40 33:40x 100%

82,5% 26 35 26:35x 100%

74,29% 45 45 45:45x 100%

100%

High Order Thinking Skills (HOTS)

7 40 7:40x

100% 17,5% 9 35 9:35x

100% 25,71% 0 45 0:45x 100% 0%

Berikut ini merupakan grafik mengenai persentase cakupan soal LOTS pada ujian akhir semester ganjil mata pelajaran biologi.

Gambar 1.Persentase cakupan soal LOTS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase soal LOTS (Lower Order

Thinking Skills) memiliki persentase yang

berbeda-beda pada SMA yang ada di wilayah Cirebon. Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang diujikan di SMAN 1 Lemahabang dari 40 soal terdapat 33 soal yang memiliki kategori LOTS dengan persentase 82,5%. Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang diujikan di MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon dari 35 soal terdapat 26 soal yang memiliki

82.50% 74.29%

100%

Persentase Cakupan Soal LOTS

SMAN 1 Lemahabang

MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon MANU Putri Buntet Pesantren Cirebon

(5)

172 kategori LOTS dengan persentase 74,29%.

Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang diujikan di MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon dari 45 soal yang diujikan semua soalnya merupakan soal yang memiliki kategori LOTS dengan persentase 100% yang menunjukkan bahwa tidak ada satupun soal yang merangsang siswanya untuk berpikir tingkat tinggi (HOTS).

Berikut ini merupakan grafik mengenai persentase cakupan soal HOTS pada ujian akhir semester ganjil mata pelajaran biologi.

Gambar 2.Persentase cakupan soal HOTS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase soal HOTS (High Order

Thinking Skills) memiliki persentase yang

berbeda-beda pula pada SMA yang ada di wilayah Cirebon. Soal Ujian Akhir

Semester (UAS) ganjil yang diujikan di SMAN 1 Lemahabang dari 40 soal hanya terdapat 7 soal yang memiliki kategori HOTS dengan persentase 17,5%. Soal yang memiliki tipe HOTS yaitu bernomor 3, 4, 9, 10, 12, 22 dan 28. Adapun ruang lingkup materi dari soal yang memiliki tipe HOTS adalah sel, jaringan tumbuhan, jaringan hewan dan sistem gerak.

Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang diujikan di MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon dari 35 soal hanya terdapat 9 soal yang memiliki kategori HOTS dengan persentase 25,71%. Soal yang memiliki tipe HOTS yaitu bernomor 1, 14, 17, 21, 22, 23, 27, 30, 32. Adapun ruang lingkup materi dari soal yang memiliki tipe HOTS adalah sel, sistem gerak, sistem sirkulasi, sistem pencernaan dan jaringan tumbuhan.

Soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil yang diujikan di MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon dari 45 soal yang diujikan tidak memiliki soal yang membuat siswanya berpikir tingkat tinggi (HOTS) sehingga persentase soal HOTSnya adalah 0%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 1, mengenai data cakupan soal LOTS, data tersebut menunjukkan bahwa

soal yang diujikan untuk siswa sekolah menengah atas masih didominasi oleh soal dengan kategori LOTS dengan SMAN 1 Lemahabang 82,5%, MAN 3 Buntet

17.50%

25.71%

0%

Persentase Cakupan Soal HOTS

SMAN 1 Lemahabang

MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon MANU Putri Buntet Pesantren Cirebon

(6)

173 Pesantren Cirebon 74,29%, dan MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 100%.

Dimana soal dengan kategori LOTS ini memiliki level kognitif C1 (mengingat),

C2 (memahami), dan C3

(mengaplikasikan). Hal ini sebagaimana menurut Rifana,

et al., (2021) yang

menyatakan bahwa dengan

mendominasinya soal dengan level kognitif C1-C3 menghasilkan siswa yang tidak memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ketidakmampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis akan menyebabkan siswa tersebut tidak mampu dalam mengembangkan ide-ide baru yang dibutuhkan untuk pengembangan karya atau usaha, sehingga ketika mendapati sebuah tantangan di luar dunia pendidikan, siswa tidak terbiasa untuk melatih pikirannya untuk selalu berpikir kreatif dan tidak merasa aman ketika harus mengikuti perubahan signifikan di dalam kehidupannya.

Siswa yang terbiasa mengerjakan soal

Low Order Thinking Skills akan

berdampak pada saat mereka dihadapkan dengan soal-soal olimpiade dan soal SBMPTN yang tentunya memiliki level soal tinggi yang akan dihadapi ketika siswa tersebut akan melanjutkan menuju jenjang perguruan tinggi. Dari data

tersebut dapat diketahui bahwa banyak guru di Kabupaten Cirebon yang belum terbiasa untuk membuat soal dengan level berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan pemerintah di Kabupaten Cirebon belum memberikan pembahasan khusus mengenai evaluasi pembelajaran yang seharusnya diberikan untuk siswa sekolah menengah atas.

Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 2, mengenai data cakupan soal HOTS, data tersebut menunjukkan bahwa bahwa soal Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil tersebut belum memadai untuk digunakan bagi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas dimana SMAN 1 Lemahabang hanya 17,5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon 25,71% dan MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 0%. Hal ini sebagaimana menurut Jannah & Ernawati, (2020) yang menyatakan bahwa persentase soal untuk persebaran level kognitif jenjang SMA/MA yang seharusnya untuk C1 dan C2 30%, C3 dan C4 40%, C5 dan C6 30%.

Guru seharusnya membiasakan

siswa mengerjakan instrument penilaian

yang berada pada tipe HOTS yaitu dengan

tingkatan kognitif C4-C6, sehingga siswa

tidak hanya terlatih menghafal dan

menyampaikan kembali apa yang

dihafalnya, melainkan siswa mampu

(7)

174 memecahkan masalah pada situasi baru, berpikir kritis, serta mentranformasi pengetahuan serta pengalaman secara langsung. Harapan untuk pendidikan di Indonesia adalah mewujudkan siswa yang berpikir tingkat tinggi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia (Putri, et al., 2018). Lebih dari itu, berpikir tingkat tinggi juga berkaitan dengan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu memampukan siswa dengan karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, kreaktif serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab untuk menghadapi kehidupannya setelah menamatkan sekolah (Rifana,

et al., 2021).

SIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa soal Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil masih di dominasi dengan soal berdimensi proses kognitif mengingat dan memahami yang memiliki kategori LOTS, dengan persentase soal LOTS di SMAN 1 Lemahabang adalah 82,5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon 74,29% dan di MA NU Putri Buntet Pesantren Cirebon 100%, sedangkan soal dengan kategori HOTS masih sangat rendah, yaitu di SMAN 1 Lemahabang persentase soal HOTS hanya 17,5%, MAN 3 Buntet Pesantren Cirebon hanya 25,71% dan MA NU Putri

Buntet Pesantren Cirebon 0%. Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rendahnya cakupan soal yang dibuat oleh guru untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru-guru biologi di Wilayah Cirebon masih perlu diberikan pendampingan dan penguatan dalam menyusun soal-soal yang memiliki kategori HOTS.

DAFTAR PUSTAKA

Afrita, M., & Darussyamsu, R. (2020).

Validitas Instrumen Tes Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada Materi Sistem Respirasi Di Kelas XI SMA. Mangifera Edu, 4(2), 129- 142.

Ismail, M. I. (2021). Evaluasi Pembelajaran- Rajawali Pers: Konsep Dasar, Prinsip, Teknik, dan Prosedur. PT. RajaGrafindo Persada.

Jannah, R., & Ernawati, E. (2020). Analisis Level Kognitif Soal Ujian Akhir Semester (UAS) Geografi Kelas Xi Semester Gasal SMA Negeri Se-Kota Pariaman Tahun Pelajaran 2019/2020 Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Anderson. JURNAL BUANA, 4(6), 1226-1233.

Magdalena, I., Fauzi, H. N., & Putri, R.

(2020). Pentingnya Evaluasi Dalam

Pembelajaran Dan Akibat

Memanipulasinya. BINTANG, 2(2), 244-257.

(8)

175

Musdalifah, M., & Nursalam, N. (2020).

Analisis kualitas soal buatan guru biologi dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Jurnal Biotek, 8(1), 44-56.

Putri, R. R., Ahda, Y., & Rahmawati, D.

(2018). Analisis Aspek Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Instrumen Penilaian Materi Protista untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas X. Jurnal Biodik, 4(1), 8-17.

Riadi, A. (2018). Kompetensi Guru dalam

pelaksanaan evaluasi

pembelajaran. ITTIHAD, 15(28), 52-67.

Rifana, R., Burhanudin, D., & Septiyanti, E.

(2021). Analisis Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Bahasa Indonesia Dalam Ujian Sekolah SMP Negeri 4 Dumai. Jurnal Ilmiah Bina Edukasi, 14(2), 121-129.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk

Buku fisika kelas XII karya Sri Handayani dan Ari Damari tahun 2009 dengan soal sebanyak 20 butir soal pada level kognitif kategori memahami C2 sebesar 1% dengan dimensi pengetahuan