• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemerolehan bahasa anak usia lima tahun pada

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pemerolehan bahasa anak usia lima tahun pada"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA LIMA TAHUN PADA TATARAN FONETIK KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

ARTIKEL ILMIAH

M. SUGHANDA PRIMA NPM 11080294

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)
(3)
(4)

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA LIMA TAHUN PADA TATARAN FONETIK KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Oleh

𝐌. 𝐒𝐮𝐠𝐡𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐏𝐫𝐢𝐦𝐚1, 𝐒𝐢𝐥𝐯𝐢𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐧𝐢, 𝐌. 𝐏𝐝𝟐, 𝐖𝐚𝐡𝐲𝐮𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐡𝐦𝐚𝐭, 𝐌. 𝐇𝐮𝐦3

1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI

Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa anak usia lima tahun belum mampu mengucapkan ucapan dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemerolehan bahasa anak usia lima tahun berdasarkan bentuk fonetiknya dan penyebab keterlambatan anak tersebut dalam pemerolehan bahasa. Penelitian ini difokuskan pada pemerolehan bahasa anak usia lima tahun.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang terdapat pada ucapan anak usia lima tahun.

Sumber data penelitian ini adalah responden yang berusia lima tahun. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap yang bertujuan menyadap tuturan dari responden. Teknik lanjutan pertama dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap yang bertujuan menyimak tuturan dari peristiwa tutur tanpa keterlibatannya dan mengetahui keterlambatan anak tersebut dalam berbahasa. Teknik kedua melakukan perekaman dari ucapan yang disampaikan responden dengan menggunakan alat perekam dan alat tulis.

Berdasarkan temuan peneliti dan pembahasan pada saat melakukan penelitian, responden lebih banyak mengalami penambahan huruf [k] dan [g], contohnya pada pengucapan ‘nonak mintak dangsa’. Semestinya pengucapan yang benar adalah ‘nona minta dansa’. Responden juga sering menghilangkan huruf [r], contohnya pada pengucapan ‘batei’ dan ‘tehingga’ pada pengucapan anak.

Pengucapan yang benar adalah ‘batrei’ dan ‘terhingga’. Begitu juga responden lebih sering mengubah huruf [r] menjadi [y] dan [l], contohnya pada pengucapan ‘walna meyah’ dan ‘walna oyen’, pengucapan yang benar adalah ‘warna merah’ dan ‘warna orange’ Faktor penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun sebagai berikut. Pertama, terlalu memanjakan anak. Kedua, membiarkan sering bermain sendiri. Ketiga, tidak membenarkan ucapan yang salah yang dia ucapkan. Keempat, faktor kesibukkan orang tua. Solusi yang peneliti lakukan adalah memberikan pengarahan untuk orang tua bahkan orang terdekat responden agar berbicara yang baik dan benar kepada responden sehingga perkembangan bahasa anak menjadi lebih baik.

Kata Kunci : Pemerolehan Bahasa, Penyebab Keterlambatan Berbahasa.

(5)

CHILD LANGUAGE ACQUISITION FIVE YEARS OF AGE AT THE LEVEL OF PHONETICS STUDY PSYCHOLINGUISTICS

By

𝐌. 𝐒𝐮𝐠𝐡𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐏𝐫𝐢𝐦𝐚1, 𝐒𝐢𝐥𝐯𝐢𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐧𝐢, 𝐌. 𝐏𝐝𝟐, 𝐖𝐚𝐡𝐲𝐮𝐝𝐢 𝐑𝐚𝐡𝐦𝐚𝐭, 𝐌. 𝐇𝐮𝐦3

1) Student of Indonesia Language and Literature Education Development Studies

STKIP PGRI West Sumatera

2) 3) Lecturers of Indonesia Language and Literature Education Development Studies STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This research is motivated that children five years of age have not been able to pronounce words clearly. Based on this, this study aims to describe how the language acquisition of children aged five years based on the phonetic form and cause the child delays in language acquisition. This study focused on language acquisition children aged five years.

The research is a qualitative research with descriptive method. Descriptive method used to describe the data contained in the speech of children aged five years. The data source of this research was the respondents aged five years. Collecting data in this study using refer to the basic techniques that aim to tap tapping speech of the respondent. The first advanced technique in this research is the technique involved refer to free speech conversation aimed listening without the involvement of the said event and knowing the child with language delay. The second technique recording of a speech delivered respondents using a tape recorder and stationery.

Based on the findings of research and discussion at the time of the study, respondents were more likely to have the addition of the letters [k] and [g], for example, the pronunciation of 'nonak mintak dangsa'. Supposedly the correct pronunciation is 'Miss request dancing'.

Respondents also often omit the letter [r], for example, the pronunciation of 'batei' and 'tehingga' in the pronunciation of the child. The correct pronunciation is 'batrei' and 'infinite'. Likewise respondents more often change the letter [r] to [y] and [l], for example, the pronunciation of 'walna meyah' and 'walna Oyen', the correct pronunciation is 'red' and 'orange' Factors causing delays in a child's language the age of five years as follows. First, too spoil the child. Secondly, let alone played. Third, do not justify the wrong words he spoke. Fourth, parents kesibukkan factor. The solution the researchers did was to provide guidance for parents and even the people closest to the respondents in order to speak the good and true to the respondent so that the development of children's language the better.

Keywords : Language Acquisition, Language Delays Cause.

(6)

A. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan suatu wujud yang menyatu dari kehidupan manusia. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang saling berhubungan. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Biasanya manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan pesan dan mengungkapkan ide dalam pikirannya. Kemampuan bahasa manusia berkembang seiring berjalannya waktu misalnya pada perkembangan bahasa.

Menurut Maksan (1993:1), psikolinguistik dikatakan sebagai ilmu terapan dari ilmu jiwa (Psikologi) dengan ilmu bahasa (Linguistik), karena pada hakikatnya psikolinguistik mempelajari perkembangan bahasa dari segi kejiwaan. Perkembangan bahasa dapat dipengaruhi oleh lingkungan karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak belajar bahasa biasanya meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan. Anak belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi yang didengarnya. Ibu akan membetulkan dan memperjelas bahasa anak dan menjadi penentu pemerolehan bahasa pertama bagi seorang anak.

Menurut Dardjowidjojo (2003:225), pemerolehan adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah learning. Dalam pengertian learning proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, di belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai bahasa Ibunya disebut pemerolehan bahasa, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas disebut pembelajaran bahasa.

Menurut Chaer (2009:167), pemerolehan bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut bahasa ibu. Anak yang sedang memperoleh sistem bunyi bahasa ibunya, pada mulanya akan mengucapkan semua bunyi yang ada dengan cara berceloteh. Dengan demikian, anak hanya dilazimkan untuk menirukan bunyi-bunyi dari bahasa Ibunya saja. Anak hanya menerima dan mengamati bunyi-bunyi yang mempunyai arti baginya. Setelah anak mengenal bunyi-bunyi bahasa dan bunyi non bahasa, selanjutnya ia masuk pada pengenalan bentuk-bentuk fonetik tertentu.

Bentuk-bentuk fonetik tertentu itulah yang mengarah kepada pengenalan bunyi kata-kata yang pertama yang dikenal anak. Setelah anak mengenal kata-kata pertama itu (seperti ma, ba, pa, dan lain-lain).

Menurut Maksan (1993:27) anak yang sudah menginjak umur lima tahun pemerolehan bahasanya bisa dikatakan sudah berada pada tahap tata bahasa orang dewasa. Pada masa ini anak-anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesuai kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya.

Contohnya, bunda mengambil air minum di dapur. Kalimat yang dihasilkan oleh anak sudah dipahami oleh orang dewasa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada anak yang bernama Alifah Aldi Ramadhani dan Rafael Tampubolon yang berumur lima tahun, dia belum dapat mengucapkan kalimat dengan jelas.

Contoh kalimat yang dihasilkan oleh salah satu anak tersebut ialah udah dicimpan di lemayi atas yang artinya sudah disimpan di lemari atas. Adanya perubahan fonem [s] menjadi [c], fonem [r] menjadi [y], dan penghilangan fonem [s]. Dugaan sementara, keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor keluarga yang terlalu memanjakan anak dan keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor keluarga yang tidak mengajarkan kata-kata yang jelas sehingga anak tidak bisa berbicara dengan fasih dan jelas. Seharusnya anak pada usia lima tahun sudah mampu mengucapkan ucapan dengan jelas, tetapi sebagian orang tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh si anak. Hal ini penting untuk diteliti untuk mengetahui bentuk pemerolehan bahasa pada anak yang menjadi responden penelitian ini.

(7)

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan prilaku yang diamati. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:11), metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian ini merupakan penelitian bahasa yang bersifat deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan berupa ujaran kata-kata dan kalimat anak usia lima tahun yang diamati.

Data penelitian ini adalah semua tuturan yang diucapkan oleh anak berusia lima tahun. Sumber data penelitian ini adalah dua orang responden. Responden pertama bernama Alifah Aldi Ramadhani, responden yang kedua bernama Rafael Tampubolon. Peneliti juga mengetahui bagaimana keadaan responden tersebut. Sejauh ini peneliti melihat anak tersebut dalam keadaan sehat tidak mengalami cacat fisik maupun mental.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap. Menurut Sudaryanto (1993:133), teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakkan diwujudkan dengan penyadapan yang bertujuan menyadap tuturan dari responden. Teknik lanjutan pertama dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap yang bertujuan menyimak tuturan dari peristiwa tutur tanpa keterlibatannya dan mengetahui keterlambatan anak tersebut dalam berbahasa. Teknik kedua melakukan perekaman dari ucapan yang disampaikan responden dengan menggunakan alat perekam dan alat tulis.

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uraian rinci.

Menurut Moleong (2010:337), teknik uraian rinci adalah teknik yang menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraian tersebut dilakukan seteliti dan secermat mungkin. Hal itu dapat dilakukan dengan mendeskripsikan pemerolehan bahasa dalam bentuk tataran fonetik dan penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini ditemukan berdasarkan data pemerolehan bahasa, peneliti mengumpulkan 69 ucapan yang diucapkan oleh responden berusia lima tahun. Data ini dikumpulkan dengan cara merekam seluruh ucapan yang dituturkan responden dengan menggunakan teknik simak bebas libat cakap, rekam dan catat. Peneliti menemukan ada 26 pengucapan yang diucapkan oleh responden pertama yaitu Alifah Aldi Ramadhani. adanya berupa penambahan huruf, penghilangan huruf dan pengubahan huruf pada suku kata yang peneliti menemukan data responden yang kedua bernama Rafael Tampubolon. Rafael merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Peneliti melihat Rafael sering bermain sama kakaknya karena orangtua responden sibuk dengan pekerjaan dan sering pulang malam. Responden diperlakukan sangat baik dan istimewa oleh saudaranya. Rafael merupakan anak yang malu saat bertemu dengan orang yang dia kenal, tapi dia lebih akrab bermain-main dengan kakaknya. Peneliti menemukan 43 ucapan yang diucapkan responden saat peneliti melakukan pengumpulan data yang dialami oleh responden pertama dalam pemerolehan bahasa anak usia lima tahun.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terdapat beberapa penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun pada responden pertama bernama Alifah Aldi Ramadhani. Pertama, Alifah itu anaknya pemalu dan manja. Kedua, ayahnya itu sering bercandanya aneh gitu dan kadang memperolok-olok Alifah kalau sering salah dalam bicaranya. Ketiga, Berbicaranya itu seperti anak-anak gitu, makanya dia sering meniru cara berbicara ayahnya. Keempat, kadang dia sering bermain sendiri atau sama adiknya yang kecil.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terdapat beberapa penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun pada responden kedua bernama Rafael Tampubolon. Pertama, Kadang dia lebih sering main sendiri dengan mobil-mobilannya. Kedua, tidak pernah mengajarkan huruf [r]. Ketiga, tidak pernah membenarkan cara bicara anak yang salah. Keempat, kurangnya komunikasi dengan orang tua yang sibuk bekerja.

(8)

2. Pembahasan

Pada subbab pembahasan ini, akan dibahas tentang pemerolehan bahasa anak usia lima tahun pada tataran fonetik kajian psikolinguistik dan penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Pemerolehan Bahasa Anak Usia Lima Tahun pada Tataran Fonetik Kajian Psikolinguistik

Berdasarkan dari deskripsi dan analisis data. Peneliti mengumpulkan 69 pengucapan dari kedua responden. Responden belum bisa mengucapkan ucapan dengan jelas dan sempurna. Responden lebih banyak mengalami penambahan huruf, penghilangan huruf dan pengubahan huruf pada suku kata dalam pemerolehan bahasa anak usia lima tahun. Sebenarnya pada tahapan ini anak usia lima tahun sudah bisa mengucapkan kata dan kalimat dengan jelas.

Responden lebih banyak mengalami penambahan huruf [k] dan [g], contohnya pada pengucapan

nonak mintak dangsa’. Semestinya pengucapan yang benar adalah ‘nona minta dansa’. Responden juga sering menghilangkan huruf [r], contohnya pada pengucapan ‘batei’ dan ‘tehingga’ pada pengucapan anak. Pengucapan yang benar adalah ‘batrei’ dan ‘terhingga’. Begitu juga responden lebih sering mengubah huruf [r] menjadi [y] dan [l], contohnya pada pengucapan ‘walna meyah’ dan ‘walna oyen’, pengucapan yang benar adalah ‘warna merah’ dan ‘warna orange’.

b. Penyebab Keterlambatan Berbahasa Anak Usia Lima Tahun

Faktor penyebab keterlambatan berbahasa anak usia lima tahun sebagai berikut. Pertama, terlalu memanjakan anak. Kedua, membiarkan sering bermain sendiri. Ketiga, tidak membenarkan ucapan yang salah yang dia ucapkan. Keempat, faktor kesibukkan orang tua. Solusi yang peneliti lakukan adalah memberikan pengarahan untuk orang tua bahkan orang terdekat responden agar berbicara yang baik dan benar kepada responden sehingga perkembangan bahasa anak menjadi lebih baik.

D. SIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai simpulan, implikasi, dan saran. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

1. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengenai pemerolehan bahasa pada anak usia lima tahun, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini memiliki kaitan dengan psikolinguistik.

Psikolinguistik merupakan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, bahkan memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan. Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik yaitu gambaran mengenai studi ilmu interdisipliner dalam kajian linguistik yang mempelajari penggunaan dan proses terjadinya bahasa oleh manusia yang diperoleh dari proses memproduksi dan memahami ujaran antara pikiran dan tubuh manusia. peneliti menemukan 26 pengucapan dari responden pertama dan 43 pengucapan dari responden kedua. Jadi, peneliti mengumpulkan 69 pengucapan yang diucapkan dari alat ucap responden yang menjadi data penelitian ini.

Pemerolehan bahasa pada responden yang menjadi data penelitian ini masih belum mampu mengucapkan ucapan-ucapan dengan jelas. Pengucapan tersebut masih belum sempurna diucapkan oleh responden, karena pengucapan tersebut banyak yang diganti dengan fonem [s] menjadi [c] seperti pengucapan suka susu coklat menjadi cuka cucu cokat, fonem [r] menjadi [l] seperti pengucapan pacar menjadi pacal, fonem [r] menjadi fonem [y] seperti pengucapan merah menjadi meyah. Ucapan-ucapan yang diucapkan oleh responden belum mampu diujarkan anak usia lima tahun yang menjadi responden penelitian ini dengan jelas. Meskipun kalimat-kalimat tersebut belum jelas diucapkan, tetapi orang yang ada di sekeliling responden mengerti dengan ucapan yang diucapkan oleh responden, karena ucapan- ucapan tersebut tidak mengubah makna bunyi yang diucapkan oleh alat ucap responden.

2. IMPLIKASI

Penelitian ini dilihat dari segi implikasinya terhadap pendidikan, maka dapat dikaitkan dengan Pendidikan Anak Usia Dini atau biasa disingkat jadi PAUD. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan Anak Usia Dini

(9)

merupakan salah satu program prioritas pembangunan pendidikan. Hal tersebut berpatokan kepada suatu kebijakan yang bertumpu kepada beberapa prinsip yaitu ketersediaan lembaga, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, dan kepastian setiap anggota masyarakat dalam memperoleh layanan. UUD NO. 20 tahun 2013 tentang pendidikan nasional (pasal 1 butir 14) menyatakan bahwa upaya pembinaan pada usia 0-6 tahun memberi suatu rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sebagai bekal anak melanjutkan pendidikan.

Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk belajar dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kegiatan pembelajaran pada anak hatus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak Usia Dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai semua aspek perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik dan sosio emosional.

Adanya penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi Pendidikan Anak Usia Dini. Hal ini dapat ditemukan langsung dalam Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang dikeluarkan oleh Depdiknas pada tahun 2009. Tingkat pencapaiannya pada usia 4 sampai 5 tahun adalah mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, dan lain-lain) dan juga terdapat pada tingkat pencapaian usia 5 sampai 6 tahun yang berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis, dan berhitung. Tingkat pencapaian di atas sesuai dengan lingkup perkembangan bahasa yaitu mengungkapkan bahasa.

Penelitian ini juga sebagai pedoman orang tua, saudara bahkan orang-orang terdekat. Anak-anak tidak hanya diberikan kasih sayang yang berlebihan tapi anak harus diberikan rangsangan pada pembelajarannya. Pembelajaran yang diutamakan adalah dalam hal bicaranya. Orang tua, saudara atau orang terdekat sekalipun harus mengajarkan cara berbicara yang baik. Anak yang tidak diajarkan dengan ucapan selayaknya orang dewasa akan mengalami keterlambatan dalam berbicara yang fasih.

3. SARAN

Selain itu penelitin ini juga dapat membantu pihak-pihak, yaitu (1) Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia agar lebih memantapkan pengetahuannya di bidang psikolinguistik mengenai pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, (2) Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai studi relevan dalam penelitian yang akan dilakukan nantinya, (3) agar orang tua selalu mengajak anak berkomunikasi dengan baik dan benar sehingga anak bisa menerima dengan baik juga. Anak akan memperoleh bahasa yang lebih sempurna, (4) dapat digunakan oleh guru PAUD untuk menyusun model atau strategi yang lebih kreatif lagi dalam kegiatan belajar anak

E. DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dardjowijojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang: IKIP Padang Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Clearly state the literature selection criteria and your own hypothesis on which the work is based. Abstract needs attention along