• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMIJAHAN SECARA ALAMI DAN BUATAN PADA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI PUSAT PEMBENIHAN IKAN KERASAAN UPTD BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DAN LAUT DINAS PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Stefany Florencia

Academic year: 2024

Membagikan "TEKNIK PEMIJAHAN SECARA ALAMI DAN BUATAN PADA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI PUSAT PEMBENIHAN IKAN KERASAAN UPTD BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DAN LAUT DINAS PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

IKAN KERASAAN UPTD BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DAN LAUT DINAS PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh:

Stefany Florencia 200302052

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2023

ii

(3)

Judul Laporan : Teknik Pemijahan Secara Alami dan Buatan pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Utara

Nama : Stefany Florencia

NIM : 200302052

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

Desrita, S.Pi., M.Si NIP. 198312122015042002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Desrita, S.Pi., M.Si NIP. 198312122015042002

(4)
(5)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga proposal ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Laporan ini diselesaikan sebagai pemenuhan syarat untuk kelengkapan Praktik Kerja Lapangan dan untuk mendapatkan nilai mata kuliah Praktik Kerja Lapangan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Pada kesempatan ini, dengan rasa penghormatan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kesehatan yang telah memberikan kesehatan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan serta Orang tua tercinta Penyusun yang telah banyak memberi dukungan dan doa.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen SumberdayaPerairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sekaigus dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan dan Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dodianto Lumbantobing S.Pi selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Kerasaan Provinsi Sumatera Utara.

5. Bapak Nandar selaku Pembimbing Lapangan, dan Ibu, Kakak/Abang pegawai/staff lainnya yang telah membantu dalam Praktik Kerja Lapangan.

6. Teman-teman kelompok PKL, Tiur Rumenty Marpaung, Ummul Wardah Juniko, Khairul Imam dan Cornelyus Tampubolon yang sama-sama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan

i

(6)

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan laporan selanjutnya. Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang perikanan.

Medan, Agustus 2023 Penulis

ii

(7)

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Praktik Kerja Lapangan ... 3

Manfaat Praktik Kerja Lapangan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias grapriepinus) ... 4

Pakan Ikan Lele (Clarias grapriepinus)... 6

Seleksi Ikan Lele (Clarias grapriepinus) ... 7

Pemijahan Ikan Lele (Clarias grapriepinus)... 8

Kualitas Air ... 9

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan ... 10

Sejarah Berdirinya Puspik Kerasaan ... 11 Sarana dan Prasarana UPTD Puspik Kerasaan ... 12

Struktur Organisasi UPTD Puspik Kerasaan ... 13

Visi dan Misa UPTD Puspik Kerasaan ... 13

Tugas dan Fungsi UPTD Puspik Kerasaan ... 14

BAB III METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan ... 15 Metode Praktik Kerja Lapangan... 15

Prosedur Kerja ... 16

Analisis Data ... 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

iii

..

..

..

... ..

... ..

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 23 Saran ... 23 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

(9)

No Teks Halaman Gambar 1. Ikan Lele (Clarias grapriepinus) ... 4 Gambar 2. Lokasi Praktik Kerja Lapangan... 11

v

.. ..

(10)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman Tabel 1. Sarana dan Prasarana ... 12 Tabel 2. Hasil Parameter Pemijahan Ikan Lele... 20 Tabel 3. Parameter Kualitas Air di Kolam Pemijahan Induk ... 20

v

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar. Salah satunya adalah ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun laut. Ikan hias merupakan salah satu komoditi yang banyak diminati karena mempunyai daya tarik tersendiri baik warna, bentuk maupun tingkah lakunya yang unik. Budidaya ikan hias air tawar ternyata mampu memberikan kehidupan bagi banyak orang yang menekuninya. Selain orang suka akan keindahan ikan hias ini, banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan ikan hias yang jenisnya bermacam- macam. Tidak jarang beberapa petani yang semula menekuni budidaya ikan konsumsi beralih menekuni budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena peluang usaha dan potensi ekonomis budidaya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi (Septian et al, 2017).

Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan pada masa kini dan masa mendatang. Budidaya perikanan juga sudah menunjukkan perkembangan yang pesat, baik usaha perikanan air tawar, air payau dan air laut. Tujuan yang ingin dicapai dalam usaha budidaya perikanan adalah memperoleh ikan dengan ukuran panjang serta berat tertentu dalam jumlah banyak dan biaya efisien (Anggrailiyana, 2017).

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini sudah banyak dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele

(12)

berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan dilahan dan sumber air yang terbatas dengan pada tebar tinggi, teknik budidaya mudah dikuasai masyarakat, pemasaran mudah, dan modal usaha yang relatif rendah. Pada mulanya jenis lele yang berkembang hanya terbatas pada lele lokal yang merupakan lele asli perairan Indonesia (Safei, 2013).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi benih ikan lele dalam rangka memenuhi permintaan pasar, adalah dengan melakukan usaha budidaya secara intensif dan terkontrol. Menyampaikan bahwa media pemeliharaan secara terkontrol (sistem resirkulasi dengan wadah indoor) mampu memberikan pertumbuhan optimal pada benih lele jika dibandingkan dengan cara konvensional (outdoor), karena kualitas air mudah dikontrol. Media pemeliharaan dalam budidaya perikanan memiliki peran penting terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kultivan (Sumpeno, 2005).

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pembenihan merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan penanganan induk, pembuahan dan pasca penetasan untuk menghasilkan benih. Mutu benih yang dihasilkan banyak dipengaruhi oleh mutu induk dan lingkungan seperti kualitas ikan dan penyakit. Sifat genetis induk yang baik sangat diharapkan dan dapat diturunkan antara lain pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit dan tidak cacat fisik (Ardyanti et al., 2017).

Potensi pasar Ikan lele juga sangatlah besar karena peminatnya sudah tersebar di semua pulau di Indonesia terutama di Pulau Sumatera sendiri, banyak masyarakatnya yang menyukai menkonsumsi ikan lele. Peningkatan permintaan

(13)

benih ikan lele ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele sangat menjanjikan. Salah satu kegiatan yang efektif adalah melalui teknik pembenihan ikan lele. Salah satu balai yang mengembangkan pembenihan ikan lele yaitu Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Kerasaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai Berikut:

1. Untuk mengetahui teknik pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan terutama pada teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

Manfaat Pratktik Kerja Lapangan

Manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) secara alami dan buatan. Selain itu laporan PKL ini juga sebagai sumber informasi awal maupun tambahan terkait teknik pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepius)

Klasifikasi ikan Nila menurut Widodo dalam Pratiwi (2014) adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Famil : Clariidea

Marga : Clarias

Jenis : Clarias gariepius

Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepius)

(15)

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepius) merupakan komoditas ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bisa dipelihara pada padat penebaran tinggi, sehingga memacu para pembudidaya untuk membudidayakan ikan ini secara intensif dan super intensif. Ikan ini juga mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap perubahan lingkungan dan bisa di budidayakan pada berbagai wadah (Suriadi et al., 2017).

Morfologi ikan lele memiliki bentuk tubuh berbentuk memanjang dengan kepala pipih dibawah. Ikan Lele (Clarias gariepius) memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur. Selain itu ikan lele (Clarias gariepius) juga memiliki dua buah sirip yang berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan sirip perut. Ikan lele (Clarias gariepius) juga memiliki senjata yang ampuh dan berbisa yaitu berupa sepasang patil yang terletak didepan sirip dada (Hastuti dan Subandiyono, 2014).

Habitat atau tempat hidup ikan lele adalah air tawar. Air tawar yang baik untuk pertumbuhan ikan lele adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan mata air.

Namun ikan lele juga dapt hidup dalam air yang kurang baik seperti dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen rendah. Ikan lele termasuk hewan nocturnal, yaitu hewan yang lebih aktif dalam beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Sifat ini juga membuat ikan lele lebih menyenangi tampat yang terlindungi atau gelap (Bachtiar, 2006).

2.2 Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan lele digolongkan sebagai ikan karnivora. Pakan alami yang baik untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton diantaranya moina, dapnia, dan yang termasuk dapnia adalah cacing, larva, jentik-jentik serangga, siput-siput

(16)

kecil dan sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk pemberian pakan ikan lele pada fase larva sampai benih, akan tetapi ikan lele biasanya mencari makan didasar kolam (Suyanto, 2006).

Ikan lele memiliki kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora. Di habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik untuk ikan lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat (Kordi, 2010).

Pakan yang diberikan pada induk ikan lele berupa pakan bentuk pellet terapung yaitu fengli, berkadar protein minimum 40-42%, lemak minimum 7-8%, serat maksimal 3%, abu maksimal 13%, dan kadar air minimal 7-10% (PT.

Matahari Sakti), diberikan 3 kali sehari, dan jika perlu diperkaya dengan suplemen, terutama sumber-sumber protein tambahan (misalnya daging ikan, keong emas, telur dan lain-lain) dan vitamin. Pakan yang berkualitas tinggi tersebut sangat penting bagi proses pematangan gonad induk untuk mendukung efektivitas induk yang digunakan (dipijahkan) berulang-ulang (Iswanto, 2014).

Pakan tambahan yang baik untuk ikan lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhan lambat. Ikan lele bersifat kanibalisme, yaitu mempunyai sifat yang suka memakan jenisnya sendiri. Sifat kanibalisme juga akan timbul jika terjadi perbedaan ukuran. Ikan lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin, 2008).

(17)

2.3 Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Pemijahan ikan lele dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pemijahan alami (natural spawning) artinya pemijahan tanpa melibatkan bantuan dari manusia pada saat induk sedang proses pemijahan. Pemijahan semi alami (induced spawning) adalah suatu metode pemijahan yang dilakukan dengan merangsang induk lele agar mencapai kematangan gonad dengan melakukan perangsangan hormon, dan proses ovulasinya dilakukan seperti cara alami. Sedangkan pemijahan buatan (induced / artifical breeding) yaitu dengan cara penyuntikan hormon sintetis (Kurnia, 2016).

2.3.1 Seleksi Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Selective breeding (seleksi induk) merupakan kegiatan untuk memilih individu yang mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangkan lebih lanjut.

Dasar dari pemilihan individu adalah nilai pemuliaannya. Nilai pemuliaan ikan tidak tampak dari luar, yang tampak dan dapat diukur adalah fenotipenya. Dua faktor yang menentukan fenotipe adalah genotipe dan lingkungan. Pertumbuhan merupakan salah satu karakter yang menjadi target dalam program selective breeding. Tujuan selective breeding berdasarkan karakter pertumbuhan adalah untuk meningkatkan produksi (Dewi et al., 2016).

Umur dan bobot induk yang digunakan dalam pemijahan baik jantan dan betina menurut (SNI 6486.1:2014) adalah minimal 1 tahun dan bobot minimal yang digunakan dalam pemijahan minimal 1 kg/ekor. Ketepatan kesiapan induk- induk untuk dipijahkan juga merupakan kunci keberhasilan pemijahan.

Berdasarkan pengamatan ciri-ciri secara eksternal induk jantan agresif, matang gonad, alat kelamin meruncing dan bewarna kemerahan. Metode yang dilakukan

(18)

pada saat menyeleksi induk jantan yaitu dengan cara mengamati dan mengurut bagian perut bawah hingga kelubang urogenitalnya mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Sedangkan induk betina memiliki ciri warna alat kelamin terlihat kemerahan, bentuk urogenitalnya membulat, bentuk tulang kepala agak cekung, warna tubuh lebih cerah dari pada warna biasa, perut membesar dan bila diurut akan mengeluarkan telur berwarna kuning kehijauan (BBI Pendem, 2019).

2.3.2 Pemeliharaan Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Induk jantan dipelihara secara terpisah dengan induk betina. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan dan yang paling penting dapat mencegah terjadinya pemijahan diluar kehendak. Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah maupun kolam beton. Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk pemeliharaan induk. Setiap kolam dilengkapi dengan inlet dan outlet, dikedua saluran ini dipasang saringan agar hewan liar (hama) tidak masuk dan induk yang dipelihara tidak keluar atau kabur. Saluran inlet digunakan sebagai saluran pemasukan air dan saluran outlet digunakan untuk pengeluaran air. Saluran inlet dan outlet terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 cm (Ardyanti et al., 2017).

2.3.3 Pemijahan Alami Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pemijahan alami (natural spawning) yaitu pemijahan tanpa melibatkan bantuan dari manusia pada saat induk sedang proses pemijahan. Kelebihan pemijahan secara alami yaitu dapat dilakukan secara sederhana, dapat menjaga kelestarian induk dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Sedangkan kekurangan pemijahan secara alami yaitu tingkat keberhasilan sangat rendah karena sangat tergantung pada alam (Susanto, 2011).

(19)

Proses pemijahan yang dilakukan dengan cara menyeleksi indukan terlebih dahulu yang sudah matang gonad, kemudian induk jantan dan induk betina diletakkan kedalam kolam khusus pemijahan dan didalam kolam tersebut sudah dimasukkan alat kakaban (ijuk yang diapit oleh bambu) guna menempelnya telur setelah proses pemijahan. Waktu pemijahan diukur dengan cara menghitung waktu mulai dari induk dimasukkan ke dalam wadah pemijahan sampai dengan terjadinya pemijahan, induk ikan betina mengeluarkan telur sekitar 8-10 jam (Sesilia et al., 2018).

2.3.4 Pemijahan Buatan Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pemijahan buatan adalah teknik pemijahan yang dilakukan oleh manusia.

Pada sistem ini sepenuhnya menggunakan bantuan manusia mulai dari menyuntikkan hormon, perlakuan atau treatment pengurutan indukan betina/stripping. Adan bahan yang dibutuhkan ialah indukan ikan lele, bak pemeliharaan induk, bak penetasan telur, timbangan, baskom, substrat penetasan telur, kain lap atau tissu, cawan petri, gelas ukut, gunting bedah, keteter, spuit, pinset, bulu ayam, hormon ovaprim, aquadest dan 0,9% larutan NaCl. Induk ikan lele yang disiapkan haruslah induk yang sehat, sudah matang gonad dan siap untuk melakukan pemijahan. Selanjutnya pemberokan merupakan suatu tindakan dalam pemijahan buatan yang berupa dipuasakan terlebih dahulu sebelum dipijahkan agar kotoran dan lemak pada induk terbuang. Proses pemberokan selama 1-2 hari (Yuatiati et al., 2015).

Pada penyuntikan, menggunakan hormon untuk memacu kematangan gonad dan jumlah telur yang dikeluarkan, umumnya menggunakan ovaprim (nama produk). Untuk induk jantan menggunakan dosis 0,3 ml/kg, sedangkan induk

(20)

betina 0,5 ml/kg. Penyuntikan dianjurkan pada sore atau malam (pukul 16.00- 20.00) agar induk lele tidak stress. Racikan dosisnya dengan cara dicampurkan larutan hormon dengan larutan NaCl garam fisiologis dengan dosis 0,5 ml. Ada beberapa metode penyuntikan yaitu pada bagian punggung (intra-muscular), perut (intra-peritoneal), penyuntikan pada rongga perut (intra vena) dan penyuntikan di kepala (intra cranial) (Meilala, 2018).

Setelah 10 jam penyuntikan, sudah dapat diurut. Induk ikan lele yang sudah ditangkap, kemudian kepalanya ditutup dengan handuk basah lalu bagian perutnya diurut kearah dubur. Induk betina sudah bisa diurut apabila beberapa butir telur sudah keluar saat saat dilakukan urutan pertama tadi. Lalu lakukan pengurutan agar telurnya keluar semua, pengurutan dilakukan secara hati-hati tapi pasti. Telur dari hasil pengurutan ditempatkan dalam sebuah baskom yang kering dan bersih.

Telur tersebut diaduk menggunakan sperma ikan jantan lele yang sebelumnya sudah diperoleh dari kantung sperma yang tekah dipotong-potong sambil diencerkan menggunakan NaCl 100 ml, diaduk menggunakan bulu ayam. Telur yang sudah dibuahi lalu ditempatkan dalam bak penetasan yang telah disiapkan kakaban. Biasanya telur akan menetas sekitar 24-30 jam, tergantung pada suhu air (Khairuman dan Amri, 2012).

2.4 Penetasan Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Telur yang dihasilkan oleh pasangan induk lele biasanya melekat pada kakaban yang disediakan. Diameter telur berkisar antara 1,3-1,6 mm dan akan menetas selama 1-2 hari. Begitu proses pemijahan selesai pada pagi hari kakaban harus segera diangkat dan dipindahkan kedalam bak penetasan. Penetasan telur

(21)

membutuhkan kandungan oksigen yang tinggi. Untuk mendapatkan kandungan oksigen tersebut dapat menggunakan aerator/aerasi (Gusrina, 2008).

Bak atau kolam penetasan telur biasa berupa kolam tembok atau bak fiber.

Kolam penetasan diisi aair jernih dan bersih. Air yang digunakan harus bebas dari kaporit dan bahan kimia lainnya. Seluruh telur yang ditetaskan harus terendam air menggunakan kakaban. Kakaban dipasang di dasar kolam. Telur yang terbuahi dan akan menetas berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu. Daya tetas telur menentukan kualitas larva yang dihasilkan, kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain nutrisi induk jantan maupun betina, penanganan atau manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stres dan kondisi lingkungan seperti suhu. Cepat lambatnya telur mentas dipengaruhi oleh suhu air, semakin tinggi suhu air maka akan semakin lambat waktu penetasannya (Meilala, 2018).

2.5 Pemeliharaan Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Benih ikan lele yang baru saja menetas tidak perlu diberi makanan tambahan. Benih-benih tersebut hidup dengan menyerap kuning telurnya. Masa habisnya kuning telur sekitar tiga hari. Jadi, sesudah tiga hari, benih lele sudah dapat makan, karena itu, makanan biasanya harus tersedia. Untuk itu, dapat diberi kutukutu ikan berupa biantang-binatang renik. Bintang renik dapat diperoleh dari kolam-kolam lain yang subur atau secara sengaja dibiakkan di dalam bak-bak kultur. Kemudian benih dipindahkan ke bak atau kolam yang keadaannya lebih aman bagi anak-ank ikan. Anak-anak ikan lele dipelihara di dalam hapa.

Memelihara benih lele di dalam hapa dapat dilakukan sampai tiga minggu, selama itu, kesegaran air harus diperhatiakn. Pakan harus diberi setiap hari. Pakan anak

(22)

lele dapat berupa makan alami yang diambil dari kolam lain atau diberi makanan buatan berupa serbuk atau remasan kuning telur ayam atau kuning telur itik (Suyanto, 2007).

Larva hasil penetasan dibiarkan berada pada bak penetasan atau dipelihara ditempat penetasan selama beberapa hari. Agar kelangsungan hidup larva tetap terjaga, maka perlu dilakukan pengawasan kualitas air media penetasan. Usahakan fluktuasi parameter fisika dan kimi (seperti kandungan oksigen dan suhu air) stabil dan dalam kondisi optimal. Larva yang baru menetas memiliki organ-organ tubuh yang belum sempurna. Larva biasanya akan bergerombol dibagian dasar atau di bagian sudut bak penetasan (Khairuman dan Amri, 2012).

2.6 Kualitas air

Kualitas air merupakan salah satu penunjang utama keberhasilan dalam pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan larutan bersifat asam dan basa. pH optimum untuk budidaya benih lele sangkuriang yaitu 7-8,5. pH 9 menyebabkan berkurangnya nafsu makan benih ikan lele sangkuriang.

Air budidaya dengan derajat keasaman tinggi dapat membahayakan kehidupan benih lelesangkuriang, karena penyakit sering berkembang pada suasana asam. pH yang baik untuk pemeliharaan ikan lele berkisar 6,8-8 (Ahmadi et al., 2012).

Suhu sangat berperan penting dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Suhu juga mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Menurut SNI suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan lele berkisar antar 25-30oC (Ananda et al., 2015).

(23)

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan

Unit Pelaksana Teknis Budidaya Ikan Kerasan merupakan unit pelaksanaan teknis di bidang bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan UPT Budidaya Ikan Kerasaan dalam lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, turut berpartisipasi dalam pembangunan perikanan terutama menghasilkan benih dan calon induk ikan yang bermutu. Komuditas unggulan yang dikembangkan adalah ikan-ikan jenis air tawar, seperti ikan mas, lele, nila, gurami, tawes dan patin. UPT Budidaya Ikan Kerasaan meliputi Budidaya Air Tawar seperti UPT Budidaya Ikan Kerasaan, SBIAT Simpang dua Pematang Bandar, Puspik Ambarita di Samosir dan Budidaya Air Payau/Laut seperti BBAP Babalan, Denpond Belawan.

Unit Pelaksana Teknis Budidaya Ikan Kerasaan terletak di Jl. Pematang Bandar Km 2,5 Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis UPT Budidaya Ikan Kerasaan berada pada 1140-1150 BT dan 70-80LS dengan ketinggian 900 meter dari permukaan laut. Topografi lokasi sedikit miring dengan tekstur tanah liat berpasir. Suhu udara berkisar 260-320C. Areal UPTD Budidaya Ikan Kerasaan

(24)

berada pada satu hamparan seluas kurang lebih 24,4 hektar terdiri dari Perkantoran dan Rumah Dinas (6,9 Ha), Perkolaman (17,5 Ha) dan juga terdapat bangunan asrama bagi peserta magang yang ada ditempat itu.

Gambar 2. Lokasi Praktik Kerja Lapangan

3.2 Sejarah Berdirinya UPT Pusat Pembenihan Ikan

Usaha perikanan merupakan segala pemanfaatan sumberdaya ikan yang merupakan aspek agribisnis yakni produksi (penangkapan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau mengawetkan), pengolahan, dan pemasaran. Untuk mengetahui sejauh mana usaha perikanan terutama peningkatan pendapatan dan taraf hidup nelayan dibutuhkan dan informasi dari berbagai aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha perikanan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).

Pada tahun 2004 Balai Budidaya Ikan Kerasaan itu belum disebut sebagai BBI akan tetapi (Balai Penyuluh Perikanan) dibawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan yang dikepalai oleh coordinator BPP, setelah tahun 2004 BPP tersebut berubah menjadi UPTD Budidaya dibawah naungan Dinas Pertanian dan

(25)

Kelautan Kota Medan yang sudah dikepalai oleh kepala UPTD, sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang berubah menjadi UPT Balai Budidaya Ikan Kerasaan.

3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang ada di UPT Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Budidaya Ikan Kerasaan Pematang Bandar dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1. Sarana dan Prasarana yang tersedia di UPT Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Budidaya Ikan Kerasaan Pematang Bandar

No Sarana/Prasarana Jumlah Satuan

1 Mobil Pick-up 1 Unit

2 Kantor 1 Buah

3 Gudang 3 Unit

4 Sumber air bersih/ 1 Unit

Air Tawar

5 Musholah 1 Unit

6 Rumah Dinas 1 Unit

7 Rumah Staf 5 Unit

8 Laboratorium 3 Unit

9 Asrama 1 Unit

10 Kolam ± 100 Unit

11 Bangsal 2 Unit

12 Hatchery 2 Unit

13 Pos Jaga 1 Unit

14 Ganset 1 Unit

Sumber : Data Pegawai UPT Budidaya Ikan Kerasaan Pematang Bandar Tahun 2016

(26)

3.4 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Gambar 4. Bagan Struktur UPT Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Kerasaan 3.5 Visi dan Misi UPT Balai Budidaya Ikan Kerasaan

3.5.1 Visi

Visi dari UPT Balai Budidaya Ikan Kerasaan adalah terwujudnya usaha perikanan dan kelautan yang berbudaya bisnis dan berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat. Unggul dalam mutu, terpercaya dalam pelayanan.

3.5.2 Misi

Adapun misi dari UPT Balai Budidaya Ikan Kerasaan adalah

KEPALA DINAS

KEPALA UPT PUSPIK PANDAK

SEKRETARIS

Petugas Urusan Pemberian Pakan

Petugas Urusan Laboratorium Petugas Urusan

Pengelola Gudang dan Sarana dan Prasarana BENDAHARA

Petugas Urusan Pemijahan dan Pendederan Petugas Urusan

Pengelola Kolam

(27)

1. Mengoptimalkan sumber daya UPT 2. Melaksanakan penerapan CPIB

3. Melaksanakan penyediaan calon induk unggul dan benih bermutu.

4. Meningkatkan kualitas SDM

5. Mensosialisasikan GAUL (Gerakan Penggunaan Induk Unggul) 3.6 Tugas dan Fungsi UPT Budidaya Ikan Kerasaan

Balai Budidaya Ikan Kerasaan sendiri memiliki tugas terpenting bagi perkembangan perikanan terkhususnya di daerah pematang bandar. Adapun tugas di Balai Budidaya Ikan Kerasaan yaitu :

1. Melaksanakan kegiatan produksi

2. Pengembangan dan penerapan teknik pembenihan dan pembudidaya ikan air tawar

3. Pelatihan dan peningkatan keterampilan serta pengawasan.

Balai Budidaya Ikan Kerasaan memiliki fungsi yang cukup besar bagi masyarakat Pematang Bandar. Adapun fungsi dari Balai Budidaya Ikan Kerasaan itu sendiri, yaitu :

 Indentifikasi dan perumusan program pengembangan teknik budidaya ikan air tawar

 Pengujian, kaji terap dan penyebaran standar perbenihan dan pembudidayaan

 Bimbingan dan pelatihan, penerapan standar perbenihan dan pembudidaya ikan air tawar

 Pengembangan produksi dan pengelolaan sumberdaya induk dan benih ikan air tawar

(28)

 Pengawasan perbenihan, pembudidaya ikan serta pengendalian hama dan penyakit ikan air tawar

 Urusan ketatausahaan dan rumah tangga

BAB IV

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2023 s/d 15 Juli 2023. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan, Provinsi Sumatera Utara.

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ini adalah waring, kakaban, water quality checker, fyber, suntik, timbangan, serbet/kain, baskom, aerator, seser, aqurium, saringan, ember, DO meter, pH, termometer, alat bedah dan kamera handphone.

Bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ini adalah ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus), ovaprim, tissue, bulu ayam, NaCl, cacing sutera, Artemia sp, pupuk urea organik dan dan pakan buatan.

4.3 Metode Kerja

Metode pengambilan data yang digunakan selama berlangsungnya kegiatan praktek magang adalah sebagai berikut :

(29)

4.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber asli atau sumber utama. Data primer diperoleh melalui observasi, partisipasi aktif, dan wawancara langsung terhadap objek praktek.

a. Observasi

Observasi dalam PKL ini dengan melakukan pengamatan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan, Provinsi Sumatera Utara.

b. Partisipasi aktif

Partisipasi aktif merupakan teknik pengumpulan data dengan cara ikut serta atau berpartisipasi lansung terhadap teknik pembenihan ikan lele sangkuriang di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan, Provinsi Sumatera Utara.

c. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden atau narasumber yang berada dilapangan tentang langkah-langkah serta teknik pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan, Provinsi Sumatera Utara.

(30)

4.3.2 Data Sekunder

Menurut Hasan (2002) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

4.4 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Perikanan, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

4.4.1 Prosedur Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang secara Alami

a. Pemeliharaan Induk Ikan

Pemeliharaan induk lele dilakukan pada kolam indukan. Pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan pada kolam yang berbeda untuk menghidari pemijahan yang tidak diinginkan. Iduk lele jantan dipelihara pada kolam waring ukuran 3x1 meter dengan ukuran kolam 25 x 20 meter dan induk lele betina dipelihara di kolam waring 3.1 dengan ukuran kolam 25 x 20 meter. Pemberian pakan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu pagi hari pukul 08.00 dan sore hari

(31)

pukul 16.00 dengan metode satiasi yaitu memberi pakan sampai ikan kenyang dengan memperhatikan respon ikan terhadap pakan dan menghentikan pemberian pakan jika ikan sudah kenyang atau respon ikan terhadap pakan yang diberikan berkurang. Sehari sebelum ikan dipijahkan dilakukan pemeberokan atau indukan ikan lele yang akan dipijahkan dipuasakan.

b. Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00-16.30 WIB, ini dilakukan unutuk menghindari stress pada induk lele. Penangkapan induk ikan lele mengunakan waring/jaring dan kemudian induk diseleksi. Indukan lele yang baik adalah indukan jantan berumur 1 tahun dan indukan betina berumur 1,5 tahun dengan bobot 1-1,5 kg/ekor. Induk ikan lele yang telah diseleksi, ditimbang terlebih dahulu.

Tabel 2. Perbedaan Indukan Jantan dan Betina Ikan Lele (Clarias gariepinus).

No Ciri-ciri Betina Jantan

1. Bentuk Tubuh Lebih gemuk dan membuncit Lebih ramping

2. Warna Tubuh Lebih cerah Lebih gelap

3. Bentuk dan warna kelamin

Memanjang dan meruncing seta berwarna kemarahan

Membulat dan berwarna kemerahan

c. Persiapan Kolam

Langkah persiapan kolam yang pertama dilakukan yaitu saluran pengisian air ditutup, lalu saluran pembuangan air dibuka dan didiamkan sampai seluruh air terbuang keluar. Selanjutnya kolam dibajak dengan menggunakan traktor, setelah dibajak kolam dikeringkan kemabali selama 1-2 hari, lalu kolam diisi air sampai

(32)

ketinggian 50 cm. Kemudian dilakukan penebaran pupuk urea sebanyak 11 gram/m² dan pupuk kendang dengan dosis 200-500 gram/m² kedalam kolam yang sudah berisi air. Persiapan kolam pemijahan dipasang waring dengan ukuran 1,5 × 10 meter sebanyak 2 kolam. Selanjutnya dikolam pemijahan diletakkan kakaban sebanyak 15 buah/kolam pemijahan lalu diatas kakaban dipasang pipa sebanyak 2 buah sebagai pemberat.

d. Pemijahan Ikan

Pada pemijahan alami ini, perbandingan induk ikan lele yang digunakan adalah 1 : 2 dengan indukan jantan 30 ekor dan indukan betina 60 ekor. Induk ikan lele yang telah diseleksi dimasukkan ke bak pemijahan yang telah disiapkan pada pukul 17.00 WIB. Pemijahan terjadi sekitar 2-3 hari kemudian setalah indukan dimasukan kedalam bak pemijahan dan pemijahan ikan lele terjadi pada malam hingga dini hari. Indukan lele akan saling kejar-kejaran di dalam bak pemijahan dan pada akhirnya akan memijah sekitar dini hari. Setelah indukan lele siap memijah, induk jantan dan betina harus segera dipindahakan dari bak pemijahan ke hapa pada kolam yang sudah disediakan. Ini dilakukan untuk menghindari indukan memakan telur-telurnya. Indukan lele biasanya akan cenderung merasa lapar setelah siap memijah.

e. Pengambilan Sampel Telur dan Perhitungan Telur

Pegambilan sampel telur dilakukan setelah indukan siap memijah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil ijuk/kakaban yang terdapat telur ikan lele pada 3 titik, yaitu pada setiap sudut bak fiber dan pada bagian tengah bak fiber. Ukuran sampel yang diambil berkisar 3 x 3 cm.

(33)

Kemudian sampel di masukan kedalam wadah yang lebih kecil berupa baskom berukuran sedang. Setelah itu perhitungan telur pada setiap sampel dilakukan secara manual dengan menghitungnya satu persatu.

f. Penetasan Telur

Setelah pengambilan sampel telur, sisa ijuk/kakaban dibiarkan tetap dalam kolam pemijahan. Karena kolam pemijahan sekaligus menjadi kolam penetasan untuk larva ikan lele. Telur ikan lele akan menetas kurang lebih 12-48 jam setelah pemijahan. Selama menunggu telur menetas, sampel telur diamati untuk mengetahui perkembangan telur dan pengecekan kualitas air (Suhu dan pH) harus tetap dilakukan. Telur yang sudah menetas disebut larva, telur ikan lele berbentuk bulat berwarna kuning kecoklatan dan telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat.

g. Pemeliharaan Larva

Setelah telur menetas, larva ikan lele tidak langsung diberi makan. Setelah 3 hari penetasan yolk sac habis sehingga larva ikan lele diberi pakan berupa pelet tepung Fengli 0. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali pada pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul 16.00 dan malam hari pukul 21.00 WIB. Pakan buatan larva ikan lele berupa pelet tepung Fengli 0 karena pakan tersebut sesuai dengan bukaan mulut dan mudah untuk dicerna oleh larva serta memiliki kadar protein yang tinggi yaitu 40% yang berguna untuk pertumbuhan benih ikan lele.

h. Pendederan

(34)

Pendederan 1 ikan lele di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Kelautan dan Perikanan dilakukan di kolam yang sudah disiapkan sebelumnya. Kolam pendederan merupakan kolam dengan dasar kolam tanah, kolam berbentuk persegi panjang dengan panjang 40 m lebar 35 m dan tinggi 1 m, Ketinggian air untuk pendederan 1 yaitu 60 cm.

i. Pengukuran Kualitas Air

Pengecekan kualitas air dilakukan setiap pagi pukul (08.00-09.00) dan sore hari pukul (15.00-16.00). Adapun yang diukur yaitu suhu, DO dan pH.

Setelah itu, dilakukan pemantauan kesehatan ikan dengan tingkah laku ikan bersamaan dengan jadwal pemberian pakan ikan.

4.4.1 Prosedur Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang secara Buatan

a. Pemeliharaan Induk Ikan

Pemeliharaan induk lele dilakukan pada kolam indukan. Pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan pada kolam yang berbeda untuk menghidari pemijahan yang tidak diinginkan. Iduk lele jantan dipelihara pada kolam waring ukuran 3x1 meter dengan ukuran kolam 25 x 20 meter dan induk lele betina dipelihara bak fiber yang sudah siapkan. Indukan ikan lele yang akan dipijahkan dilakukan pemberokan atau indukan ikan lele akan dipuasakan.

b. Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00-16.30 WIB, ini dilakukan unutuk menghindari stress pada induk lele. Penangkapan induk ikan lele mengunakan waring/jaring dan kemudian induk diseleksi dan . Indukan lele

(35)

yang baik adalah indukan jantan berumur lebih dari 1 tahun dan indukan betina berumur 1,5 tahun dengan bobot 1-1,5 kg/ekor. Induk ikan lele yang telah diseleksi, ditimbang terlebih dahulu.

Tabel 3. Perbedaan Indukan Jantan dan Betina Ikan Lele (Clarias gariepinus).

No Ciri-ciri Betina Jantan

1. Bentuk Tubuh Lebih gemuk dan membuncit Lebih ramping

2. Warna Tubuh Lebih cerah Lebih gelap

3. Bentuk dan warna kelamin

Memanjang dan meruncing seta berwarna kemarahan

Membulat dan berwarna kemerahan

c. Persiapan Kolam Pendederan

Langkah persiapan kolam yang pertama dilakukan yaitu saluran pengisian air ditutup, lalu saluran pembuangan air dibuka dan didiamkan sampai seluruh air terbuang keluar. Selanjutnya kolam dibajak dengan menggunakan traktor, setelah dibajak kolam dikeringkan kemabali selama 1-2 hari, lalu kolam diisi air sampai ketinggian 50 cm. Kemudian dilakukan penebaran pupuk urea sebanyak 11 gram/m² dan pupuk kendang dengan dosis 200-500 gram/m² kedalam kolam yang sudah berisi air. Persiapan kolam pemijahan dipasang waring dengan ukuran 1,5 × 10 meter sebanyak 2 kolam. Selanjutnya dikolam pemijahan diletakkan kakaban sebanyak 15 buah/kolam pemijahan lalu diatas kakaban dipasang pipa sebanyak 2 buah sebagai pemberat.

d. Penyuntikan Hormon Ovaprim

Pada pemijahan buatan, perbandingan induk ikan lele yang digunakan adalah 2 : 1 dengan indukan jantan 10 ekor dan indukan betina 5 ekor. Induk ikan lele betina yang telah diseleksi dimasukkan ke bak fiber pemijahan yang telah

(36)

disiapkan pada pukul 17.00 WIB. Proses penyuntikan hormon ovaprim dilakukan pada pukul 22.00 WIB dengan dosis 0,5ml/Kg bobot indukan ikan. Setelah itu indukan dibiarkan di bak fiber selama 6-10 jam sebelum dilakukan stripping.

e. Proses Stripping dan Pemijahan Buatan

Proses stripping dilakukan 6-10 jam setelah proses penyuntikan hormon ovaprim. Proses stripping dilakukan dengan menggunakan serbet untuk memegang kepala indukan betina, lalu dilakukan proses pemijatan pada bagian bawah perut ikan untuk mengeluarkan seluruh telur pada ikan. Sebelumnya untuk indukan jantan dilakukan pemotongan pada bagian kepala ikan indukan jantan dan dikeluarkan gonad atau sperma jantan dengan mengorbankan/membunuh indukan jantan. Untuk proses pembuahan dilakukan dengan cara setelah gonad jantan dikeluarkan di cincang halus dan dilakukan pengenceran dengan NaCl kemudian dicampurkan dengan gonad betina atau telur yang sudah dikeluarkan menggunakan bulu ayam.

f. Pengambilan Sampel Telur dan Perhitungan Telur

Pegambilan sampel telur dilakukan setelah dilakukan pencampuran telur yang sudah distripping dengan sperma indukan jantan. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil 1 gram telur. Kemudian sampel di masukan kedalam wadah yang lebih kecil berupa baskom berukuran sedang.

Setelah itu perhitungan telur pada setiap sampel dilakukan secara manual dengan menghitungnya satu persatu.

g. Penetasan Telur

(37)

Setelah pengambilan sampel telur yang dicampurkan antara gonad jantan dan gonad betina, langsung di tebar di bak fiber/wadah penetasan yang sudah disiapkan. Telur ikan lele akan menetas kurang lebih 12-48 jam setelah pemijahan dan dipasangkan aerator untuk membantu proses penyedian kadar oksigen. Selama menunggu telur menetas, sampel telur diamati untuk mengetahui perkembangan telur dan pengecekan kualitas air (Suhu dan pH) harus tetap dilakukan. Telur yang sudah menetas disebut larva, telur ikan lele berbentuk bulat berwarna kuning kecoklatan dan telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat.

h. Pemeliharaan Larva

Setelah telur menetas, larva ikan lele tidak langsung diberi makan. Setelah penetasan yolk sac habis, setelah umur 1 hari larva ikan lele diberi pakan berupa Artemia sp. dan pada umur 3 hari diberi pakan berupa casing sutra.

i. Pendederan

Pendederan 1 ikan lele pada umur 9 hari di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPTD Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Dinas Kelautan dan Perikanan dilakukan di kolam yang sudah disiapkan sebelumnya. Kolam pendederan merupakan kolam dengan dasar kolam tanah, kolam berbentuk persegi panjang dengan panjang 40 m lebar 35 m dan tinggi 1 m, Ketinggian air untuk pendederan 1 yaitu 60 cm. Setelah itu larva ikan yang sudah didederkan diberi pakan berupa pelet tepung Fengli 0. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali pada pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul 16.00 dan malam hari pukul 21.00 WIB. Pakan buatan larva ikan lele berupa pelet tepung Fengli 0 karena pakan tersebut sesuai dengan bukaan mulut dan mudah untuk dicerna oleh larva

(38)

serta memiliki kadar protein yang tinggi yaitu 40% yang berguna untuk pertumbuhan benih ikan lele.

j. Pengukuran Kualitas Air

Pengecekan kualitas air dilakukan setiap pagi pukul (08.00-09.00) dan sore hari pukul (15.00-16.00). Adapun yang diukur yaitu suhu, DO dan pH.

Setelah itu, dilakukan pemantauan kesehatan ikan dengan tingkah laku ikan bersamaan dengan jadwal pemberian pakan ikan.

4.5 Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan yaiut derajat pembuahan (FR), derajat penetasan telur (HR).

4.4.1 Fertilisasi (FR)

Jumlah telur yang terbuahi ditentukan dengan menggunakan rumus ( Suseno dan Cholik, 1982) sebagai berikut :

FR= Jumlah telur yang dibuahi

jumlahtotal telur x100 %

4.4.2 Daya Tetas Telur (HR)

Jumlah telur menetas dihitung dengan menggunakan rumus (Suseno dan Cholik, 1982) sebagai berikut:

HR= Jumlah telur menetas

jumlahtelur terbuahi x 100%

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

(39)

5.1 Hasil

Pada praktek kerja lapangan ini, hasil yang diperoleh pada ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Parameter Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) secara Alami

NO Parameter

Fekunditas FR (%) HR (%)

1. 1.288.760 50,80% 36,04%

Tabel 5. Hasil Perhitungan Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) secara Buatan

Indukan Lele

Berat Sebelum Disuntik

Berat Sesudah Disuntuk

Berat Telur (g)

Sampel Telur

Fekunditas

1 2,1 2,4 150 542 81.300

2 1,9 2,2 100 593 59.300

3 2,9 3,2 250 520 130.000

4 2,3 2,5 160 537 85.000

5 2,5 2,8 200 584 116.000

Jlh Total 11,7 13,1 860 2776 356.320

Total Dibuahi 235.750

Tabel 6. Hasil Parameter Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) secara secara Buatan

NO Parameter

Fekunditas FR (%) HR (%)

1. 356.320 66,16% 46,18%

Tabel 7. Hasil Parameter Kualitas Air Pemijahan Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)

No Parameter Kualitas Air Nilai Standart Nilai

1 PH 7,5-8,5 7,5

(40)

2 Suhu (0C) 27-30oC 29,5 oC

3 DO > 4 mg/l 6,5

5.2 Pembahasan

Sebelum dilakukan pemijahan, hal yang perlu dilakukan yang melakukan seleksi induk. Tentu induk yang baik akan menghasilkan kualitas telur yang baik pula. Karena itu kesehatan ikan sangat perlu diperiksa lebih dahulu. Ini dilakukan untuk meninkatkan mutu kualitas telur atau larva yang baik. Kualitas induk yang baik, akan menghasilkan telur atau larva yang baik pula. Hal ini sesuai dengan Sumarni (2018) yang menyatakan bahwa, seleksi induk diamati baik dari bentuk tubuh, jenis kelamin, warna tubuh dan pengecekan kesehatan ikan, hal ini dilakukan untuk memilih induk yang baik sebelum proses pemijahan sehingga meningkatkan mutu kualitas telur/larva yang dihasilkan. Secara fisik dapat dilihat berdasarkan lubang urogenital dan ciri-ciri kelamin sekundernya.

Berdasrkan hasil pada Tabel 4 diketahui bahwa Fertilisasi Rate (FR) Hatching Rate (HR) secara alami yang didapat sebanyak 50,80% dan 36,04% , dimana nilai Hatching Rate (HR) didapat dari jumlah telur menetas dibagi jumlah telur terbuahi. Hal ini menandakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah telur menetas selama masa penetasan yaitu salah satunya oksigen terlarut.

Dimana penambahan aerasi pada wadah penetasan merupakan salah satu cara mempertahankan kadar oksigen terlarut telur dan larva ikan tetap stabil. Hal ini sesuai dengan Arfah et al (2006) yang menyatakan bahwa telur yang menetas akan menghasilkan larva yang kemudian dipelihara dalam wadah yang sama berupa akuarium. Selama penetasan telur membutuhkan oksigen terlarut untuk

(41)

pernafasannya. Jika terjadi kekurangan oksigen, pernafasan telur akan terganggu sehingga telur akan mati. Maka selain penggantian air juga perlu aerasi diberikan untuk menjaga sirkulasi udara dalam wadah penetasan.

Berdasrkan hasil pada Tabel 5 diketahui bahwa Fertilisasi Rate (FR) Hatching Rate (HR) secara buatan yang didapat sebanyak 66,16% dan 46,18% , dimana nilai Hatching Rate (HR) didapat dari jumlah telur menetas dibagi jumlah telur terbuahi dengan metode ini dapat diketahui bahwa salah satu tahap dalam pemijahan buatan yaitu penyuntikan hormon ovaprim, yang dimana hormon ovaprim berfungsi sebagai perangsang pada induk. Hal ini sesuai dengan Yuatiati et al (2015) yang menyatakan bahwa pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang dilakukan dengan memberikan ransangan hormon pada induk, sedangkan ovulasi terjai secara alami. Teknik pemijahan ini memiliki metode yang hampir sama dengan Teknik pemijahan buatan, dimulai dengan cara merangsang indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan kelenjar hipofisa atau

(42)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengenai pemijahan ikan nila yaitu sebagai berikut:

1. Teknik pemijahan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang digunakan di UPTD Puspik Kerasaan yaitu pemijahan secara alami dan buatan. Tahapan pemijahan ikan lele secara alami dimulai dari persiapan wadah pemijahan, seleksi induk, pemijahan, persiapan kolam pendederan, penetasan telur dan pemeliharaan larva dan secara buatan dimulai dari persiapan wadah pemijahan, seleksi induk, penyuntikan hormon, stripping, pemijahan, persiapan kolam pendederan, penetasan telur dan pemeliharaan larva

2. Persentase pembuahan telur ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yaitu secara alami 67,80% dan secara buatan 66,16%.

Saran

Penulis memberikan saran kepada Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan agar dapat memperhatikan kondisi air untuk ikan yang melakukan pemijahan, agar menghasilkan telur atau benih yang berkualitas. Dapat melengkapi perlengkapan alat-alat yang dibutuhkan agar peserta praktik dapat mengetahui dan memperoleh ilmu yang optimal serta untuk peserta praktik diharapkan mengikuti praktik lapangan dengan sungguh- sungguh sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan menguasai teknik pemijahan.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, T., Rachmawati, D., dan Samidjan, I. 2015. Pengaruh Papain Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus).

Journal of Aquaculture Management and Technology, 4(1), 47-53.

Andria A.F., dan Sri, R. (2018). Kajian Teknis Faktor Abiotik pada Embung Bekas Galian Tanah Liat PT. Semen Indonesia Tbk. untuk Pemanfaatan Budidaya Ikan dengan Teknologi KJA. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 10(2): 95-105.

Ardyanti, R., Daruti, D. N., Luthfiana, A. S., dan Putri, D. W. S. 2017.

Manajemen Pembenihan Lele Mutiara (Clarias sp.) dengan Aplikasi Probiotik di Unit Pelayanan Teknis Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (UPT PTPB) Kepanjen, Malang, Jawa Timur. Journal of Aquaculture and Fish Health. 7(2).

Arifin, M. 2014. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Praktek Kerja Lapangan pada Instansi/Perusahaan. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer. 5(1): 49-56. Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. AgroMedia Pustaka. ISBN 979-006-010-6.

Dayani, P., Diann, p., Dodianto., dan Novriadi. 2022. Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus Var) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan UPT Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Sumatera Utara. TOR : Jurnal Budidaya Perairan. ISSN PRINT: 2797-2208.

Dewi, R. R. S. P. S., Bambang, I., dan Irsyaphiani, I. 2016. Produktivitas dan Profitabilitas Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) Hasil Seleksi dan Non-Seleksi Pada Pemeliharaan di Kolam Tanah. Media Akuakultur. 11(1):

11-17.

Fansyah, M. R. 2019. Studi Kasus Metode Pemijahan Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) oleh Petani Dan Balai Benih Ikan (BBI) sebagai Sumber Belajar Biologi. [Skripsi] Universitas Muhammadiyah Malang.

Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias gariepinus) pada Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. [Skripsi]. Program Studi Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Laila, K. 2018.

Perbandingan Pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Secara Alami dan Buatan terhadap Jumlah Telur yang Dihasilkan. Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan. 2(5).

(44)

Lestari, T. P., dan Dewantoro, E. 2018. Pengaruh Suhu Media Pemeliharaan Terhadap Laju Pemangsaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan. 6(1): 14-22.

Suyanto, R. 2007. Budi Daya Ikan Lele. Edisi Revisi. Seri Agribisnis. Wafi, A dan Setyoharini. 2013. Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Kabat, Banyuwangi. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan. 4(1): 13-18.

Wijayanti, F. K.2022. Perubahan Mutu Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus x c.fucus) Segar Berdasarkan Parameter MIkrobiologi Hasil Budidaya Selama Penyimpanan Dingin. [Skripsi]. Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Gambar

Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepius)
Tabel  1.  Sarana  dan  Prasarana  yang  tersedia  di  UPT  Pusat  Pembenihan  Ikan (Puspik) Budidaya Ikan Kerasaan Pematang Bandar
Gambar 4. Bagan Struktur UPT Pusat Pembenihan Ikan (Puspik) Kerasaan  3.5 Visi dan Misi UPT Balai Budidaya Ikan Kerasaan
Tabel 2. Perbedaan Indukan Jantan dan Betina Ikan Lele (Clarias gariepinus).
+3

Referensi

Dokumen terkait

6 Kinerja pemijahan ikan lele Sangkuriang yang disuntik otak ikan patin pada Januari 2011 ... Fisik-kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan lele Sangkuriang selama

Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak ( Annona muricata L) Terhadap Profil Darah dan Kelulushidupan Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus Var. Sangkuriang ) yang Diinfeksi

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk : (1)Untuk mengetahui seberapa besar biaya dan pendapatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang (clarias gariepinus) sistem

Data primer yang dikumpulkan diperoleh dengan cara mengikuti seluruh kegiatan budidaya ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus ) yang dilakukan di “Kampung Lele”, baik berupa

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diperoleh pertumbuhan panjang dan berat ikan lele sangkuriang ( Clarias gariepinus ) pada perlakuan pemberian pakan maggot

Penelitian uji toksisitas akut herbisida sintetik berbahan aktif Ipa Glifosat terhadap mortalitas benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) sebagai organisme

Data primer yang dikumpulkan diperoleh dengan cara mengikuti seluruh kegiatan budidaya ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang dilakukan di “Kampung Lele”, baik berupa

Secara umum, ikan lele dumbo dipercaya sebagai ikan lele hibrida hasil hibridisasi antara spesies ikan lele Afrika Clarias gariepinus dengan spesies ikan lele Taiwan C.. Tetapi, secara