• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID (PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID (PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB) "

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

MUKHLIS ISNAINI PUTRA NIM. 152145313

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

(2)

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID (PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB)

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Mukhlis Isnaini Putra NIM. 152145313

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Mukhlis Isnaini Putra NIM: 152145313 dengan judul,

“Pemberdayaan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid (Pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 28 Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Yusup, M.Si. Dahlia Bonang, M.Si.

NIP. 197807012009011013 NIP. 198505172011012010

(4)

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 28 Juli 2020 Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara

Nama Mahasiswa : Mukhlis Isnaini Putra

NIM : 152145313

Jurusan/Prodi : Ekonomi Syariah

Judul : Pemberdayaan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid (Pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Yusup, M.Si. Dahlia Bonang,M.Si.

NIP. 197807012009011013 NIP. 198505172011012010

(5)
(6)

MOTTO

“Tugas Pokok intelektual adalah mempertahankan

kebebasan berpikir, bukan membunuh kebebasan berpikir.”

Gus Dur

(7)

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini saya persembahkan untuk Almamater saya, Ibu saya Hj.Munawarah, Bapak saya Drs. H. Adam Azhar, M.M, Istri saya Lia Handayani, Anak saya Purwasasangka Rahmat Pratama, Kakak saya dr. Muhyidin, Adik saya Nurul Istiqomah.”

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan penulis kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang lurus untuk semua umat manusia.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Mutawali, M. Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Mataram.

3. Bapak H. Bahrur Rosyid, M.M., Selaku ketua jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Mataram.

4. Bapak Dr. H. M. Zaidi Abdad, M.A., Selaku wali kelas I Ekonomi Syariah angkatan 2014 yang selalu mendidik dan membimbing kami selama melakukan studi di Universitas Islam Negeri Mataram.

5. Bapak Dr. Muhammad Yusup, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu Dahlia Bonang, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak saran, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Mataram.

7. Kedua orang tua saya Bapak Drs. H. Adam Azhar, M.M. dan Ibu Hj.

Munawarah yang tidak hentinya menyemangati dan memotivasi saya akan 8.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 9

E. Telaah Pustaka ... 10

F. Kerangka Teoritik ... 14

G. Metode Penelitian ... 32

H. Sistematika Pembahasan ... 39

BAB II : PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 41

A. Gambaran Umum Profil Islamic Center NTB ... 41

B. Potensi yang Dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center dalam Hal Pemberdayaan Ekonomi Ummat. ... 51

C. Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang Dilakukan Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center untuk Kesejahteraan Jamaah dan Masyarakat Sekitar Masjid ... 52

BAB III : PEMBAHASAN ... 59

A. Potensi yang Dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center dalam Hal Pemberdayaan Ekonomi Ummat ... 59

B. Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang Dilakukan Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center untuk Kesejahteraan Jamaah dan Masyarakat Sekitar Masjid ... 62

BAB IV : PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(11)

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT BERBASIS MASJID (PADA MASJID RAYA HUBBUL WATHAN ISLAMIC CENTER NTB)

OLEH:

Mukhlis Isnani Putra 152145313 ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan tentang pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui potensi apa yang dimiliki oleh Masjid tersebut dalam pemberdayaan ekonomi umat dan juga untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan pada masjid tersebut untuk kesejahteraan jamaah dan masyarakat sekitar masjid.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara deskriptif analisis yaitu dengan memaparkan data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian menganalisisnya dengan pedoman pada sumber tertulis.

Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa Potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB yaitu Sumber Daya Manusia yang mumpuni, Masjid Raya Hubbul Wathan sebagai Icon Wisata. Kemudian dari segi Pemberdayaannya Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB memberikan modal bagi Masyarakat Lemah melalui Program Koperasi Syariah, Pemberian pelatihan kepada masyarakat sekitar Islamic Center dan Penyaluran Zakat, Infak dan Shadaqah menjadi kegiatan rutin bagi pengurus masjid Hubbul Wathan Islamic Center setiap tahunnya.

Kata Kunci: Pemberdayaan Ekonomi Ummat , Masjid.

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat,dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi Masjid guna melaksanakan shalat berjamaah.

Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.1

Masjid juga merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual, sosial dan kultur umat Islam. Dimana ada umat Islam, maka disana tentunya ada Masjid. Islam menempatkan Masjid dalam posisi yang strategis. Secara umum Masjid mempunyai banyak fungsi antara lain bidang sosial pendidikan dan pemersatu umat.

Memahami Masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan Masjid pada umumnya merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat Islam sebagai tempat ibadah yang menduduki fungsi sentral. Mengingat fungsi yang

1 Moh. E. Ayub, dkk, “Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus”,(Jakarta : Gema Insani Press, 2007), hlm. 7-8.

(13)

strategis, maka perlu dibina sebaik-baiknya, baik segi fisik bangunan maupun segi kegiatan pemakmurannya.2

Pada masa Rasulullah SAW masalah sosial tentu tidak sedikit karena itu banyak sekali sahabat Rasul yang memerlukan bantuan sosial sebagasi resiko dari keimanan yang mereka hadapi dan sebagai konsekuensi dari perjuangan. Disamping itu, masalah-masalah sosial lainnya seperti kemiskinan yang memang selalu ada sepanjang zaman. Untuk mengatasi masalah sosial itu Rasulullah SAW dan para sahabatnya menjadikan Masjid sebagai tempat kegiatan sosial, misalnya dengan mengumpulkan zakat, infaq, dan shadaqah melalui Masjid lalu menyalurkannya kepada para sahabat yang membutuhkannya. Oleh karena itu, keberadaan Masjid sangat besar fungsinya pada masa Rasulullah dan hal itu dirasakan betul oleh masyarakat secara luas sehingga masyarakat menjadi cinta pada Masjid.3

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga sebagai Wakil Presiden Indonesia, M. Jusuf Kalla menyebut jumlah Masjid dan Mushala di kota-kota besar di Indonesia terus mengalami perkembangan.

Hingga Tahun 2018, ungkap Jusuf Kallas, Indonesia memiliki 800 ribu Masjid dan Mushala.4

Secara kultural, Masjid dipandang sebagai lembaga yang baik, bermoral, dan terpercaya karena kesan keagamaan yang lekat padanya. Hal

2 A. Bachrun Rifa’I dan Mech. Fakhruroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005), hlm.14

3 Dr. H. Ahmad Yani. “Menuju Masjid Ideal”. (Jakarta: LP2SI Haramain, cet 1 2001), hlm. 14

4 https://republika.co.id. “JK: Tugas pokok DMI Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid”. Di akses pada tanggal 21 Desember 2018.

(14)

ini merupakan modal tersendiri bagi Masjid yang mungkin modal ini tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga lain. Modal khas ini hendaknya dapat dimanfaatkan oleh para pengurus Masjid untuk memaksimalkan peran Masjid dalam menanggulangi problem serius yang bernama pengangguran dan kemiskinan.

Menurut Ahmad Sutarmadi, Masjid bukan sekedar memiliki peran dan fungsi sebagai sarana peribadatan saja bagi jamaahnya. Masjid memiliki misi yang lebih luas mencakup bidang pendidikan agama dan pengetahuan, bidang peningkatan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para anggota jamaah, dan peningkatan ekonomi jamaah, sesuai dengan potensi lokal yang tersedia.5

Masjid bukan hanya sebatas pusat kegiatan ibadah bagi para jamaahnya, tetapi Masjid diharapkan dapat menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi bagi para jamaahnya. Konsep Pemberdayaan menjadi penting karena dapat memberikan perspektif positif terhadap pemanfaatan sumber daya manusia melalui pemberdayaan Masjid untuk kesejahteraan Umat Islam.

Komunitas Umat Islam yang diberdayakan tidak dipandang sebagai komunitas yang menjadi objek pasif penerima pelayanan, melainkan sebuah komunitas yang memiliki beragam potensi dan kemampuan yang dapat diberdayakan. Kegiatan pemberdayaan Umat Islam (mustahik) dapat dilakukan melalui pendampingan dengan memberikan motivasi,

5 Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan langkah strategis; Pengurus Dewan Masjid Indonesia dan Pengelola Masjid. (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm. 19

(15)

meningkatkan kesadaran, membina aspek pengetahuan dan sikap meningkatkan kemampuan, memobilisasi sumber produktif dan mengembangkan jaringan.6

Pengembangan sumber daya manusia melalui pemberdayaan ekonomi jamaahnya merupakan sebuah cita-cita besar tentang revitalisasi fungsi Masjid sebagai wadah pemberdayaan untuk kesejahteraan umat Islam. Cita-cita besar ini merupakan sesuatu yang sangat historis dan sesuai dengan konteksnya karena dalam Islam Idealnya Masjid adalah pilar utama dalam pembinaan para jamaah dan tokoh-tokoh Islam, disamping pilar-pilar penting lainnya seperti pesantren menjadi tempat untuk pengkaderan ulama dan kyai, perguruan tinggi Islam untuk membina para Intelektual dan cendikiawan muslim, serta pengusaha yang menjadi pilar dalam membangun wirausahawan yang akan menopang bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Namun, terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, akidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak akan dapat dimunculkan kecuali di masjid.

Peran Masjid dengan baitul malnya sebagaimana dicontohkan para sahabat Rasulullah dalam mengelola zakat, dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola dana yang berasal dari zakat, infaq dan shadaqah dari masyarakat demi kesejahteraan masyarakat. Zakat merupakan instrumen

6 http://www.yadmi.or.idmasjid-sebagai-pusat-pemberdayaan-ekonomi-untuk- kesejahteraan-umat-islam-indonesia: artikel ini diakses pada 20 Desember 2018.

(16)

yang paling efektif dan paling esensial dan tidak terdapat dalam sistem kapitalis maupun sosialis. Secara ekonomi zakat berfungsi distributif, yaitu pendistribusian kembali (redistribusi) pendapatan dari kaum berlebih kepada yang memerlukan,zakat memungkinkan adanya alokasi konsumsi dan investasi.7

Untuk menjawab problema umat yang semakin meningkat, umat Islam perlu kembali ke Masjid. Masjid dapat menjadi sentral kekuatan umat.

Dimasa lalu, pada masa Nabi, Masjid dapat diperankan secara maksimal sebagai sentral umat Islam untuk berbagai kegiatan, seperti ibadah, pendidikan, militer, sosial dan ekonomi.

Optimalisasi fungsi Masjid dalam kehidupan umat, tidak ditentukan oleh kemegahan bangunan Masjid semata. Banyak ditemukan Masjid yang besar, namun sepi jamaah dan minim kegiatan. Namun patut bersyukur sejak beberapa decade terakhir cukup banyak yang aktif dengan berbagai kegiatan, seperti pengajian rutin, konsultasi agama dan keluarga, pelayanan perpustakaan , pelayanan poliklinik, pemberdayaan ekonomi umat dan lain-lain. Untuk itu yang diperlukan seharusnya adalah mensinkronkan pemberdayaan potensi Masjid dengan pemberdayaan potensi zakat, wakaf, dan lainnya untuk kepentingan umat.

Salah satu Masjid yang sangat berpotensi dan dinilai melakukan pemberdayaan ekonomi umat adalah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB. Masjid yang terletak di pusat Ibukota Provinsi NTB ini

7 Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: RajaGrafindo Persada.

2009), hlm. 373-474

(17)

merupakan Masjid yang berpotensi melakukan program pemberdayaan umat khususnya dibidang ekonomi, karena Masjid ini terletak di jantung kota Mataram.

Sebagai kota yang tengah berkembang, keberadaan suatu icon sangat dibutuhkan. Ini sangat disadari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB. Maka Nusa Tenggara barat juga mempunyai icon tersendiri yaitu Islamic Center (IC). Keindahan Islamic Center sendiri memang lekat akan identitas “ Lombok Pulau Seribu Masjid”. Dinilai cocok dengan kultur masyarakat.8

Berdasarkan observasi awal peneliti dengan (wakil Sekertaris Takmir Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB) pada tanggal 10 september 2019. peneliti mendapatkan informasi bahwa Masjid Raya Hubbul Wathan ini mempunyai banyak sekali program, seperti Kajian Rutin ba’da shalat Fardhu, Tablig akbar, perayaan hari besar Islam, Pemberdayaan Ekonomi Ummat. Pada pemberdayaan Ekonomi Ummat ini Masjid Raya Hubbul Wathan Sudah membentuk Koperasi Syariah , yang pengoperasiannya semua berdasarkan Hukum Islam. Koperasi Syariah ini terbentuk/berdiri pada tahun 2017 dimana Koperasi ini bertujuan sebagai salah satu usaha untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat. Sejauh ini koperasi syariah sudah menerapkan layanan simpan pinjam sesuai dengan konsep hukum Islam, pemberian modal usaha dan ada 2 gerai toko, kedua gerai toko tersebut masih disewakan kepada pihak lain , rencana tahun ini akan

8 https://kicknews.today/2017/11/popularitas-Islamic-Center-ntb-akan-samai-monas-di- jakarta-2/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2018.

(18)

dikelola sendiri oleh Koperasi Syariah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.9

Salah satu penerima pembiayaan modal usaha adalah bapak Ratip yang dimana usahanya mendapatkan Pinjaman Modal dari Koperasi syariah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center.

Pemberian modal usaha dari koperasi syariah Masjid Raya Hubbul Wathan IC, sangat membantu saya dalam mengembangkan usaha Penjualan Ikan segar yang saya punya . awalnya saya terdesak oleh pesanan Pelanggan yang meningkat sedangkan modal yang saya punya tidak cukup untuk memenuhi permintaan Pelanggan saya . Alhamdulillah dari Bantuan pinjaman modal usaha koperasi syariah Masjid Raya Hubbul Wathan dapat membuat saya bisa memenuhi permintaan Pelanggan saya . Modal usaha yang diberikan Koperasi Syariah Masjid Raya Hubbul Wathan sebesar 1 juta Rupiah.10

Mengingat Islamic Center (IC) merupakan “icon” bagi Nusa Tenggara Barat, yang biasa mendapatkan wisatawan sehingga bisa menopang perekonomian Umat. Oleh karena itu, sudah seharusnya Islamic Center (IC) lebih memperhatikan Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Koperasi yang di bawah naungan Dinas Koperasi dan UKM provinsi NTB

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti ini, lalu peneliti mengambil judul “PEMBERDAYAAN EKONOMI

9 Observasi, Mataram, 10 September 2019

10 Observasi, Mataram, 10 September 2019

(19)

UMAT BERBASIS MASJID” (Studi pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Nusa Tenggara Barat).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa potensi yang dimiliki Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center dalam hal pemberdayaan ekonomi ummat ?

2. Bagaimana pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center untuk kesejahteraan jamaah dan masyarakat sekitar Masjid ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui potensi apa yang dimiliki oleh Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center dalam hal pemberdayaan ekonomi umat.

b. Mengetahui pemberdayaan ekonomi umat yang di lakukan Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center untuk kesejahteraan jamaah dan masyarakat sekitar Masjid.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian yang dimaksud adalah:

(20)

a. Manfaat secara Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan juga bisa menjadi ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islaimic Center NTB.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi pengurus/ pengelola Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB dalam Pemberdayaan Ekonomi umat dan menjadi pedoman untuk pengurus Koperasi Syariah dalam menerapkannnya sesuai dengan konsep Ekonomi Islam.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ketika berbicara ruang lingkup dan setting penelitian, sangat erat kaitannya dengan batasan-batasan penelitian, tempat lokasi dimana peneliti bisa mendapatkan informasi yang dijadikan objek penelitiannya

1. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tentang

“Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid ” (Studi pada Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Nusa Tenggara Barat).

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Islamic Center Nusa Tenggara Barat. Adapun beberapa alasan peneliti melakukan penelitian di Islamic Center adalah sebagai berikut:

(21)

a. Peneliti memilih Islamic Center karena Masjid Hubbul Wathan Islamic Center yang fungsinya bukan hanya sebagai pusat keagamaan umat Islam, tetapi juga menjadi pusat perekonomian di Kota Mataram khususnya dan NTB pada umumnya.

b. Peneliti memilih Islamic Center karena Masjid Hubbul Wathan Islamic Center menjadi “icon” bagi Nusa Tenggara Barat, yang bisa menopang perekonomian masyarakat di Kota Mataram khususnya dan NTB umumnya.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan hasil telaah pustaka, peneliti menemukaan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan, namun mempunyai perbedaan dari subtansinya. untuk menghindari duplikasi, plagiasi, dan repetisi, serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang dilakukan sekaligus sebagai pedoman penelitian yang sedang dilakukan dari penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian yang dilakukan adalah:.

1. Muhyil Qoyyim pernah melakukan penelitian pada tahun 2009, sifat penelitiannya kualitatif dan kuantitatif yaitu : Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat berbasis Masjid (Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid), beliau menyimpulkan program ini berdampak pada kondisi Ekonomi, Program ini juga membawa dampak politik secara sosial bagi peserta program.

Dampak tersebut adalah peningkatan partisipasi dalam kegiatan

(22)

peribadatan yang dilaksanakan di Masjid, peningkatan ukhuwah antar peserta program dan peningkatan partisipasi peserta program dalam penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi dilingkungan.11

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhyil Qayim yang berjudul : Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat berbasis Masjid (Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid), terdapat perbedaan yang mendasar dengan yang akan penelitian yang akan peneliti yaitu dalam penelitian Muhyil Qoyyin membahas tentang efektivitas model pemberayaan ekonomi berbasis masjid. Sedangkan dalam penelitian yang peneliti teliti membahas pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan Islamic center NTB).

2. Hardi Hidayat pernah melakukan penelitian pada tahun 2010, sifat penelitian kualitatif, yaitu: Dampak Program KUM3 BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (studi Komparasi di Tiga Masjid Binaan ) dengan kesimpulan bahwa perbandingan sebelum dan sesudah penerapan KUM3 pada sebuah Masjid sangat terasa perbedaannya mengingat program tersebut selain dari sisi ekonomi, bahkan dari sisi keagamaan memperoleh perhatian dari pendamping dan nada rasa persaudaraan serta tali silaturrahmi dapat terjaga antara peserta program KUM3. Dan juga pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid lebih cocok diterapkan atau diaplikasikan pada Masjid-Masjid pertengahan

11 Muhyil Qoyyim,”Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid: Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid” ,(Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009).

(23)

antara Kota dan Desa karena melihat dari beberapa perbandingan ketiga Masjid yang diteliti.12

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Hardi Hidayat tentang Dampak Program KUM3 BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (studi Komparasi di Tiga Masjid Binaan ) memiliki perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu dalam penelitian yang dilakukan oleh Hardi Hidayat membahas tentang Dampak Program KUM3 BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (studi Komparasi di Tiga Masjid Binaan ) sedangkan dalam penelitian yang peneliti teliti hanya membahas tentang pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan Islamic center NTB).

3. Muhammad Muhib Alwi melakukan penelitian bersifat kualitatif pada Jurnal yang ditulisnya tahun 2015 tentang Optimalisasi Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dengan kesimpulan peran Masjid dalam pemberdayaan ekonomi jamaahnya telah ada contoh dalam sejarah dan tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW dan sahabat, yaitu dengan dibentuknya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Kondisi riil fungsi Masjid saat sekarang ini masih jauh dari contoh zaman nabi.

Kondisi sekarang diperparah dengan pemahaman masyarakat yang belum bisa menerima pemungsian Masjid dalam banyak hal termasuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Meskipun demikian pemberdayaan

12 Hidayat Hardi, “Dampak Program KUM3 BMM Dalam Pemberdayaan Ekonomi Brbasi Masjid : Studi Komparasi ditiga Masjid Binaan”,(Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Jakarta, 2010).

(24)

ekonomi masyarakat berbasis Masjid memiliki prospek yang cukup cerah karena didukung oleh masyarakat yang terus mengalami transformasi kearah modernitas. Tinggal bagaimana menyiapkan tenaga dibidang manajemen yang ahli, jujur, dan ikhlas.13

Menelaah penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhammad Muhib Alwi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu dalam penelitian Muhammad Muhib Alwi membahas tentang Optimalisasi Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Sedangkan dalam penelitian ini hanya membahas pemberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan Islamic center NTB).

4. Robiatul Auliyah pernah melakukan penelitian yang dituliskan disebuah jurnal Studi Manajemen, vol.8, No 1 pada tahun 2014 sifat penelitiannya kualitatif yaitu Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At- Takwa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan . Dengan kesimpulan bahwa Pengurus Masjid At-Takwa hanya memberdayakan masyarakat miskin melalui pemberian bantuan modal yang dananya berasal dari dana zakat, infak, dan shadaqah. Program dana bergulir Yang diberikan kepada pengusaha kecil menjadi suatu keunggulan Masjid At- Takwa dalam Pemberdayaan ekonomi masyarakat. Jumlah maksimal

13 Muhammad Muhib, “ Optimalisasi Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”,(Jurnal, Fakultas Dakwah IAIN Jember, Jember, 2015).

(25)

modal usaha yang diberikan LAZISMUH kepada para pedagang kecil adalah Rp. 300.000.14

Menelaah penelitian yang dilakukan oleh Robiatul Auliyah terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang peneliti teliti yaitu dalam penelitian yang yang dilakukan oleh Robiatul Auliyah membahas tentang Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-Takwa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan. Sedangkan dalam penelitian ini hanya membahas permberdayaan ekonomi ummat berbasis masjid (pada masjid raya hubbul wathan Islamic center NTB).

F. Kerangka Teori

1. Pemberdayaan Ekonomi Ummat a. Pemberdayaan

Terdapat banyak definisi pemberdayaan ekonomi ummat di banyak literatur yang dikemukakan oleh para ahli. Para ahli menggunakan kata “masyarakat” untuk menunjuk makna “ummat”.

Dari segi kebahasaan, pemberdayaan merupakan terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari empower, menurut Oxford English Dictionary, kata empower memiliki dua arti, yaitu: (1). to give power atau autority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan

14 Robiatul Auliyah, “Studi Fenomenologi Pernanan Masjid At-Takwa dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan”(Jurnal : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura, 2014).

(26)

otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau anable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan.15

Sedangkan dari segi istilah (terminologi), banyak ahli yang menawarkan definisi pemberdayaan. Variasi definisi mengenai pemberdayaan bisa dijumpai di banyak literatur.

Hutomo menyatakan bahwa pemberdayaan ekonomi adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan dengan multiaspek, baik dari masyarakat sendiri, maupun aspek kebijakannya.16

Sumodiningrat menyatakan bahwa pembedayaan ekonomi adalah usaha untuk menjadikan perekonomian yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang besar.

Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural. Pemberdayaan ekonomi ummat adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perekonomian ummat baik secara langsung (misalnya: pemberian

15 Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam; Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi (Bandung: ROSDA, 2001), hlm. 30

16 Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Http//www.bappenas.go.id./artikel/, diakses pada 15 Agustus 2019, pukul 20.15.

(27)

modal usaha, pendidikan ketrampilan ekonomi, pemberian dana konsumsi), maupun secara tidak langsung (misalnya: pendidikan ketrampilan ekonomi, perlindungan dan dukungan terhadap kaum dengan kondisi ekonomi lemah, dan lain-lain). Beberapa literatur menyebutkan bahwa konsep pemberdayaan lahir sejak revolusi industri atau ada juga yang menyebutkan bahwa konsep pemberdayaan ada sejak lahirnya Eropa modern pada abad 18 atau renaissance, ketika banyak pihak mulai mempertanyakan determinasi gereja. Jika kemunculan ide pemberdayaan mulai muncul pada abad pertengahan barangkali benar.

Di Eropa, wacana pemberdayaan muncul ketika industrialisasi menciptakan masyarakat penguasa faktor produksi dan masyarakat pekerja yang dikuasai. Pada saat itu, Karl Marx mendefinisikan pemberdayaan sebagai perjuangan kaum powerless untuk memperoleh surplus value sebagai hak normatif yang harus diterima masyarakat pekerja. Perjuangan untuk mendapatkan surplus value tersebut dilakukan melalui distribusi penguasaan factor-faktor produksi. Dan perjuangan untuk mendistribusikan factor-faktor produksi tersebut harus dilakukan melalui perjuangan politik.17

Indonesia merupakan bagian dari Negara besar di dunia yang struktur ekonominya sangat timpang. Hal ini terjadi karena basis

17 Sumodiningrat Gunawan, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial”(Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 15

(28)

ekonomi yang strategis yang dimonopoli oleh segelintir orang, yaitu kalangan feudal-tradisional dan masyarakat modern-kapitalis dengan konsep ekonomi “ribawi”.18

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata empowerment yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek.19

Menurut soeharto dalam pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan(b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatnya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan(c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi

18 Achmad Djunaidi dan Thobicb Al-Ashar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat”(Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), hlm. 6-7

19 Setiana L. “tekhnik penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat”(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), hlm. 79

(29)

keputusan mereka.20 Para ahli mengemukakan bahwa bahasan mengenai pemberdayaan hendaknya ditinjau dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan yang dilakukan yang meliputi.21

1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan pihak- pihak yang lemah atau kurang beruntung.

2) Pemberdayaan adalah sebuah proses yang dengannya suatu pihak akan menjadi kuat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam memperbaiki keadaan.

3) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur ekonomi yang ada di tengah masyarakat.

4) Pemberdayaan adalah suatu cara agar masyarakat, organisasi, dan komunitas mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya.

Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi adalah proses sekaligus tujuan. sebagai proses, pemberdayaan ekonomi adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah (kondisi ekonominya) dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini seringkali digunakan sebagai indicator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Bila konsep pemberdayaan diatas dilekatkan

20 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT. refika Aditama , 2005), hlm. 58

21 Ibid., hlm. 58-59.

(30)

mendahului konsep ekonomi, maka didapati konsep baru yang lebih sempit dan spesifik. Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan memberi kekuasaan pada pihak ke-dua (sasaran pemberdayaan) agar menjadi mampu dalam bidang ekonomi.

Masjid dapat menjadi sentral kekuatan umat. Di masa lalu, pada masa Nabi, Masjid dapat diperankan secara maksimal sebagai sentral umat Islam untuk berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh Masjid yang mungkin dapat dipraktekan dan dijadikan contoh sebagai basis pemberdayaan umat, khususnya dibidang ekonomi dan pengentasan kemiskinan adalah pembentukan BMT (Baitul Maal wat Tamwil) berbasis Masjid. Masjid dengan aktifitas kegiatan ekonomi yang dimotori oleh BMT yang didirikannya akan sanggup menjadi basis pemberdayaan ekonomi para jamaahnya, maupun umat Islam disekitarnya secara luas. Dan juga sekarang sudah mulai di Indonesia Masjid-Masjid memberdayakan umatnya dalam bidang ekonomi melalui koperasi syariah . artinya sekarang sangat luas sekali fungsi dari Masjid terutama dalama pemberdayaan ekonomi umat .

b. Cakupan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Ummat

Michael Sheraden mengatakan pemberdayaan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pemberdayaan yaitu:22

22Ismet Firdaus dan Ahmad Zaki, “upaya meningkatkan Equity Perempuan Dhuafa Desa Bojang Indah, Parung” (Jakarta : Dakwah Press, 2008) hlm. 226

(31)

Pertama, asset manusia (human asset) berkaitan erat pada pemberdayaan kualitas sumber daya manusianyan. Humman capital ini termasuk pada golongan asset tidak nyata. Humman asset secara umum meliputi intelegensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Usaha - usaha untuk meningkatkan Humman asset ini biasanya dilakukan dengan berbagai program yang bersifat kualitatif seperti program pelatihan dan keterampilan dalam bentuk kursus-kursus, penyuluhan, yang semuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya menghasilkan output pada peningkatan kualitas SDM.

Kedua, Pemberdayaan asset modal keuangan (finansial asset), meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi dan komponen produksi lainnya. Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi para pelaku perekonomian adalah sulitnya mendapatkan modal untuk kredit usaha. Ketidak mampuan dan ketidak pastian mereka dalam memenuhi setiap persyaratan yang diajukan oleh lembaga keuangan formal seperti bank menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada umumnya tidak memiliki asset yang cukup untuk menjaminkan kepada pihak bank.

Ketiga, pemberdayaan asset sosial (sosial asset). Asset sosial meliputi keluarga, teman, koneksi atau jaringan sosial dalan bentuk

(32)

dukungan emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit dan tipe asset lainnya.

c. Indikator pemberdayaan ekonomi masyarakat

1) kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti kepasar, tempat hiburan, dan lain-lain. Tingkat mobilitas ini tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

2) kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan individu maupun keluarga sehari-hari. Seorang dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli dengan uangnya sendiri.

3) kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu membeli komoditas atau barang-barang sekunder atau tersier, seperti TV, berlangganan Koran, dan lain-lain.

4) terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga:

mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama pasangan mengenai keputusan-keputusan keluarga.

5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga

6) kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang anggota DPRD setempat, mengetahui pentingnya memiliki akta nikah.

(33)

7) keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat.

8) jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki rumah, tanah, asset produktif.23

d. Karakteristik Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Konsep ini meliputi ciri atau karakter pemberdayaan yang berdasarkan tiga hal utama yang bersifat adaptif terhadap masyarakat, yaitu.24

1)Berbasis Masyarakat, artinya Masyarakat bertindak sebagai pelaku/subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program pemberdayaan ekonomi. Masyarakat memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang kegiatan yang diperlukan serta pelaksanaannya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama.

2) berbasis sumber daya setempat, artinya program ini didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia pada daerah tersebut.

3) berbasis kelanjutan, artinya program yang dirancang harus dapat berfungsi sebagai motor penggerak awal, tidak berhenti pada akhir suatu program. Agar hal tersebut dapat tercapai diperlukan strategi, perencanaan dan pelaksanaan yang tepat guna.

23Ibid., hlm. 64-66

24 Ibid., hlm. 227.

(34)

e. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah untuk mendukung keterjaminan, kesempatan, dan keberdayaan melalui25: 1) Pengembangan kualitas dan kuantitas pelayanann sosial

2) Penguatan akuntabilitas dan inklusifitas kelompok-kelompok masyarakat

3) Peningkatan partisipasi berbasis luas

4) Perluasan akses masyarakat terhadap informasi dan jaringan sosial 5) Penyempurnaan pemerintah, lembaga dan kebijakan pada skala

lokal dan nasioanal sehingga responsive terhadap kebutuhan masyarakat lokal.

Adapun target pengembangan masyarakat/peningkatan kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan atau empowerment agar anggota masyarakat terlibat dalam proses produktif yang didasarkan pada kesetaraan atau equity, keterjamaan dan security, keberlangsungan atau sustainability, dan kerjasama atau cooperation, bila pemberdayaan atau kesetaraan, keterjaminan, keberlangsungan dan kerjasama dapat berjalan secara simultan maka sasaran kesejahteraan dapat tercapai.26

Jadi inti pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah mengarah dan mendorong perubahan struktural yaitu dengan memperkuat

25 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”.( Bandung: PT. refika Aditama , 2005), hlm. 25

26 Asep Usman Ismail Dkk, “Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Mayarakat kampong Badak Putih dan Kampung Satu Duit”, (Jakarta: Dakwah Press, 2007), hlm.54.

(35)

kedudukan dan peran ekonomi masyarakat dalam perekonomian nasional. Dengan demikian, pelaku ekonomi masyarakat mampu menikmati yang dihasilkannya dan seterusnya mampu menghasilkan dan bermanfaat serta berkelanjutan.

f. Ekonomi Umat

Ekonomi umat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri merupakan 87% dari total penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan pembangunan nasional yang merata secara vertikal maupun horizontal, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat Islam.

Yang dimaksud perekonomian umat itu adalah sektor-sektor yang dikuasai muslim-santri. Batasan ini mempunyai masalah tersendiri, karena sulit membedakan mana yang Islam dan mana pula yang abangan. Ekonomi umat juga diartikan badan-badan yang dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu kepada perusahaan-perusahaan yang dikembangkan oleh gerakan nasrani yang telah berhasil membangun diri sebagai konglomerasi dan bergerak di bidang-bidang seperti perbankan, perkebunan, perdagangan ekspor-impor, perhotelan, penerbitan, percetakan dan industri lainnya. Jadi dapat dikerucutkan bahwa pemberdayaan ekonomi umat, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan

(36)

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi.27

Operasionalisasi ekonomi umat ini akan menarik jika pada ujungnya nanti, yang diharapkan terjadi nanti adalah :

1) Timbulnya hubungan saling menguntungkan antar golongan umat Islam dan hubungan ini mengarah pada hal yang konstruktif, tidak destruktif.

2) Munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang dapat menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan baru, dimana kegiatan ekonomi komunitas akan terbentuk dengan tidak mengandalkan supply yang selama ini ada. Umat (Islam) bukan hanya menjadi konsumen, tapi bertindak juga sebagai pengelola dan pemilik dari kegiatan- kegiatan ekonomi yang terjadi. Hal ini kemudian diharapkan dapat menjadi inspirasi bahwasannya pembangunan ekonomi umat tidak sebatas untuk membangun ekonomi semata melainkan juga untuk memperkuat persaudaraan diantara umat (Islam).

Beberapa kegiatan ekonomi yang telah dihasilkan dalam rangka mengoprasionalkan ekonomi umat ini diantaranya kegiatan usaha yang telah dihasilkan diantaranya meliputi pengembangan usaha SPBU mini, retail, sengin, tembakau, kacang, karet, domba,

27 Nur Mahmudi Isma’il, “Strategi Pemberdayaan Umat dan Pencetakan SDM Unggul”.

(Bandung: ISTECS, 2001).hlm. 22-25

(37)

Desa Makmur Peduli Api (DMPA), serta penguatan sumber daya manusia dibidang otomotif. 28

2. Masjid

a. Pengertian Masjid

1) Secara Bahasa (etimologis)

Masjid Berarti tempat beribadah . akar kata dari Masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata Masjid sendiri berakar dari Bahasa Arab. diketahui pula bahwa, kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke-5 sebelum masehi yang berarti “tiang suci” atau “tempat sembahan”. Dalam Bahasa Inggris, kata Masjid disebut mosque yang berasal dari kata mezquita dalam Bahasa Spanyol. Sebelum itu, Masjid juga disebut “moseak”. “muskey”, “moscey”. Kata – kata tersebut diduga mengandung nada yang melecehkan.

Contohnya pada kata mezquita yang berasal dari kata mosque menjadi populer dan dipakai dalam Bahasa Inggris secara luas.29 Menurut Yulianto Sumalyo menyebutkan bahwa kata Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam al-Qur’an, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat serta tunduk dengan hormat dan takzim. Oleh karena itu , pada

28 Agustanto Imam, “Ekonomi Umat, Kebijakan Strategis atau Taktis?”, dalam http//www.kompasiana.com/agustanto.imam52/ekonomi-umat-kebijakan-strategis-atas-taktis, diakses tanggal 20 februari 2020, pukul 17.30 wita.

29 Aisyah Nur Handryant,” Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat”,(UIN- MALIKI:2010) hlm.51.

(38)

umumnya bangunan yang dibuat khusus untuk shalat disebut Masjid yang berarti tempat untuk sujud.30

2) Secara Istilah (terminologis)

Berdasarkan akar katanya mengandung arti tunduk dan patuh, maka hakikat dari Masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Oleh karena itu, Masjid dapat diartikan lebih jauh, bukan hanya tempat shalat dan bertayamum (berwudlu), namun juga sebagai tempat melaksanakan segala aktifitas kaum muslimin berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah swt.

Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad saw.

Sebagai berikut:

“seluruh bumi adalah Masjid, kecuali kuburan dan tempat pemandian” (HR. Tirmidzi. No. 317).31

Berdasarkan sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang didirikan oleh Rasulullsh saw., dapat dijabarkan fungsi dan peranan Masjid pada masa itu, yaitu bahwa tercatat tidak kurang dari sepuluh peranan dan fungsi Masjid Nabawi di antaranya sebagai

30 Sumalyo, “Arsitektur Masjid”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 1

31 Drs. Muhammad Zuhri, “Kelengkapan Hadits Qudsi”,(Semarang: PT. Karya Toha Putra:1982), hlm. 227.

(39)

tempat ibadah (shalat, zikir), konsultasi dan komunikasi berbagai masalah termasuk ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan sosial, latiha militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban perang, perdamaian dan pengadilan sengketa menerima tamu (di aula), menawan tahanan dan pusat penerangan dan pembelaan agama.32

Sumber daya yang menjadi potensi Masjid meliputi sumber daya insani, sumber daya yang bersifat fisik (tangible), sumber daya yang bersifat non-fisik (intangible).

Sumber daya insani Masjid merupakan elemen utama, sebab manusia merupakan pengendali sumber daya yang lainnya.33 Oleh karena itu, sumber daya manusia adalah keseluruhan penentu pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi Masjid yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan sosial.34

Disamping sumber daya insani, Masjid memiliki potensi ekonomi berupa sumber daya yang bersifat fisik, yaitu : 1) tanah dan bangunan Masjid yang rata-rata merupakan harta wakaf dari kaum

32 Aisyah Nur Handryant, “Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat”,(UIN- MALIKI:2010) hlm.52.

33 Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007) hlm. 1

34 Ibid., hlm. 3.

(40)

muslimin, 2) dana Masjid yang cukup besar, dimana dana tersebut terhimpun dari berbagai sumber dengan jenis dananya meliputi dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.

Sumber daya Intangible Masjid adalah sumber daya yang tidak melihat dalam neraca keuangan organisasi, misalnya teknologi, inovasi, dan reputasi. Masjid memiliki sumber daya yang bersifat non-fisik seperti potensi sosial, potensi spiritual, dan potensi intelektual.

Potensi sosial Masjid sebenarnya terlihat include dengan kegiatan ritual di Masjid, yaitu kewajiban shalat berjamaah bagi kaum muslimin, disamping terdapat berbagai kegiatan sosial Masjid dalam arti fungsi sosial Masjid. Salah satu yang memperkuat persaudaraan antara kaum muslimin adalah Masjid. Karena dalam sehari saja kaum muslimin dapat bertemu sebanyak 5 kali.

Mengenai hal ini Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk mengikuti shalat berjamaah di Masjid. Bahkan setelah selesai shalat Rasulullah SAW senantiasa memperhatikan para sahabatnya sebagai jamaah shalat. Unsur penting modal sosial mengandung dimensi tanggung jawab atas kewajiban, harapan, dan kepercayaan terhadap persoalan-persoalan dalam struktur sosial.35 Dengan demikian Masjid mempunyai posisi yang sangat strategis dalam

35 Khirjan Nahdi, “Dinamika Pesantren Nahdlatul Wathan Dalam Perspektif Pendidikan, Sosial, dan Moral” dalam Islamiat, Vol. 7, No. 2,(Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2013), hlm. 381- 405.

(41)

memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, jika Masjid difungsikan dengan sebenar-benarnya.36

Potensi spiritual merupakan potensi atau kekuatan yang tidak berakar pada sesuatu yang bersifat material, intelektual, atau bidang sosial, tapi berakar pada kekuatan dan pengaruh yang dihasilkan dari hubungan seseorang dengan tuhannya. Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah ritual. Bersamaan dengan itu, Masjid memiliki potensi spiritual hanya dapat dibangun dari Masjid. “Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang- orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At-Taubah : 18). Berdasarkan petunjuk Al- Quran maupun hadits secara normatif bahwa Masjid memiliki potensi spiritual yang sangat luar biasa yang akan melekat pada orang-orang yang memakmurkan Masjid tersebut.

Masjid dalam fungsinya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah merupakan lembaga sosial yang memiliki potensi intelektual yang sangat strategis. Karena Masjid memiliki kelompok-kelompok kajian keislaman sekaligus sebagai sarana dakwah Islam. Kelompok-

36 Teukeu Aminudin, “Masjid Dalam Pembangunan”, (Yogyakarta : UII, 2008 ), hlm.52.

(42)

kelompok kajian tersebut berupa kelompok pengajian orang tua, pemuda dan remaja, serta anak-anak.

Dari beberapa sudut pandang tersebut di atas maka dapat dirangkum bahwa Masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah umat Muslim, fungsi dan perannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan jamaah di mana masjid didirikan. Secara prinsip Masjid adalah tempat membina umat. Untuk itu Masjid harus dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan waktu dan tempat Masjid dibangun. berbagai elemen Masjid seperti bentuk, bahan dan ornamennya berkembang bervariasi menurut zaman dan budaya masyarakat di mana Masjid didirikan. Dalam Masjid tradisional asli misalnya di Jawa, tidak selalu ada minaret, tetapi fungsinya digantikan oleh bedug.37

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Metode penelitian data pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.38

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Studi Kasus. Studi kasus atau penelitian kasus adalah (case study), adalah

37 Ibid., hlm. 54.

38 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Da R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 2.

(43)

penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek.39

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Di mana metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.40

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan merupakan keharusan dalam kegiatan penelitian agar informasi yang didapatkan benar-benar sesuai dengan keadaan yang terjadi atau keadaan yang ada di lapangan, karena peneliti lebih banyak berhubungan atau berintraksi dengan informan sekaligus pengamat partisipasi.41 Kehadiran peneliti di lapangan atau lokasi penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

39 Moh. Nazir,” Metode Penelitian”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 57.

40 Ibid., hlm. 9.

41 Ibid., hlm. 164.

(44)

dengan menggunakan berbagai metode seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.

4. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen yaitu data lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.42

Menurut sumbernya ada tiga jenis klasifikasi sumber data, yaitu person (orang) seperti masyarakat atau stakeholder dan pengelola yang ada di Islamic Center (IC), place (tempat) seperti lokasi Islamic Center Mataram NTB, dan paper (kertas/simbol) berupa dokumen-dokumen tertulis berisi informasi Islamic Center dan mading atau papan pengumuman Islamic Center. Dengan demikian yang menjadi sumber data dan informasi dalam penelitian ini diproleh dari masyarakat atau stakeholder serta pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan dan pengelola Islamic Center NTB.

Adapun jenis-jenis data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Maka data primer ini didapatkan secara langsung di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

42 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 157.

(45)

Adapun sumber data primer berupa hasil observasi dan wawancara terhadap Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid. Sedangkan yang menjadi informan adalah anggota koperasi syariah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dengan dilakukan menggunakan studi kepustakaan yaitu dari buku-buku atau literatur yang terkait dengan fokus penelitian.43 Data sekunder berupa bukti , catatan atau laporan Historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang benar-benar objektif, peneliti menggunakan beberapa metode sehingga diharapkan obyektifitas data menjadi signifikan dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun metode yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

43 Jonathan Sarwono, “Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006), hlm. 17.

(46)

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.44

Metode observasi menuntut adanya pengamatan dari seorang peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang akan diteliti dengan menggunakan instrument berupa pedoman penelitian dalam bentuk lembar pengamatan atau lainnya. Teknik pengumpulan dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Kemudian non participant observation, yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.45 Pada observasi ini penelitian menggunakan non participant observastion.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan studi

44 Ibid.,hlm. 145.

45 Ibid, hlm.146

(47)

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan juga jumlah respondennya sedikit/kecil.46

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas, yaitu tanya jawab secara lisan antara peneliti dengan responden terkait dengan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti secara bebas tetapi tidak menyimpang dari pedoman wawancara yang sudah di tetapkan.

Peneliti akan mewawancarai Pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan IC 2 orang dan Pengurus Koperasi Syariah Masjid Raya Hubbul Wathan 2 orang. Peneliti juga akan mewawancarai 3 orang jamaah Masjid Raya Hubbul Wathan yang merasakan langsung Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Raya Hubbul Wathan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anecdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen.47

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung

46 Ibid., hlm.137.

47 Djam’an Satori dan Aan Komariah, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 147.

(48)

keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih terpercaya dan sesuai dengan masalah penelitian.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.48

Setelah data-data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka kegiatan penelitian yang dilakukan adalah menganalisa data. Dengan analisis data tersebut, peneliti mendapatkan gambaran tentang fokus penelitian yang dilakukan.

Adapun yang dilakukan peneliti adalah menganalisa apa saja yang dilakukan oleh Pengelola Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB pada kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB berdasarkan potensi dan fungsi Masjid.

7. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian bertujuan untuk memberikan apakah data yang diperoleh di lapangan betul-betul valid atau tidak, dengan memadukan landasan teori yang menjadi landasan penelitian.

Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu

48 Ibid., hlm. 248.

(49)

sendiri atas dasar kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, ketergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik- teknik pemeriksaan sendiri.49

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan suatu yang lain. Di luar data yang diperlukan untuk pengecekan atau pembanding terhadap data lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya.50

H. Sistematika Penulisan

Bab satu, bab ini menguraikan tentang Pendahuluan, membahas konteks penelitian atau latar belakang, Rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, bab ini menguraikan tentang paparan data dan temuan data, menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi dan pengurus. Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB..

Bab tiga, bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil analisis, jawaban atas pertanyaan yang disebut dalam fokus penelitian, pembahasan dari data-data yang telah ditemukan di lapangan.

Bab empat, bab ini berisi tentang uraian kesimpulan berdasarkan hasil analisis data penelitian. Pada bab ini penulis juga akan menyampaikan keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian serta memberikan

49 Ibid., hlm.11.

50 Sugiono, “Metode Penelitian, Kuantitatif”, (Bandung: Cv Alfabeta, 2011), hlm. 330.

(50)

beberapa saran sebagai masukan kepada lembaga terkait yaitu Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.

(51)

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Profil Islamic Center NTB

Masyarakat Nusa Tenggara Barat sebagian besar beragama Islam yang telah menyatu di dalam budaya dan pola kehidupan baik di pulau Lombok maupun di pulau Sumbawa. Masjid merupakan titik sentral persatuan dan kesatuan kehidupan di masyarakat untuk kegiatan yang bersifat keagamaan maupun kegiatan sehari-hari.

Masyarakat NTB gemar membangun Masjid, sehingga pada setiap wilayah terdapat bangunan Masjid yang dibangun secara mandiri. Pada setiap perjalanan , tak lebih dari 2 kilometer akan ditemukan Masjid yang bentuk bangunannya relative lebih baik dibandingkan bangunan sekitarnya. Jumlah Masjid di NTB ± 1000 - 6.000 unit belum termasuk Mushala, sehingga masyarkat Indonesia memberikan julukan pada Provinsi NTB sebagai Pulau 1000 Masjid.

Pembangunan Islamic Center NTB bertujuan untuk menyatukan Visi Syiar Islam, sebagai Pusat Ibadah Icon NTB. Pusat Pengkajian dan Peradaban Islam, Wisata Religius, Lambang Perdamaian dan sekaligus sebagai identitas dari Pulau 1.000 Masjid. 51

51 Unit Pegelola Islamic Center, Brosur Resmi Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram, 24 November 2019.

Referensi

Dokumen terkait