• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro atau mikronutrien dapat diperoleh dari makanan, makanan yang difortifikasi, dan suplementasi langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro atau mikronutrien dapat diperoleh dari makanan, makanan yang difortifikasi, dan suplementasi langsung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Gizi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungannya serta menggunakan bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri.1

Zat gizi atau nutrient menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Untuk mendapatkannya maka perlu makanan karena di dalam makanan mengandung zat gizi atau unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi yang berguna untuk tubuh jika dikonsumsi.2

Gizi kurang atau gizi buruk adalah gizi yang berdasar atas indeks berat badan menurut usia (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Pendek dan sangat pendek yang berdasar pada indeks panjang badan menurut usia (PB/U) atau indeks tinggi badan menurut usia (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kurus dan sangat kurus yang berdasar atas indeks berat badan menurut panjang badan (BB/TB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).3

Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak yang berlanjut sampai seribu hari pertama kehidupan akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

(2)

2

Anak yang kurang gizi akan tumbuh lebih pendek yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan kemungkinan keberhasilan pendidikan, serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa. Selain itu, gizi yang kurang merupakan penyebab dasar kematian anak.4

Anak stunting harus dikejar pertumbuhan dan perkembangannya karena jika anak stunting masih tetap kondisinya di usia lebih 24 bulan maka kognitifnya tidak akan seperti anak normal lainnya, jika kurang dari 24 bulan anak stunting diperbaiki dan normal maka ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama akan normal dan kemungkinan kedua akan sama dengan anak stunting yang tidak diperbaiki gizinya sampai usia 5 tahun. Anak stunting akan normal kognitifnya jika dilakukan perbaikan gizi yang optimal serta dilakukan stimulasi.5 Stunting banyak terdeteksi pada usia anak 12–24 bulan, pertumbuhan otak yang pesat di dua tahun pertama atau 1.000 hari pertama kehidupan menjadikan anak tidak boleh kekurangan nutrisi. Stunting juga merupakan suatu keadaan dengan kekurangan zat gizi makro dan mikronutrien 6

Dalam dunia pangan dan gizi, zat gizi terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri atas karbohidrat, protein, dan lemak.7 Mikronutrien atau zat gizi merupakan mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu proses pertumbuhan anak seperti zinc dan kalsium.8

Defisiensi zat gizi mikro memberi kontribusi yang serius pada morbiditas dan mortalitas anak. Pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro atau mikronutrien dapat diperoleh dari makanan, makanan yang difortifikasi, dan suplementasi langsung. Defisiensi bermacam vitamin dan mineral pada masa balita disebabkan oleh kualitas makanan yang rendah.9

Karbohidrat dalam tubuh manusia bermanfaat sebagai sumber energi utama

(3)

3

yang diperlukan untuk beraktivitas, sedangkan karbohidrat yang berlebih dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi. Lemak dalam tubuh bermanfaat sebagai sumber energi dan melarutkan vitamin sehingga dapat mudah diserap oleh usus.10

Protein merupakan zat makro yang memegang peran penting dalam proses metabolisme tubuh dan fungsi enzim. Kelebihan maupun kekurangan protein pada masa 1.000 hari pertama akan memberikan efek yang negatif pada tubuh seperti pertumbuhanan dan pemeliharaan jaringan terganggu, regulasi keseimbangan cairan terganggu, antibodi berkurang serta transport zat gizi terganggu.2,11

Zinc merupakan mineral mikro yang memiliki peran dalam bagian enzim untuk metabolisme tubuh. Zinc juga berfungsi pada produksi hormon pertumbuhan dan sebagai antioksidan dibutuhkan untuk fungsi imunitas tubuh. Kekurangan zinc berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak optimal, penyakit diare, dan penurunan fungsi imunitas.11

Matriks tulang mengalami proses kalsifikasi setelah lahir karena kalsium merupakan mineral utama dalam ikatan ini, sedangkan keduanya harus dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Kekurangan kalsium pada anak dapat mengakibatkan adaptasi pembentukan tulang dikendalikan oleh hormon pertumbuhan, hormon tiroid, kalsitonin, hormon paratiroid (PTH), hormon kelamin, serta kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin D.12

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan dengan nilai Z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasar atas standar pertumbuhan secara global atau dengan persentil, sekitar 1 dari 3 balita mengalami stunting.13

Faktor risiko potensial stunting pada anak dapat dikategorikan menjadi faktor individu (anak), faktor orangtua dan rumah tangga, serta faktor masyarakat. Faktor anak di antaranya usia

(4)

4

kehamilan, berat badan lahir, dan panjang badan saat lahir. Faktor ibu adalah pengetahuan ibu mengenai MP-ASI. Faktor tersebut merupakan penyebab yang mendasari nutrisi pada anak.14

Energi didapatkan terutama melalui konsumsi makronutrien berupa karbohidrat, protein, dan lemak. Selama usia pertumbuhan dan perkembangan asupan nutrisi menjadi sangat penting, bukan hanya untuk mempertahankan kehidupan melainkan untuk proses tumbuh dan kembang.14 Menurut World Health Organization (WHO) bila ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak maka makanan pelengkap harus ditambahkan ke dalam makanan anak.

Umumnya ASI saja sudah tidak memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak saat usia 6 bulan hingga 18–24 bulan karena pasokan ASI sudah menurun dan harus ditambah dengan MP-ASI serta merupakan periode yang rentan malnutrisi.15

Deteksi nutrisi sebaiknya dilakukan pada anak semenjak anak memasuki MP-ASI karena banyak masyarakat yang kurang mengetahui MP-ASI yang baik bagi anaknya, seperti kekurangan zat mikro contohnya hanya memberikan kerokan pisang pada anak usia 6 bulan untuk memenuhi MP-ASI.15

Deteksi sunting perlu dilakukan terutama oleh orang tua dilihat dari asupan nutrisi sehari- hari terutama pada anak yang sudah MP-ASI. Terdapat perbedaan asupan konsumsi zat gizi makro maupun zat gizi mikro anak yang stunting dengan non stunting baik dalam segi jumlah maupun keberagaman konsumsi pangan. Banyak faktor yang memengaruhi seperti riwayat berat lahir anak, panjang badan lahir, dan pengetahuan ibu mengenai MP-ASI, serta ketidaktahuan ibu mengenai MP-ASI yang optimal menjadi dasar anak dapat terjadi stunting atau non stunting.16

Kuantitas konsumsi pangan dapat memengaruhi status gizi seseorang karena asupan nutrisi menjadi salah satu penyebab langsung gizi kurang pada anak dan untuk mengetahui hal tersebut baiknya kita mengetahui konsumsi pangan atau zat gizi yang masuk ke dalam tubuh secara benar

(5)

5

atau absolut. Makanan yang adekuat memenuhi nutrisi yang dikandungnya seperti karbohidrat, lemak, protein, zinc, dan kalsium. Makanan yang diberikan harus sesuai dengan syarat MP-ASI, yakni tepat waktu, adekuat, aman dan higienis dan diberikan secara responsif.17

Untuk mengetahui konsumsi pangan atau zat gizi yang masuk ibu harus melakukan recall food atau ingatan makanan. Selama ini recall food hanya dilakukan oleh petugas kesehatan. Tujuan recall food adalah melihat kadar zat gizi makro dan mikro di dalam tubuh anak baik stunting maupun non stunting.

Recall food konvensional biasanya membutuhkan petugas kesehatan atau ahli gizi untuk menentukan status gizi seseorang dimana prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Ibu atau pengasuh diminta menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak anak bangun kemarin sampai anak tidur kembali. Terkadang orangtua atau ibu lupa akan jumlah dan bahan makanan yang dikonsumsi oleh anaknya apalagi harus mengingat selama 24 jam.7

Perkembangan teknologi saat ini ke arah digital semakin pesat, kebutuhan informasi meningkat karena banyak dampak positif, seperti informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan mudah untuk diakses, meningkatkan sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi serta komunikasi dan lainnya seperti aplikasi yang terdapat dalam handphone yang memudahkan pengguna untuk mendapatkan akses informasi dengan bantuan internet.18

Aplikasi GiAS merupakan aplikasi atau digitalisasi gizi anak untuk memperbaiki atau mengejar ketertinggalan nutrisi anak stunting dan mencegah terjadinya stunting orangtua dapat melakukan recall food hanya dengan bantuan handphone android, tidak usah menunggu 24 jam

(6)

6

orangtua atau ibu dapat langsung memasukkan asupan makanan dalam aplikasi, menghemat waktu serta ibu tidak akan lupa.19,20

Kelebihan lain dalam aplikasi GiAS adalah memberikan kemudahan dalam pengisian data antropometri anak, mengefisienkan waktu yang dapat digunakan oleh bidan, petugas gizi, kader maupun orangtua, dapat mendeteksi stunting, memantau pertumbuhan anak; serta jika digunakan sesuai dengan rekomendasi menu atau bahan makanan di dalam aplikasi yang akan meningkatkan pertumbuhan anak. 19,20

Deteksi stunting sudah ada pada buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang dikeluarkan oleh Kementrian Republik Indonesia pada tahun 2017. Pada buku KIA tersebut masih menggunakan angka kecukupan gizi (AKG) pada tahun 2013 yang saat ini masih digunakan, tetapi sebenarnya direktorat gizi sudah mengeluarkan AKG tahun 2019 ada perubahan dalam jumlah energi. Buku KIA tahun 2020 sudah ada, akan tetapi baru disosialisasikan pada petugas kesehatan belum pada masyarakat luas serta rekomendasi menu dalam aplikasi GiAS sudah sesuai dengan menu yang ada dalam buku KIA tahun 2020.21

World Health Organization (WHO) menetapkan batas toleransi stunting maksimal 20%

atau seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Sementara, di Indonesia tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita adalah penderita stunting atau prevalensi tinggi sebesar 30–40% pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2019 prevalensi menurun menjadi 27,67%.13

Proporsi balita pendek di Jawa Barat pada tahun 2018 adalah 30,8%, sedangkan untuk balita di bawah usia dua tahun sebesar 29,9%.14 Angka stunting di Jawa Barat mencapai 30,8% atau mengalami kenaikan dari 25,1% pada tahun 2016.14

Kota Cimahi adalah kota kecil dari pemekaran Kota Bandung dan Kabupaten Bandung terdiri atas tiga kecamatan, yakni Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan terdapat 12

(7)

7

puskesmas, satu puskesmas di setiap kelurahan. Data Dinas Kesehatan Kota Cimahi pada tahun 2019 menyatakan bahwa terdapat 36.080 anak di Kota Cimahi usia 0 sampai 60 bulan. Prevalensi stunting 9,06% (3.269 anak) hingga bulan Agustus 2019 yang paling tinggi ada di Puskesmas Citeureup dengan kejadian stunting (486 dari 2.494 anak)19,49%.22,23

Berdasar atas studi pendahuluan terhadap pemegang program gizi di Puskesmas Citeureup bahwa sebagian besar anak stunting terjadi karena beberapa faktor, salah satunya kekurangan gizi yang kronik. Orangtua anak stunting selama ini sudah diberikan konseling mengenai gizi anak terutama anak usia 12–24 bulan, tetapi klien terkadang lupa apa yang telah dikonselingkan mengenai makanan apa yang dibutuhkan untuk anaknya. Kader dapat menjadi perpanjangan tenaga kesehatan jika tenaga kesehatan sedang tidak ada, tetapi hal yang sama terkadang kader terlupa mengenai nutrisi yang dibutuhkan oleh anak stunting terlebih jika tidak membuka catatan.

Kader dan masyarakat di wilayah Puskesmas Citeureup hampir seluruhnya menggunakan handphone android, stunting di Puskesmas tertinggi se Kota Cimahi dan untuk recall food masih menggunakan AKG tahun 2013, sedangkan sekarang sudah ada AKG tahun 2019. Solusi permasalahan tersebut maka peneliti dapat memberikan digitalisasi atau aplikasi GIAS untuk memudahkan memberikan informasi mengenai zat gizi makro dan mikro, sedangkan zat yang paling rendah dalam tubuh anak dapat diketahui berdasar atas recall food sehari-hari. Semua data tersebut dapat dimasukkan dalam aplikasi, setelah itu dapat melihat bahan makanan dan menu makanan yang direkomendasikan untuk meningkatkan pertumbuhan atau tinggi badan dan berat badan serta dapat mengejar ketertinggalan nutrisi. Aplikasi ini dibuat menggunakan AKG tahun 2019 yang mengacu pada Direktorat gizi Republik Indonesia. Rekomendasi menu makanan dalam aplikasi ini sesuai dengan buku KIA tahun 2020, akan tetapi keunggulannya dapat mencari

(8)

8

berbagai bahan makanan yang sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh balita sehingga nutrisi dapat terdeteksi.

Berdasar atas kajian teori dan pendapat di atas maka dapat ditarik tema sentral sebagai berikut:

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Stunting juga merupakan kekurangan zat makro dan mikro sehingga kebutuhan ini yang harus dilengkapi oleh anak stunting. Periode ini rentan malnutrisi karena usia 1 sampai 2 tahun memiliki kurva pertumbuhan yang sangat pesat dan jika nutrisi tidak terpenuhi maka mengganggu pertumbuhan di masa yang akan datang. Aplikasi GiAS dapat memantau zat makro dan mikro atau asupan nutrisi anak stunting maupun non stunting serta memantau pertumbuhan balita usia 12–24 bulan dengan rekomendasi menu makanan yang sesuai dengan buku KIA tahun 2020 dan AKG tahun 2019. Kader dan masyarakat di wilayah Puskesmas Citeureup hampir seluruhnya menggunakan handphone android. Solusi permasalahan tersebut maka peneliti memberi aplikasi GIAS untuk memudahkan informasi mengenai zat gizi makro dan mikro, sedangkan zat yang paling rendah dalam tubuh anak dapat diketahui berdasar atas recall food sehari-hari. Semua data tersebut dapat dimasukkan dalam aplikasi, setelah itu dapat melihat bahan makanan dan menu makanan yang direkomendasikan untuk meningkatkan pertumbuhan atau tinggi badan dan berat badan serta dapat mengejar ketertinggalan nutrisi. Aplikasi ini dibuat menggunakan AKG tahun 2019 yang mengacu pada Direktorat gizi Republik Indonesia yang sesuai dengan buku KIA tahun 2020.

Berdasar atas latar belakang yang dikemukakan maka penulis bermaksud melakukan penelitian

“Penggunaan Aplikasi Gizi Anak Stunting (GiAS) berbasis Android untuk Menilai Komparasi Zat Gizi Makro, Zinc, dan Kalsium Anak Stunting dengan Non Stunting Usia 12–24 Bulan serta Faktor Ibu dan Anak yang Memengaruhinya di Puskesmas Citeureup”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar atas latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

(9)

9

1. apakah komparasi zat gizi makro, zinc, dan kalsium anak stunting dengan non stunting usia 12–24 bulan dapat dibedakan dengan menggunakan aplikasi GiAS di Puskesmas Citeureup ?

2. apakah berat dan panjang bayi saat lahir memengaruhi kejadian anak stunting usia 12–

24 bulan di Puskesmas Citeureup ?

3. apakah faktor pengetahuan ibu mengenai MP-ASI memengaruhi kejadian anak stunting usia 12–24 bulan di Puskesmas Citeureup ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah:

1. menganalisis komparasi zat gizi makro, zinc, dan kalsium anak stunting dengan non stunting usia 12–24 bulan dapat dibedakan dengan menggunakan aplikasi GiAS di Puskesmas Citeureup;

2. menganalisis berat dan panjang bayi saat lahir memengaruhi kejadian anak stunting usia 12–24 bulan di Puskesmas Citeureup;

3. menganalisis faktor pengetahuan ibu mengenai MP-ASI memengaruhi kejadian anak stunting usia 12–24 bulan di Puskesmas Citeureup.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

(10)

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep ataupun teori di bidang kesehatan ibu dan anak terkait dengan zat gizi makro, zinc, dan kalsium Anak stunting dengan non stunting usia 12–24 bulan berbasis aplikasi android gizi anak stunting (GiAS) serta faktor ibu dan anak yang memengaruhinya di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi serta dapat menjadikan referensi penelitian terkait.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pelayanan di puskesmas maupun di masyarakat untuk mendeteksi zat gizi makro dan mikro, pertumbuhan anak serta rekomendasi asupan nutrisi yang beragam dengan menggunakan aplikasi mobile GiAS terutama pada anak usia 12–24 bulan disesuaikan dengan zat gizi makro, zinc, dan kalsium yang dibutuhkan untuk anak serta sistem informasi bagi pengguna maupun petugas kesehatan, juga faktor ibu dan anak yang memengaruhi stunting.

Referensi

Dokumen terkait

2016 ‘Analisis Usability Homepage Situs Web Perpustakaan Nasional Ri Menggunakan Metode Think-Aloud’, Jurnal Pustakawan Indonesia, 151–2.. Available at: