• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberantasan Tindak Pidana Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemberantasan Tindak Pidana Ekonomi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberantasan Tindak Pidana Ekonomi

1. Cara Pemberantasan

Maksud dan tujuan UU No. 7/Drt/1955, bahwa sasaran utama adalah

“perbuatan yg merugikan perekonomian. Perbuatan-perbuatan yg merugikan perekonomian yg dimaksud dalam UU tersebut,pada hakikatnya adalah perdagangan barang (arus barang). Dengan kata lain,masyarakat dilindungi dari perbuatan-perbuatan pengusaha yg mengejar untung/laba sebesarnya-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat, tanpa memperhatikan usaha-usaha pemeintah guna meningkatkan kemakmuran rakyat. Pengusaha yg semata-mata mengejar laba yg sebesar-besarnya telah terjerumus kepada perbuatan melawan hukum, dalam arti telah melakukan perbuatan yg bertentangan dengan kepatuhan/kelayakan. Karena pengusaha tersebut juga anggota masyarakat, maka padanya wajar jika diharapkan perbuatan-perbuatannya tidak bertentangan dengan kepatuhan.

Jika diamati dengan cermat penjelasan resmi UU No. 7/Drt/1955, maka dapat disimpulkan bahwa UU tersebut memuat upaya-upaya untuk memberantas perbuatan-perbuatan yg merugikan perekonomian dengan cara sebagai berikut :

(2)

a. Mengancam dengan sanksi berat

b. Menghapuskan/meniadakan laba yg diperoleh secara tidak layak.

c. Menyelesaikan perkara-perkara tindak pidana ekonomi dengan cepat.

Sanksi berat telah dibahas pada Bab II, demikian halnya

“peniadaan/pemghapusan laba yg diperoleh secara tidak layak”, dibahas sebagai tindakan-tindakan tata tertib.

2. Penyelesaian Cepat Perkara Tindak Pidana Ekonomi

Penyelesaian cepat sama sekali tidak terkait dengan acara pemeriksaan cepat dalam KUHAP. Penyelesaian cepat dimaksud segera diputus, tidak berlarut-larut penanganannya, baik pada tahap penyidikan maupun pada pemeriksaan persidangan. Untuk mencapai penyelesaian cepat, maka UU No.

7/Drt/1955, menentukan beberapa hal, yaitu:

1. Penunjukan Hakim/Jaksa Khusus.

2. Diperbantukan Tenaga Ahli Perekonomian.

3. Dapat disidangnkan secara In Absensia.

(3)

3. Jaksa/Hakim Khusus

UU No. 7/Drt/1955 telah tepat menugaskan Jaksa/Hakim yg menangani perkara tindak pidana ekonomi. Jaksa/Hakim tersebut dapat mengikuti perubahan-perubahan perundang-undangan dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Ditinjau dari segi rasional, efisiensi dan efektivitas, maka menugaskan Jaksa/Hakim secara umum sulit dipahami.

Pengangkatan Jaksa/Hakim Khusus menangani perkara tindak pidana ekonomi sering ditafsirkan sebagai tindakan membentuk “spesialiasi”. Hal yg demikian tidak tepat karena pengangkatan tersebut dapat dibatasi dengan tenggang waktu tertentu sehingga dapat saja berganti.

Yg penting dalam hal ini, adanya Jaksa/Hakim yg memahami, baik peraturan- peraturan maupun kebutuhan-kebutuhan masyarakat yg perlu dilindungi sehingga penanganan perkara-perkara tindak pidana ekonomi terhindar dari penanganan yg berlarut-berlarut.

Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yg dilindungi sesuatu peraturan, yg pelanggarannya termasuk tindak pidana ekonomi memerlukan pengamatan khusus karna begitu banyak faktor ekonomi yg saling terkait, misalnya larangan

(4)

impor suatu barang tertentu yg bertujuan melindungi produksi industri barang dalam negeri, dengan tujuan:

a. Melindungi industri tersebut dari ersaingan luar negeri agar dapat berkembang.

b. Industri tersebut dapat menyerap tenaga kerja.

4. In Absentia

Secara formal kata In Absentia dipergunakan pada Pasal 11 ayat 1 UU No.

11/Pnps/1963 yg diartikan mengadili diluar kehadiran terdakwa. Pada TPE dirumuskan dalam Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 16 ayat 6.

5. Kewenangan Penyidik

UU No. 7/Drt/1955, didalamnya tidak dipakai istilah penyidik tetapi pegawai pengusut. Pengusutan mencakup penyelidikan dan penyidikan. Kewenangan- kewenangan pegawai pengusut dimuat dalam Pasal 18-23 UU No.

7/Drt/1955.

(5)

6. Kewenangan Jaksa

a. Memberi persetujuan atas penyitaan barang-barang (Pasal 18 ayat 2).

b. Penghapusan barang sitaan (Pasal 18. 4).

c. Mengambil tindakan tata tertib (Pasal 27).

d. Memajukan usul kepada Hakim tentang tindakan tata tertib.

e. Mengambil tindakan-tindakan tertentu jika orang yg melakukan suatu TPE meninggal dunia sebelum perkaranya selesai.

7. Upaya Hukum a. Banding

Tidak semua Putusan Pengadilan Ekonomi dapat dimintakan banding.

JPU tidak daat mengajukan permohonan banding terhadap pelanggaran dan tidak dijatuhi hukuman atau tindakan tata tertib serta tidak dituntut hukuman pidana atau tindakan tata tertib. Jika tidak dijatuhi hukuman pidana atau tindakan tata tertib maka terhadap Putusan Pengadilan Ekonomi tersebut, tidak dapat diminta banding. Demikiannya halnya jika yg dijatuhkan hanya hukuman denda, perampasan, uang jaminan pencabutan keuntungan atau engembalian keada orang tua.

(6)

b. Kasasi

Permhonan kasasi pada perkara TPE tidak berbeda dengan perkara tindak pidana biasa dan begitu juga caranya. Dalam hal adanya kelalaian Pengadilan Ekonomi atau Pengadilan Tinggi Ekonomi tetapi atas kelalaian tersebut tidak diajukan kebertan oleh Jaksa/Tersangka, maka kelalaian tersebut tidak dapat dipergunakan untuk membatalkan Putusan Pengadilan Ekonomi/Pengadilan Tinggi Ekonomi.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum membahas tentang tindak pidana terorisme, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai pengertian tindak pidana, tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya dirumuskan oleh Kitab

nug 1'OIlr TiJdens do dllBnÎli1't' lI!lnneuting tier IIIl'xiea."lIlho kronu lloor d.·" Aar\.ttbtrlGg Muximililll\n ""lIrti ulrlckanl, dal dil kl!il.,.lijke rl'gu,illg in 1II0Iie/