• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AS-SUNNAH PARAPA

GALESONG UTARA KAB. TAKALAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab pada Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh SUKIRA NIM : 20200119069

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2024AHALAMAN JUDULAMAN JUDUL

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sukira

NIM : 20200119069

Tempat Tgl/Lahir : Camba, 30 November 2001 Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab

Alamat : Pondok Trijaya Mamminasata III Gowa

Judul : “Pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri, jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Camba, 28 Oktober 2023 Penyusun,

SUKIRA NIM. 20200119069

(3)

iv

(4)

iii

(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Segala Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Salam dan shalawat tetap tercurah kepada Rasulullah saw. keluarga, para sahabat dan ummatnya hingga hari perhitungan kelak.

Atas berkat rahmat dan pentunjuk dari Allah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar ” sebagai salah satu syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Peneliti menemui banyak kendala dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, peneliti dapat memprosesnya hingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik. Oleh karena itu, bagi semua pihak yang telah memberikan bantuannya terima kasih semoga Allah swt. senantiasa membalas kebaikan kalian, dan saya sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua orang tercinta yang begitu hebat, dan tangguh dalam hidup saya, yaitu kepada bapak Baharuddin dan ibu Liha yang selalu menjadi alasan untuk saya tetap kuat, hanya dengan pertolongan-Nyalah dan sebab keduanya yang menjadikan saya bisa sampai pada tahap akhir penyelesain studi. Terimah kasih atas semua dukungan, doa serta pengorbanan yang begitu tulus, kerja keras ibu dan bapak, dan nasihat yang tiada henti. Saya ucapkan jazaakumullahu khairan wa hafidzakumullahu jamii’an yang tak hentinya selalu memberikan banyak dukungan kepada saya dalam menyelesaikan studi.

2. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph. D, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan para Wakil Rektor, dan seluruh Staf

(7)

vii

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang selama ini berusaha memajukan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan telah memberikan pelayanan dan bantuan selama berada di kampus peradaban ini.

3. Dr. H. A. Achruh AB. Pasinringi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, beserta Wakil Dekan UIN Alauddin Makassar dan seluruh Stafnya yang telah memberikan pelayanan dengan baik di fakultas.

4. Dr. Rappe, S.Ag, M.Pd.I dan Dr. Azizul Hakim, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab serta kepada Staf jurusan yang telah memberikan bimbingan dan wawasan, pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. M. Yusuf, T. M. Ag. dan Drs. Mappasiara, M.Pd.I., Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal sampai rampungnya skripsi.

6. Dr. H. Syamsuri, MA. dan H. Abdul Rahim, Lc., M.Pd.I., Penguji I dan Penguji II yang telah membantu, memberikan arahan, koreksi dan membimbing penulis hingga tahap penyelesaian.

7. Seluruh Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, utamanya staf jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang telah membantu penyusun dalam perlengkapan berkas selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan khazanah keilmuan bagi penyusun sejak masa perkuliahan.

9. Pihak Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa kepada Ustadz Zubair Sutarso S.Pd dan Ustadz Hijrah Sabara yang telah memberikan izin agar dapat melaksanakan penelitian, dan membantu dalam penyusunan dengan memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.

(8)

viii

10. Teruntuk kepada saudara/i ku, Rahmi, Ibrahim, Asdar, Asrul, Ani dan kakak ipar saya Herman yang senantiasa memberikan dukungannya semua kepada saya dan telah banyak membantu untuk tetap melanjutkan studi.

11. Kepada semua rakan sejawat yang telah membersamai dalam suka duka selama penyusunan skripsi ini, yang selalu memberikan semangat satu sama lain, memberikan motivasi serta dukungan, yang selalu menemani mengurus selama di kampus yaitu Sakinah, Wahidah, Anggun, Clara Fasabila, Nur Annisyah, Nurhaeni, Pertiwi dan yang lainnya.

12. Teman-teman seperjuangan program studi Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2019, terkhusus kelas PBA B yang telah membersamai hingga saat ini, memberikan motivasi dan dukungannya serta memberikan pengalaman dan kenangan selama menjalani kuliah di UIN Alauddin Makassar.

13. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu, yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Jazaakumullahu khairan katsiira, mungkin melalui doa-doa kalian pula sehingga Allah memudahkan dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan rasa hormat dan syukur yang tak terhingga, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penyusun mengharap kritikan dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak dan semoga skripsi ini bermanfaat adanya sebagaimana mestinya. Aamiin.

Camba, 28 Oktober 2023 Penyusun,

SUKIRA

NIM. 20200119069

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 8

A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Defenisi Pembelajaran ... 8

2. Tujuan Pembelajaran ... 11

3. Pengertian Kitab Kuning ... 12

4. Ciri-ciri Pesantren dan Kitab Kuning ... 14

5. Indikator Kemampuan Membaca Kitab Kuning ... 17

6. Pentingnya Pembelajaran Kitab Kuning ... 18

7. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kitab Kuning ... 19

B. Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Fikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 26

1. Jenis Penelitian ... 26

2. Lokasi Penelitian ... 26

(10)

x

B. Pendekatan Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Instrumen Penelitian... 29

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 31

G. Pengujian Keabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 33

B. Paparan Data ... 41

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB VI PENUTUP ... 62

A. KESIMPULAN ... 62

B. SARAN ... 63

C. PENUTUP ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN...………...………67

RIWAYAT HIDUP...………..………84

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel, 4,1: Gedung Pondok………...37

Tabel 4,2 : Sarana Tempat Tinggal/Asrama………..37

Tabel 4,3 : Sarana Olahraga………..37

Tabel 4,4 : Jumlah Santri………...37

Tabel 4,5 : Struktur Organisasi………...38

Tabel 4,6 : Daftar Nama Guru………...40

(12)

xii ABSTRAK Nama : Sukira

Nim : 20200119069

Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab

Judul : “Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab.

Takalar”

Penelitian ini membahas tentang Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab.

Takalar. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui kemampuan santri dalam membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar. 2) Mengetahui metode apa yang digunakan dalam pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar. 3) Mengetahui Implementasi pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

Metodelogi penelitian menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah ustdaz yang mengajar baca kitab kuning dan santri takhassus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kemampuan santri dalam membaca kitab kuning berbeda-beda, ada santri yang belum paham kaidah sehingga belum mampu membaca kitab dengan benar namun sebagian besar santri sudah mampu membaca kitab kuning dalam hal mampu membaca dengan harakat yang benar sesuai kaidah dan mampu menerjemahkan teks bacaan sehingga dapat memahami kitab yang dibaca. (2) Metode pembelajaran baca kitab kuning yang digunakan adalah metode sorogan, dan menggunakan juga metode hafalan, halaqah, serta metode pembiasaan dengan belajar mengajar. (3) Implementasi (pelaksanaan) dalam pembelajaran baca kitab kuning, metode yang terimplementasi adalah metode sorogan, metode hafalan dan metode halaqah dengan sistem muraja’ah serta metode pembiasaan dengan belajar dan mengajar, yang dilaksanakan pada pagi dan sore hari di mushallah dan pada malam hari di sakan/rumah.

Implikasi dalam penelitan ini yaitu guru yang mengajar baca kitab kuning sebaiknya memberikan materi secara bertahap agar santri lebih dapat menyeimbangkan antara teori dan praktek dalam membaca kitab kuning. Kepada penulis tentunya agar dapat dijadikan bahan referensi dalam mengembangkan penelitian ini.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan, memperbaiki perilaku, meningkatkan keterampilan, mengokohkan kepribadian, dan memperbaiki sikap.1

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia bisa mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang hanya didapat dengan belajar.2

Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan, bahwa sebagai manusia yang berpotensi maka di dalam diri peserta didik ada suatu potensi yang dapat tumbuh dan berkembang di sepanjang usianya. Potensi peserta didik sebagai daya yang tersedia, sebagai pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu.3

Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti. Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, bagaimana,

1 M. Yusuf T, Teori Belajar dalam Praktek (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 1.

2 Amral, dan Asmar, Hakikat Belajar dan Pembelajaran: (Guepedia, 2020), h. 7.

3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi, (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 52.

(14)

dan siapa saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan perubahan sikap atau tingkah laku (afektif).4

Menurut Saiful Sagala mengartikan pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah yaitu mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar oleh peserta didik.5

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan yang mengajari ilmu pendidikan agama dan ilmu yang berkaitan dengan Islam. Pesantren memiliki tipikal dan tradisi keilmuan yang berbeda dibandingkan dengan lembaga lainnya. Di antara ciri khas dari pondok pesantren adalah isi kurikulum yang terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya tafsir, hadis, nahwu, sharaf, tauhid dan sebagainya dengan rujukan literatur-literatur klasik.6 Literatur-literatur tersebut pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kitab-kitabnya menggunakan bahasa Arab

2) Umumnya tidak memakai syakal (baris atau harakat). Inilah yang disebut dengan kitab kuning.7

Pembelajaran kitab kuning ini merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan di pondok pesantren, sebab ini menjadi buku pegangan. Jenis kitab kuning sebagai literatur yang digunakan di lembaga pendidikan Islam tradisional

4 Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan, (Cet. XIV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 2.

5 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar, (Cet. XIII; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 2.

6 Andik Wahyun Muqoyyidin , Kitab Kuning dan Tradisi Riset Pesantren di Nusantara, Jurnal Ibda’: Jurnal Kebudayaan Islam 2, no. 2, (6-12, 2014): h. 22.

7 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda karya, 1993), h. 22.

(15)

pesantren sangat terbatas jumlahnya. Pengelompokan kitab-kitab tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam bidang ilmu-ilmu syari’ah dan ilmu-ilmu non syari’ah, yang sangat dikenal ialah kitab-kitab ilmu fikih, tafsir, hadis, akidah dan tauhid, serta sirah nabawiyah (sejarah hidup Nabi Muhammad saw.) Sedangkan kelompok ilmu-ilmu yang tidak terikat dengan syari’ah yang banyak dikenal ialah kitab-kitab nahwu-sharaf, yang mutlak diperlukan sebagai alat bantu untuk memperoleh kemampuan untuk membaca kitab kuning.8

Mengingat urgensi dari pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren, maka metode pembelajarannya pun mutlak perlu diperhatikan, sebab pembelajaran mesti disajikan dengan cara yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Metode secara etimologi, kata metode lahir berasal dari kata “met” dan

“hodes” yang memiliki arti “melalui”. Secara terminologi (istilah), kata metode adalah sebuah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan yang dituju. Dalam bahasa Arab kata metode di sebut thariqah.9

Metode dapat dianggap sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri yang sifatnya netral yaitu berupa alternatif yang dapat dipergunakan oleh macam-macam kepentingan dalam usaha penyampaian (pengalaman-pengalaman belajar /learning experience) kepada peserta didik.10 Maka sebenarnya, metode akan lebih tepat kalau disini dianggap sebagai suatu ilmu bantu, yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran. Metode juga akan lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.

8 Fathor Rosi dan Azisi, Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sebagai Upaya Pengembangan Potensi Santri, Studia Islamika 8, no. 2 (8: 2021): h. 12.

9 Suja’i, Inovasi Pembelajaraan Bahasa Arab, (Semarang: Walisongo Press, 2008), h. 31.

10 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Cet. 4; Jakarta: CV Rajawali, 1989), h. 39.

(16)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang telah direncanakan dan dipersiapkan untuk kelangsungan dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai suatu tujuan.

Adapun metode pada umumnya yang sering digunakan santri dalam baca kitab yaitu metode sorogan, diterapkan juga metode diskusi (muzakharah), metode evaluasi, dan metode hafalan.11

Melalui studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa pembelajaran baca kitab kuning diterapkan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar dan pembelajaran baca kitab ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk mereka pelajari utamaya bagi santri yang belajar di pondok, karena apabila santri mampu membaca kitab dengan benar sesuai kaidah maka santri akan mudah untuk mengkaji dan memahami kitab para ulama.

Setting lokasi kajian ini dipilih sebab Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As- Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar memiliki dua macam program yaitu tahfidz dan takhassus, namun kajian ini tertuju pada program yaitu program tahfidz dan takhassus yang membahas mengenai pembelajaran baca kitab kuning dan untuk mengetauhi seberapa sukseskah kinerja para asatidzah dalam menerapkan pembelajaran baca kitab kuning di Pondok tersebut. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dan membahas dalam penulisan skripsi dengan judul

“Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.”

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Agar penelitian tidak keluar dari pembahasaan dan tujuan yang diinginkan maka peneliti memfokuskan penelitian pada pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab.

11 Sa‟id Aqiel Siradj dkk. Pesantren Masa Depan, (Cirebon: Pustaka Hidayah, 2004), h. 280.

(17)

Takalar khususnya pada program takhassus. Adapun fokus penelitian terkait dengan kemampuan santri dalam membaca kitab kuning dengan latar belakang pendidikan berbeda oleh karena itu kemampuan santri dalam membaca kitab tentunya berbeda-beda.

Kemudian terkait dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning serta implementasi pembelajaran baca kitab kuning. Metode yang yang digunakan adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran kitab kuning bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan pendalaman ilmu- ilmu agama. Adapun metode pembelajaran kitab kuning meliputi beberapa macam yaitu sorogan, mudzakarah, hafalan dan evaluasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok yang dapat dirumuskan yaitu, bagaimana pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar Masalah pokok tersebut dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan santri dalam membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab.

Takalar?

2. Bagaimana metode pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar?

3. Bagaimana implementasi pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab.

Takalar?

(18)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui bagaimana kemampuan santri dalam menguasai kitab kuning yang dipelajari di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As- Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar, dan untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As- Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar, serta untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar?

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, di antaranya:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi atau masukan yang bermanfaat bagi peneliti lainnya terkait dengan pembelajaran baca kitab yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

b. Manfaat Praktis

Bagi ustadz atau asatidz, agar dapat mengetahui kemampuan santri dalam membaca kitab kuning atau kitab gundul dengan melalui metode yang digunakan dalam mengajar baca kitab. Dan sebagai bahan masukan bagi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar tentang pelaksanaan pembelajaran baca kitab kuning sehingga dapat meningkatkan cara pembelajaran di kemudian hari.

1) Bagi ustadz atau asatidz, agar dapat mengetahui kemampuan santri dalam

(19)

membaca kitab kuning atau kitab gundul dengan melalui metode yang digunakan dalam mengajar baca kitab. Dan sebagai bahan masukan bagi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar tentang pelaksanaan pembelajaran baca kitab kuning sehingga dapat meningkatkan cara pembelajaran di kemudian hari.

2) Bagi santri, untuk mengukur tingkat pemahaman mereka dalam pembelajaran baca kitab, dan dapat mengetahui kemampuan mereka dalam membaca kitab.

3) Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan lebih luas lagi dan juga menambah pengalaman pada saat melakukan penelitian utamanya hal yang bersangkutan dengan bahasa Arab pada saat di lokasi nanti.

(20)

8

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Teoretis

1. Defenisi Pembelajaran

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk mengetahui berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan jendela dunia dengan sebab belajar manusia dapat mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam sangat memperhatikan dan menekankan manusia untuk belajar.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia bisa mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat terjadi dimana- mana, misalnya dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kebutuhan manusia akan belajar tidak akan pernah berhenti selama manusia ada di muka bumi ini. Hal itu disebabkan karena dunia dan isinya termasuk manusia selalu berubah.1 Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena ini merupakan proses alamiah setiap orang.2

Pembelajaran merupakan suatu interaksi aktif antara guru yang memberikan bahan pelajaran dengan peserta didik sebagai objeknya. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat sistem rancangan pembelajaran

1 Asyyari dkk, Cakap dan Kreatif Mendidik, Edu Publisher, 2020), h. 56.

2 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 2-3.

(21)

hingga menimbulkan sebuah interaksi antara pemateri (guru) dengan penerima materi (peserta didik). Adapun beberapa rancangan proses kegiatan pembelajaran yang harus diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran serta metode pembelajaran.

Pembelajaran adalah sebuah proses yang terjalin di dalamnya terjadi komunikasi antara peserta didik, pendidik dan materi pembelajaran.3 Ini membuktikan adanya hubungan yang erat satu sama lainnya, artinya pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pengajar dan pembelajar saling memberikan motivasi yang akan membawa pembelajaran kepada keberhasilan pencapaian target yang ditentukan. Motivasi belajar peserta didik sangat tergantung pada motivasi belajar dan kreatifitas guru yang mampu memfasilitasi pembelajaran dengan baik untuk mencapai target yang diharapkan. Berikut defenisi pembelajaran menurut para ahli:

1. Munif Chatib menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan sebuah proses transfer informasi dari dua arah, yakni pendidik dan peserta didik atau dari pengajar dan pembelajar.”

2. Abuddin Nata menyatakan bahwa “Pembelajaran usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.”4

3. Dimyati dan Mujiono menyatakan pengertian pembelajaran, beliau menyatakan bahwa: “Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui desain intruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan.”5

3 Hujair A.H Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif dan Inovatif. (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013) h. 3.

4 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Cet.1; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 85.

5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 297.

(22)

Dari beberapa defenisi yang dipaparkan oleh para ahli, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah kegiatan atau aktivitas manusia dari dua arah yakni pendidik (sebagai sumber informasi) dan peserta didik (sebagai penerima informasi) di suatu lingkungan pendidikan yang melahirkan interaksi secara berkelanjutan dan terprogram dengan desain intruksional yang menghasilkan perubahan tingkah laku ke arah yang positif berdasarkan hasil pengalaman dan pengetahuannya.

Dalam pembelajaran bahasa ada tiga istilah yang perlu dipahami pengertian dan konsepnya secara tepat yakni pendekatan, metode dan teknik. Edward M Athonhy dalam ( wahab rosidy ) artikelnya “Approach, Method and Technique”

ketiga istilah tersebut sebagai berikut :

1) Pendekatan, yang dalam bahasa Arab disebut madkhal adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar mengajar bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis atau filosofil yang berorientasi pada pendirian, filsafat dan keyakinan yaitu sesuatu yang diyakini tetapi tidak mesti dibuktikan.

2) Metode dalam bahasa Arab disebut thariqah adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.

3) Sedangkan Teknik, yang dalam bahasa Arab disebut uslub atau populer dalam bahasa kita dengan strategi, yaitu dengan pendekatan dan metode yang telah dipilih.6 Teknik bersifat operasional, karena itu sangatlah tergantung pada imajinasi dan kreativitas seorang pengajar dalam meramu materi, mengatasi dan memecahkan berbagai persoalan di kelas.

6 Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), h. 33-34.

(23)

Dari paparan di atas dapat di pahami, bahwa ketiga istilah tersebut memiliki hubungan yang hirarkis. Dari satu pendekatan bisa menghadirkan satu atau beberapa metode, dan dari satu metode bisa mengimplementasikan satu atau beberapa strategi. Sebaliknya strategi harus konsisten dengan metode dan karena itu tidak boleh bertentangan dengan pendekatan.

Adapun menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad pengertian pembelajaran adalah suatu komunikasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga lainnya.7 Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, di satu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa peserta didik ke arah tujuan, lebih dari satu peserta didik dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar terarah pada tujuan yang ingin dicapai.

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan sangat berperan penting dalam mencapai sesuatu yang dicita- citakan. Tujuan akan memberikan arah serta bimbingan bagaimana seseorang dapat mencapai tujuannya. Begitu pula dengan guru dalam melakukan proses pembelajaran, ia memerlukan tujuan agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.

Roestiyah mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah diskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang diharapkan setelah mereka mempelajari apa yang telah diajarkan.8 Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Oemar Hamalik bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu diskripsi tentang

7 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003),

h. 25.

8 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 44.

(24)

penampilan perilaku yang diharapkan dicapai oleh peserta didik setelah berlangsungnya proses pembelajaran.9

2. Pengertian Kitab Kuning

Kitab kuning adalah sebuah kitab yang di tulis oleh para ulama salaf dengan menggunakan bahasa Arab, yang berisi tentang sebuah ilmu sebagai pengembangan atau penjelasan dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadis agar mudah dipelajari dan dipahami oleh generasi setelahnya. Pada umumnya kitab yang dijadikan sebagai sumber atau sebuah rujukan dalam pembelajaran di pondok pesantren adalah kitab kuning.

“Kitab kuning yang berkembang luas di Indonesia merupakan hasil pemikiran para ulama’ abad pertengahan”.

Di dunia keilmuwan Islam, di pesantren tradisional pada khususnya, kitab kuning bukanlah sesuatu yang asing, istilah tersebut diketahui sebagai teknisi dalam studi kepesantrenan di Indonesia yang sering dikenal dengan kitab klasik, yang populer di dalam pesantren biasanya diistilahkan atau dinamakan dengan kitab gundul, hal tersebut disebabkan tulisan dalam kitab tersebut tanpa menggunakan harakat. Disebut dengan istilah kitab kuning karena kertas buku yang digunakan berwarna kuning yang dibawa dari timur tengah pada abad ke-dua puluh.10 Kitab kuno yang biasanya ajaran di dalamnya bersumber asli dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.

Kitab gundul atau kitab kuning merupakan kitab yang memiliki tulisan bahasa Arab sebagai hasil produk berpikir ulama-ulama masa lampau kini oleh

9 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 5.

10 Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. (Yogyakarta: Gading

Publishing, 2015), h. 149.

(25)

ulama’ Asia diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda-beda. Pembelajaran kitab kuning tidak lepas dari ilmu alat yang membantu dalam penyempurnaanya.

Adapun ilmu alat disini yaitu ilmu nahwu dan sharaf keduanya merupakan ilmu yang tidak boleh dipisahkan karena saling berkaitan dan saling melengkapi dalam membentuk pemahaman yang utuh tentang bahasa Arab. Ilmu nahwu adalah yang dengannya seseorang mengetahui bagaimana sintaks bahasa Arab itu benar dan baik, dan bagaimana kaitannya dengan kata-kata dalam hal kemunculannya di dalamnya, dalam hal apakah mereka termasuk di dalamnya atau tidak.11 Buah mempelajari ilmu nahwu adalah menjaga lisan dari kesalahan berbahasa Arab dan memahami Al-Qur’an dan hadis Nabi dengan pemahaman yang benar, yang keduanya (Al-Qur’an dan Hadis Nabi) merupakan dasar dan poros syariat Islam.

Penisbatannya ilmu nahwu termasuk ilmu bahasa Arab. Peletaknya yang masyhur bahwa orang pertama yang meletakkan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali atas perintah amirul mu’minin Ali bin abi Thalib. Hukum syariat tentang

mempelajari ilmu nahwu adalah fardhu kifayah. Namun bisa jadi mempelajari ilmu ini bagi sebagian orang tertentu menjadi wajib, maka dengan itu hukumnya adalah fardhu ‘ain baginya.12 Sedangkan ilmu sharaf adalah kaidah untuk mengetahui

perubahan bentuk kata baik dalam makna (arti) atau ucapan. Tegasnya fungsi ilmu sharaf adalah untuk mengetahui bentukan kata dari satu kata menjadi banyak makna dalam susunan kalimat misalnya dari kata “memukul” dapat diubah menjadi beberapa maksud dengan kata dan makna yang berbeda dalam pengungkapannya.13

115 , ووحنلا ةفسلف ,ىولابلا نیدلا ءلاع ) .عI; , 293 ملعلا باب راد :ایكرت 2020 (, .ص .

12Muhammad Muhyidin Abdul Hamid , Al-tuhfatu al-Saniyah, terj. Abu Abdillah Salim bin Subaid, Tuhfatus Saniyah: Ilmu Nahwu (Tegal: Ash-Shaf media, 2016), h. 3.

13 Dr. H. Muawwar, M. Ag, Belajar Mudah Ilmu Sharaf Dengan Matan Al-Bina’ Wa Al-Asas, ( Mataram: Puri Bunga Amanah, 2019) h. 10.

(26)

3. Ciri-ciri Pesantren dan Kitab Kuning

Ciri-ciri yang melekat pada pondok pesantren adalah isi kurikulum yang terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya tafsir, hadis, nahwu, sharaf, tauhid, dan lain sebagainya. Pondok pesantren identik dengan pembelajaran kitab kuning, yang merupakan salah satu karakteristik yang menarik dari pesantren itu sendiri.14 Adapun ciri-ciri kitab kuning sebagai berikut:

a. Kitab-kitabnya menggunakan bahasa Arab

b. Umumnya tidak memakai syakal (harakat atau baris) c. Berisi keilmuwan yang cukup berbobot

d. Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya ilmu kontemporer kerak kali tampak menipis

e. Lazimnya dikaji dan dipelajari didalam pondok pesantren f. Banyak diantara kertasnya berwarna kuning.15

Dari paparan ciri-ciri di atas dapat di simpulkan bahwa kitab ditulis dalam kertas kuning dan tidak diberikan harakat. Dari keseluruhannya, diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

a. Dilihat dari kandungan maknanya b. Dilihat dari kadar penyajiannya c. Dilihat dari kreatifitas penulisannya d. Dilihat dari penampilan uraiannya.16 Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Dilihat dari kandungan maknanya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

14 Kompri, Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren, (Jakarta: Prenadamedia Group,

Divisi Kencana, 2018. h. 23.

15 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 300.

16 Sa’id Aqiel Siradj dkk. Pesantren Masa Depan, (Cirebon: Pustaka Hidayah, 2004), h. 335.

(27)

1) Kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos (naratif) seperti sejarah, hadis, dan tafsir.

2) Kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah-kaidah keilmuwan seperti nahwu, ushul fikih, dan (istilah-istilah yang berkenaan dengan hadis.

b. Dilihat dari kadar penyajiannya dapat dibagi tiga macam, yaitu:

1) Mukthashar, yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan pokok-pokok masalah, baik yang muncul dalam bentuk nadzam atau sya’ir (puisi) maupun dalam bentuk nasr (prosa).

2) Syarah, yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar, menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif, dan banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas, tapi juga tidak terlalu panjang (mutawassithah).

c. Dilihat dari kreatifitas penulisannya dikelompokkan menjadi 7 macam, yaitu:

1) Kitab yang menampilkan gagasan-gagasan baru, seperti Kitab al-Risalah (kitab ushul fikih) karya Imam Syafi’i, al-Arud wa al-Qawafi (kaidah- kaidah penyusunan sya’ir) karya Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, atau teori-teori ilmu kalam yang dimunculkan oleh Washil bin Atha, Abu Hasan al- Asy’ari, dan lain-lain.

2) Kitab yang muncul sebagai penyempurna terhadap karya yang telah ada, seperti kitab nahwu (tata bahasa), karya As-Sibawaih yang menyempurnakan karya Abdul Aswad Ad-Duwali.

3) Kitab yang berisi komentar (syarah) terhadap kitab yang telah ada, seperti kitab Hadis karya Ibnu Hajar al-Asqalani yang memberikan komentar terhadap kitab Shahih al-Bukhari.

4) Kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti Alfiyah Ibnu Malik (buku tentang nahwu yang disusun dalam bentuk syair sebanyak 1000 bait)

(28)

karya Ibnu Aqil dan Lubb al-Usul (buku tentang ushul fikih) karya Zakariya al-Anshari sebagai ringkasan dari Jam’al Jawami’ (buku tentang ushul fikih) karangan al-Subki.

5) Kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain, seperti Ulumul Quran (buku tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an) karya al-Aufi.

6) Kitab yang memperbaharui sistematika kitab-kitab yang telah ada, seperti kitab Ihya‟ Ulum Al-Din” karya Imam al-Ghazali.

7) Kitab yang berisi kritik seperti Kitab Mi’yar al-Ilm (sebuah buku yang meluruskan kaidah-kaidah logika) karya al-Ghazali.

d. Dilihat dari penampilan uraiannya kitab mempunyai 5 pilar, yaitu:

1) Mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci, dan sebagainya.

2) Menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan beberapa pernyataan dan kemudian menyusun kesimpulan.

3) Membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap perlu, sehingga penampilan materinya tidak semrawut dan pola pikirnya dapat lurus.

4) Memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan sebuah defenisi.

5) Menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi terhadap pernyataan yang dianggap perlu.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan, ciri-ciri kitab kuning akan terus melekat khususnya di lingkungan pondok pesantren. Namun di lingkungan pondok pesantren yang modern dan di sekolah umum seperti zaman sekarang ini, sudah banyak perubahan, tidak hanya ditulis di kertas kuning telah terkandung di dalamnya, hanya saja pengembangan-pengembangan dari kitab-kitab tersebut.

(29)

4. Indikator Kemampuan Membaca Kitab Kuning

Dalam mempelajari kitab kuning serta meningkatkan kemampuan keterampilan membaca kitab kuning, seorang ustadz sebagai pengajar dan santri sebagai pelajar harus mengetahui indikator tersebut, antara lain:

a. Ketepatan dalam membaca

Mengenai ketepatan dalam membaca, didasarkan atas kaidah-kaidah aturan membacanya, diantaranya peserta didik harus mampu mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah bahasa Arab seperti, nahwu (tata bahasa) dan kaidah sharaf sebagaimana yang dirumuskan oleh Taufiqul Hakim.17 Kemampuan membaca kitab kuning dapat dikatakan baik jika memenuhi indikator-indikator sebagai berikut :

1) Santri mampu membarisi teks kitab kuning 2) Santri mampu mengartikan teks kitab kuning 3) Santri mampu menerangkan isi teks kitab kuning 4) Santri mampu menjelaskan i’rob pada teks kitab kuning b. Mampu memahami isi bacaan

Aktifitas membaca tidaklah hanya sebatas membaca pada teks tertulis, melainkan membaca yang disertai dengan pemahaman atas teks tertulis tersebut.

Dalam rangka memahami bacaan seseorang akan lebih mengetahui maksud, ide- ide, gagasan dan pokok pikiran yang dikehendaki oleh penulis. Memahami bacaan dari kandungan isi kitab bukanlah seperti membaca tulisan yang berbahasa non- Arab, karena ini saangat membutuhkan perhatian khusus, kecermatan dan ketekunan dalam memahaminya. Dengan memahami kitab kuning serta kandungan isinya secara detail yang ditunjang dengan penguasaan kitab nahwu sharafnya

17 Taufiqul Hakim, Amtsilati : Metode Praktis Mendalami Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning, (Al-Falah, Jepara, 2003), h. 54.

(30)

secara tidak langsung santri sangat mempengaruhi pemahaman atas nilai sastra yang terkandung dalam Al-Qur’an.18

5. Pentingnya Pembelajaran Kitab Kuning

Islam adalah agama Allah swt. yang di anugerahkan kepada umat Islam melalui perantara Nabi saw. dan Al-Qur’an sebagai mukjizatnya. Bermula dari kitab suci tersebut kemudian menimbulkan pemikiran, pengkajian dan penafsiran yang dilakukan oleh para ulama-ulama salaf. Hasil pemikiran, pengkajian, penafsiran dan penafsiran dari para cendekiawan tersebut kemudian diabadikan ke dalam tulisan yang berbentuk buku atau dinamakan kitab kuning. Namun hasil pemikiran tersebut tidak mengubah suatu ketetapan hukum dalam kitab suci Al- Qur’an.

Pentingnya belajar bahasa Arab dengan mengkaji kitab-kitab para ulama untuk memahami Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw., Sebagai seorang muslim yang mempelajari Al-Qur’an, sangat sulit dan bahkan sangat mustahil bagi kita untuk dapat memahami kandungan Al-Qur’an tanpa menguasai bahasa Arab. Oleh karena itu, bahasa Arab dan Al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga bahasa Arab memiliki peran yang sangat istimewa dari bahasa-bahasa lainnya yaitu dengan ditakdirkannya sebagai bahasa Al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah swt dalam QS Yusuf/12: 2.

َنوُلِقْعَت ْمُكَّلَعَّل اًّيِب َرَع اًن ََٰء ْرُق ُهََٰنْل َزنَأ ٓاَّنِإ Terjemahan:

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.19

18 Mahfud, MA Sahal, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: Perseda Raya, 1994), h. 12.

19Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Edisi Keluarga (Surabaya: Halim, 2003), h. 235.

(31)

6. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kitab Kuning

Dalam sebuah proses pembelajaran tidak pernah luput dari sebuah metode yang mendesain pembelajaran tersebut agar apa yang disampaikan dalam pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik atau para santri dengan baik dan benar. Secara etimologi, kata metode lahir berasal dari kata “met” dan “hodes”

yang memiliki arti “melalui”. Secara terminologi (istilah), kata metode adalah sebuah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan yang dituju. Jadi, metode pembelajaran merupakan cara atau jalan yang wajib dilalui atau ditempuh oleh pengajar dan pembelajar guna untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab kata metode disebut thariqah.

Pembelajaran kitab kuning didesain dengan penggunaan model dan metode variatif antara lain: metode sorogan, hafalan, wetonan atau bandongan, mudzakarah dan majelis ta’lim.20 Adapun selain itu maka terdapat juga metode seperti metode evaluasi. Pada umumnya, metode pembelajaran yang diaplikasikan dalam pembelajaran di pondok pesantren mencakup dua hal, yakni:

a. Metode pembelajaran salafi, yakni metode pembelajaran yang digunakan berdasar kebiasaan lama yang diterapkan pada pembelajaran di pondok pesantren dan dapat disebut sebagai metode pembelajaran asli (original) pondok pesantren.

b. Metode pembelajaran tajdid, yakni metode hasil pembaharuan dengan mengkolaborasikan metode lama dengan metode yang berkembang di masyarakat modern walaupun tidak diikuti penerapan sistem modern, seperti sistem sekolah atau madrasah.21

20Muhammad Thoriqussu’ud, “Model-Model Pengembangan Kajian Kitab Kuning di Pondok Pesantren”, Jurnal Ilmu Tarbiyah At-Tajdid, Vol. 1, No. 2 (Juli 2012), h. 234.

21 Kementerian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: Direktorat Jendralma Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 37.

(32)

Berikut adalah beberapa metode pembelajaran tradisional yang menjadi ciri utama pembelajaran di pondok pesantren:

1. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah santri satu persatu secara bergiliran maju menghadap kepada guru (ustadz) dengan membawa kitab, misalnya kitab Silsilah Qawaidul Arba’. Ustadz membacakan beberapa baris dari kitab itu dan maknanya, kemudian santri mengulangi bacaan tersebut.

2. Metode Hafalan

Metode hafalan merupakan metode unggulan sekaligus menjadi ciri khas yang melekat pada sebuah pondok pesantren sejak dulu hingga sekarang.

Metode hafalan masih tetap dipertahankan sepanjang masih berkaitan dan diperlukan bagi argumen-argumen naqly dan kaidah-kaidah. Dan metode ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang berada pada usia sekolah tingkat dasar atau tingkat menengah. Sebaliknya, pada usia di atasnya itu sebaiknya metode ini dikurangi sedikit demi sedikit dan digunakan rumus- rumus atau kaidah-kaidah.

3. Metode Wetonan atau Bandongan

Metode wetonan atau bandongan adalah cara penyampaian kitab di mana seorang guru, atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab, sementara santri, atau peserta didik mendengarkan, memberikan makna, dan menerima.22 Namun pembelajaran tersebut peserta didik lebih bersikap pasif, karena peserta didik hanya mendengarkan dan menulis saja, tidak ada waktu dan kesempatan bertanya.

4. Metode Diskusi (muzakharah)

22Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga), h 143.

(33)

Metode diskusi (muzakharah) adalah sekelompok santri membahas permasalahan, baik yang diberikan ustadz maupun masalah yang benar- benar terjadi dalam masyarakat. Diskusi ini di pimpin oleh seorang santri namun tetap dalam pengamatan pengasuh atau ustadz yang mengoreksi hasil diskusi tersebut.23

5. Metode Gtamatika Tarjamah

Metode gramatika tarjamah merupakan kombinasi antara metode gramatika dan metode tarjamah. Dalam sistem pengajaran seperti ini seorang santri harus benar-benar menguasai ilmu yang diperlajarinya, karena sistem pengajaran ini dipantau langsung oleh ustadz.

6. Metode Majlis Ta’lim

Adalah sesuatu media yang penyampaian ajaran Islam secara umum dan terbuka. Diikuti oleh jama’ah yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang memiliki pengetahuan bermacam-macam dan tidak dibatasi oleh tingkatan usia atau perbedaan jenis kelamin.

7. Metode Evaluasi

Metode evaluasi adalah penilaian atau tugas, kewajiban, dan pekerjaan.

Cara ini dilakukan setelah kajian kitab selesai dibacakan atau disampaikan.

Di masa lalu cara ini tersebut imtihan, yakni suatu pengujian santri melalui munaqasyah oleh para guru atau ustadz di hadapan forum terbuka.24

Metode yang disebutkan di atas merupakan metode yang sudah biasa diterapkan di dalam proses pembelajaran di pondok pesantren. Dengan bertujuan agar mudah dalam penyaluran ilmu yang telah dimiliki oleh ustadz atau asatidz.

Dalam menetapkan suatu metode, para asatidz harus menyelaraskan atau

23 Abdurrahman Saleh, Pedoman Pembinan Pondok Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama

RI,1982), h. 80.

24 Sa‟id Aqiel Siradj, dkk. Pesantren Masa Depan, Cirebon: Pustaka Hidayah, 2004), h. 284.

(34)

menyesuaikan dengan pembahasan atau materi. Di dalam Islam masalah menyesuaikan disebut dengan kata adil, maksudnya dalam menempatkan sesuatu harus sesuai dengan tempat semestinya.

Hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Namun untuk merealisir tujuan, dibutuhkan sebuah alat. Bahkan alat merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila seorang guru memilih metode dengan tepat dan mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan yang besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dilakukan.

B. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan tentang beberapa penelitian terdahulu dan kajian teoretis kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para peneliti yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Jauhara Saniyati dengan judul “Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pemaknaan Arab Pegon di Kelas Jurumiyyah Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta”, dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN) Yogyakarta tahun 2014.25 Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran kitab kuning al-Ajurumiyah dengan pemaknaan Arab pegon di kelas jurumiyah diawali dengan mudzakarah bersama untuk me-riview hafalan mereka sebelum ustadz masuk ke kelas. Kemudian ustadz mengapresiasi materi sebelumnya dengan memberikan beberapa pertanyaan santri dan mendengarkan penjelasan tersebut dengan tidak membuka kitab sebelum instruksi dari ustadz. Setelah menerangkan ustadz meminta santri untuk membuka kitab mereka dan menambah sedikit penjelasan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Adapun

25 Jauhara Saniyati, “Pembelajaran Kitab Kuning Dengan Pemaknaan Arab Pegon Di Kelas Jurumiyyah Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta”, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.

(35)

persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren, dan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jauhara Saniyati yaitu pembelajaran baca kitab kuning menggunakan pemaknaan Arab pegon sedangkan peneliti sendiri meneliti mengenai tentang pembelajaran baca kitab kuning saja dan memfokuskan bagaimana pembelajaran baca kitab kuning pada program takhassus di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hidayatur Rahman dengan judul

“Implementasi Sistem Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Miftahul Huda” dari Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang tahun 2010.26 Dari hasil penelitian ini disimpulkan berdasarkan rumusan masalah yaitu pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Miftahul Huda memiliki corak tradisional dan tidak mempelajari ilmu umum dalam kurikulum pendidikannya. Metode pembelajaran yang digunakan meliputi metode bandongan, hafalan dan evaluasi. Faktor pendukung mencakup; sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, materi pembelajaran yang memiliki keterkaitan dengan kitab- kitab lainnya, santri dan ustadz yang memiliki keilmuwan memadai.

Sedangkan faktor penghambat meliputi; santri dan ustadz yang pasif dalam mengikuti pembelajaran, media pembelajaran, adanya buku terjemahan yang memprofokasi santri malas untuk mempelajari kitab non-tarjamah, metode pembelajaran yang menonton, dan waktu pembelajaran dilaksanakan di sore hari. Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hidayatur Rahman adalah sama-sama membahas kitab kuning yang dilaksanakan di

26Ahmad Hidayatur Rahman, “Implementasi Sistem Pembalajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang”, Skripsi, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010.

(36)

Pondok Pesantren, sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hidayatur Rahman membahas implementasi sistem pembelajaran kitab kuning sedangkan peneliti membahas tentang pembelajaran baca kitabnya saja pada program takhassus di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh M Muthar Mubarok, dengan judul “Penerapan Metode Sorogan dalam Memahami Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al- Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta Tahun 2012”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode sorogan ini efektif dalam mendidik santri agar lebih aktif dalam mempelajari dan memahami kitab kuning karena kegiatan belajar mengajar secara individual dapat meningkatkan keaktifan santri dalam membahas masalah dan memecahkannya, dengan penerapan metode sorogan ini akan menimbulkan proses pembelajaran yang beragam, keberagaman ini akan menjadi sebuah kekayaan ilmu pengetahuan untuk dikaji lebih mendalam.27 Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh M Muthar Mubarok adalah sama-sama membahas tentang kitab kuning yang dilaksanakan di Pondok Pesantren, dan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh M Muthar Mubarok membahas tentang penerapan metode sorogan sedangkan peneliti sendiri meneliti tentang pembelajaran baca kitab.

Beberapa tinjauan dan kajian pustaka di atas, ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan dan persamaan dengan beberapa penelitian sebelumnya, Adapun perbedaannya dari segi waktu dan tempat penelitian dan membahas upaya peningkatan kualitas membaca kitab kuning sedangkan penelitian ini penulis ingin memfokuskan pada pembelajaran baca kitab

27 M Muhtar Mubarok, Penerapan Metode Sorogan Dalam Memahami Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Al-Munawar Krapyak Bantul Yogyakarta. Skripsi thn 2012.

(37)

kuning. Adapun persamaannya dari segi judul sama-sama membahas tentang pembelajaran kitab kuning. Dari perbedaan konteks waktu dan tempat dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga masalah pokok yang diteliti dan dibahas belum pernah diteliti atau dibahas oleh peneliti lain sebelumnya.

C. Kerangka Fikir

Dalam sub bahasan ini, penulis dapat menggambarkan bagan kerangka pikir tentang Pembelajaran Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar sebagai gambaran penelitian nantinya.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar

Kemampuan Baca Kitab Kuning

Metode Pembelajaan Baca Kitab Kuning

Implementasi Pembelajaran Baca

Kitab Kuning Ustadz (Pendidik

)

Santri Akhwat Thakhassus

(38)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Adapun format deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam penelitian bentuk studi fenomenologis. Penelitian fenomenologis fokus pada sesuatu yang dialami dalam kesadaran individu, yang disebut sebagai intensionalitas. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengungkap intensionalitas kesadaran. Fenomenologi menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu dengan melakukan wawancara dalam pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologi berupaya membiarkan realistis mengungkapkan dirinya sendiri secara alami.1

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Jl. Manro Dusun Parapa, Pakkabba, Galesong Utara, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar, merupakan salah satu Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Takalar. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar, memiliki staf pengajar

ustadz/ustadzah serta guru yang kompeten pada bidang pelajarannya masing- masing sehingga berkualitas dan menjadi salah satu pesantren terbaik di Kabupaten Takalar.

1 Anan Sutisna, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Pendidikan (Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), 2020), h. 22.

(39)

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang yang digunakan terhadap suatu proses tertentu.2 Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi yaitu jenis penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat dan terperinci penjelasan dan pemahaman individual tentang pengalaman- pengalamannya. Fenomenologis digunakan untuk mengamati aktivitas proses pembelajaran baca kitab kuning di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

C. Sumber Data

Sumber data adalah dari mana data penelitian akan diperoleh dan dikumpulkan. Sumber data juga dapat diartikan objek dari penelitian yang dimaksud.3 Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

1. Sumber data utama (primer)

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh suatu organisasi/perorangan yang melakukan penelitian atau bersangkutan yang melakukanya.4 Adapun data primer dalam penelitian ini adalah santri kemudian ustadz atau asatidzah yang mengajar santri dalam pembelajaran baca kitab.

2. Sumber data tambahan (sekunder)

Data sekunder adalah, data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.5 Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber data

2 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), h. 207.

3 M. Subana Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 115.

4 J. Sopranto, Metode Ramalan Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 18.

5 Hasan M Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya (Jakarta: Galia Indonesia, 2002). h. 82.

(40)

pendukung atau pelengkap yang diperoleh secara langsung dari dokumen- dokumen, data-data, buku-buku serta jurnal referensi yang membantu permasalahan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Observasi sangat sering dipilih sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian yang mengkaji tingkah laku. Hal ini dilandasi oleh suatu pertimbangan bahwa tes maupun kuesioner kurang tepat dalam mengukur tingkah laku.6 Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada subjek penelitiannya guna untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal. Adanya observasi penelitian agar peneliti dapat mengetahui kegiatan pembelajaran baca kitab di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an As-Sunnah Parapa Galesong Utara Kab. Takalar.

2. Teknik Wawancara/interview yang mendalam

Wawancara merupakan cara utama yang digunakan dalam penelitian kualitatif, hal ini dikarenakan: pertama, dengan wawancara maka peneliti dapat menggali informasi tidak hanya apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa

6 Khalifah Mustami, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: cv. Arti Bumi Intaran, 2015) h. 146.

(41)

lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang. Dengan penelitian ini yang digunakan adalah wawancara dengan pedoman umum, yang dimana peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, dengan mencantumkan topik yang ingin diteliti. Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian fenomenologi ini dilakukan secara informal, interaktif (percakapan), dan melalui pertanyaan dan jawaban yang terbuka.7 Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai asatidz yang mengajar baca kitab kemudian santri selaku objek dalam pembelajaran kitab kuning.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang yang tertulis.8 Sumber-sumber non-manusia, seperti dokumen dan rekaman/catatan dalam penelitian kualitatif seringkali diabaikan sebab dianggap tidak dapat disejajarkan keakuratannya dan kerinciannya dengan hasil wawancara dan observasi yang ditangani langsung oleh peneliti sebagai tangan pertama. Data dokumentasi diperlukan peneliti untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara, antara lain: catatan lapangan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain, sebagai alat pengumpul data, atau apa yang di istilahkan sebagai human instrument.9 Berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Alat pengambilan data akan menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,

2002), 135.

9 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif , h. 135.

(42)

kualitas data itu akan menentukan kualitas penelitian. Karena itu, alat pengambilan data harus mendapatkan pengamatan yang cermat.10 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka menjadi instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, yang dipandu oleh:

1. Panduan Observasi 2. Pedoman wawancara dan 3. Data Dokumentasi.

Dalam penelitian ini, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam Penelitian ini, peran peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam mengumpulkan data dengan menggunakan pengamatan, wawancara, dan studi dokumen terhadap penggunaan metode pembelajaran baca kitab kuning. Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dokumentasi dan field note (catatan lapangan).

Pedoman wawancara adalah panduan dalam wawancara berupa daftar pertanyaan pokok sebagai acuan agar wawancara lebih terarah pada pokok permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian. Pedoman observasi berupa daftar atau catatan yang akan dijadikan acuan dalam mengamati pokok permasalahan yang akan diteliti. Field note berupa alat tulis yang digunakan mencatat hal-hal penting dari data wawancara informal (tidak terjadwal) dan data observasi.

10 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 32.

(43)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriftif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

Hasil data yang diperolah dari observasi adalah hasil wawancara yang merupakan hasil yang tidak berbentuk skor, sehingga teknik analisis data yang diperlukan yaitu:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara rinci dan teliti.11 Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, teks naratif, flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun pada pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.12

11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kulalitatif dan R&D, (Cet. 22; Bandung: Alfabeta 2015), h. 338.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kulalitatif dan R&D, h.

341.

Gambar

Tabel 4.4 Jumlah Santri
Tabel 4.5 Struktur Organisasi Tahun 2021/2024

Referensi

Dokumen terkait