• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)i PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI KELAS VII D DI MTS PUTRI NW NARMADA TAHUN AJARAN 2018/2019 Oleh Azizatun Zohroh NIM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)i PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI KELAS VII D DI MTS PUTRI NW NARMADA TAHUN AJARAN 2018/2019 Oleh Azizatun Zohroh NIM"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI

KELAS VII D DI MTS PUTRI NW NARMADA TAHUN AJARAN 2018/2019

Oleh Azizatun Zohroh NIM. 150.10.10.011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2019

(2)

ii

PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI

KELAS VII D DI MTS PUTRI NW NARMADA TAHUN AJARAN 2018/2019

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh Azizatun Zohroh NIM 150.10.10.011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2019

(3)

iii

(4)

iv

(5)

vi

(6)

vii MOTTO

ًليت ْ ت آ ْ قْلا ل ت هْي ع ْد ْ أ

Dan lebih dari itudan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil)” (QS. Al-Muzammil [73]: 4).1

1 Al-Qur’an dan Terjemahan dengan Ilmu Tajwid Blok Warna, (Jakarta: Lautan Lestari), hlm. 574.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta Rusmawardi dan Agustina Marianah, yang sangat mendambakan keberhasilan dan tak henti-hentinya melafadzkan doa dan meneteskan keringatnya untuk keberhasilan dan kesuksesanku. Karya tulis ini kupersembahkan sebagai wujud rasa terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian, semoga Allah membala sjasa kalian.

2. Adek saya (M. Sultonul Muhibbin), tiada waktu yang paling berharga dalam hidup selain menghabiskan waktu dengan kalian. Walaupun saat dekat kita sering bertengkar, tapi saat jauh kita saling merindukan. Terima kasih untuk bantuan dansemangat dari kalian, semoga awal dari kesuksesan saya ini dapa tmembanggakan kalian.

3. Sahabat saya Sri Musi Artini yang selalu menemani dan memberikan motivasi serta selalu mendengar keluh kesah saa tmenghadapi kesulitan yang sedang dihadapi. Terima kasih atas bantuan selama ini.

4. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu menemani dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tak henti-hentinya memberi semangat dan motivasi.

5. Almamaterku tercinta UIN Mataram.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Aamiin..

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:

1. Drs. H. M Ziyad, M.Ag. sebagai Pembimbing I dan Dr. Emawati, M.Ag.

sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail terus-menerus dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadi skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Dr. Saparuddin, M.Ag. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan penulis kesempatan dalam membuat dan menyusun skripsi ini;

3. Dr. Hj. Lubna, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan;

4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;

(9)

x

5. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah membantu mensuport dan mendukung penulis untuk berkarya;

6. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis dalam mencari dan menemukan sumber bacaan dan referensi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini jauh dari kata sempurna dan perlu banyak perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya, dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Aamiin.

Mataram, Penulis,

Azizatun Zohroh

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 8

E. Kajian Pustaka ... 8 F. Kerangka Teori...

1. Konsep Dasar Pembelajaran Ilmu Tajwid...

a. Pembelajaran ...

b. Ilmu Tajwid ...

c. Faktor-faktor Penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid 2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ...

a. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ...

b. Membaca Al-Qur’an Secara Tartil ...

(11)

xii

G. Metode Penelitian...

H. Sistematika Pembahasan ...

BABII PAPARAN DATA DAN TEMUAN TERKAIT

PEMBELAJARAN ILMU TAJWID Untuk

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI KELAS VII D DI MTs PUTRI NW NARMADA TAHUN Ajaran 2018/2019

A. Kondisi Obyektif Pondok Pensantren

Nurul Haramain NW Narmada ...

B. Pembelajaran Ilmu Tajwid Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Pada Siswi Kelas VII D di MTs Putri NW Narmada ...

C. Faktor Penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid Pada Siswi Kelas VII D di MTs Putri NW Narmada ...

BAB III PEMBAHASAN PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI KELAS VII D DI MTs PUTRI NW NARMADA TAHUN Ajaran 2018/2019

A. Pembelajaran Ilmu Tajwid Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Pada Siswi Kelas VII D di MTs Putri NW Narmada ...

B. Faktor Penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid Pada Siswi Kelas VII D di MTs Putri NW Narmada ...

BAB VI PENUTUP ... 59 A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 59

(12)

xiii DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Penelitian, Lampiran 2. Surat Izin,

(14)

xv

PEMBELAJARAN ILMU TAJWID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL PADA SISWI

KELAS VII D DI MTS PUTRI NW NARMADA TAHUN AJARAN 2018/2019

Oleh:

Azizatun Zohroh NIM 1501010011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran ilmu tajwid untuk meningkatkan kemampuan siswi dalam membaca al-Qur’an secara tartil serta mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran ilmu tajwid di MTs Putri NW Narmada. Pembelajaran ilmu tajwid sangat penting dilakukan agar siswi mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid sehingga tidak terjadi mengubah makna atau arti dalam al-Qur’an.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan memilih lokasi di MTs Putri NW Narmada. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran ilmu tajwid, kepala sekolah, siswi kelas VII KMI (Kuliyatul Mualimin Islamiyah), tenaga pengajar PAL (Program Accelerated Learning) al-Qur’an. Metode pengumpulan digunakan adalah metodeo bservasi, wawancara, dan dokumentasi.Metode analisis data secara interaktif dengan melakukan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan sedangkan tehnik keabsahan data menggunakan perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran ilmu tajwid untuk meningkatkan kemampuan siswi membaca al-Qur’an secara tartil dilakukan bimbingan kepada siswi melalui materi pelajaran, memperaktekkannya dalam al- Qur’an secara klasikal maupun individual.Materi yang terdapat di MTs Putri NW Narmada berupa materi makharijul huruf, sifatul huruf, dan ahkamul huruf.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran di MTs Putri NW Narmada dilaksanakan 3 kali dalam seminggu. Faktor penghambat dari pembelajaran ilmu tajwid itu ialah seperti kurangnya buku-buku ilmu tajwid, beragamnya latar belakang pendidikan siswi, dan kurangnya waktu pembelajaran ilmu tajwid.

Kata Kunci: Pembelajaran Ilmu Tajwid, Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil.

(15)

1

Pendidikan dalam arti umum merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berlangsung seumur hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Lebih spesifik pada pendidikan agama Islam disebutkan bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek metode juga memiliki kedudukan yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.2

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwariskan Rasulullah saw. bagi kaum muslimin. Al-Qur’an tidak hanya sekedar kitab suci yang harus diagungkan, dihormati, dan menjadi simbol ajaran Islam, namun lebih dari itu, al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh

manusia yang mengaku dirinya muslim.3

Adapun wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira adalah surah yang didalamnya berisi perintah membaca

2Khadijah, “Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil di Kelas 5 B SDN 050661 KW.Bingai Melalui Teknik BBM, Vol. 7, Nomor 3, Desember 2017, hlm.

374.

3Ahmad Baehaki, Penerapan Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak ( Penelitian Diskriptif di lokasi Pengajian AL-Qonaah kampong BebedahanDesa Mandalakasih Kecamatan Pameungpeuk Kabupataen Garut, Pendidikan Islam, Vol. 2, Nomor 1, 2017, hlm. 14.

(16)

atau mencari ilmu. Perintah ini terdapat dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-

5, yaitu:

( ) ق خ ۡ لا ك ب م ۡساب ۡا ۡقا ( ) ق ع ۡنم اسۡن ۡۡا ق خ ( ) ۡك ۡۡا كب ۡا ۡقا ( ) م قۡلاب م ع ۡ لا ( ) ۡم ۡعي ۡمل ام اسۡن ۡۡا م ع

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq [96] : 1-5).4

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan kewajiban manusia.Salah satu materi pelajaran yang utama adalah belajar membaca.

Membaca (iqra) dijabarkan sebagai usaha menalarkan ilmu pengetahuan.

Hal ini berarti seorang muslim memiliki kewajiban untuk mempelajari al- Qur’an mendalami esensi isinya, serta mengimplementasikan perintah-

perintah yang ada di dalamnya menjadi suatu tindakan yang nyata.5

Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu pengetahuan, serta merupakan sarana penyelesaian segala permasalahan sepanjang hidup manusia. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah Yang Maha Agung dan “Bacaan Mulia” serta dapat

4Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung:

Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 597.

5Beni Ahmad Saebani & Hedra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 9.

(17)

dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih dan rumit.6

Untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan, tentunya harus diawali dengan kemampuan membaca al-Qur’an.kegiatan ini sejatinya menjadi pembiasaan yang tidak mungkin terpisahkan dari kehidupan seorang muslim, tiada hari tanpa membaca al-Qur’an.7

Ilmu tajwid adalah dasar untuk membaca al-Qur’an yang baik dan benar, serta ilmu tajwid merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara menyembunyikanatau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an. Jadi dalam membaca al-Qur’an harus tepat dan benar lafal pengucapannya sesuai aturan yang sah, karena jika salah dalam membaca atau melafalkannya akan memberi arti yang berbeda dan termasuk dosa.8 Untuk menghindari dari dosa tersebut , maka dituntut untuk selalu belajar al-Qur’an kepada ahlinya. Disisi lain, jika membaca al-Qur’an tidak

mempunya dasar riwayat yang jelas (sah), maka bacaan itu dianggap kurang utama, bahkan bisa tidak sah yang dibaca itu. Dalam hal ini terdapat dalil tentang pentingnya mempelajari (belajar) al-Qur’an dan mengajarkannya.

Diantaranya adalah firman Allah swt.,

6Inu Kencana Syafiie, Al-Qur’an dan Ilmu Politik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 1.

7Gina Giftia, “Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur’an Melalui Metode Tamam Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung”, Vol.

8, Nomor. 1, Juli 2014, hlm. 142.

8Vadlya Maarif dkk, “Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid Berbasis Android”, Evolusi, Vol. 6, No. 1, 2018, hlm. 91.

(18)

ا ف ْلعْفت ْمل ْ إ ك ب ْنم كْيلإ ْنأ ام ْغ ب س لا ا يأ اي إ انلا نم ك صْعي َ هتلاس تْغ ب يدْ ي ۡ َ

ْ قْلا ني فا ْلا

Artinya “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dan Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya….” (Qs. Al- Maidah [5] : 67).9

Mempelajari ilmu tajwid berdasarkan ketentuan hukum syara’ yaitu fardhu kifayah, sedangkan mengamalkannya adalah fardhu ‘ain bagi tiap- tiap umat Islam yang membaca al-Qur’an, baik laki-laki maupun perempuan.Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.dalam al-Qur’an yaitu :

ًليت ْ ت آ ْ قْلا ل ت هْي ع ْد ْ أ

Artinya: “Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Qs. Al-Muzammil [73] : 4).10

Dalam suatu riwayat, Sayyidina Ali ra, pernah ditanya tentang firman Allah surat Al-Muzammil ayat 4 tersebut diatas. Beliau menjawabnya :Tartilyang dimaksud dalam ayat tersebut adalah memperbaiki/memperindah bacaan huruf hijaiyyah yang terdapat dalam al- Qur’an, dan mengerti hukum-hukum ibtidak dan waqaf (cara memulai dan

berhenti baik ketika waqaf atau berhenti di tengah-tengah).11

Ilmu tajwid dapat diperoleh pada lembaga penyelenggara pendidikan keagamaan. Minimal ada tiga bentuk lembaga tersebut, yaitu : pesantren, madrasah-madrasah keagamaan (diniyah), dan madrasah-madrasah yang

9Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung:

Penerbit Diponegoro, 2010), hlm.119.

10Ibid., 574

11A. Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994), hlm. 9.

(19)

termasuk pendidikan umum berciri khas agama, yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.12

Salah satu lembaga yang menjadikan Ilmu Tajwid sebagai mata pelajaran tersendiri adalah MTs Putri NW Narmada. Ilmu tajwid sebagai mata pelajaran, masuk sebagai bidang studi kepondokkan namun diajarkan secara formal. Hal ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh MTs Putri NW Narmada, dimana tujuannya untuk memperbaiki cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 Maret 2019 dengan guru ilmu tajwid di kelas VII MTs putri NW Narmada diperoleh data bahwa dalam setiap melaksanakan pembelajaran guru menjelaskan gambaran tentang pembelajaran ilmu tajwid dan kemudian guru mengajarkan ilmu tajwid dimulai dari hukum nun sukun setelah itu guru melakukan metode tanya jawab mengenai materi nun sukun. Selain itu para peserta didik pada tingkat mengajinya masih kurang dan belum mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid meskipun para guru sebelumnya sudah menggunakan metode Iqra’ dalam mengajarkan al-Qur’an.Kesalahan yang banyak dalam bacaan adalah

seputar bacaan panjang dan pendek, hukum nun mati dan idghām.13

Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Maret 2019 di kelas VII MTs putri NW Narmada.Di MTs putri NW

12Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm. 183.

13Hamidaturrosidah, Wawancara, MTs Putri NW Narmada,2 Maret 2019.

(20)

Narmada ini diterapakan khusus untuk pembelajaran ilmu tajwid karena karakter peserta didik yang berbeda-beda yaitu ada yang lulusan SD dan adapula yang lulusan MI, sehingga di dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu tajwid ini diajarkan dari awal untuk menyeimbangkan kemampuan peserta didik dalam pemahaman ilmu tajwid. Disinilah peran pembelajaran ilmu tajwid tersebut untuk diterapkan agar bacaan al-Qur’an peserta didik baik

dan benar serta sesuai dengan hukum bacaan ilmu tajwid.Peneliti mengamati bahwa saat pembelajaran tajwid peneliti menemukan sebagian peserta didik masih ada yang belum faham hukum tajwid, serta keliru membaca harakat pendek menjadi panjang begitu pula sebaliknya.14

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Pada Siswi Kelas VII MTs Putri NW Narmada.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan permasalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Pada Siswi Kelas VII

MTs Putri NW Narmada?

2. Apa saja faktor penghambat pembelajaran ilmu tajwid pada siswi kelas VII MTs Putri NW Narmada?

14Observasi, MTs Putri NW Narmada, 2 Maret 2019.

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Pada

Siswi Kelas VII MTs Putri NW Narmada.

b. Untuk mengetahuifaktor-faktorpenghambat dalam pembelajaran ilmu tajwid pada siswi kelas VII MTs Putri NW Narmada.

2. Manfaat Penelitian a. Bersifat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi yang ingin mempelajari tentang pentingnya ilmu tajwid dalam membaca al-Qur’an.

2) Melalui informasi ini peneliti diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan agama Islam khususnya pada mata pelajaran ilmu tajwid.

b. Bersifat Praktis

1) Diharapkan dapat masukan bagi semua pihak yang berkesempatan dalam bidang pendidikan khususnya pendidik di MTs Putri NW Narmada terkait Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil.

(22)

2) Bagi guru di MTs Putri NW Narmada, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an melalui ilmu tajwid.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada peran pembelajaran ilmu tajwid dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil pada siswi kelas VII MTs Putri NW Narmada dan faktor-faktor penghambat pembelajaran ilmu tajwid pada siswi kelas VIII MTs NW Putri Narmada. Peneliti juga membatasi ruang lingkup yang terfokus pada tahun ajaran 2018-2019.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Madrasah Tsanawiyah Putri NW Narmada Kabupaten Lombok Barat. Hal ini dilakukan karena pentingnya mempelajari ilmu tajwid dan dijadikan sebagai mata pelajaran khusus.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan menelah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan gambaran umum secara jelas tentang data-data atau informasi yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka peneliti mengumpulkan, menelaah, dan mendalami hasil-hasil yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti ini diantaranya:

(23)

1. Skripsi Bulaeng yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Dengan Tartil Melalui Metode Iqra Pada Siswa Kelas V Di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa” jurusan

Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang terdiri dari dua siklus dimana pada siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dan siklus II tiga kali pertemuan dengan menggunakan metode iqra. Hasil dari skripsi Bulaeng adalah adanya peningkatan aktivitas belajar dan minat siswa dalam proses belajar baca al-Qur’an, peningkatan aktivitas nampak dari data yang dikumpulkan oleh observer, secara singkat aktivitas meningkat dari siklus I ke siklus II, serta peningkatan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an, peningkatan ini dapat terlihat dari data hasil tes kemampuan baca al- Qur’an antara lain presentase ketuntasan dari 22,22% di siklus I menjadi

80,56% di siklus II.15

2. Tesis Baharuddin yang berjudul “Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al-Imam ‘Ashim Makassar” jurusan Pendidikan Qur’an Hadis di Universitas Islam Alauddin Makassar. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis, telogis normatif, pedagogis dan psikologis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam

15Bulaeng, Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil Melalui Metode Iqra Pada Siswa KelasV Di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, (Skripsi: UIN Alauddin Makassar, 2016), hlm. 59.

(24)

pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al- Imam ‘Ashim adalah metode jibril. Gambaran tingkat kemampuan membaca al-Qur’an santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al-Imam

‘Ashim Makassar adalah sangat baik karena santri mampu melafalkan huruf sesuai dengan makhraj dan sifatnya. Faktor pendukung pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al- Imam ‘Ashim yaitu pembina atau musa’id yang berkompeten, metode

pembelajaran yang menggunakan metode jibril, dan lingkungan belajar di poondok. Adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya kitab-kitab qira’ah, media pembelajaran, dan beragamnya latar belakang santri.16

3. Skripsi Kamarudin yang berjudul “Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas V MI NW Mercapada, Selat, Kec. Narmada, Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2016/2017” jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut

Agama Islam Negeri Mataram. Peneliti ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas yang memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang sifatnya langsung memberikan tindakan kuratif (perbaikan) atas masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran khususnya dengan melakukan penerapan metode drill dalam meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an siswa pada mata pelajaran al-Qur’an. Hasil dari skripsi Kamarudin yaitu nilai kemampuan membaca pada siklus I adalah 71,41%

16Baharuddin, Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al-Imam ‘Ashim Makassar, (Tesis: UIN Alauddin Makassar, 2012), hlm. 69.

(25)

meningkat menjadi 96,42% pada siklus II. Nilai ketuntasan klasikal siswa sudah melebihi standar ketuntasan klasikal yang sudah ditetapkan yakni 85%.17

Setelah peneliti membaca, menganalisis hasil penelitian yang relevan dengan yang diteliti oleh peneliti, penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sama-sama menjadikan kemampuan membaca al-Qur’an sebagai objek kajian.Adapun letak perbedaan dari penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di atas dengan yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya.

Bulaeng dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan metode penelitian, yaitu metode Iqra yang menjadi fokus penelitian dan menggunakan metode penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menjadikan pembelajaran ilmu tajwid yang menjadi fokus penelitian dan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Baharuddin dengan penelitian dan metode penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti perbedaannya terletak pada metode yang digunakan yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin dalam pembelajaran ilmu tajwid menggunakan metode jibril sedangkan peneliti menggunakan metode tajwid untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil.

17Kamarudin, Peranan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Pada Siswa Kelas V MI NW Mercapeda, Selat, Kec. Narmada, Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017, (Skripsi: IAIN Mataram, 2016), hlm. 71.

(26)

Kamarudin dengan penelitian dan metode penelitianyang akan dilakukan oleh peneliti perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan metode penelitian yaitu metode drill dijadikan sebagai fokus penelitian dan menggunakan metode penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menjadikan pembelajaran ilmu tajwid sebagai fokus penelitian dan menggunakan metode kualitatif.

F. Kerangka Teori

1. Konsep Dasar Pembelajaran Ilmu Tajwid a. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah.Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, adapula peserta didik yang lambat dalm mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaaan inilah yang menyebabkan guru mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik.Oleh karena itu, hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”.18

18Aprida Pane, Belajar dan Pembelajaran, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 337.

(27)

Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi-interaksi yang terjadi antara siswi dan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain.

Adapun ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri. Dimana di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen, sebagai berikut:

tujuan, bahan / materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran.

Sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh.Masing- masing komponen saling berinteraksi yiatu saling berhubungan secara aktif dan saling memengaruhi. Misalnya, dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana materi itu disampaikan akan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai. Dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi yang digunakan, begitu juga dengan komponen yang lainnya saling bergantung (interdepedensi) dan saling menerobos (interpenetrasi).

(28)

Penjelasan mengenai komponen-komponen pembelajaran di atas, sebagai berikut :

a. Tujuan, tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidkan lebih lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia. 19

b. Bahan Pelajaran, bahan pelajaran (materi ajar) adalah pengetahuan yang akan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses belajar-mengajar tidak berjalan. Guru yang mengajar harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, tidak hanya penguasaan bahan pelajaran pokok tetapi juga penguasaan bahan pelajaran pendukung. Penguasaan bahan pelajaran pokok mutlak dituntut dari guru yang mengajar, menyangkut bidang studi yang diasuhnya sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan penunjang adalah bahan di luar disiplin keilmuannya, yang diperlukan untuk melengkapi dan membuka wawasan seorang guru berhubungan dengan bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang diasuh oleh guru tersebut agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik dan dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya, sehingga

19Rusman, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: Kencana Prenadamedia Group, 2017), hlm. 88-89.

(29)

dalam kehidupannya dapat memahami hubungan keterkaitan yang saling mendukung antar berbagai disiplin ilmu. 20

c. Metode Mengajaradalah cara yang digunakan guru dalam berorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Metode diperlukan dalam rangka untuk mencapain tujuan pembelajaran, di mana dengan metode tersebut dapat memudahkan siswa menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 21

d. Media Pembelajaranadalah semua bentuk peralatan fisik yang di desain secara terencana untuk menyampaikan informasi dan membangun interaksi. Peralatan fisik yang dimaksud mencakup benda asli, bahan cetak, visual, audio, audio – visual, multimedia, dan web. Peralatan tersebut harus dirancang dan dikembangkan secara sengaja agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran. Peralatan tersebut harus dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang berisi pesan-pesan pembelajaran agar peserta didik dapat mengonstruksi pengetahuan dengan efektif dan efisien. Selain itu, interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik yang satu dengan peserta didik

20Rahman Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), hlm. 21.

21Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), hlm. 43.

(30)

yang lain, serta antara pendidik, peserta didik dengan sumber belajar dapat terbangun dengan baik. 22

e. Evaluasiadalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat pula digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai. Evaluasi juga merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.23

b. Ilmu Tajwid

Lafadz tajwid menurut bahasa berasal dari kata:

د ج د جي– دْي ْجًت–

“ Yang berarti membaguskan atau memperindah”

Ilmu tajwid adalah pelajaran atau materi untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an. Menurut sebagian besar ulama ahli qira’at, bahwa ilmu tajwid itu adalah merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, sebelum mempelajari ilmu qiro’at al-Qur’an,

karena di dalam ilmu tajwid itu diajarkan bagaimana cara melafazdkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makharijulnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara menghilangkan

22Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Pranamedia Group, 2018), hlm. 7-8.

23Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm.

2.

(31)

huruf-huruf dengan menggabungkan kepada huruf yang sesudahnya (idghām), berat dan ringan,mempelajari tanda-tanda waqaf (berhenti)

dalam bacaan dan lain sebagainya.24

Jadi pembelajaran ilmu tajwid adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan melafalkan huruf-huruf hijaiyah dan bagaimana tata cara melafalkan huruf-huruf tersebut sebaik-baiknya, apakah ia dibaca panjang, tebal, tipis, berhenti, terang, berdengung, dan sebagainya. Fungsi ilmu tajwid adalah memperbaiki tata cara membaca al-Qur’an terpenuhi

dan menyelamatkan pembaca dari perbuatan yang diharamkan. Misal, berhenti pada kalimat yang haram waqaf, jika tuntutan ini diabaikan menjadikan perubahan makna yang menyalahi tujuan makna aslinya, dan mengakibatkan berdosa bagi pembaca.

c. Faktor – faktor Penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid 1. Kurangnya Kitab-kitab Qira’ah.

2. Media Pembelajaran.

3. Latar belakang pendidikan siswi yang berbeda.

4. Terbatasnya waktu yang tersedia untuk pembelajaran ilmu tajwid.25

24Hadi Mulia dkk, Aplikasi Media Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Mengucapkan Makhrijul Huruf Hijaiyah, Jurnal Kepemimpinan dan Pengurus Sekolah, Vol.2, Nomor 1, Maret 2017, hlm.2.

25Ahmad Baehaki, “Penerapan Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak (Penelitian diskriptif kualitatif di lokasi pengajian al-Qonaah kampung Bebedahan Desa Mandalakasih Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut)”,dalam Pendidikan Islam,Vol. 2, No. 1, 2017, hlm. 17.

(32)

2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an a. Kemampuan Membaca Al-Qur'an

Kemampuan membaca al-Qur’an adalah merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran anak, karena hal ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak. Kemampuan membaca al-Qur’an hendaknya dimiliki anak sejak dini.Kemampuan

membaca al-Qur’an merupakan bekal kehidupan anak.Kegiatan pengajaran membaca al-Qur’an harus memperhatikan kaidah syar’i.Kemampuan membaca al-Qur’an adalah kecakapan membaca

al-Qur’an dengan bagus dan benar sesuai dengan tuntunan syariat sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmu tajwid.

Kemampuan membaca al-Qur’an adalah keterampilan melafalkan hak huruf (sifat-sifat yang menyertainya seperti qolqolah dan lain-lainnya) dan mustahaknya (perubahan-perubahan bunyi huruf ketika bersambung dengan huruf lain seperti gunnah, idgham dan lain- lain). Kemampuan membaca al-Qur’an yang baik dan benar

memerlukan tahapan-tahapan tertentu, hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dimiliki melalui beberapa tahapan, yaitu tahap kemampuan melafalkan huruf-huruf dengan baik dan benar, sesuai dengan makhroj dan sifatnya. Tahap kemampuan membaca ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan hukum-hukum tajwid dan kemampuan membaca al-Qur’an dengan lancar dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmu tajwid,

(33)

sehingga mampu melaksanakan anjuran Rasulullah saw, yaitu membaca 30 juz dalam sebulan.26

Membaca al-Qur’an merupakan ibadah yang diperintahkan bagi setiap muslim. Siapa yang melakukannya akan mendapatkan pahala.

Selain itu membaca al-Qur’an merupakan perantara untuk mendapatkan keselamatan di akhirat kelak dan juga keridhaan Allah, karena al-Qur’an bisa memberikan syafa’at bagi yang membacanya di hadapan Allah.

b. Membaca Al-Qur’an Secara Tartil

Kata tartil menurut bahasa berarti jelas, racak dan teratur, sedangkan menurut istilah ialah membaca al-Qur’an dengan pelan-

pelan, baik dan benar sesuai tajwid. Adapun tujuan mempelajari tajwid adalah menjaga dari kesalahan dalam membaca al-Qur’anul Karim baik kesalahan ringan (lahnul khafi’) yaitu kesalahan yang tidak mengubah makna al-Qur’an, seperti kesalahan dalam pengucapan gunnah, ikhfa’ dll, maupun kesalahan fatal (laḫnul jaliy) yaitu kesalahan yang dapat mengubah makna al-Qur’an seperti kesalahan dalam menyebutkan makhraj huruf, kesalahan harakat dll.27

26Tini Astuti, “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak Attention Deficit Disorder Melalui Metode Al-Barqy Berbasis Applied Behavior Analysis”,Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 7, Nomor 2, November 2013, hlm. 353.

27Muhammad Churmain, Peningkatan Kualitas Membaca Al-Qur’an Secara Tartil Dengan Metode Qiro’ati Pada Siswa Kelas X SMK Ma’arif Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017, (Skripsi, IAIN Salatiga, Salatiga, 2017), hlm.18.

(34)

Membaca al-Qur’an tak seperti membaca buku secara

umum.Ada adab yang perlu kita pegang, salah satunya membacanya dengan tartil. Sebagaimana terkandung dalam surah berikut:

ًليت ْ ت آ ْ قْلا ل ت هْي ع ْد ْ أ

“Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.” (Qs. Al Muzammil [73]:4).

Tartil menurut arti kata yaitu perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, tartil berarti membaca sesuai dengan hukum tajwid secara perlahan-lahan dengan baik dan benar karena itu bisa membantu untuk memahami dan mentadabburi maknanya.28

Adapun ilmu tajwid sendiri meliputi:

1) Makharijul Huruf

adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti tenggorokan, ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain.

Secara garis besar makhraj al huruf terbagi menjadi 5 macam yaitu sebagai berikut:

a) Jawf (rongga tenggorokan) huruf yang keluar dari rongga tenggorokan adalah alif dan hamzah yang berharakat fathah, kasrah, atau dhammah.

28https://alqolam.com/bacalah-al-qur’an-dengan-tartil-dan-indah, diakses tanggal 29 Maret 2019, pukul16.02.

(35)

b) Halq (Tenggorokan) adapun huruf yang keluar dari tenggorokan terdiri dari 6 huruf yaitu hamzah, ha,

‘ain, h̲a, ghoin, kho.

c) Lisan (lidah) terdiri dari 18 huruf yaitu ta, tsa, jim, dal, dza, ra, za, sin, shod, dho, tho, zho, ka, la, nun, ya.

d) Syafatain (dua bibir) terdiri dari 4 huruf yaitu fa, wawu, ba, mim.

e) Khisyum (pangkal hidung) adapun huruf khoisyum adalah mim dan nun yang berdengung.29

2) Sifatul Huruf

Sifatul huruf berarti sifat-sifat huruf.Tujuan utama mempelajari sifatul huruf adalah agar setiap huruf yang kita ucapkan sesuai dengan hurufnya baik tempat maupun sifatnya.Berbeda dengan makharijul huruf, jika makharijul huruf adalah mempelajari tempat-tempat keluarnya huruf, maka dalam sifatul huruf mempelajari sifat-sifat huruf.

Ketepatan pada sifatul huruf adalah ukuran betul atau tidaknya dalam membaca huruf sesuai dengan tempat maupun sifatnya.Penjelasan mengenai sifatul huruf jarang digunakan dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an.sifat-

29 H. Tombak Alam, Ilmu Tajwid, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 7.

(36)

sifat huruf yaitu: al-Hams, asy-Syiddah, al-Isti’la, al-Ithbaq,

dan al-Idzlaq.

a) Al-Hams

Al-Hams menurut bahasa adalah suara yang samar, sedangkan menurut istilah adalah keluarnya atau berhembusnya nafas ketika mengucapkan huruf karena lemahnya tekanan terhadap makhraj huruf tersebut.

Cara membacanya adalah seperti menghembuskan atau mengeluarkan nafas, baik ketika huruf hams dalam keadaan berharakat maupun dalam keadaan sukun, kecuali huruf kaf dan ta, keduanya hanya terlihat hamsnya ketika dibaca sukun dan ketika dibaca waqaf.30 Hurufnya ada sepuluh yaitu: fa, h̠a, ta, hamzah, syin, kho, sho, sa, ka, ba.

b) Asy-syiddah

Asy-syiddah mempunyai arti tertahannya suara ketika membaca huruf-huruf yang bersifat asy-syiddah.

Hurufnya ada delapan yaitu: alif, ja, dal, qaf, tho, ba, ka, ta.

30Baharuddin, Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al-Imam ‘Ashim Makasar, (Tesis: UIN Alauddin, 2012), hlm. 29.

(37)

c) Al-Isti’la

Adalah terangkatnya lidah kerongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. Hurufnya ada delapan yaitu: kho, sho, dho, tho, zho, goin, qaf, ra.

d) Al-ithbaq

Adalah menempelnya lidah dengan rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurfnya. Ada empat hurufnya yaitu: sho, dho, tho, dan zho.

e) Al-idzlaq

Adalah mengucapkan huruf dengan mudah, karena posisi makhrajnya berada di ujung lidah atau bibir.

Semua hurufnya ada enam yaitu: fa, ra, mim, nun, lam, dan ba. 31

3) Ahkamul Huruf

Menurut sebagian ulama’ yang telah berhasil

menggolongkan atau mengklasifikasikan hukum-hukum huruf (ahkamul huruf) sebgai berikut:

a. Hukum nun sukun dan tanwin memiliki empat keadaan, yaitu:

a) Idzhar, menurut bahasa artinya memperjelas dan menerangkan, sedangkan menurut istilah ilmu tajwid

31Lamkhatul Khunainah, Studi Komparasi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Antara Lulusan MI dan SD Pada Kelas VII MTs Negeri 2 Kendal, (Skripsi: UIN Walisongo, 2018), hlm.

25-27.

(38)

ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.

b) Idgham secara bahasa idgham berarti memasukan sesuatu ke dalam sesuatu sedangkan menurut istilah ilmu tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasyid dan idgham dibagi menjadi dua, yaitu: idgham bigunnah (disertai dengung) dan idgham bilagunnah (tanpa dengung).

c) Iqlab,secara bahasa yaitu merubah sedangkan menurut istilah ilmu tajwid ialah merubah nun mati dan tanwin menjadi mim ketika bertemu dengan huruf ba disertai dengan ghunnah dan ikhfa’.

d) Ikhfa’ Hakiki, secara bahasa yaitu menutupi

sedangkan menurut istilah ilmu tajwid ialah pengucapan nun mati dan tanwin di antara sifat izhar dan idgham dusertai dengan ghunnah ketika bertemu dengan huruf-huruf selain tiga huruf di atas yaitu, huruf iqlab, huruf idzhar, dan idgham. 32

Umat muslim harus membaca al-Qur’an secara tartil agar memperoleh manfaat dari Allah swt. Membaca al-Qur’an secara tartil juga dapat menjadi bagian umat muslim yang baru belajar membaca

32Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawa Al-Qur’a da Il u Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2013), hlm. 45-51.

(39)

ayat demi ayat yang ada. Manfaat lainnya adalah ketika terdapat kesalahan pada melafalkan, maka diharapkan umat muslim lain yang mendengarkan dapat turut membenahi lafal tersebut.33

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi atau fenomena tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi (instrumennya adalah pedoman observasi). Peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.34Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh keterangan-keterangan yang mendalam mengenai “Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan

33http://islamdownload.net/125386-tartil-quran-memahami-bacaan-al-quran-secara-tartil- sebagai-pedoman-hidup,html, diakses tanggal 29 Maret 2019, pukul 16.10.

34Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 75-76.

(40)

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil pada siswi Kelas VII D MTs

Putri NW Narmada.”

2. Kehadiran Peneliti

Dalam hal ini peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian.Yang melakukan observasi, yang membuat catatan, yang melakukan wawancara.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu di MTs Putri NW Narmada, Lombok Barat.

4. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data utama yaitu data yang bersumber dari subjek penelitian atau informan, atau subjek darimana data diperoleh. Dengan demikian, agar memperoleh data dan informasi yang akurat, maka seorang peneliti harus mencari informasi yang berhubungan dengan penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya sumber data.

Dalam penelitian ini, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Guru mata pelajaran Ilmu Tajwid.

b) Kepala sekolah MTs Putri NW Narmada.

c) Siswi MTs kelas VII.

(41)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dengan cara mengumpulkan berbagai literatur-literatur, seperti dokumen, buku, jurnal maupun artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga mengambil data dari informan lain yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya: KMI (Kulliyatul Mualiimin Islamiyah), tenaga pengajar dari PAL (Program Accelerated Learning).

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian sangat perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data.

Dalam proses tersebut digunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.Disamping itu, faktor kualifikasi pengambil data juga perlu dipertimbangkan.35

Dalam prosedur pengumpulan data ada beberapa metode yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut.

35Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 171-172.

(42)

a. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala- gejala yang diselidiki.36Observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki.Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.37

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation.38

1. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih

36Cholid Narbuko & Abu Achmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 70.

37Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm.

100.

38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 145.

(43)

lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

2. Observasi Non partisipatif

ObservasiNon Partisipatif yaitu suatu bentuk observasi di mana pengamat (peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.39

Dengan demikian observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi nonpartisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai pengamat terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik dalam penelitian.

Peneliti menggunakan metode observasi dalam penelitian bertujuan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran ilmu tajwid yaitu dengan caramengamati langsung kegiatan pembelajaran ilmu tajwid yang dilakukan oleh guru dengan siswi kelas VII D di MTs Putri NW Narmada.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) data sumber informasi atau orang yang diwawancarai

39Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 226-228.

(44)

melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.

Wawancara atau interview terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyan- pertanyaannya telah disiapkan, seperti menggunakan pedoman wawancara. Ini berarti peneliti telah mengetahui data dan menentukan fokus serta perumusan masalahnya.

2. Wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara yang sudah cukup mendalam karena ada penggabungan antara wawancara yang berpedoman pada pertanyan-pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dengan mengabaikan pedoman yang sudah ada.

3. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang lebih bebas, lebih mendalam, dan menjadikan pedoman wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis besarnya saja. 40

Dalam hal ini jenis wawancara yang diterapkan atau yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Metode wawancara tidak terstruktur ini digunakan untuk memperoleh data dan

40Afifuddin dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 131-133

(45)

informasi dengan tanya jawab dengan sumber data. Dalam hal ini peneliti melakukan interview/wawancara untuk memperoleh data : 1. Peran Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil.

2. Faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran ilmu tajwid.

Wawawancara dilakukan dengan narasumber sebagai berikut:

1) Guru mata pelajaran Ilmu Tajwid.

2) Kepala sekolah MTs Putri NW Narmada.

3) Siswi MTs kelas VII D.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto.Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan (life histories), biografi, karya tulis, dan cerita.41

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu cara pengumpulan data yang terdapat keterangan dari berbagai sumber catatan penting yang berupa tulisan yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penggunaan metode ini bertujuan untuk

41A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 391

(46)

mengumpulkan data tertulis yang dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan seperti data sejarah berdirinya MTs Putri NW Narmada, data guru-guru MTs Putri NW Narmada, nilai-nilai SISWI kelas VII D MTs Putri NW Narmada khususnya pada pembelajaran Ilmu Tajwid yang berupa hasil ulangan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Ilmu Tajwid yang berupa nilai semester, ulangan harian, nilai MID dan absensi serta jadwal pelajaran.

6. Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Imam Gunawan mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas yang memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

2. Display Data

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis data.Data penelitian ini

(47)

disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan analisis data.Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian. Penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.42

7. Validitas Data

Keakuratan, keabsahan dan kebenaran data yang dikumpulkan dianalisis sejak awal penelitian akan menentukan kebenaran dan ketepatan hasilpenelitian sesuai dengan masalah dan fokus penelitian.

Agar penelitian yang dilakukan membawa hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya dan latar budaya yang sesungguhnya, maka peneliti dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan berbagai cara sebagai berikut :

a. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan Peneliti di Lapangan

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrument penelitian.Kesahihan dan keabsahan data sangat ditentukan oleh komitmen, keikutsertaan, dan keterlibatan peneliti secara intens dan bermakna dalam penelitian yang dilakukannya.Peneliti memang harus tahu dan menyadari kapan suatu penelitian kualitatif dapat dihentikan.Justru karena itu, peneliti harus yakin selagi data

42Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2017), hlm. 210- 212.

(48)

dikumpulkan belum meyakinkan, belum dapat dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang waktu tinggal di lapangan dan terus melanjutkan pengumpulan data sesuai dengan data yang dibutuhkan sambil mengkaji ulang dan menganalisis data yang sudah terkumpul.

b. Meningkatkatkan Ketekunan Pengamatan

Ketekunan peneliti dalam melakukan pengamatan atau dalam menggunakan teknik lain dalam pengumpulan data di lapangan akan menentukan pula keabsahan dan kesahihan data yang terkumpul.

Peneliti tidak boleh terpaku oleh keadaan yang “tampak atau ditampakkan”, karena di belakang itu tersembunyi kondisi lain yang

sesungguhnya. Dalam kaitan ini peneliti hendaklahmampu, dan selalu meningkatkan ketekunan dalam menelusuri suatu fenomena yang ada di lokasi penelitian.

c. Melakukan Triangulasi

Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel. Beberapa cara yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan sumber yang banyak dan menggunakan metode yang berbeda.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber. Penggunaan sumber yang banyak untuk triangulasi dapat dilakukan dengan mencari sumber yang lebih banyak dan berbeda dalam informasi yang sama. Lebih banyak dalam sumber dapat

(49)

diartikan pula dalam dua hal, yaitu jumlah eksemplarnya dan berbeda sumbernya dalam informasi yang sama.43

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman, maka perlu diberikan gambaran singkat yang dirumuskan dalam sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ini tersusun atas empat bab, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN.

Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang memuat permasalahan yang ada untuk diteliti sehingga melahirkan judul penelitian. Termasuk di dalamnya latar belakang, rumusan masalah yang dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematikapenulisan.

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang paparan data dan temuan penelitian yang ditemukan di lapangan. Adapun temuan dari data tersebut antara lain tentang gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu juga memuat tentang peran pembelajaran ilmu tajwid dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil serta faktor-faktorpenghambat pembelajaran ilmu tajwid.

43A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 394-395

(50)

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan inti dari penelitian ini. Peneliti menguraikan tentang pembahasan hasil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebut dengan rumusan masalah yaitu bagaimana peran pembelajaran ilmu tajwid dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil serta faktor-faktor penghambat

dalam pembelajaran ilmu tajwid.`

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan bagian yang memberi kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan saran-saran praktis seperlunya sesuai dengan fokus kajian berdasarkan manfaat hasil penelitian.

(51)

37

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri NW Narmada

a. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri NW Narmada

Pada tahun 1991 pengurus Yayasan Perguruan Pondok Pesantren NW Narmada membentuk lembaga khusus Pondok Pesantren dengan nama NURUL HARAMAIN. Yayasan Perguruan Pondok Pesantren NW Narmada membentuk Madrasah Tsanawiyah Nurul Haramain Putri NW Narmada, berdiri pada tahun 1986 dengan nama Yayasan Perguruan PPNW, pendiri TGKH M. Djuaini Mukhtar yang bertempat di sekretariatJl. Hamzanwadi No. 05 Lembuak Mekar Indah desa Lembuak kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat.44

Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri yang membawahi Madrasah Tsanawiyah Putri NW Narmada didirikan oleh TGH.

Hasanain Juaini Lc. MH. Pada tahun 1996, bertempat di Jln.

Hamzanwadi No. 05 Lembuak Mekar Indah desa Lembuak kecamatan Narmada, kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Lembaga pondok ini bertanggung jawab menjalankan pendidikan

44Indri Darmawan dan Muhajirin Ramzi, Risalah Perjuangan Guru Wen, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), h.53-54.

(52)

formal dan nonformal dengan sistem asrama. Dan sesuai keadaan pula, Pondok Pesantren Nurul Haramain pun dibentuk menjadi dua pula yakni, Nurul Haramain Putra dan Nurul Haramain Putri.45

b. Visi dan Misi 1) Visi

Baik, Benar, Indah, Bermanfaat, Makmur 2) Misi

Mewujudkan santri dan santriwati yang mencintai dan gemar melakukan kebaikan dan kebenaran, mencintai keindahan, bermanfaat bagi ummat, hidup makmur dan memakmurkan.46 c. Keadaan Guru di Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri NW

Narmada

Guru-guru di MTs Putri NW Narmada memiliki kompetensi dan kemampuan yang sangat bagus, baik dalam hal mengajar yaitu memberikan ilmu pengetahuan maupun memberikan didikan dan bimbingan bagaimana supaya siswi mereka menjadi manusia cerdas dan berakhlak mulia. Dukungan guru-guru yang begitu besar dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswi mereka. Memberikan kesempatan kepada siswinya untuk berprestasi di berbagai bidang.

45Indri Darmawan dan Muhajirin Ramzi, Risalah Perjuangan Guru Wen, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), h.93.

46Indri Darmawan dan Muhajirin Ramzi, Risalah Perjuangan Guru Wen, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), h.57.

Referensi

Dokumen terkait