PEMBERIAN SANKSI KEPADA OKNUM TNI YANG MENYALAHGUNAKAN MAUPUN MENGEDARKAN NARKOBA BERDASARKAN UU NO 31 TAHUN 1997
Disusun Oleh :
1. Lorinda Anggraini Putri 210710101022
2. Addilya Sukmadewi 210710101033
3. Indra Jovian Ramadhan 210710101039
4. Muhammad Ridho Wahyu Saputra 210710101042
5. Enggar Wahyu Pambudi 210710101044
6. Akmal Firmansyah 210710101078
7. Abdul Mualim 210710101175
8. Nancy Dwi Hardiyanti 210710101378
9. Ildan Setya Nabillah 210710101401
10. Raka Prasetya Wandhana 210710101410
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM 2023
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam penggunaannya siapa pun dapat melakukan penyalahgunaan narkoba tanpa mengetahui profesinya, bidang pekerjaannya, atau bahkan usianya. setiap lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, lingkungan profesional, dan orang terkenal termasuk pejabat pemerintah dan penegak hukum juga bertugas di militer atau TNI yang merupakan elemen kunci dari sistem pertahanan juga dapat dilakukan dalam penindakan pelanggaran narkoba. Tindak pidana penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius yang menjadi topik hangat dan menjadi jaminan bagi masyarakat Indonesia. Penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan yang berdampak pada keluarga dan masyarakat luas serta mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangannya.
Di Indonesia, kejahatan terkait narkoba telah meluas ke berbagai kelompok. Tim pelaksana TNI AD dan kuasa hukum Kodam II/SWJ mengungkap berapa banyak kasus prajurit yang melakukan kejahatan. TNI AD menduduki peringkat ketiga dalam seluruh kasus pidana, khususnya yang menyangkut penyalahgunaan narkoba. Presiden Joko Widodo dengan tepat menyatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami darurat narkoba dan oleh karena itu perlu mengambil tindakan pencegahan, mengambil tindakan yang tepat, dan melacak mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terkait narkoba. Jika ada anggota TNI yang melanggar hukum, ia tetap akan mendapat hukuman tanpa mendapat manfaat atau fasilitas khusus. Ia akan mengikuti hukum acara peradilan militer yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer yang menguraikan tentang proses pemeriksaan, penyidikan, dan penuntutan. TNI adalah sistem pertahanan negara dan alat negara. Ia mempunyai tanggung jawab untuk membela, melindungi, dan mampu menegakkan keutuhan dan penguasaan negara. TNI juga mempunyai kekuatan untuk memberikan efek jera terhadap perilaku kriminal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur tentang narkotika, dalam hal ini yang dimaksud dengan obat-obatan narkotika. Tindakan hukum harus segera diambil terhadap tindakan TNI atau pelanggaran hukum, peraturan, atau peraturan
yang dapat mengurangi kewenangan atau menimbulkan keresahan masyarakat. Tindakan hukum harus segera diambil terhadap tindakan TNI atau pelanggaran hukum, peraturan, atau peraturan yang dapat mengurangi kewenangan atau menimbulkan keresahan masyarakat. Penegakan hukum militer, khususnya hukum Sistem KUHAP sebenarnya dianut oleh militer. Namun KUHAP sendiri memuat beberapa bagian, khususnya yang berkaitan dengan penegakan tindak pidana, dimana seluruh personel militer yang ditunjuk oleh undang-undang, seperti yang terlibat dalam proses penyidikan dan penyidik, berperan sebagai unsur penegakan hukum. Badan peradilan militer tidak mempunyai kewenangan yang sama dengan peradilan umum. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya pembagian wilayah komando militer, dimana pemegang komandonya adalah pejabat yang mengajukan perkara ke pengadilan militer. Namun, dalam keadaan darurat, jika badan peradilan umum tidak dapat berfungsi, pengadilan militer harus dapat mengajukan kasus untuk mengadili para pejabat parayudisial yang seharusnya tunduk pada wewenang umum.
Di lingkungan TNI AD, upaya pemberantasan penyalahgunaan narkoba benar-benar menjadi perhatian serius secara berkala dan berkesinambungan, seluruh satuan kerja TNI melaksanakan tes urine mendadak untuk mendeteksi referensi narkoba di kalangan prajurit.
Apabila diketahui ada anggota yang terlibat narkotika, maka orang tersebut akan segera diproses sesuai hukum, dan diberikan sanksi tambahan berupa pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyalahgunaan narkoba bisa meluas di berbagai lapisan masyarakat, termasuk dikalangan pelajar, mahsiswa, lingkungan professional, hingga pejabat pemerintahan dan anggota TNI, dan bagaimana dampak yang timbul akibat penyalahgunaan narkoba ?
2. Bagaimana upaya penegakan hukum dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan TNI dan sistem peradilan militer yang menghadapi tantangan dalam menangani pelanggaran narkoba?
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyebab Meluasnya Penyalahgunaan Narkoba
Negara Indonesia saat ini sudah dalam kondisi darurat narkoba. Tentunya hal ini mengindikasikan bahwa situasi Indonesia telah benar-benar dalam kondisi gawat untuk perihal kasus-kasus penyalahgunaan narkoba, sehingga membutuhkan perhatian serta kewaspadaan dari berbagai elemen masyarakat agar dapat menanggulangi serta mencegah peredaran gelap narkoba untuk tidak meluas. Narkoba dan obat-obatan psikotropika sudah merambah ke segala lapisan masyarakat Indonesia, sasaran utama narkoba bukan hanya tempat- tempat hiburan malam tetapi sudah merambah ke daerah pemukiman, kampus dan bahkan ke sekolah-sekolah tanpa melihat status sosial masyarakat. Seiring perkembangan jaman, narkoba telah menjadi bagian dari gaya hidup (Klee dan Reid, 1998). Narkoba seringkali digunakan sebagai pelarian terhadap permasalahan yang dihadapi seseorang. Seperti dinyatakan oleh Pipher (1994) bahwa penggunaan zat adiktif sebagai strategi coping banyak dijumpai pada remaja perempuan yang seringkali merasa bingung, depresi, dan cemas. Namun, upaya pelarian ini tidak hanya dilakukan oleh remaja perempuan, tetapi juga dilakukan oleh laki- laki. Hanya saja, penggunaan narkoba pada perempuan akan berakibat lebih buruk. Perempuan akan mengalami depresi dua kali lebih tinggi daripada laki-laki (Swan, 1997). Remaja atau kelompok usia muda yang menyalahgunakan narkoba tidak lepas dari sifat remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Faktor pribadi yang dapat melatarbelakangi penyalahgunaan narkoba adalah rasa ingin tahu remaja yang sangat besar terhadap narkoba dan keinginan untuk mencobanya. Rasa iseng untuk memperoleh kesenangan dapat menjadi awal terjadinya penyalahgunaan narkoba. Selain itu, faktor lingkungan juga cukup berpengaruh. Ada tiga lingkungan besar yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menggunakan narkoba, yaitu: (1) tempat tinggal yang berada pada
lingkungan peredaran atau pemakaian narkoba; (2) bersekolah di lingkungan yang rawan terhadap narkoba; dan (3) bergaul. jika waktu atau dekade sebelumnya penyalahgunaan narkoba banyak didominasi dari kalangan tertentu seperti selebriti dan musisi atau kalangan dengan pendapatan tinggi, maka saat ini penyalahguna narkoba sudah berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang tidak berpendidikan hingga kalangan yang berpendidikan dan juga kalangan pejabat bahkan TNI. TNI mempunyai peranan sebagai pelindung bangsa dan sebagai prajurit bersenjata yang bertanggung jawab untuk mengamankan perbatasan wilayah Indonesia, mengamankan presiden, wakil presiden beserta keluarga, mengatasi segala aksi terorisme maupun gerakan bersenjata, serta melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik negeri.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui TNI sebagai Prajurit Tentara Nasional seharusnya bersikap disiplin dan seharusnya tidak melakukan kejahatan ataupun pelanggaran.
Kejahatan yang paling sering terjadi di lingkungan umum dan di lingkungan militer adalah kejahatan penyalahgunaan psikotropika. Psikotropika adalah obat-obatan yang berbahaya dan dilarang untuk digunakan, dikonsumsi, ataupun diedarkan secara bebas di wilayah indonesia.
Psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi disisi lain dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan ketergantungan sehingga penggunaannya harus diawasi secara seksama.
Meskipun bertugas sebagai suri tauladan bagi bangsa indonesia dan sebagai pelindung dari ancaman dan gangguan yang mengancam bangsa indonesia akan tetapi masih ada TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika. Demikian hukum tidak pandang bulu, TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika tetap diadili seadil-adilnya. TNI yang menyalahgunakan psikotropika diadili di peradilan militer dan akan dijatuhi sanksi pidana oleh hakim militer. Sanksi pidana yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan militer berupa pidana pokok dan pidana tambahan.
B. Dampak Yang Timbul Karena Penyalahgunaan Narkoba
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman banyak kasus penyalahgunaan narkoba dengan berbagai jenis tingkat maupun pangkat penggunanya. Masyarakat di Indonesia
sendiri sangat mengkkhawatirkan hal ini karena berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Setiap tahunnya angka pengguna narkoba di Indonesia terus naik dan hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah. Penggunaan narkoba yang awalnya digunakan hanya untuk masalah kesehatan seperti pereda nyeri dan sekarang banyak disalahgunakan pasti juga muncul dampak yang timbul dari pengguna. Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika pada kalangan masyarakat terutama terhadap perkembangan individu, keluarga, dan masayarakat secara keseluruhan itu sangat merugikan.
Dampak dari penggunaan narkotika sendiri bukan hanya mengancam kelangsungan hidup dan masa depan pengguna saja, namun juga masa depan bangsa dan negara. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis dan sosial seseorang. Dampak fisik, psikis dan sosial selalu saling berhubungan erat antara satu dengan lainnya. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan perilakuperilaku menyimpang lainnya. Selain itu, narkoba dapat menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, persepsi, dan kesadaran. Pemakaian narkoba secara umum dan juga psikotropika yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang membahayakan tubuh.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, penyalahgunaan narkoba dibedakan menjadi 3 (Budianto, 1989), yaitu:
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.
3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi.1 Banyaknya dampak negatif yang muncul karena penggunaan narkotika secara bebas dan tidak sesuai dengan aturan penggunaan, maka perlu suatu perhatian yang khusus untuk
1 Amanda, M. P., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja (Adolescent Substance Abuse). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
menanggulangi masalah ini. Keluarga, orang terdekat, maupun masyarakat secara keseluruhan memiliki peranan dan dampak tersendiri dalam membantu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkotika.
C. Upaya Penegakan Hukum Bagi Oknum TNI Yang Ketahuan Menyalahgunakan Narkoba Berdasarkan UU NO. 31 Tahun 1997
Penyalahgunaan narkoba oleh siapa pun, termasuk anggota militer, dapat merusak masa depan bangsa dan masyarakat. Oleh karena itu, kejahatan narkoba dapat digolongkan sebagai kejahatan luar biasa dan serius. Peredaran gelap narkoba bersifat lintas negara dan terorganisir, sehingga menjadi ancaman nyata yang membutuhkan penanganan serius dan mendesak. Anggota militer yang terbukti menggunakan narkoba dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan hukum pidana militer, seperti penjara militer, pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas militer, pemecatan dari dinas militer, penurunan pangkat, penundaan kenaikan pangkat, dan pemotongan gaji.Penegakan hukum yang tegas, tidak pandang bulu, dan berani sangat dibutuhkan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari bahaya narkoba. Dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkoba oleh anggota militer, TNI melakukan penegakan hukum secara tegas dengan memperhatikan asas kepentingan militer. Dalam proses peradilan, kepentingan militer selalu diseimbangkan dengan kepentingan hukum. Artinya, dalam menegakkan hukum, kepentingan militer tidak boleh diabaikan dan harus seimbang dengan kepentingan hukum.
Aparat penegak hukum di lingkungan TNI harus mempertimbangkan kepentingan militer dalam proses hukum terhadap penyalahguna narkoba.
Dalam penyelesaian suatu tindak pidana tentunya terdapat prosedur-prosedur yang harus dilalui sebelum suatu perkara tersebut diputus. Dalam sistem peradilan militer sama halnya dengan Peradilan Umum yakni adanya komponen atau sub-sistem peradilan. Adanya Ankum dan Papera merupakan komponen yang tidak kalah penting dalam sistem peradilan militer, disamping adanya Polisi Militer, Oditur, serta Hakim Militer. Suatu kekhususan penyelesaian perkara dalam Militer tidak lain sebab adanya Asas “Unity Of Command” atau
“Asas Kesatuan Komando”. Hal tersebut memiliki arti bahwa dalam menegakkan hukum di lingkungan Militer peranan Komandan yang bersangkutan tidak dapat dikesampingkan, namun sebagai Negara hukum dalam pelaksanaannya tidak boleh mengabaikan salah satu kepentingan hukum dimana antara asas Unity OF Command (Kesatuan Komando) dengan Asas De Een En Ondeelbaarheid Van Het Parket (Kesatuan Penuntutan)(Utomo, 2018). Atasan yang berhak menghukum atau biasa disebut Ankum, berdasarkan pasal 1 butir 9 UU No 31 Tahun 1997 merupakan atasan langsung yang memiliki kewenangan untuk menjatuhkan suatu hukuman disiplin menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan berwenang untuk melakukan penyidikan berdasarkan undang-undang ini. Proses penyidikan merupakan salah satu fungsi mekanisme sistem peradilan pidana, pelaksanaannya-pun diatur didalam KUHAP dan PP No 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No 7 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP.
Berdasarkan hal tersebut kewenangan Ankum dalam pelaksanaan Penyidikan, pelaksanaanya dapat dilakukan oleh Polisi Militer atau Oditur Militer. Ankum memiliki kewenangan yang kuat dalam melakukan pemeriksaan permulaan atas Prajurit Militer yang mejadi anak buahnya dan sebagai pengusut Ankum tidak lagi berkedudukan dibawah Oditur Militer. Dalam pelaksanaan Penyidikan berdasarkan pasal 99 UU No 31 Tahun 1997, baik Polisi Militer maupun Oditur Militer tidak secara mutlak dapat langsung melakukan Penyidikan. Selain Ankum yang memiliki kewenangan besar dalam perkara Militer adalah Perwira Penyerah Perkara atau Papera. Papera berdasarkan pasal 1 butir 10 UU 31 Tahun 1997 merupakan perwira yang berdasarkan undang-undang ini memiliki kewenangan untuk menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh Prajurit TNI yang berada dibawah wewenang komandonya akan diserahkan atau diselesaikan diluar pengadilan dalam lingkungan peradilan militer maupun dalam lingkup Peradilan Umum.2
Prajurit yang terlibat dalam suatu tindak Pidana, memiliki hak yang sama dengan Terdakwa pada umumnya. Para Prajurit mendapatkan hak untuk didampingi oleh Penasehat Hukum dalam penyelesaian perkaranya namun harus atas izin dari Papera atau pejabat yang telah ditunjuk. (KontraS, 2009) Sebagaimana tertulis dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945yang berbunyi “Setiap orang berhak atas Pengakuan, Jaminan, Perlindungan dan Kepastian
2 Rifani, A. A. J., & Prakasa, S. U. W. (2021). Independensi Peradilan Militer Terhadap Prajurit TNI sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Audito Comparative Law Journal (ACLJ), 2(3), 131-142.
Hukum yang Adil serta perlakuan yang sama dimata hukum.”Yang diatur juga didalam pasal 215 UU No 31 Tahun 1997:(1) Untuk kepentingan pembelaan perkaranya, Tersangka atau Terdakwa berhak mendapat bantuan hukum di semua tingkat pemeriksaan; (2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan dari dinas bantuan hukum yang ada di lingkungan Angkatan Bersenjata; (3) Tata cara pemberian bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Panglima.Selanjutnya, terkait upaya hukum pada putusan Tingkat Pertama baik Terdakwa maupun Oditur berhak mengajukan Banding Kecuali pada putusan tersebut terbukti bebas dari segala dakwaan dan segala tuntutan hukum yang berkaitan. Oditur maupun terdakwa berhak mengajukan Banding dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak putusan pertama dijatuhkan. Panitera tidak diperkenankan menerima Banding apabila telah melebihi batas waktu yang sudah ditentukan serta apabila terjadi penolakan pengajuan Banding Panitera wajib mencantumkan akta penolakan permohonan Banding yang sudah ditandatangani olehnya dan Pemohon yang bersangkutan (Oditur/Terdakwa) (Rosidah, 2019).
Kemudian Panitera berhak mencatat dan membuat akta putusan dan melampirkan pada berkas perkara. Pemeriksaan dalam tingkat Banding dapat dilakukan atas dasar Berkas Perkara dari Pengadilan Tingkat Pertama yang terdiri dari BAP Penyidik. Setelah suatu perkara diputuskan maka status terdakwa tersebut berubah menjadi Terpidana, berdasarkan UU No. 31 Tahun 1997 terpidana yang dalam putusannya masih berstatus Prajurit TNI maka Oditur berkewenangan melaporkan kepada ANKUM dengan melampirkan Putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht). Setelah terpidana tersebut menyelesaikan hukuman sesuai dengan keputusan Hakim, iajuga akan menjalani Sanksi Administratif dari tempat ia bernaung (Nico Oviten & Aprilianda, 2013). 3
D. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan TNI
Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah suatu tindakan atau program yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah individu dari menggunakan narkoba atau obat-
3 Rifani, A. A. J., & Prakasa, S. U. W. (2021). Independensi Peradilan Militer Terhadap Prajurit TNI sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Audito Comparative Law Journal (ACLJ), 2(3), 131-142.
obatan terlarang. Pencegahan narkoba sangat penting karena penyalahgunaan narkoba dapat memiliki dampak yang merusak pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.
Berikut beberapa upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dapat dilakukan:
Pendidikan dan Kesadaran:
a. Kampanye edukasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda.
b. Mendorong pembelajaran tentang narkoba di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kurikulum.
Keluarga:
a. Membangun komunikasi yang baik antara anggota keluarga untuk memahami dan mendukung satu sama lain.
b. Mendidik anggota keluarga tentang bahaya narkoba dan cara mengenali tanda-tanda penyalahgunaan narkoba.
c. Kebijakan dan Hukum:
d. Penerapan undang-undang yang ketat terhadap produksi, distribusi, dan penjualan narkoba.
e. Mengadakan program rehabilitasi untuk pelaku penyalahgunaan narkoba yang ingin berhenti.
f. Pengembangan Keterampilan:
g. Program pengembangan keterampilan sosial dan kepemimpinan bagi generasi muda untuk meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab.
h. Menyediakan alternatif hiburan dan kegiatan yang positif untuk mencegah kebosanan yang bisa memicu penyalahgunaan narkoba.
Dukungan Psikososial:
a. Menyediakan layanan konseling dan dukungan psikososial bagi individu yang telah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
b. Mendukung komunitas-komunitas yang terdampak secara sosial dan ekonomi oleh penyalahgunaan narkoba.
Kampanye Anti-stigma:
a. Mengurangi stigmatisme terhadap individu yang telah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka lebih terbuka untuk mencari bantuan.
b. Mendorong masyarakat untuk melihat penyalahgunaan narkoba sebagai masalah kesehatan mental dan memperlakukan individu dengan empati.
Kerjasama Internasional:
a. Berpartisipasi dalam kerjasama internasional untuk mengatasi permasalahan perdagangan narkoba secara global.
b. Pertukaran informasi dan pengalaman dengan negara-negara lain untuk mengidentifikasi tren baru dalam penyalahgunaan narkoba.
Pemantauan dan Evaluasi:
a. Melakukan pemantauan terhadap tren penyalahgunaan narkoba dan dampak upaya pencegahan yang telah dilakukan.
b. Mengadaptasi program pencegahan sesuai dengan perubahan tren dan kebutuhan masyarakat.
c. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba haruslah holistik, melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, keluarga, sekolah, masyarakat, dan individu. Kombinasi dari berbagai strategi ini dapat membantu mengurangi prevalensi penyalahgunaan narkoba dan melindungi masyarakat dari dampak negatifnya.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Indonesia menghadapi darurat narkoba, dengan peredaran narkobmerambah ke berbagai lapisan masyarakat. Penggunaan narkoba telah menjadi bagian dari gaya hidup, digunakan sebagai pelarian dari masalah, terutama oleh remaja. Faktor pribadi dan lingkungan mempengaruhi penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu, melainkan meluas ke berbagai kalangan, termasuk pejabat dan anggota TNI.
Penyalahgunaan narkoba memiliki dampak serius terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
Dampaknya mencakup aspek fisik, psikis, dan sosial yang saling terkait. Ketergantungan fisik menyebabkan sakaw jika penggunaan narkoba terhenti. Penyalahgunaan narkoba juga dapat mengubah perilaku, perasaan, dan persepsi. Ada tiga jenis narkoba: depresan, stimulan, dan halusinogen. Untuk mengatasi masalah ini, peran keluarga, teman, dan masyarakat sangat penting dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Dalam upaya penegakan hukum dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungan TNI (Tentara Nasional Indonesia) serta sistem peradilan militer yang mengatur hal ini, terdapat beberapa poin penting:
Penyalahgunaan narkoba oleh siapa pun, termasuk anggota militer, dianggap sebagai kejahatan serius yang dapat merusak masa depan bangsa dan masyarakat. Peredaran narkoba bersifat terorganisir dan lintas negara, sehingga perlu penanganan serius dan mendesak. Anggota militer yang terbukti menggunakan narkoba dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan hukum pidana militer. Sanksi tersebut mencakup penjara militer, pemberhentian tidak dengan hormat dari dinas militer, pemecatan, penurunan pangkat, penundaan kenaikan pangkat, dan pemotongan
gaji. Penegakan hukum harus dilakukan secara tegas, tidak pandang bulu, dan berani. Hal ini penting untuk memerangi penyalahgunaan narkoba dan menjaga keamanan serta ketertiban nasional.
Dalam proses peradilan militer, kepentingan militer selalu harus seimbang dengan kepentingan hukum. Hakim militer harus mempertimbangkan kepentingan militer dalam putusan mereka. Meskipun anggota TNI tunduk pada hukum militer, mereka memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dengan masyarakat umum sesuai dengan prinsip kesetaraan di bawah hukum.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan anggota militer melibatkan kegiatan Focus Group Discussion (FGD), pendidikan karakter pada anak didik, dan pemberitahuan mengenai dampak buruk narkoba. Hal ini penting untuk melatih mental dan perilaku anggota militer agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.Upaya ini bertujuan untuk menjaga integritas, disiplin, dan kualitas anggota TNI serta untuk melindungi bangsa dan masyarakat dari dampak buruk penyalahgunaan narkoba.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rifani, A. A. J., & Prakasa, S. U. W. (2021). Independensi Peradilan Militer Terhadap Prajurit TNI sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Audito Comparative Law Journal (ACLJ), 2(3), 131-142.
Pribadi, R., & Sumpono, D. R. (2021). Implementasi Penegakan Hukum Pidana Terhadap Oknum Tni Yang Memfasilitasi Pelaku Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer. Journal Presumption of Law, 3(1), 36-54.
Kusmaryani, Rosita Endang. (2009). Mengenal Bahaya Narkoba bagi Remaja.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tm p/(C)%20Mengenal%20Bahaya%20Narko ba%20bagi%20Remaja%202009_0.pdf
imangunsong, Jimmy. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja (Studi Kasus pada Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang).
http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1-
Adam, S. (2012). Dampak narkotika pada psikologi dan kesehatan masyarakat. Jurnal Health and Sport, 5(2).
Muh.Adlin Sila. 2003. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika.
Jakarta: Balai Penelitian Agama dan Kemasyarakatan Proyek Pengkajian Pendidikan Agama
AMANDA, Maudy Pritha; HUMAEDI, Sahadi; SANTOSO, Meilanny Budiarti.
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja (Adolescent Substance Abuse). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2017, 4.2.
Sri Purwatiningsih. 2001. Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/download/12275/8950
Valery Classe. 2016. PENJATUHAN SANKSI PIDANA BAGI TNI YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA.http://e-
journal.uajy.ac.id/11173/1/jurnal.pdf
Gilza Azzahra Lukman. KASUS NARKOBA DI INDONESIA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA DI
KALANGAN REMAJA. https://jurnal.unpad.ac.id/jppm/article/viewFile/36796/pdf
Sator Sapan Bungin. 2013. KEPENTINGAN MILITER DALAM PROSES HUKUM PENYALAHGUNA NARKOTIKA. https://www.dilmiltama.go.id/home/e-
journal/KEPENTINGANMILITERDALAMPROSESHUKUM.pdf